Anda di halaman 1dari 4

Teknik Reportase Dasar

Reportase adalah bagian tak terpisahkan dari jurnalisme. Jika ingin memberitakan
suatu peristiwa kepada publik, Anda wajib melakukan reportase. Sebab reportase adalah
kegiatan mencari & mengumpulkan fakta dan data.
Untuk meliput suatu peristiwa, Anda bisa langsung ke lokasi, menanyai narasumber,
melakukan riset, mencari keterangan ke pihak berwenang, dan mencari data yang
berkaitan. Hal-hal itu dilakukan untuk memperoleh fakta dan data yang tepat, valid, dan
relevan dengan peristiwa yang Anda beritakan.
Dalam reportase, dikenal empat teknik dasar:
1. Observasi peristiwa.
2. Wawancara narasumber.
3. Riset dokumentasi atau data-data yang terkait.
4. Partisipasi dalam peristiwa.
Konteks
Sebelum terjun reportase, ada baiknya Anda memahami lebih dulu konteks
peristiwa. Anda harus tahu fenomena atau wacana apa yang melatari peristiwa itu.
Meskipun kadang tidak ikut dituliskan dalam berita, pemahaman konteks amat penting
agar Anda bisa meliput dengan pemahaman yang benar, bukan malah memperkuat
sentimen tertentu.
Misalnya, peristiwa akhir-akhir ini yaitu aksi cabut uu cipta kerja yang dilakukan
oleh mahasiswa dan pelajar. Jika ada kasus seperti itu, berita apa yang akan Anda tuliskan?
Tentu Anda harus tahu dulu apa itu uu cipta kerja. Anda juga wajib mempunyai
bekal tentang wacana politik Indonesia baru-baru ini. Kemudain paham mengapa
pemerintah kekeh untuk mengesahkan uu cipta kerja.
Informasi latar belakang yang demikian akan sangat berguna untuk menulis
laporan in-depth (berita mendalam) maupun feature. Tetapi Anda boleh dan tepat saja
menulis sebatas pada pemberitaan acara. Dengan catatan, Anda tentu perlu mengutip
keterangan yang cover both side dari kedua belah pihak. Sehingga, dalam berita, Anda
tidak mengamini sentimen tertentu.
Hal yang sama berlaku terhadap isu-isu penting di sini, seperti persekusi minoritas,
kekerasan terhadap perempuan, konflik agraria, dan militerisme.
Memang tidak semua wartawan Indonesia memahami--atau setidaknya, berusaha
memahami konteks peristiwa. Media massa pun tidak menuntut yang demikian. Itulah
salah satu sebab iklim media di sini agak jelek. Namun di Ekspresi, Anda boleh dan sangat
disarankan belajar banyak hal, lalu menjadi jurnalis yang idealis--mumpung masih bisa.
Perihal 5W+1H
Unsur dasar berita adalah 5W+1H, yaitu what (apa), who (siapa), when (kapan),
where (kapan), why (mengapa), how (bagaimana). 5W+1H adalah pertanyaan dasar yang
harus terjawab dalam sebuah berita. Maka dari itu, kegiatan reportase Anda harus bisa
menemukan 5W+1H dari suatu peristiwa.
Data dan fakta yang termuat sebagai 5W+1H pun harus dipilah secara relevan. Di
sini wartawan harus jeli mengenali ragam peristiwa dan mengungkapkan fakta setepat-
tepatnya.
Empat teknik dasar
A. Observasi
Meskipun observasi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung, wartawan
sebisa mungkin ada di tempat kejadian perkara. Tinjauan langsung ke lokasi membuat
wartawan bisa melihat dengan mata kepala sendiri tempat kejadian--jika beruntung, bisa
melihat peristiwa secara langsung.
Observasi adalah dasar alur dan gerak reportase. Dari observasi, Anda bisa
mengenali peristiwa dan membuat daftar pertanyaan yang hendak dikejar jawabannya.
Berdasarkan observasi pula, Anda bisa menghitung urgensi dan seberapa luas
cakupan peristiwa. Dalam hal ini, kejelian pengamatan sangat diperlukan seorang
wartawan. Untuk memperkirakan urgensi dan cakupan, Anda perlu mengecek dan terus
mempertanyakan fakta-fakta awal yang didapat ketika observasi.
Observasi bagaikan menelisik gunung es dalam karya fiksi. Anda tahu
permukaannya, tetapi tidak tahu seberapa besar yang tersembunyi. Jika ada indikasi hal-
hal tersembunyi, teruslah menggali. Jika tidak ada, maka jangan mengada-ada atas nama
apa pun.
B. Wawancara
Wawancara merupakan teknik reportase untuk memperoleh keterangan dari
narasumber terkait. Sebelum melakukan wawancara, pastikan Anda menguasai tema
berita terlebih dulu. Anda juga harus menentukan keterangan apa yang hendak Anda kejar
pada seorang narasumber.
Ketika menemui seorang narasumber, Anda harus tahu status, otoritas, dan
kapasitasnya. Hal ini agar Anda tahu keterangan apa yang bisa dikejar pada narasumber
tersebut. Misal dalam suatu kebakaran, Anda bisa menanyakan kronologi kepada warga
yang kebetulan lewat dan bantu memadamkan. Tetapi Anda tidak bisa menanyakan
jumlah kerugian kepadanya.
Dalam memilih narasumber, ada hierarki yang harus diperhatikan. Soal itu, David
Protess dari Northwestern University mengenalkan tiga lingkaran konsentris narasumber:
 Lingkaran terdalam: pelaku, korban, saksi mata.
 Lingkaran lebih kecil: dokumen seperti catatan pengadilan, jurnal harian, laporan
polisi, data keuangan, dll.
 Lingkaran paling luar: data sekunder seperti kliping media, buku, dll.
Dalam wawancara, ada beberapa tahap dan prinsip dasar:
 Kuasai tema. Anda harus menguasai tema peristiwa sehingga tidak gagap dalam
berbicara dengan narasumber. Gagal memahami tema bisa membuat Anda terlihat
dungu di hadapan narasumber.
 Rencanakan pertanyaan. Anda harus tahu kapasitas dan status narasumber,
sehingga dapat merencanakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Pertanyaan
relevan membuat Anda mendapat keterangan yang cukup.
 Membuat janji. Sebelum wawancara, sepantasnya Anda membuat janji bertemu
dengan narasumber. Ini pengecualian jika narasumber mudah ditemui atau justru
sulit ditemui.
 Rekam dan catat. Pastikan Anda membawa alat perekam atau alat pencatat ketika
wawancara. Lebih mudah jika pakai alat perekam, tapi ada narasumber yang enggan
direkam, sehingga Anda harus mencatat. Keluputan dalam hal teknis seperti ini bisa
membuat wawancara Anda sia-sia.
 Perkenalkan diri dan motivasi. Anda harus memperkenalkan diri ketika menemui
narasumber. Pastikan narasumber tahu Anda siapa dan dari media mana, juga tahu
motif Anda menanyainya.
 Bersikap sopan. Sejak kecil Anda sudah diajari sopan santun, ini bukan hal sulit
harusnya.
 Berikan pertanyaan terbuka. Jangan beri pertanyaan tertutup yang bisa dijawab
dengan “ya” atau “tidak”. Berikan pertanyaan terbuka yang merangsang
narasumber untuk memberi keterangan panjang-lebar.
 Jadilah pendengar yang baik. Jangan potong pembicaraan narasumber hingga dia
benar-benar selesai memberi satu keterangan.
 Pastikan Anda mendapat semuanya. Di akhir sesi, jangan lupa bertanya, “Adakah hal
penting yang saya lewatkan?” Siapa tahu narasumber punya keterangan penting,
tetapi Anda luput menanyakannya.
C. Riset
Riset dilakukan untuk mendapatkan data tertulis atau tidak tertulis yang relevan.
Hasil riset ini bisa berupa teks, diagram, audio, visual, adiovisual. Dalam riset, Anda bisa
mencari data atau pendukung fakta seperti berkas pengadilan, berita acara audiensi,
salinan surat keputusan, dan lain-lain.
Dalam riset, perlu diperhatikan sumber-sumber yang valid dan kredibel.Pastikan
Anda mendapat data dari tangan sumber pertama yang otoritatif. Misal, jika Anda hendak
meminta berkas perkara, mintalah pada pengadilan atau pengacara. Jika Anda mendapat
berkas perkara dari tukang fotokopi, Anda patut curiga dengan validitasnya.
Dalam mengutip penelitian, survei, atau statistik, Anda perlu mengecek metodologi
risetnya. Jangan sampai Anda mengutip hasil karya “ilmiah” yang ternyata tidak bisa
dipertanggungjawabkan.
Sumber dokumentasi tangan kedua juga perlu dicek. Jika mengutip media lain,
perhatikan jenis media yang Anda kutip. Jika itu “media kuning”, lebih baik tinggalkan.
Apalagi media propaganda seperti Oposisinews, Nahimunkar, Beritaislam24h, atau Seword.
D. Partisipasi dalam peristiwa
Metode ini bisa dilakukan jika beruntung, dalam artian Anda punya kesempatan
untuk berada di tempat kejadian dan menyaksikan peristiwa secara langsung. 
Verifikasi
Esensi jurnalisme adalah verifikasi. Artinya, setelah mengumpulkan tumpukan data
maupun fakta, Anda harus mengeceknya kembali. Untuk melakukan verifikasi, Anda harus
skeptis terhadap apa pun yang Anda temukan.
Pengecekan berulang berfungsi agar Anda menulis berita setepat mungkin. Jangan
sampai ada kekeliruan. Jika Anda masih ragu, terus cek sampai ketemu.
Pastikan data-fakta yang Anda paparkan itu benar belaka. Sebelum menulis berita,
keyakinan atas kebenaran yang Anda peroleh dalam reportase harus sekuat iman Anda
kepada Tuhan.
Reportase di kampus
Sebenarnya sama saja, reportase di luar maupun dalam kampus. Jadi, jika ingin
menuliskan berita yang lingkupnya di dalam kampus, bisa menggunakan teknik reportase
di atas.
Jika anda ingin meliput suatu peristiwa di dalam kampus, katakanlah itu aksi
mahasiswa yang menolak UPPA di depan rektorat. Tentu anda perlu memahami konteks
permasalahnnya secara luas dan mendalam sebelum wawancara. Atau, anda memang
seharusnya sudah memahami akar permasalahannya sebelum ada aksi tersebut.
Lalu muncul pertanyaan, bagaimana caranya kita memahami suatu permasalahan
secara mendalam dan luas. Jika dalam peristiwa aksi mahasiswa diatas, bagaimana caranya
kita bisa paham latar belakang masalah ketika aksi tersebut belum berlangsung? Seperti
yang sudah dijelaskan diatas, riset dan observasi.
Sebelum digelarnya aksi tersebut, anda sudah mulai untuk meriset segala data yang
relevan. Anda bisa memulai dengan mencari peraturan tentang UPPA, keuangan kampus,
dan sebagainya, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dengan begitu anda sedikit bisa
memahami latar belakang diberlakukannya UPPA.
Kemudian anda juga perlu observasi guna menambah pemahaman tentang
permasalahannya. Anda bisa terjun ke tempat teman-teman mahasiswa yang ingin
melakukan aksi. Anda juga bisa mengikuti serangkaian kegiatan teman-teman mahasiswa
yang ingin melakukan aksi. Mulai dari pembacaan masalah, dalam hal ini UPPA,
konsolidasi, sampai pada teknik lapangan aksi tersebut.
Selain dari mahasiswa yang ingin melakukan aksi tersebut, anda juga perlu
mengobservasi mahasiswa yang terdampak UPPA. Anda bisa mengobrol dengan mereka,
ini bisa langsung wawancara atau sekedar mengorek informasi. Kalau anda beruntung
memiliki jaringan dengan pihak birokrasi, anda bisa saja mencari informasi dengan
mereka. Hal ini juga berguna untuk mengembangkan persepektif anda terhadap
permasalahannya.
Setelah serangkaian observasi dan riset anda lakukan, tahap selanjutnya adalah
verifikasi. Anda bisa memverifikasi data yang anda dapatkan dengan wawancara pihak
terkait. Di tahap ini anda perlu melakukan pemetaan narasumber. Pemetaan atau
pemilihan narasurmber juga bisa diambil dari data yang anda peroleh.
Misalnya, pada waktu riset dan observasi tentang UPPA anda menemukan seperti
Surat Keterangan Rektor dan anggaran UNY yang berasal dari bagian keuangan. Tentu
anda bisa memverifikasinya secara langsung kepada Rektor dan Wakil Rektor II, bagian
keuangan. Apakah data yang anda peoleh itu valid atau tidak, verifikasi mencoba
membuktikannya. Ya walaupun terkadang narasumber tidak selalu jujur, dan kita memang
harus selalu sekeptis, tapi data yang anda peroleh bisa dijadikan perbandingan atas
pernyataannya. Selalu skeptis bukan hanya untuk pihak birokrasi, tetapi juga pada pihak
mahasiswa.
Jika segalanya sudah anda lakukan, dari riset, observasi sampai wawancara, untuk
memverifikasi data. Kemudian fakta dan datanya sudah valid, anda bisa langsung
menuliskan berita. Lalu bagaimana jika data dan fakta belum valid? Anda perlu mencari
data tambahan dan selalu memverifikasinya.
Karena berita seharusnya menjelaskan sesuatu, bukan mengaburkannya.

Anda mungkin juga menyukai