Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan investigasi di Indonesia belum memjadi suatu teradisi yang melembaga di


tubuh pers. Laporan investigasi belum memiliki dampak luas dan menonjol.Pekerja pers
Indonesia masih mengerjakan investigatif sebagai sebuah pendekatan yang bersifat temporer,
kadang-kadang, masih dapat dihitung dengan jari.

Tanpa memberikan rincian data dan sampel, armada mengajukan beberapa sebab
yang menghambat peliputan investigatif, yakni pers Indonesia masih menilai bahwa laporan
investigatif merupakan laporan yang memakai biaya tinggi, proses peliputannya
menghabiskan waktu yang sangat panjang, hasil akhir tidak pasti memberikan hapangan juga
kepada gairah kepada wartawan Indonesia. Ditambah lagi resiko besar yang bisa timbul
akibat peliputannya dan persyaratan modal kuat, keuletan dan kesabaran yang harus dimiliki
wartawan investigatif Indonesia belum mendapat tempat dikalangan pers saat itu.1

Apabila seorang wartawan menemui kejadian, ia dapat langsung menuliskannya


dalam bentuk berita, laporan atau bentuk tulisan lainya, tetapi untuk dimuat di surat kabar ada
beberapa pertimbangan yang harus dipikirkanya. Mereka harus tahu mana berita yang bagus
dan layak untuk dimuat serta layak dibaca masyarakat.

Selain itu, informasi yang disajikan kepada khalayak harus semakin cepat dan tepat.
Ketidaktepatan informasi yang sampai pada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan
khalayak terhadap media massa tersebut. Ketidaktepatan penyampaian informasi
akanmengurangi kepercayaan pembaca.2 Maka menjadi wartawan di sebuah surat kabar
harian dituntut harus kerja keras dan profesional dalam segala hal.

Investigasi juga melibatkan upaya pencarian wartawan yang bergerak secara


undercover, melakukan penyamaran.Tidak hanya menurunkan reportase yang langsung
mengobservasi objek berita.Liputan menjaring data beserta dengan keterangannya, untuk
disimpulkan menjadi fakta, melalui berbagai teknik penggalian investigatif yang mendalam.

B. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian jurnalisme investigasi?

2.Apa saja macam-macam sumber berita dalam investigasi?

3.Apa saja teknik peliputan dalam investigasi jurnalistik?

1
Wina armada, Menggugat Kebebasan Pers (Pustaka Sinar Harapan, 1993).
2
Dandhy Dwi Laksono, Jurnalisme Investigasi (Bandung: Kaifa, 2010).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian jurnalisme investigasi.

Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan,


pencarian,pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.Investigasi merupakan
upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka untuk mengungkap fakta yang berkaitan
erat dengan indikasi adanya penyalahgunaan/penyelewengan. Investigasi dalam konteks
penanganan masalah implementasi, didasarkan pada kebutuhan akan
data/informasi/bukti/fakta yang diyakini kebenarannya untuk kepentingan pembuktian suatu
kasus.

Hampir semua jurnalis berpendapat bahwa status investigasi bukan ditentukan oleh
panjang pendeknya laporan, atau apakah ia menggunakan teknik menyamar dalam
liputannya, melainkan apakah laporan tersebut telah memenuhi elemen-elemen investigasi.
Jurnalisme investigasi biasanya memenuhi elemen-elemen berikut.

a) Mengungkapkan kejahatan terhadap kepentingan public, atau tindakan yang


merugikan orang lain.
b) Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis (ada
kaitan atau benang merah).
c) Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan dengan
gamblang.
d) Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti yang kuat.
e) Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa membuat
keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.

Tanpa kelima elemen tersebut, sebuah laporan panjang barangkali hanya bisa disebut
sebagai laporan mendalam (in-depth reporting).Untuk mendapatkan kelima hal tersebut, ada
metode atau teknik yang bisa digunakan, yaitu teknik investigasi.

Jurnalisme investigasi memang berbeda dengan kegiatan jurnalistik pada umumnya,


para wartawan membuat berita berdasarkan sumber-sumber yang terkait, teragenda, dan
menjadi langganan informasi mereka. Selain itu, mereka juga menyeleksi, apa sumber
informasi mereka layak tidak, mengandung kebenaran atau tidak.3

Jurnalisme investigatif sendiri adalah lapisan ketiga dari berita dan sejatinya
dilakukan untuk sebuah perubahan. "Tetapi faktanya, banyak media yang lebih senang
menampilkan berita ringkas karena untuk melakukan reportase yang mendalam memerlukan
biaya mahal dan waktu yang lama,".Oleh karena itu, jika ada media yang berniat untuk
melakukan reportase investigatif maka sebaiknya melepaskan diri dari kepentingan atau

3
Dandhy Dwi Laksono.
tujuan bisnisnya. "Sebab reportase seperti ini memang untuk mencerahkan publik,".Reportase
investigasi juga bisa dalam bentuk gambar seperti foto atau film dokumenter. Pasalnya,
fotografi, sastra dan jurnalisme investigasi menjadi satu mata rantai yang sama.

Secara umum, reportase investigasi di media cetak Indonesia berkembang sangat baik
dan positif.Tetapi di sektor televisi, reportase investigasi justru banyak polusi -- seperti yang
dikatakan oleh pengamat televisi, Marseli Setiawan. Dunia jurnalisme mengenal perangkat
nilai berita,kisah-kisah investigatif memiliki perbedaan dengan pola kisah berita umum.
Terminologi investigative journalism memberikan atribut penyelidikan, keingin tahuan dan
misi tertentu dari para wartawannya.para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan
pengagendaan berita seperti yang terdapat dalam peliputan regular.Mereka memasuki subjek
pemberitaan tatkala mereka tertarik untuk melakukan sesuatu kerja peliputannya tidak lagi
dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu.ada kekhususan kerja peliputan dibanding mencari berita
yang biasanya.

Para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka temukan, melaporkan


adanya kesalahan-kesalahan, dan menyentuh masyarakat untuk serius terhadap soal yang
dikemukakan, mengafeksi masyarakat dengan bacaan moral yang dikumpulkannya.

Investigative journalisme bukan hanya menyampaikan sebuah dugaan adanya sebuah


persoalan pelanggaran, melainkan juga merupakan kegiatan memproduksi pembuktian
konklusif dan melaporkannya secara jelas dan simple.

Hal ini terkait dengan kegiatan membuat pengisahan menjadi berkembang pada
keadaan ketiadaan dokumen dari pihak-pihak yang hendak dilaporkan
pelanggarannya.Kalaulah semua bahan telah terkumpul, hal itu berkemungkinan hanya
membuat kisah tentang dugaan dan penyangkalan, meletakkan para pembaca untuk
memutuskan sendiri siapa yang dipercayainya. Kisah-kisah macam itu memiliki nilai yang
tinggi bagi berbagai surat kabar. Untuk menghindari penuntutan, mereka menyediakan
waktu-waktu untuk riset yang sangat panjang.Kisah-kisah mereka harus bisa meminimalisir
risiko salah dalam menyebutkan berbagai tuduhan di pemberitaan mereka.Pembuktian yang
baik, dan disepakati banyak pihak, merupakan salah satu alat untuk berbagai penyangkalan
yang dikemukakan berbagai pihak yang dirugikan.

Karena itulah, kegiatan jurnalisme investigative media cetak terkait dengan upaya
mengembangkan bangunan fakta-fakta. Berbagai dokumen dieksploitasi
interpretasinya.Berbagai konsesi diperhatikan dampak-dampaknya.Berbagai klaim dan
tuntutan dihitung kerangka pemikirannya.Berbagai indikasi ditelusuri, dicari melalui berbagai
pernyataan.

Pelaporan jurnalistiknya menjadi tidak hanya menyampaikan keseimbangan antara


dugaan dan penolakan.Hasil liputannya mengeluarkan sebuah judgement yang didasari oleh
fakta-fakta yang melingkupi persoalan yang dilaporkan wartawan.Koleksi dan presentasi
pembuktiannya tidak boleh berat sebelah, harus adil membagi tudingan, tidak boleh
mengarahkan, condong memberatkan pihak tertentu.Kerja reportasenya mesti menyiapkan
perangkat kejelasan fakta-fakta yang kuat.
Pada dasarnya, setiap wartawan mengerjakan peliputan yang dilakukan, menurut
Bruce Page kerja investigasi membuat berbagai isi surat kabar memiliki perbedaan dibanding
brosur sebuah iklan. Kerja keras para wartawan dalam meningkatkan pelaporan jurnalistik
yang bermutu.Nilai mutunya terletak didalam membangun dasar fakta-fakta.

kerja wartawan investigasi kerap menemukan area peliputan yang mesti dibuka
dengan sengaja, dicari dengan hitungan asumsi tertentu, dan dikontak dengan ketekunan
dalam menarik narasumber untuk membeberkan keterangan yang diperlukan. Berbagai
narasumber bahkan diasumsikan berkemungkinan untuk corrupt,memanipulasi keterangan.
Karena itulah, berbagai data dan keterangan yang didapat dari sebuah kisah berita
memerlukan analisis kritis wartawan investigatif.Tidak sesederhana didalam peliputan yang
dapat langsung mencatat berbagai rentetan keterangan dari sebuah peristiwa berita regular
atau seremonial.

Para wartawan investigasi juga kerap harus jeli dan waspada terhadap berbagai kisah
berita yang tersebar di masyarakat.Beberapa pihak sengaja menyewa perusahaan public
relations (hubunggan masyarakat) untuk membuat perencanaan kisah berita tertentu.Lalu,
membayar kerja pengacara untuk menyangkal berbagai isu yang tersebar. Public tentu saja
akan menolak paparan kisah berita yang dikemukakan para petugas human relations. Dari
sanalah, para pekerja media jurnalistik memulai rangkaian liputan investigasinya.

Mereka mulai meneliti berbagai item berita yang dapat diungkap untuk konsumsi
pemberitaan media harian dan mingguan.Mereka juga mulai menyusun strategi untuk
wawancara yang dapat membuka selubung bukti keterangan yang sengaja dirancang.Selain
itu, juga memulai rancangan kegiatan penulisan yang dapat diterima publik.4

Beberapa prinsip liputan mengindikasikan kegiatan penggalian informasi. Pekerjaan


wartawan ialah mengumpulkan informasi untuk membantu masyarakat memahami berbagai
kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian itu membawa para reporter
untuk melakukan tiga kegiatan,3 di dalam reportase.

a) surpace facts, yakni penelusuran fakta-fakta dari sumber orisinal, seperti berbagai rilis
berita, catatan-catatan tangan, dan berbagai omongan (speeces) ;
b) reportorial enterprise yang meliputi kerja memverifikasi, menyelidiki, meliput
kejadian-kejadian mendadak, mengamati latar belakang ;
c) interpretation and analysis, yakni coba mengukur akumulasi informasi berdasar
tingkat signifikasinya, dampaknya, penyebabnya, dan konsekuensinya.

Para reporter kerap melakukan observasi langsung terhadap berbagai kejadian, berikut
sumber-sumber informasi yang sering terlihat memanipulasi pers. Berbagai sumber sengaja
membuat taktik untuk mendapatkan pemberitaan, dengan cara mebuat aksi yang jadi
perhatian media. Karena itulah verifikasi pengecekan latar belakang, observasi langsung,
reportase lanjutan merupakan bantuan dan kerap dapat mengoreksi materi keorisinalitasan
4
Dandhy Dwi Laksono.
sumber. Para wartawan juga mesti mengembangkan interpretasi ketika hendak membangun
kisah beritanya.

Dengan kata lain, kerja kewartawanan ibarat seorang penyelidik yang tengah meniliti dan
meluruskan berbagai kebohongan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu.

B. Macam-macam Sumber Berita

Proses kegiatan liputan seperti itu menjadi ilustrasi bagaimana desain liputan
investigatif dikerjakan. Kegiatan tersebut menunjukkan bahwa proses peliputan jurnalisme,
yang hendak mengangkat isu-isu yang serius, memerlukan perencanaan riset terhadap
berbagai sumber informasi.

Strentz membedakan dua sumber berita yang biasa dilacak wartawan, yaitu sumber
berita konvensional dan sumber berita non-konvensional. Sumber berita konvensional
merupakan sumber informasi yang biasa didapatkan wartawan didalam proses operasional
pencarian berita: ini berarti “cara media memperoleh sebagian besar informasi mereka
melalui dan dari kantor-kantor berita; humas atau sumber-sumber promosi; hadir pada
berbagai peristiwa yang bernilai berita; dan menggunakan catatan publik”. Sedangkan,
sumber berota non-konvensional ialah sumber-sumber informasi yang didapat dengan cara
khusus, dan menyangkut sumber-sumber informasi yang tidak biasa menjadi rekanan
wartawan dalam meliput nilai berita.

Pemunculan dua sumber berita ini disebabkan oleh karakter dari kekuatan pers itu
sendiri, yakni kekuatan informasi pers yang dibutuhkan masyarakat. Kerena itu, pers pun
membutuhkan penyedia informasi yang dapat dihandalkan, dapat diterima, dan dibutuhkan
masyarakat. Selain itu, terkait pula dengan proses wawancara dan berbagai perhitungan yang
bisa mengurangi nilai informasi yang oleh Strentz diistilahkan dengan “jebakan yang menanti
reporter” saat meliput. Pada sisi lain, berhubungan juga dengan proses melindungi,
mempromosikan sumber-sumber berita, ketika berbagai sumber berita yang telah
memberikan informasi mengandung kemungkinan untuk mendapat resiko buruk.5

pada sisi sebaliknya, memiliki kemungkinan hendak memanfaatkan pers bagi


kepentingan untuk mempromosikan diri sendiri. Pada perspektif lain, kedua jenis sumber
berita ini juga terkait dengan frekuensi perjumpaan reporter dengan para sumber informasi
yang diberitakan (pola pemberitaan beat misalnya mengindikasikan rutinitas pemberitaan
harian dengan sumber-sumber yang berfrekuensi kerap). Biaya peliputa juga menjadi sebab
mengapa sumber berita konvensional dibedakan dengan yang non-konvensional, semakin
tinggi biaya liputan yang dikeluarkan biasanya menunjukkan semakin tidak konvensionalnya
sumber yang harus diliput. Pada sisi penilaian berita, hal ini juga menjadi sebab ,engapa
wartawan mesti undang-undang federal negara bagian dan lokal bagi publik.

5
James Simon’s Top- Factores, dari itule- Anderson. Op.Cit, hl 256
Akta kebebasan informasi (FOIA, Freedom of Information Act) disahkan oleh
Kongres Amerika erikat, pada masa presiden Johnson, pada tahun 1968. Skandal Watergate
memicu pengamandemenannya, pada 1974, fase Presiden Ford, dan berlaku mulai Februari
1975. Pengaksesan dibatasi pada hal-hal yang menyangkut keamanan nasional, kerahasiaan
perusahaan swasta yang melakukan bisnis dengan pemerintah, serta melindungi privasi warga
negara yang tengah menjadi subjek catatan pemerintah. Para jurnalis Amerika biasanya
mengakses berbagai catatan publik dalam soal-soal seperti mengapa satu kontrak untuk
mengaspal jalan desa dimenangkan oleh satu pihak, mengapa seorang guru baru ditambahkan
dalam bidang pendidikan jasmani dan bukunya musik, mengapa orang tertentu diangkat
untuk melengkapi masa keanggotaan dewa kota sebelum habis masa jabatan.

Pada sumber berita non-konvensional, Strentz menggambarkan ketidakkonvensional


sebuah sumber berita melalui upaya wartawan untuk menyeimbangkan berbagai pemberitaan
kemapanan dengan beita-berita yang bersifat anti-status quo. Dengan mengambil perspektif
dari sumber-sumber berita tidak resmi, para wartawan membuka peluang kelompok minoritas
mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berpartisipasi di dalam pembuatan berbagai
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Ini merupakan upaya memperbaiki narasi
sejarah jurnalisme Amerika yang dikuasai kaum kulit putih, kaum pria kelas menengah yang
lingkungan hidup dan pengalamannya nyaris tidak mendukung sikap mengakui, memahami,
dan menafsirkan isu-isu ras dan kelas.6

Keterkaitan investigatif reporting dengan sumber berita non konvensional terletak


pada upaya menembus sumber-sumber informasi yang tidak biasa menjadi sumber berita.
Tentu saja, topik-topiknya tidak hanya berkaitan dengan soal-soal kemiskinan atau
kelompok-kelompok minoritas yang tersingkir. Sifat infistigatif tertuju pada pencarian
sumber-sumber berita yang terkait dengan soal-soal yang disengaja disembunyikan atau
ditutup-tutupi oleh pihak-pihak tertentu. Kelompok teroris ialah contohnya. Mendatangi
persembunyian kelompok-kelompok teroris, merupakan sebuah sampel bagaimana
investigasi menjadi kerja menembus sumber-sumber ynag berbahaya untuk mengangkat
laporan mengenai mengapa terorisme menjadi pilihan aksi mereka.

Pada konteks liputan terorisme beban yang harus dihindari wartawan investigative
bukan hanya senjata yang begitu mudah diledakkan. Tiap reporter mesti menjaga perannya
agar tidak terdirtorsi oleh efek untuk melindungi dan mempromosikan sumber-sumber berita.
Peran reporter dalam tiap liputan, umumnya membawakan tiga peran yakni, sebagai
pengamat, perantara, dan partisipan. Kewajiban wartawan ialah meminimunkan peran
partisipan serta membawakan peran menengah guna melayani kepentingan khalayak berita.
Dalam kaitan terorisme, porsi tuntuttan justru kerap terkondisikan kepada perumusan media
berita sebagai partisipan di dalam peristiwa tersebut. Maka itulah, wartawan di sini justru
hanya bisa menjaga integritasebagai pelapor berita.

Namun, dilain pihak wartawan pun mesti mewaspadai pelarangan yang diputuskan
pemerintah dengan alasan dampak buruk tertentu. Sebab : pelarangan ilputan atau dikte
pemerintah bertentangan dengan kepentingan masyarakat untuk mendapatkan informasi
6
Dandhy Dwi Laksono, Jurnalisme Investigasi.
mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. “liputan berita atas tindakan teroris dapat
berfungsi sebagai katub pengaman, yang mengurangi tingkat kekerasan yang dilakukan”.

 Sumber Primer dan Sekunder


Di dalam pencarian data untuk menjadi bahan pemberitaanya, wartawan
investigatif akan menelusurinya melalui berbagai sumber informasi. Yang dimaksud
sumber informasi wartawan biasanya ialah berbagai pihak, tempat dan bahan yang
menjadi rujukan wartawan dalam mengembangkan pemberitaan, yang meliputi antara
lain : para petugas, para pembicara, partisipan dari sebuah kejadian, berbagai
dokumen, catatan, rekaman, majalah, film dan buku.
Sumber-sumber pemberitaan pers itu, menurut Mencher, bisa dibagi dalm dua
tipe yakni :
a) Sumber yang bersifat fisikal, seperti berbagai rekaman, dokumen,
kertas kerja, dan klipping koran.
b) Sumber yang bersifat human seperti otoritas dan yang terlibat dengan
kejadian. Sumber human memiliki nilai kurang reliabel dibanding
sumber fisikal.7

Dikarenakan oleh kemungkinan untuk melindungi dan menyimpangkan


amatan serta sering pula menyampaikan sesuatu yang mereka pikir dibutuhkan oleh
wartawan. Maka itulah, dalm mempergunakan sumber informasi yang bersifat human
para wartawan mesti mendapatkan orang yang memiliki kualifikasi untuk berbicara
memiliki otoritas terhadap subjek permasalahan, seorang saksi mata, para petugas
yang terkait, dan pertisipan yang berhubungan erat dengan topik yang tengah diteliti.

Pada sisi lain, untuk mendapatkan rumusan hipotesis, dan


mengembangkannya. Peliputan investigatif memerlukan berbagai sumber-sumber
dokumentatif. Berbagai kelipping dan data referensi lain adalah merupakan acuan
riset, yang juga biasa dipakai di dalam peliputan reguler. Namun, reporter investigatif
kerap mesti melakuka penggalian dokumen lebih jauh, luas dan lebih dalam. Ia tidak
dapat mengandalkan semata-mata sumber perpustakaan tredisioanal. Berbagai catatan
publik, yang berada dibarbagai ruang administratif kelembagaan umum lain, kerap
menyembunyikan data yang dapat menjadi keterangan penting untuk sebuah kisah
investigatif. Selain itu, observasi terhadap realitas, tempat-tempat kejadian, sampai
kepertemuan konferansi pers maupun undangan petugas humas setempat juga menjadi
lahan untuk penggalian data.

Bila diklasifikasikan, berbagai sumber informasi dapat dibagi menjadi dua


bagian : riset sumber-sumber informasi primer dan riset informasi sekunder. Sumber
informasi primer menurut Nelson ialah muatan informasi yang membentuk
keseluruhan isi pelaporan jurnalistik. Riset informasi sekunder merupakan pencarian
kelengkapan dan keakurasian informasi atau fakta.

7
Dandhy Dwi Laksono.
 Riset Sumber Primer
Riset ini berhubungan dengan kegiatan penggalian fakta dan pemeriksaan
akurasi. Kegiatan riset ini tercakup ke dalam upaya yang berasal dari berbagai
pengalaman dan observasi pribadi serta berbagai data dan keterangan yang di dapat
dari para tenaga suka rela. Riset melalui sumber primer juga melibatkan kegiatan
mempelajari kertas-kertas kerja pribadi, korespondensi seseorang berbagai catatan di
buku harian. Maka itulah riset ini digunakan sebagai jenis riset yang
direkomendasikan. Ini berbeda dengan riset sekunder yang melibatkan pekerjaan
mencari data dari sumber-sumber data yang telah dipublikasikan sebelumnya

Di dalam pencarian data untuk menjadi bahan pemberitaanya, wartawan


investigatif akan menelusurinya melalui berbagai sumber informasi. Yang dimaksud
sumber informasi wartawan biasanya ialah berbagai pihak, tempat dan bahan yang
menjadi rujukan wartawan dalam mengembangkan pemberitaan.8

1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber yang memberikan bukti tangan pertama atau
terlibat langsung dalam kasus yang tengah diselidiki. Contoh, seorang pasien yang
membeli obat-obatan dari seorang perawat lewat ‘pintu belakang’ rumah sakit dapat
menjadi sumber primer bagi pengalaman spesifiknya, tapi dia tidak dapat
membuktikan bahwa kebanyakan perawat melakukan hal tersebut. Seorang mandor di
fasilitas pengelolaan air yang mendapat perintah untuk mengecek kualitas air sekali
sebulan dan bukan sekali seminggu, juga dapat menjadi sumber primer. Begitupula
bukti transaksi perbankan seorang menteri yang dengan jelas menunjukkan transfer
dari sebuah perusahaan senjata internasional, merupakan sumber primer. Sepanjang
Anda dapat memverifikasinya dan memastikan bahwa mereka otentik, sumber-
sumber primer paling berharga karena memberikan bukti langsung.Dalam banyak
kasus, sumber primer ini pula yang paling sulit ditembus.Orang yang mengetahui
langsung sebuah pelanggaran mungkin enggan dikutip karena mereka takut menjadi
sasaran balas dendam.Sedangkan dokumen-dokumen penting seperti laporan bank
atau catatan medis dijaga ketat kerahasiaannya atau bahkan dilindungi undang-undang
privasi.

2. Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber penunjang/ pelengkap data kasus.semua
jenis terbitan, laporan organisasi atau perusahaan dan cerita-cerita tangan kedua
(‘Saya punya teman yang …’). Sumber sekunder berharga terutama untuk menyusun
konteks dan latar belakang, membantu menjelaskan isu dan menuntun jurnalis ke
kontak-kontak yang bagus.Meski demikian, setiap bukti yang diperoleh harus
diperiksa dan diverifikasi kebenarannya.
8
Dandhy Dwi Laksono.
Dalam praktik peliputan investigasi seorang jurnalis menjalankan praktik
peliputan investigasi menggunakan model partisipan. Model partisipan yaitu
Keterlibatan langsung seorang jurnalis dengan objek peliputan investigasi atau
berbaur dengan tim investigasi. Tujuannya, seorang
jurnalis atau tim investigasi dapat mendengar, melihat dan merasakan
pengalaman-pengalaman yang dirasakan secara langsung atau dialami secara
langsung dalam praktik peliputan investigasi. Tema investigasi dalam praktik
peliputan biasanya berkaitan dengan permasalahan-permasalahan atau kejadian-
kejadian yang terjadi ditengah masyarakat pada umumnya.
Dalam praktik peliputan investigasi dengan model partisipan dibagi menjadi
dua tim investigasi yang akan diikuti prosesnya. Pihak-pihak yang terlibat dalam
peliputan investigasi yang tergabung dalam tim investigasi yaitu terdiri atas enam
wartawan, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Staf Redaksi, dan Reporter. Bertindak
sebagai partisipan utama (key informan), Redaksi Investigasi yang menyebutkan
situasi terkini layak dijadikan oleh tim investigasi sebagai bahan liputan.
Pelaksanaan praktik peliputan investigasi di awali dengan seorang tim
investigasi menyusun rencana kerja, menentukan waktu, dan menyusun lama liputan.
Karena itu, sejumlah cara yang memperlancar investigasi menjadi perhatian bagi tim
peliput. Temuan lain yang memperlancar investigasi bagi wartawan, seperti informasi
dan petunjuk awal sebagai pencetus topik; kredibilitas pencetus awal informasi;
penyusunan hipotesis; melakukan riset dokumen dan literatur; mewawancarai
narasumber primer dan sekunder (people trail); menyelidiki dokumen (paper trail);
mengobservasi lapangan; menganalisis data riset, menghasilkan wawancara dan
observasi; menulis naskah; memeriksa data dengan fakta; memilih data, dokumen
atau foto yang ditayangkan; menyunting naskah; memeriksa akhir tulisan.
Investigasi ini mengungkapkan data dengan fakta yang disembunyikan, juga
untuk memberikan ruang jawab atau bantahan bagi pihak narasumber yang
berkepentingan dengan investigasi. Setiap pengerjaan narasumber dikoordinasikan
oleh kepala proyek atau dengan atasan. Selain itu, tim investigasi lain saling
membantu, memberikan masukan berharga, mengkritik tulisan dengan sejumlah data,
dengan fakta yang dianggap tidak bernilai berita tinggi. Hal ini, untuk memastikan
setiap kemajuan peliputan investigasi.
.

C. Teknik Peliputan

1. Liputan Investigasi
Peliputan investigasi berbeda dengan kegiatan jurnalisme pada umumnya.
Kisah-kisah peliputan investigasi juga memiliki perbedaan dengan pola kisah jenis
pemberitaanyang lain. Liputan investigasi bukan lagi hanya berdasarkan agenda
pemberitaan yang terjadwal di ruang redaksi, melainkan peliputanyangjuga tidak lagi
dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu atau tenggat (deadline). Wartawan investigasi
memaparkan kebenaran yang ditemukan, lalu melaporkan adanya kesalahan-
kesalahan, kemudian menyentuh serta mengafeksi publik terhadap persoalan yang
dikemukakan.
Kasus-kasus investigasi dalam kumpulan tulisan dikemukakan oleh Hugo de
Burgh yang meliputi permasalahan: hal-hal yang memalukan, menyalahgunakan
kekuasaan, dasar faktual dari hal-hal aktual yang tengah menjadi pembicaraan publik,
keadilan yang korup, memanipulasi laporan keuangan, pelanggaran hukum,
perbedaan antara profesi dan praktisi, hal-hal yang sengaja disembunyikan
Wartawan investigasi berusaha mendapatkan data dari kebenaran yang tidak
jelas, samar, atau tidak pasti. Topik-topik investigasi dilakukan dengan mengukur
moralitas benar atau salah, dengan pembuktian tak memihak yang didapat melalui
riset. Bukan sekadar menolak kesepakatan, melainkan menyatakan sesuatu yang
terjadi sesuai dengan moral. Tujuan peliputan investigasi untuk memberitahu kepada
publik adanya pihak-pihak yang berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Publik
diharapkan waspada terhadap pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh berbagai
pihak. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa ada tujuan moral. Segala
upaya yang dilakukan oleh wartawan investigasi dimotivasi berdasarkan hasrat untuk
mengoreksi keadilan dan menunjukkan adanya kesalahan. Menurut Melvin Mencher,
the moral component merupakan unsur penting peliputan investigasi.
Wartawan mengumpulkan data menguatkan fakta untuk meningkatkan
motivasi moral. The desire to correct an injuctice, to right a wrong, and persuade the
public to alter the situation.9 Dengan demikian, penilaian moral bertanggung jawab
mengandaikan adanya verifikasi. Karena itu, moral terkait fakta dapat diverifikasi
oleh wartawan. Peliputan investigasi mengajak pembaca untuk memerangi
pelanggaran yang tengah berlangsung dan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Investigasi berasumsi pada peliputan berbahaya atau dangerous reporting. Wartawan
berhadapan dengan kesengajaan pihak-pihak yang menolak urusannya diselidiki,
dinilai, dan dilaporkan kepada pembaca. Karena itu, kewaspadaan dalam profesi
kewartawanan menjadi tolok ukur keberhasilan investigasi.
Peliputan investigasi bukan hanya menyampaikan dugaan adanya persoalan
pelanggaran, melainkan juga peliputan yang memproduksi pembuktian konklusif
terhadap persoalan dan pelaporan. Peliputan investigasi terkait dengan upaya
mengembangkan basisdata dan fakta. Nilai mutu laporan jurnalistik ini terletak dalam
membangun dasar fakta. Hasil liputan mengeluarkan keputusan atas dasar fakta yang
melingkupi persoalan yang dilaporkan oleh wartawan.
Untuk itu,peliputan ini memprioritaskan kesiapan kerja wartawan selalu
mengecek fakta; wartawan tidak mudah menaruh kepercayaan pada segala
sesuatu,tetapi tidak langsung mempercayai orang yang memiliki kepentingan tertentu
(vested interest). Pada peliputan investigasi, wartawan dapat menemukan kasus
tertentu yang mesti dibuka dengan sengaja. Narasumber diasumsikan mempunyai
kemungkinan untuk memanipulasi fakta. Untuk itu, ada dua bentukan umum kerja
jurnalisme investigasi. Pertama, terkait dengan pekerjaan menginvestigasi dokumen-
dokumen(the paper trails) dan penyelidikan terhadap subjek-subjek individu yang

9
Dandhy Dwi Laksono.
terkait dengan permasalahan. Kedua, bidang umum peliputan investigasi ini
diistilahkan dengan paper trails and people trails(Steve Weinberg, 1996).

2. Teknik Peliputan
A. Penyamaran
Terdapat tiga teknik penyamaran yang digunakan saat peliputan
investigasi, yaitu:
a) Penyamaran melebur (immerse), maksudnya yaitu wartawan yang
melakukan peliputan membaur atau melebur dengan objek yang akan
diliputnya dengan kata lain wartawan menyamar menjadi bagian dari
objek yang akan diliput.10
b) Penyamaran menempel (embedded), teknik ini memanfaatkan objek
tertentu untuk mendapatkan fakta, keterangan atau akses
c) Penyamaran berjarak (surveillance), teknik ini menggunakan jarak
dalam penyamarannya. Jarak yang dimaksud tidak hanya jarak yang
bisa diukur melainkan juga berkaitan dengan jarak sosiologis dan
psikologis
B. Observasi
Observasi merupakan kegiatan menggali fakta di lapangan dengan
menggunakan pancaindra, sehingga tergambar dengan jelas apa yang terjadi.
Hasil observasi tersebut kemudian dideskripsikan melalui tulisan, gambar, dan
suara.11
C. Mengecoh (Decoying)
Merupakan teknik yang digunakan agar wartawan bisa bertemu dan
mendapatkan informasi dari sumber berita. Mengecoh maksudnya wartawan
tidak mengatakan liputannya untuk kasus A melainkan untuk kasus B
(improvisasi).

10
Dandhy Dwi Laksono.
11
Dadi, Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap (Jakarta: La Tofi Enterprise, 2005).
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan, pencarian,


pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.Investigasi merupakan
upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka untuk mengungkap fakta yang berkaitan
erat dengan indikasi adanya penyalahgunaan/penyelewengan.

Memetakan sumber merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan setelah


merumuskan hipotesis atau pun pertanyaan investigasi.mengidentifikasi siapa saja aktor
kunci dalam kasus tersebut dan data serta dokumen apa saja yang merekam tindak-tanduk
mereka. Ada banyak sumber yang dapat membantu membuktikan asumsi-asumsi,
memverifikasi ataupun menyanggah hipotesis awal.Sumber-sumber ini berfungsi sebagai
pakar yang memberikan informasi latar belakang atau backgoround.Di dalam pencarian data
untuk menjadi bahan pemberitaanya terdapat 2 sumber yaitu, sumber berita primer dan
sekunder.

B. Saran

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan.Karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan
makalah kedepannya.Serta diharapkan makalah ini dapat bemanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI

Dadi. Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap. Jakarta: La Tofi Enterprise,


2005.
Dandhy Dwi Laksono. Jurnalisme Investigasi. Bandung: Kaifa, 2010.
Wina armada. Menggugat Kebebasan Pers. Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Anda mungkin juga menyukai