(NASIONAL) INDONESIA?
Imam Syafi’i
Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P – LIPI)
Dalam historiografi kolonial, penulisan se- berbagai dokumen arsip maupun ke-
jarah Indonesia (Hindia) sebenarnya telah nangan-kenangan pribadi selama berada di
dirintis sejak dekade awal abad ke-18. Pada Hindia. Semangatnya adalah memosisikan
era ini merupakan titik tolak penting dalam orang-orang Eropa dan Kristen—yang be-
penulisan sejarah nasional yang kemudian rawal dari kedatangan VOC, di atas orang-
dikenal dengan istilah “sejarah orang Bel- orang yang dianggap sebagai pribumi yang
anda di Hindia/sejarah kolonial” (De Graaf, animistis (De Graaf, 1971:9-10).
1971, Van Leur, 1973). Istilah sejarah ko- Nama-nama seperti Valentijn (1666-
lonial tentunya memiliki arti penulisan se- 1727) “Oud en Nieuw Oost Indien”; Pieter
jarah di era ini dirintis oleh orang-orang van Dam (?) “Beschrijvinge der O.I Com-
Belanda yang pernah datang ke Kepulauan pagnie”; dapat dianggap sebagai generasi
Hindia atau sama sekali dari mereka yang pertama yang merintis penulisan sejarah
belum pernah di dalam hidupnya singgah Hindia dengan penuh semangat yang di da-
dan menetap di Kepulauan Hindia. Penulis- lam setiap tulisannya mengagung-agungkan
penulis di era ini seringkali merupakan bangsanya sendiri dan secara bersamaan
para pedagang Belanda, serdadu dan/atau meremehkan kisah-kisah, warisan, dan ak-
administratur kolonial yang menuliskan tivitas orang-orang pribumi yang dianggap-
kisah-kisah heroik kegiatan mereka dari nya sebagai bangsa asing dengan bahasa
24
Imam Syafi’I, Sejarah Lokal adalah Sejarah Maritim…. 25
dan kebudayaan yang asing (De Graaf, sumber dari orang-orang pribumi terus
1971:9-10). dikesampingkan. Sementara itu, menurut
Berbeda dengan nama-nama ter- Sartono tradisi historiografi tradisional
sebut di atas, Raffles (1781-1826), “His- sesungguhnya masih terus berlangsung
tory of Java” dan P.J Veth (1814-1896), meskipun upaya kolonialisasi semakin
“Java, Geografisch, Etnologisch, Histor- kuat setidaknya hingga akhir abad ke-19
isch” telah memberikan porsi yang lebih be- (Kartodirjo, 1995: 4-5). Situasi ini
sar terhadap sumber-sumber selain sumber sesungguhnya tidak begitu aneh mengingat
kolonial. Raffles dibantu temannya yang perkembangan penulisan sejarah di Eropa
seorang panembahan dari Sumenep, sejak abad ke-19 memosisikan sumber-
kemudian menulis sejarah Hindia (Jawa) se- sumber pribumi yang kebetulan lebih ban-
jak sebelum tahun abad ke-16 melalui sum- yak didominasi oleh sejarah/tradisi lisan
ber-sumber pribumi seperti artefak dan diangg ap ahistoris. Tentunya kita pernah
lainnya. Veth yang tidak pernah berkunjung mendengar apa yang dikatakan salah
ke wilayah Hindia mengumpulkan berbagai satu penulis Eropa yakni Charles-Victor
informasi dari dokumen-dokumen yang Langois dan Charles Seignobos yang
mungkin dapat dia akses dan menulis secara mengatakan bahwa sejarawan tidak dapat
kritis “sejarah kolonial” dari perspektif bekerja tanpa dokumen, tidak ada dokumen
orang-orang pribumi. Kemudian kita dapat tidak ada sejarah (Adam, 2000:xiii).
membaca tulisan J Hageman (1817-1872) Pada saat yang bersamaan,
seorang juru tulis dan J.K.K de Jonge (1828- sesungguhnya telah muncul penulis-
1879) yang bekerja di arsip kerajaan yang penulis yang mulai menempatkan peran-
kemudian menulis sejarah Hindia lebih peran orang lokal di dalam sejarah Hindia.
dari sekedar usaha yang dilakukan oleh Akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20
para pendahulunya. Aksesnya yang tidak memang menjadi penanda semakin ban-
terbatas terhadap arsip kerajaan kemudian yaknya generasi dari penulis Eropa yang
membuatnya leluasa menulis sejarah muncul untuk menuliskan tentang sejarah
Hindia tidak hanya aktvitas orang-orang Hindia tanpa mengabaikan peran atau sum-
Eropa juga orang-orang pribumi— ber dari orang-orang Hindia. Mengikuti je-
sekalipun masih terkait dengan keberadaan jak yang ditinggalkan oleh Raffles, nama-
orang-orang Eropa (Abdullah dan Surjomi- nama seperti Kern, Brandes, Pigeaud,
hardjo, 1985:14-15). Krom melakukan penelitian-penelitian se-
Selama abad ke-19 hingga memasuki jarah Hindia sebelum 1600an. Kelompok
awal abad ke- 20, para penulis (sejarawan?) lain dapat dimunculkan dan digolongkan
kolonial ini selalu terjebak di dalam roman- sebagai orientalis adalah Kroeskamp yang
tisme pendahulu-pendahulu mereka. Peran menulis tentang Sejarah Minangkabau dan
besar orang-orang Eropa di dalam perkem- Snouck Hurgronje yang kemudian
bangan di Hindia selalu ditonjolkan teru- mengilhami kemenangan Kolonial dalam
tama terkait tindak tanduk para Gubernur Perang Aceh (De Graaf, 1971:27). Satu
Hindia, lebih-lebih upaya mereka memper- nama yakni Hoessein Djajadiningrat, orang
luas wilayah kekuasaan melalui jalan Hindia pertama yang tidak hanya
perang. menggunakan sumber sejarah lokal yakni
Dalam konteks ini, penulis dari ka- Sejarah Banten, juga membandingkan
langan militer lebih mendominasi penu- dengan dokumen-dokumen kolonial dan
lisan-penulisan tentang Hindia. Hal yang melakukan iinterpretasi kritis dalam dis-
tidak banyak berubah, peran dan sumber- ertasinya yang memiliki judul asli,
26 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017
memiliki keberagaman etnis. Oleh kare- desentralisasi). Lebih dari itu, Sartono
nanya, sejarah nasional Indonesia merupa- Kartodirdjo (1995) menyebut bawa histori-
kan pengalaman kolektif dari masing-mas- ografi merupakan upaya diplomatis di an-
ing etnis, dengan persepsi, tujuan dan as- tara keduanya untuk mendapatkan gam-
pirasi yang berbeda sebagai sebuah baran masa lalu yang mendekati prinsip-
negara-bangsa. Dalam seminar nasional prinsip sejarah yang objektif. Historiografi
pertama—yang kemudian dijadikan se- tradisional seperti babad, hikayat, lontar,
bagai Hari Sejarah Indonesia, yang diada- dan sejarah/tradisi lisan yang memang
kan di Yogyakarta pada 14-18 Desember berkembang pada masyarakat kita di masa
1957, upaya membentuk identitas kolektif lalu, mewariskan tradisi penulisan sejarah
ini diakomodasi sebagai tujuan utama penu- dari dalam (history from within) dan histo-
lisan sejarah nasional. Bahwa upaya rekon- riografi kolonial memberikan pemahaman
struksi sejarah nasional yang otentik harus tentang studi sejarah kritis (Kartodirjo,
selaras dengan visi nasional. Artinya, tidak 1995:6). Bahwa upaya ini tidak hanya
hanya sekedar mengupayakan penulisan sekedar pengujian terhadap metodologi se-
yang Indonesia-sentris, menggantikan jarah modern, melainkan menguji dan
penulisan Neerlando-sentris namun rekon- merumuskan kembali klaim-klaim kebena-
struksi ilmiah yang objektif dan kreatif ran dan/atau menyelidiki terbentuknya
tentang struktur kemasyarakatan dan dina- klaim kebenaran itu sendiri secara historis.
mika kehidupan etnis tertentu sebagai un- Melalui pendekatan multidimensional ap-
sur bangsa yang memiliki sejarahnya proach, upaya ini menghindari prekonsepsi
sendiri (unit historis yang independen), dan teori yang berat sebelah, dan
maupun hubungan di antara unsur-unsur menghindari kecenderungan sikap deter-
bangsa yang lain. Juga, tidak sekedar minisme sebagai alat utama sejarawan
mengambil peran penulis-penulis asing (Kartodirjo, 1982:65-66). Dengan
oleh penulis/ sejarawan nasional (lokal) demikian, sejarah tidak hanya peristiwa-
(Abdullah, 2016:7) dan upaya mengembali- peristiwa politik semata melainkan
kan sejarah pada yang tidak bersuara berbagai aktivitas sosial, ekonomi dan kul-
(masyarakat terjajah), masyarakat miskin tur dalam rentang waktu dan tempat ter-
(buruh, petani, nelayan, dst), perempuan tentu namun memiliki keterkaitan satu
dan anak (non elit) (Morrison, 2000:15- sama lain (trans-lokal).
16) di wilayah-wilayah periferi (lokal) me- Dalam tradisi historiografi pasca ko-
lalui proses yang disebut sebagai human- lonial, penulisan sejarah nasional (nation-
isasi sejarah, bahwa sejarah bukan sekedar state) tidak hanya dianggap sebagai
kuburan orang- orang besar (Kartodirjo, kegiatan yang bersifat intelektual dan akad-
1982:7). emis semata juga sangat politis (Nordholt,
2008:1). Sejarah seakan-akan menjadi si-
DEKOLONISASI SAMPAI DESEN- nonim terhadap klaim kebenaran (truth
TRALISASI: PENYUSUNAN SE- claim) yang melegitimasi eksistensi indi-
JARAH NASIONAL INDONESIA vidu atau kelompok tertentu, suatu bangsa
YANG GAGAL? tertentu tergantung dengan pemenang di
dalam kontestasi kekuasaan (politik).
Pada dasarnya, melakukan kegiatan Narasi-narasi (grand narrative) kemudian
historiografi reflektif tidak hanya bersandar diciptakan berdasarkan kepentingan dan
pada proses detradisionalisasi atau dekolo- sentralitas elit penguasa sehingga batasan
niasasi/nasionalisasi (termasuk upaya
28 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017
antara the real past dan just interpretation 1965 dan 1978. Periode ini penting dikare-
menjadi sangat kabur. nakan menjadi awal kebangkitan rezim
Baik di awal-awal kemerdekaan baru Soeharto (pasca 1965), dimulainya
maupun awal kemunculan rezim Orde era pembangunan dan semakin kuatnya
Baru, penulisan sejarah nasional sekedar modal asing sejak tahun 1978 (Lane,
upaya penyederhaan kompleksitas dari 2011:8). Di era ini, pabrik penulisan se-
dinamika masyarakat dan masa lalunya. jarah nasional dikontrol ketat oleh militer
Negara menyusun klasifikasi sosial tunggal sebagai salah satu dari tiga unsur utama
agar dapat mengendalikan warga masyara- di dalam rezim Orde Baru selain Golkar
katnya. Narasi-narasi alternatif yang dan Soeharto sendiri. Historiografi Indone-
memosisikan masyarakat sebagai sentral- sia disusun untuk melegitimasi dan mencip-
itas dalam sejarah tidak mendapatkan tem- taan mitos tentang peran militer yang telah
pat karena metanarasi dalam sejarah na- menyelamatkan revolusi Indonesia dan
sional itu sendiri. Artinya, Historiografi In- narasi-narasi untuk melegitimasi peran
donesiasentris tidak jauh berbeda dengan mereka di dalam mengawal kedaulatan dan
historiografi kolonial dengan versi yang pembangunan nasional.
berbeda namun tetap mengandung upaya Sebenarnya narasi-narasi alter-
pasifikasinya dan nasionalistik (chauvin- natif yang mengungkapkan tema-tema
isme) (Soedjatmoko, 1995:1). Dalam sejarah sosial terus diupayakan oleh Sar-
konteks ini, Bambang Purwanto (2006) me- tono Kartodirdjo di dalam penyusunan se-
nyebut bahwa upaya menulis sejarah na- jarah nasional di era Orde Baru. Namun
sional yang Indonesiasentris (pascakolo- demikian narasi tentang politik Orde Baru
nial) hanyalah usaha yang sia-sia. tetap mendominasi dan mulai merivisi
Pada Orde Lama, penulisan sejarah apa yang telah disusun oleh Sartono.
secara politis disusun dalam semangat rev- Narasi-narasi alternatif semakin meng-
olusi dan nasionalisme sebagai antitesa dari hilang setelah Sartono dan beberapa
kolonialisme. Bahan ajar kemudian rekannya sebagai bagian dari tim Panitia
disusun dalam bentuk buku penulisan se- Penyusunan Buku Standar Sejarah Na-
jarah nasional yang menitikberatkan sional (PPBSN) (Adam, 2006: x-xi) satu
kepada sejarah pergerakan nasional yang persatu mundur dari proyek penulisan Se-
penyusunanannya dipimpin oleh Ali jarah Nasional Indonesia (SNI). Ketid-
Sastroamidjojo (Adam, 2010:78). Menurut aksepahaman/keberatan mereka terutama
rezim Orde Lama, penafsiran sejarah na- pada soal pengarusutamaan peran militer
sional harus bersumber pada prinsip-prinsip dan Soeharto sehingga mereka memilih un-
“Manipol Usdek”. Era Orde Baru merupa- tuk mundur. Sejak saat itu, sejarawan mi-
kan sebuah era di mana penulisan sejarah liter Nugroho Notosutanto menjadi pimpi-
sepenuhnya dikontrol oleh kekuasaan. Se- nan di dalam menciptakan sejarah yang
jarah telah ditalkukkan dan dikendalikan hegemonik (Nordholt, 2008:11).
oleh arogansi dan sentralitas militer. Penulisan sejarah nasional akhirnya
Penciptaan narasi tunggal oleh rezim merepresentasikan hegemoni kekuatan
Orde Baru tidak hanya menghilangkan pusat. Sementara militer menjadi instru-
peran masyarakat terutama di tingkat lokal, men intervensi dengan dalih
juga menghilangkan peran kelompok-ke- menghilangkan krisis yang mengancam
lompok lawan politik Orde Baru. Bagi persatuan dan pembangunan sentralistik.
Utrecht, kontrol dan penulisan sejarah yang Kasus hubungan Jakarta dengan Papua dan
dilakukan oleh Orde Baru dimulai sejak Aceh menjadi penting untuk dilihat.
Imam Syafi’I, Sejarah Lokal adalah Sejarah Maritim…. 29
Selama Orde Baru, narasi dari perspektif fasis Soeharto (Soebandrio, 2000: 9, 14,
(lokal) tentang Aceh dan Papua dikerdilkan 68-69).
dengan dalih Indonesianisasi melalui pen- Narasi-narasi yang selama Orde
dekatan keamanan (militer) dan pem- Baru di kontrol sepenuhnya oleh kekuatan
bangunan. Dalam konteks ini kemudian, nasional di pusat, digantikan dengan
berbagai narasi dan ekspresi yang ter- narasi-narasi versi lokal atau yang dilo-
bentuk dari identitas dan sejarah panjang kalkan. Proyek ini kemudian dikenal se-
Aceh dan Papua dianggap sebagai pem- bagai pelurusan sejarah nasional. Ironisnya,
bangkangan terhadap eksistensi Negara usaha desentralisasi dan bahkan demi-
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). literisasi tidak sekedar merevisi peran
Sejarah lokal kemudian diabaikan, Soeharto dan militer dalam sejarah Indone-
pun jika harus ditulis dan diusahakan tetap sia, tapi seakan-akan telah menguapkan se-
berada dalam koridor yang ditetapkan jarah Orde Baru yang telah hidup selama 30
negara. Pusat adalah penentu jalan cerita tahun sebagai bagian dari historiografi In-
dan dinamika di tingkat lokal. Dalam donesia itu sendiri. Satu sisi usaha tersebut
konteks metodologi, pasifikasi sejarah lokal berupaya memberikan kesempatan ter-
ini kemudian berdampak pada penekanan hadap semua orang dari pelbagai lapisan
terhadap arsip-arsip negara sebagai sumber mendapatkan panggung sejarah. Sisi yang
utama historiografi, sedangkan alternatif- lain, arogansi baru muncul dan historiografi
alternatif narasi/sumber di daerah diposisi- masih memilik kadar politik yang tinggi
kan hanya sebagai dongeng, mitos, cerita terutama jika menyangkut naik turunnya
rakyat atau sekedar ingatan kolektif yang hubungan Jakarta dengan Aceh (Tiro,
tak berguna. 1982, Hasan, 2016) dan Papua (Zed,
Setelah rezim militer Soeharto mulai 2012) atau sekitar peristiwa 1965 dan
runtuh, reformasi menjadi penanda usaha berbagai peristiwa turunannya (Lane,
historiografi untuk orang-orang yang 2011).
selama Orde Baru berkuasa telah
dibungkam. Revisi-revisi sejarah dilakukan MEMOSISIKAN SEJARAH LOKAL
dimulai dengan pemeriksaan kembali DALAM KONTEKS SEJARAH NA-
buku-buku pelajaran di sekolah serta menu- SIONAL
lis ulang sejarah-sejarah lokal (identitas
daerah dan identitas kesukuan). Buku-buku Dalam konteks penulisan sejarah na-
yang sebelumnya terlarang diterbitkan sional pasca rezim otoritarian, sejarah lokal
ulang dan disebarkan secara luas serta memang diposisikan secara konfrontatif
munculnya biografi-biografi tokoh yang dengan narasi yang dikembangkan oleh
meligitmasi kesalahan-kesalahan Orde negara. Standar penulisan sejarah berdasar-
Baru. Salah satu memoar kesaksian yang kan intervensi negara kemudian masuk ke
secara terang menuduh Soeharto dan mili- dalam perdebatan tentang siapa tokoh yang
ter terlibat dalam G30S adalah memoar paling mewakili dan berhak atas panggung
Soebandrio, seorang Perdana Menteri sejarah, atau peristiwa-peristiwa (lokal)
masa Soekarno. Biografi kesaksiannya ini mana yang paling penting untuk dipilih
secara terang-terangan menyebutkan menjadi bagian dari sejarah nasional? Se-
keterlibatan Soeharto dan militer yang jarah sebagai peristiwa masa lalu lantas
didukung oleh Barat, AS. Penghujung menjadi komoditas yang harus disesuaikan
buku ini ditutup dengan seruan untuk kebutuhan dan kepentingan bagi mereka
mengakhiri kebungkaman akibat rezim
30 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017
di daerah dan sejauh mana proses desen- agar mendapatkan keberagaman narasi,
tralisasi setelahnya memunculkan berbagai pengalaman sejarah dan interaksi antar/in-
fragmentasi premordial kedaerahan. Ri- tra etnis di Indonesia sebagai sebuah na-
wanto Tirtosudarmo (2007) dalam tion-state. Banyak calon sarjana sejarah di
bukunya, “Mencari Indonesia: Demografi Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia me-
Politik Pasca Soeharto” memperlihatkan nyusun tugas akhirnya bertitik tolak dari
bahwa rekayasa demografi melalui trans- daerah asalnya. Hal ini tentunya menjadi
migrasi yang dilakukan oleh negara bahkan peluang bagi mereka untuk dapat mem-
sejak era kolonial (Maat, 2016), berikan gambaran yang lebih holistic
menekankan pada proses integrasi geografis mengenai sejarah dari wilayah yang
untuk mendukung praktik ekonomi dan mereka teliti dengan berbagai topik yang
politik semata. Hal ini kemudian mencip- lebih beragam. Mereka tentunya memiliki
takan segregasi sosial berdasarkan daerah kesempatan dari segi waktu, akses, dan
asal, etnisitas, dan agama terutama di dae- pemahaman terhadap kebiasaan-kebiasaan
rah-daerah tujuan program transmigrasi masyarakat termasuk penguasaan bahasa
yang hampir selalu dimanfaatkan oleh setempat. Hal ini menjadi penting karena
kepentingan elit politik lokal (Tirtosu- penguasaan bahasa setempat adalah salah
darmo, 2007). satu yang utama, jika tidak dapat disebut
Berdasarkan paradigma ini, upaya satu-satunya, untuk mempelajari dan men-
penulisan sejarah lokal yang dilakukan oleh guasai pemahaman tentang suatu wilayah
Departemen Pendidikan Nasional (2001) yang ditelitinya (Winichakul, 2016).
sebagai bagian dari Proyek Peningkatan Pada titik ini, diversifikasi topik dan sum-
Kesadaran Sejarah Nasional masuk dalam ber-sumber sejarah dalam penelitian se-
sejauh mana segregasi ini mempengaruh jarah lokal sangat memungkinkan untuk
dinamika sosial politik di tingkat lokal. dilakukan. Meskipun arsip masih mengam-
Upaya ini kemudian menghasilkan dua bil peranan penting di dalam penulisan se-
buku yang terdiri dari dua tema besar jarah, penggunaan sumber-sumber alter-
yakni, 1) Konflik Komunal dan Ketersing- natif seperti folklor, cerita rakyat, dongeng,
kiran Sosial, dan 2) Pembangkangan Sipil mitos dan tradisi/sejarah lisan lainnya
dan Konflik Komunal. Selain itu, banyak memungkinkan untuk menyusun sejarah
Pemerintah Daerah (Pemda) berlomba- yang holistik.
lomba menyusun sejarah lokal untuk Perkembangan ini tentunya
mencari asal usul (kepentingan ulang ta- mengarah pada koreksi dari keterbatasan
hun daerah), semakin tua usia suatu daerah, definisi sejarah lokal seperti yang disam-
dianggap semakin membanggakan. Juga, paikan oleh Taufik Abdullah (1996),
sejarah lokal digunakan sebagai legitimasi melihat sejarah lokal secara struktural
untuk melengkapi usaha pemekaran wila- terbatas pada lokalitas tertentu yang mem-
yah dan atau pengusulan pahlawan daerah iliki kekurangan catatan (dokumen) tentang
menjadi pahlawan nasional. Meskipun perkembangan suatu daerah di periode ter-
upaya-upaya ini tidak sepenuhnya dapat tentu. A B Lapian misalnya, dalam me-
disalahkan, namun upaya penulisan sejarah nyusun disertasi yang kemudian diterbitkan
lokal seperti ini tidak begitu banyak dengan judul “Orang Laut, Bajak Laut,
membantu kita lebih memahami kondisi- dan Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut
kondisi suatu wilayah tertentu. Sulawesi Abad XIX” memperlihatkan
Namun demikian, perkembangan bahwa sejarah lokal (kawasan laut Sula-
penulisan sejarah lokal sangat menjanjikan wesi) merupakan interaksi yang dinamis
32 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017
dari orang-orang yang berada di wilayah sumber arsip kolonial. Topik- topik sejarah
tersebut dengan lingkungan sekitarnya, dan maritim ini kemudian berkembang ber-
dengan kekuatan sejarah (sosial-politik) dasarkan aspek yang saling terkait satu sama
dari luar melalui aktivitas perdagangan lain seperti, integrasi wilayah (hinterland
(laut) yang menciptakan kondisi ekologi dan foreland) seperti yang dilakukan oleh F.
kemaritiman yang berbeda dengan ekologi A Sutjipto Tjiptoatmojo (1983) tentang
agraris (Lapian, 2009). Usaha yang dirintis kota-kota di Selat Madura, Susanto Zuhdi
oleh A B Lapian ini kemudian disebut se- (2015) melihat perkembangan Pelabuhan
bagai sejarah maritim (sejarawan maritim) Cilacap dan Edward Poelinggomang
meskipun dikembangkan berdasarkan rinti- (2002) tentang Makassar, aspek etnisitas
san sejarah sosial ala Sartono. Bagi A.B. oleh Andi Ima Kesuma (2004) pola
Lapian sejarah sosial (orang kecil) itu tidak migrasi Orang Bugis dan Abd. Rahman Ha-
hanya terjadi di arenan daratan namun juga mid (2011) tentang orang Buton, dan aspek
terjadi di arena laut. komoditas seperti yang dilakukan oleh
Dalam konteks yang lebih luas, se- Imam Syafi’i (2013) mengenai
jarah maritim Indonesia ini merupakan ba- perdagangan garam, dan aspek sosial-poli-
gian dari sejarah kawasan Asia Tenggara. tik yang ditulis oleh Rasyid Asba (2007)
Anthony Reid mengatakan bahwa upaya tentang kopra Makassar. Tentunya lebih
penyusunan sejarah Asia Tenggara sama banyak lagi penelitian-penelitian sejarah
halnya dengan upaya penyusunan sejarah maritim di tingkat lokal yang memberikan
total. Reid menyebutkan bahwa sejarah kesempatan kepada kita tentang berbagai
Asia Tenggara telah membuktikan bahwa aspek-aspek lain dari sejarah maritim di
wilayah ini merupakan satu entitas besar tingkat lokal, sekalipun dari aspek-aspek
yang tidak pernah terpisahkan secara geo- tersebut tetap saling berkaitan, seperti per-
grafis maupun sosial kulturalnya. Konste- masalahan buruh, perempuan, anak, ne-
lasi wilayah ini telah menciptakan sebuah layan, kuliner (Bustami, 2004), sejarah
pertalian budaya dalam rentang waktu lingkungan (Lapian, 1999) dan lain se-
yang panjang dan mencapai puncaknya bagainya.
pada masa yang disebut oleh Reid sebagai Hal terakhir yang perlu disam-
zaman niaga (Hall, 1955, Reid, 2011). paikan adalah terkait dengan penyeleng-
Muridnya Adrian Vickers, kemudian garaan Konferensi Nasional Sejarah (KNS)
menjelaskan proses penciptaan itu sebagai ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada
bentuk dari sebuah peradaban bersama Asia tahun 2016 di Jakarta (7-10 November).
Tenggara yang disebut sebagai peradaban Konferensi yang mengangkat tema sejarah
pesisir (Vickers, 2009). Lain lagi dengan maritim ini memiliki signifikansi yang
Dennys Lombard yang menyebut kawasan penting terhadap perkembangan penulisan
ini (Jawa) sebagai arena pertautan ke- sejarah maritim di tingkat lokal. Dari sekian
budayaan yang membentuk lapisan-lapisan banyak makalah yang masuk dan dipresen-
peradaban yang diterima, diolah dan dikem- tasikan prospek penulisan sejarah maritim
bangkan dari kebudayaan India, Islam, dan di tingkat lokal memperlihatkan bahwa lo-
Eropa (Lombard, 2005). kalitas tidak hanya diartikan sebagai unit
Penulisan sejarah maritim di tingkat analisis geografis tertentu, lebih dari itu lo-
lokal kemudian terus berkembang dengan kalitas harus dilihat dari sejauh mana wila-
berbagai topik dan penggunaan sumber yah tertentu itu memiliki keterkaitan dan
sejarah yang lebih beragam meskipun konektivitas dengan wilayah lain baik
masih sangat tergantung kepada sumber-
Imam Syafi’I, Sejarah Lokal adalah Sejarah Maritim…. 33
secara kultural, ekonomi, politik dan bu- tradisi historiografi yang bertumpu pada
daya. Makalah-makalah yang masuk dan perkembangan masyarakat kita sebagai
dipresentasikan ini tidak hanya mena- sebuah nation-state, dapat merelasikan
warkan suatu wilayah yang relatif baru dengan baik antara historiografi nasional
dengan sumber-sumber yang belum dipub- dan historiografi lokal tanpa terjebak pada
likasikan sebelumnya di dalam kajian se- perdebatan dikotomis dan konfrontatif di
jarah maritim, juga keberagaman topik antara keduanya. Bahwa sejarah nasional
yang dimunculkan. Yang perlu mendapat- dan sejarah lokal tidak harus selalu mem-
kan perhatian terkait kegiatan konferensi iliki dimensi yang sama atau harus berbeda
ini adalah, kajian Sulawesi mendapatkan sama sekali baik dari aspek spasial, tem-
tempat yang paling banyak dipresentasi- poral serta pelaku- pelaku sejarah baik
kan oleh sarjana-sarjana lokal yang me- secara individual dan atau kelompok.
mang berasal dari pulau ini. Berikutnya, Masing-masing masyarakat tentu
makalah-makalah yang membahas tentang saja memiliki ingatan-ingatan masa lalu
sejarah maritim di bagian timur Indonesia, baik individu maupun ingatan kolektif. In-
selain Sulawesi tentunya, juga relatif gatan-ingatan ini tentu saja memiliki
minim. Namun yang menarik adalah maka- berbagai macam bentuk sesuai dengan ek-
lah yang dipresentasikan oleh Tika Rama- sistensi masyarakat itu sendiri yang tetap
dani (2016) dari Universitas Leiden yang dipertahankan sebagai sebuah tradisi. Pem-
mengkaji diaspora orang Arab di Kepu- ahaman yang memadai akan pentingnya
lauan Sunda Kecil. Tulisan ini kemudian eksistensi sebuah tradisi ini kemudian akan
menjelaskan sejauh mana dinamika mempermudah kerja kita untuk merekon-
perdagangan kuda yang dilakukan orang- struksi setiap narasi masa lalu dari masing-
orang Arab di Kepulauan Sunda Kecil masing suku bangsa. Menyeimbangkan
sesungguhnya terkoneksi dengan orang- kerja-kerja tendensius dan menghindari
orang Arab di kota-kota besar seperti stereotipe seperti yang dilakukan di dalam
Surabaya dan Jakarta. Bagaimanapun, se- tradisi historiografi konvensional yang
jarah maritim di tingkat lokal telah hanya bertumpu pada sumber arsip yang di-
menunjukkan kepada kita bahwa hampir anggap memiliki kemutlakan validitas in-
semua wilayah di Indonesia memiliki kon- formasi.
ektivitas satu sama lain, menciptakan mo- Pada akhirnya, setiap generasi selalu
bilitas, komunikasi, diaspora berbagai etnis berupaya memiliki dan menulis sejarahnya
yang membentuk peradaban bersama yang sendiri. Namun, upaya itu tidak tumbuh di
kosmopolit. ruang hampa melainkan dipengaruhi oleh
situasi sosial-politik yang terus berkem-
SEJARAH LOKAL DAN TAN- bang. Oleh karenanya, arah historiografi
TANGAN KEKINIAN: CATATAN hari ini harus mampu menjawab berbagai
PENUTUP permasalahan kita sebagai nation-state
terutama munculnya kembali premordial,
Keberagaman narasi yang muncul sektarianisme, dan eksklusifisme ke-
dari upaya penulisan sejarah lokal yakni lompok-kelompok tertentu. Upaya penu-
semakin banyaknya periodisasi, peristiwa lisan sejarah maritim di aras lokal harus
dan pelaku sejarah yang mampu dilihat sebagai bagian dari tradisi historio-
mengungkapkan lapisan-lapisan peradaban grafi lokal yang memberikan peluang ter-
masyarakat yang terbentuk dari pengala- hadap keberagaman narasi dan meya-
man dan sejarah kolektif kita. Bahwa kinkan kita bahwa perbedaan adalah
34 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017
keniscayaan yang perlu diperjuangkan Adam, A.W. 2000. “Sejarah Lisan di Asia
secara kolektif melalui prinsip multikultur- Tenggara, Sejarah Korban di
alisme. Secara bersamaan, sejarah maritim Indonesia” pengantar dalam
lokal juga harus memberikan kita batasan P. Lim Pui Huen, dkk, Se-
sejauh mana multikulturalisme itu dikem- jarah Lisan di Asia
bangkan karena pengalaman kemaritiman Tenggara: Teori dan
kita yang panjang memberikan kita ikatan Metode terjemahan oleh R
yang kosmopolit, masyarakat yang luwes Z Leirissa. Jakarta: LP3ES.
dan terbuka. Artinya, pada level ini, sejarah _______. 2006. “Pengantar: Berfikir His-
maritim lokal memberikan makna bahwa toris Membenahi Sejarah”
multikulturalisme merupakan identitas dan dalam Sam Wineburg, Ber-
pengalaman sejarah kolektif kita sebagai fikir Historis: Memetakan
bangsa dan harus menjadi prinsip- prinsip Masa Depan, Mengajarkan
kewarganegaraan yang sejajar dalam Masa Lalu terjemahan Masri
negara-bangsa atau apa yang disebut se- Maris. Jakarta: Yayasan Obor
bagai komunitas terbayang. Harapannya, Indonesia.
usaha ini akan membawa kita kepada pem- _______. 2010. Bung Karno Dibunuh
ahaman dan kearifan yang lebih besar ten- Tiga Kali?: Tragedi Bapak
tang masa lalu kita sebagai sebuah bangsa. Bangsa Tragedi Indonesia.
Sebuah pemahaman dan kearifan se- Jakarta: Penerbit Buku
bagaimana terkandung dalam sebuah Kompas.
pameo lama “In het heden light het
Asba, R. 2007. Kopra Makassar, Pe-
verleden, in het nu wat komen zal” yang
rebutan Pusat dan Daerah:
kurang lebih memiliki arti “di masa kini
Kajian Sejarah Ekonomi Poli-
terletak masa lalu, di masa sekarang terkan-
tik Regional Indonesia. Ja-
dung masa depan”.
karta: Yayasan Obor Indone-
sia.
DAFTAR RUJUKAN Bustami, A. L., 2009. “Folklor Kangean:
Suatu Kajian Cerita Bajak
Abdullah, T. (ed). 1996. Sejarah Lokal Laut (lanun) Sebagai Sumber
di Indonesia: Kumpulan Tu- Sejarah Kawasan” Jurnal Ba-
lisan.Yogyakarta: Gajah hasa dan Seni, Tahun 32,
Mada Uniersity Press. Nomor 2, Agustus
2004. Sumber: http://sas-
_______. 2016. “Historiografi dalam
tra.um.ac.id/wp-content/up-
Denyut Sejarah Bangsa”
loads/2009/10/Foklor-
Makalah disampaikan di da-
Kangean- Suatu-Kajian-
lam ceramah tentang Histori-
Cerita-Bajak-Laut-Sebagai-
ografi Indonesia dalam Per-
Sumber-Sejarah- Kawa-
spektif Sejarah di Teater Sali-
san.pdf diakses pada 17 April
hara.
2017.
Abdullah, T. dan Surjomihardjo, A.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001
( E d ) 1985. Ilmu Sejarah
Kumpulan Makalah Diskusi
dan Historiografi: Arah dan
Perspektif. Jakarta: Grame-
dia.
Imam Syafi’I, Sejarah Lokal adalah Sejarah Maritim…. 35