Anda di halaman 1dari 15

Makalah Jurnalistik Investigasi

NAMA : PAULO S. YUNIOR FERNANDEZ


NIM : 43120076

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS Katolik Widya Mandira Kupang
BAB I

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini informasi menjadi cahaya penerang bagi masyarakat, disamping
menjadi pusat pengetahuan, juga memberi penyadaran, memberi hiburan dan mengarahkan
pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, juga dapat membantu masyarakat untuk lebih
tahu situasi dunia luar. Masyarakat beranggapan bahwa “berita” sama dengan informasi yang
berembus dari satu orang ke orang lain. Berita merupakan suatu produk (hasil kreativitas)
yang mempunyai tujuan sangat jelas. Karena itulah, berita dalam pandangan jurnalistik
berbeda dengan pandangan awam.

Berita dalam kaca mata jurnalistik mengandung konsekuensi tertentu,misalnya


disadari betul bahwa informasi yang dikemas mempunyai efek tertentu dalam masyarakat
sehingga dalam melakukan kegiatannya, seorang jurnalis dibekali dengan kode etik
jurnalistik.

Para wartawan Jurnalistik dalam mencari berita bukan hanya berita yang biasa-biasa
saja, akan tetapi para waratawan jurnalistik juga membuat berita yang melalui proses yang
begitu panjang melalui penelusuran layaknya kerja intelejen

Di Indonesia, liputan Jurnalisme Investigasi (JI) lebih banyak muncul sebagai sesuatu
yang sporadis, dilakukan hanya sewaktu-waktu, karena dipicu kemunculan sebuah peristiwa.
Faktor penyebabnya banyak: ”vested interest” pemilik media, kurangnya sumber dana,
ketidak tahuan mengenai pentingnya dan strategisnya JI dalam sebuah negara demokratis,
hingga lemahnya kemampuan teknis para awak media.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian jurnalisme investigasi.


Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan,
pencarian,pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian. Investigasi merupakan
upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka untuk mengungkap fakta yang berkaitan
erat dengan indikasi adanya penyalahgunaan/penyelewengan. Investigasi dalam konteks
penanganan masalah implementasi, didasarkan pada kebutuhan akan
data/informasi/bukti/fakta yang diyakini kebenarannya untuk kepentingan pembuktian suatu
kasus.
Hampir semua jurnalis berpendapat bahwa status investigasi bukan ditentukan oleh
panjang pendeknya laporan, atau apakah ia menggunakan teknik menyamar dalam
liputannya, melainkan apakah laporan tersebut telah memenuhi elemen-elemen investigasi.
Jurnalisme investigasi biasanya memenuhi elemen-elemen berikut.
1. Mengungkapkan kejahatan terhadap kepentingan public, atau tindakan yang
merugikan orang lain.
2. Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis (ada
kaitan atau benang merah).
3. Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan dengan
gamblang.
4. Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti yang kuat.
5. Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa membuat
keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.
Tanpa kelima elemen tersebut, sebuah laporan panjang barangkali hanya bisa disebut
sebagai laporan mendalam (in-depth reporting). Untuk mendapatkan kelima hal tersebut, ada
metode atau teknik yang bisa digunakan, yaitu teknik investigasi.
Jurnalisme investigasi memang berbeda dengan kegiatan jurnalistik pada umumnya,
para wartawan membuat berita berdasarkan sumber-sumber yang terkait, teragenda, dan
menjadi langganan informasi mereka. Selain itu, mereka juga menyeleksi, apa sumber
informasi mereka layak tidak, mengandung kebenaran atau tidak.

Jurnalisme investigatif sendiri adalah lapisan ketiga dari berita dan sejatinya
dilakukan untuk sebuah perubahan. "Tetapi faktanya, banyak media yang lebih senang
menampilkan berita ringkas karena untuk melakukan reportase yang mendalam memerlukan
biaya mahal dan waktu yang lama,". Oleh karena itu, jika ada media yang berniat untuk
melakukan reportase investigatif maka sebaiknya melepaskan diri dari kepentingan atau
tujuan bisnisnya. "Sebab reportase seperti ini memang untuk mencerahkan
publik,". Reportase investigasi juga bisa dalam bentuk gambar seperti foto atau film
dokumenter. Pasalnya, fotografi, sastra dan jurnalisme investigasi menjadi satu mata rantai
yang sama.

Secara umum, reportase investigasi di media cetak Indonesia berkembang sangat baik
dan positif. Tetapi di sektor televisi, reportase investigasi justru banyak polusi -- seperti yang
dikatakan oleh pengamat televisi, Marseli Setiawan. Dunia jurnalisme mengenal perangkat
nilai berita,kisah-kisah investigatif memiliki perbedaan dengan pola kisah berita umum.
Terminologi investigative journalism memberikan atribut penyelidikan, keingin tahuan dan
misi tertentu dari para wartawannya.para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan
pengagendaan berita seperti yang terdapat dalam peliputan regular. Mereka memasuki subjek
pemberitaan tatkala mereka tertarik untuk melakukan sesuatu kerja peliputannya tidak lagi
dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu. ada kekhususan kerja peliputan dibanding mencari
berita yang biasanya.

Para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka temukan, melaporkan


adanya kesalahan-kesalahan, dan menyentuh masyarakat untuk serius terhadap soal yang
dikemukakan, mengafeksi masyarakat dengan bacaan moral yang dikumpulkannya.

Investigative jurnalisme bukan hanya menyampaikan sebuah dugaan adanya sebuah


persoalan pelanggaran, melainkan juga merupakan kegiatan memproduksi pembuktian
konklusif dan melaporkannya secara jelas dan simple.

Hal ini terkait dengan kegiatan membuat pengisahan menjadi berkembang pada
keadaan ketiadaan dokumen dari pihak-pihak yang hendak dilaporkan pelanggarannya.
Kalaulah semua bahan telah terkumpul, hal itu berkemungkinan hanya membuat kisah
tentang dugaan dan penyangkalan, meletakkan para pembaca untuk memutuskan sendiri
siapa yang dipercayainya. Kisah-kisah macam itu memiliki nilai yang tinggi bagi berbagai
surat kabar. Untuk menghindari penuntutan, mereka menyediakan waktu-waktu untuk riset
yang sangat panjang. Kisah-kisah mereka harus bisa meminimalisir risiko salah dalam
menyebutkan berbagai tuduhan di pemberitaan mereka. Pembuktian yang baik, dan
disepakati banyak pihak, merupakan salah satu alat untuk berbagai penyangkalan yang
dikemukakan berbagai pihak yang dirugikan.

Karena itulah, kegiatan jurnalisme investigative media cetak  terkait dengan upaya
mengembangkan bangunan fakta-fakta. Berbagai dokumen dieksploitasi interpretasinya.
Berbagai konsesi diperhatikan dampak-dampaknya. Berbagai klaim dan tuntutan dihitung
kerangka pemikirannya. Berbagai indikasi ditelusuri, dicari melalui berbagai pernyataan.
Pelaporan jurnalistiknya menjadi tidak hanya menyampaikan keseimbangan antara
dugaan dan penolakan. Hasil liputannya mengeluarkan sebuah judgement yang didasari oleh
fakta-fakta yang melingkupi persoalan yang dilaporkan wartawan. Koleksi dan presentasi
pembuktiannya tidak boleh berat sebelah, harus adil membagi tudingan, tidak boleh
mengarahkan, condong memberatkan pihak tertentu. Kerja reportasenya mesti menyiapkan
perangkat kejelasan fakta-fakta yang kuat.

Pada dasarnya, setiap wartawan mengerjakan peliputan yang dilakukan, menurut


Bruce Page kerja investigasi membuat berbagai isi surat kabar memiliki perbedaan dibanding
brosur sebuah iklan. Kerja keras para wartawan dalam meningkatkan pelaporan jurnalistik
yang bermutu. Nilai mutunya terletak didalam membangun dasar fakta-fakta.

kerja wartawan investigasi kerap menemukan area peliputan yang mesti dibuka
dengan sengaja, dicari dengan hitungan asumsi tertentu, dan dikontak dengan ketekunan
dalam menarik narasumber untuk membeberkan keterangan yang diperlukan. Berbagai
narasumber bahkan diasumsikan berkemungkinan untuk corrupt,memanipulasi keterangan.
Karena itulah, berbagai data dan keterangan yang didapat dari sebuah kisah berita
memerlukan analisis kritis wartawan investigatif. Tidak sesederhana didalam peliputan yang
dapat langsung mencatat berbagai rentetan keterangan dari sebuah peristiwa berita regular
atau seremonial.

Para wartawan investigasi juga kerap harus jeli dan waspada terhadap berbagai kisah
berita yang tersebar di masyarakat. Beberapa pihak sengaja menyewa perusahaan public
relations (hubunggan masyarakat) untuk membuat perencanaan kisah berita tertentu. Lalu,
membayar kerja pengacara untuk menyangkal berbagai isu yang tersebar. Public tentu saja
akan menolak paparan kisah berita yang dikemukakan para petugas human relations. Dari
sanalah, para pekerja media jurnalistik memulai rangkaian liputan investigasinya.

Mereka mulai meneliti berbagai item berita yang dapat diungkap untuk konsumsi
pemberitaan media harian dan mingguan. Mereka juga mulai menyusun strategi untuk
wawancara yang dapat membuka selubung bukti keterangan yang sengaja dirancang. Selain
itu, juga memulai rancangan kegiatan penulisan yang dapat diterima publik.

B. Pengertian media cetak.

Media cetak merupakan media yang menyampaikan berita dengan tulisan,sebuah


media cetak memang harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antar
berbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan,khalayak pelanggan dan pembaca,
mitra kerja, agen,loper,pemasang iklan, dan biro iklan. Selain itu, interaksi internalnya
melalui surat pembaca, para contributor, pemerhati, dan pemberi masukan serta kritik.
Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan
visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Dalam bahasa teknis jurnalistiknya, misalnya
menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaanya. Dari sanalah,
dihasilkan berita, komentar dan opini. Para wartawannya bekerja berdasar kompetensi
professional yang berlandaskan kode etik profesi dan kebijakan redaksi. Masyarakat, karena
itu mempercayainya, membelinya dan mengembangkannya.

Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh “kondisi dimana ia hidup”yakni:” system
politik, system kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dan Indonesia amatlah dekat dengan hal
itu. Tiap presiden mempunyai aroma kekuasaan tertentu. Media cetak di Indonesia
berkembang disegala sisinya. Selain mengikuti waktu periodic terbitnya setiap pagi atau
petang, sebagai harian, mingguan, ikut mengadakan perubahan, kompas misalnya,
dipertengahan 2005 mengadakan perubahan ukuran, kolom, dan gambar,foto, serta tata letak
dan tata wajah, juga dalam bahasa penyajian dan gaya pelaporannya, agar masyarakat tertarik
untuk membeli, membaca dan mempercayai media tersebut.

Begitu pula dengan tampilan majalah, sejak reformasi bergulir di Indonesia, banyak
majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi, dari
yang ringan sampai yang berat. Diberbagai majalah berita misalnya, para wartawan bukan
sekedar melaporkan peristiwa public tetapi juga mengejar berbagai informasi  yang
tersembunyi untuk diungkapkan ke masyarakat. Para wartawan dikirim untuk meliput
berbagai institusi public, perusahaan komersial, atau pemerintahan. Para reporter ditugaskan
melaporkan kejahatan, bisnis, tim sepak bola professional, dan lainnya. Semua itu, didasari
kebijakan redaksi dan perusahaan yang baik, ditujukan untuk menerbitkan berbagai majalah
dengan masing-masing sfesifikasi target pembacanya,

Di Indonesia memiliki beberapa jenis media cetak,berbagai perkembangan media


cetak itumemiliki sejarah dan format pemberitaannya masing-masing

1.      Surat kabar atau Koran

Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegarannya,
karakteristik headline-nya ,dan keaneka ragaman liputan yang menyangkut berbagai topic isu
dan peristiwa. Hal ini terkait dengan kebutuhan pembaca, akan sisi menarik informasi yang
ingin dibacanya. Fungsi surat kabar bukan sekedar pelapor kisah-kisah human interesdari
berbagai peristiwa atau kejadian orang seorang. Setia kisah tragedy perseorangan menjadi
milik tiap orang untuk mempersoalkannya kedalam drama persoalan internasional.

Asumsinya ialah setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak pernik
kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut urun-rembug 
berpartisipasi didalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan kepastian informasi dan
kemampuan urun-renbug itu, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar, yang bertugas
sebagai wakil masyarakat untuk mencaridan memberi tahu tentang segala peristiwa yang
terjadi yang dibutuhkan masyarakat. Pada sisi inilah, mengapa wartawan memili hak untuk
“tahu” pad segala informasi public, dan diberi keleluasan untuk mencari kemanapun
informasi itu berada. Sebab, waratawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan
informasi yang ada dilingkungannya.

Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan tersebut . informasi
menjadi instrument penting dari masyarakat industri. Maka itulah, surat kabar harian bisa
disebut sebagai produk dari industri masyarakat. Disamping itu dalam bentuk yang
independen (dalam kemandiriannya).

Perkembangan surat kabar, menurut Encyclopedia brritannica sendiri bisa dilihat dari


tiga fase.

Fase pertama: fase para pelapor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul
secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbitan yang rew         gular yang
teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya. Berbagai surat kabar
awal terbit dimasyarakat yang belum faham betul akan fungsi media: ditambah, cara
membaca huruf-huruf berita cetak karena kebiasaan retorika oral jadi penghubung antar
individu sosial. Namun perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat
kabar menjadi institusi penerbitan mapan yang diakui masyarakat.

Fase kedua: pertumbuhan kemampuan jurnal-jurnal regular yang masih rentan


terhadap berbagai tekanan masyarakat. System otokrasi yang masih menguasai masyarakat
membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan pemberitaannya.
Setiap pendirian surat kabar mesti memiliki izin (lisensi) dari berbagai pihak yang berkuasa.
Semua itu mengurangi independensinya sebagai instrumen media informasi.

Fase ketiga, ialah masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai
bentukan pengendalian. Kebebasan pers memang telah didapat. Berbagai pemberitaan sudah
leluasa disampaikan. Akan tetapi, system kapitalisasi industry masyarakat kerap jadi
pengontrol. Ini dilakukan antara lain melelui pengenaan pajak, penyuapan, dan sanksi hukum
yang dilakukan kepada berbagai media dan pelaku-pelakunya.

Berdasarkan itulan, kemandirian surat kabar ditentukan disebuah masyarakat.


Kebebasan pers diwarnai, kehidupan demokrasi disebuah masyarakat diberi tingkatan
tertentu.

2.      Majalah.
Sebagai salah satu media cetak, majalah memiliki perannya sendiri sebagai media massa.
Dibeberapa sisi majalah memang memiliki karakteristik yang agak sama dengan koran.
Namun begitu, majalah tetap memiliki ciri khas yang membedakan ia dengan media massa
lainnya. Sejak ditemukan pada tahun 1741, majalah telah melakukan berbagai perkembangan
baik dari sisi teknologi maupun dari sisi konten. Hal inilah yang kemudian membuat media
ini tetap bertahan ditengah perkembangan teknologi dan industri media saat ini.
Sejarah majalah berawal pada tahun 1741 saat Benjamin Franklin dan Andrew Bradford
menerbitkan majalah pertama di Amerika. Franklin mendirikan General Magazine dan
Bradford mendirikan American Magazine. Kemudian pada tahun 1865, diterbitkan majalah
politik pertama, The Nation. Tahun 1893, Samuel A. McClure menerbitkan McCluer’s
Magazine, yaitu majalah pertama yang mengedepankan jurnalisme investigasi. Tahun 1923,
diterbitkan majalah Time, yang merupakan majalah pertama yang berisi berita-berita umum.
Pada tahun 1993, majalah mulai menerbitkan edisinya lewat internet, salah satunya adalah
majalah Newsweek. Kemudian pada tahun 2005, didirikan majalah online pertama, Slate.
Saat ini, majalah tidak hanya diterbitkan secara offline, namun juga secara online. Bahkan
ada beberapa majalah yang terbit secara online.
Menurut Siti Karlina dalam bukunya Komunikas Massa, majalah memiliki beberapa
karakteristik khusus, yaitu:
1.    Berita disajikan secara mendalam
2.    Nilai aktualitasnya lebih lama sesuai dengan frekuensi terbitnya
3.    Lebih banyak menampilkan foto
4.    Cover atau sampul majalah menjadi daya tarik utama
Majalah menempati posisi diantara buku dan surat kabar tanpa batasan yang jelas.
Perkembangan majalah memiliki beberapa tahapan, seiri perjalanan peradaban          manusia
mengembangkan media sebagai sarana penyampaian informasi.majalah memiliki beberapa
bentuk. Setiap bentuk publikkasi yang diterbitkan secara teratur memenuhi defenisi sebuah
majalah. Dari sejumlah katagori majalah kita membahas tentang majalah berita.
Time, newsweek, Us news, dan world report, atau gratra dan tempo termasuk katagori
majalah berita. Majalah berita merupakan satu bentuk publikasi yang mengombinasikan
unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam (in-depth coverage) dan
penulisan feature- mingguan personal, majalahh ini hendak menjangkau pembaca mingguan,
yang ingin mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan tingkat profesionalitas tertentu. Isi
majalahnya kebanyakan ditulis dengan menggunakan pendekatan feature.
Beberapa Segi Penulisan Investigatif
Steve Weinberg menegaskan bahwa penulisan jurnalisme sastra atau literacy journalism
merupakan perangkat yang banyak dipakai para wartawan investigatif ketika melaporkan
skandal atau kasus pelanggaran. Literacy journalism tidak hanya menekankan pada
pemakaian unsur sastra dalam tulisan, tetapi juga meliputi intensitas laporan yang mendalam.
Pelaporan investigatif juga menjadi sebuah bentuk penulisan yang tidak hanya berisi muatan
fakta-fakta tenttang pelanggaran, akan tetapi terkait juga upaya pembuatan kisah berita yang
dapat menembus emosi pembaca serta mempersuasi khalayak.
Pembuatan kerangka tulisan juga dibutuhkan dalam proses pembuatan laporan investigasi.
Upaya membuat kerangka tulisan berdasarkan kronologi data merupakan alat vital. Pekerjaan
ini dapat membantu memudahkan pembuatan susunan sub-plot, mendapatkan angle baru,
mencegah hilangnya keterangan penting di dalam pkeutuhan pengisahan investigasi.
Sistem Memo: Untuk Menyusun Data
Kegiatan jurnalisme investigasi mengenal sebuah cara pengaturan yang disebut “Sistem
Memo.” Sistem yang diusulkan oleh Bob Greene ini merupakan sebuah pengaturan sistem
pelaporan yang sangat mendukung kecermatan kerja investigasi.
Sistem ini menjamin panyajian hasil investigasi menjadi sepersis apa yang telah didapat oleh
wartawan di lapangan. Sistem memo ini merupakan berbagai berita harian yang dikerjakan
wartawan itu sendiri.
Melalui sistem memo, wartawan investigasi emiliki peluang yang terukur untuk membuat
sajian penulisan berita yang memikat. Hal ini dikarenakan bahan sudah lengkap, sehingga
tinggal menerjakan penulisan akhir saja. Ketika mengerjakannya, dengan memanfaatkan
memo-memo tersebut, pelaporan dengan mudah tinggal mengurutkannya saja.
Struktur Penulisan Investigatif
Kaidah piramida terbalik digunakan sebagai sarana mengorganisir informasi dari urutan yang
paling penting ke yang kurang penting. Pelaporan investigasi juga mementingkan kebutuhan
khalayak yang ingin segera menemukan apa yang harus dipahaminya.
Carole Rich menyebut “5 Hal Penting” dalam penulisan berita. Rumus ini dapat dijadikan
variasi dari kaidah priramida terbalik. Kelima hal tersebut, yaitu: news (apa yang terjadi atau
akan diperitiwakan), context (latar belakang dari kejadian), scope (apakah peristiwa lokal
menjadi bagian dari peristiwa atau gejala di tingkat nasional), edge (kemana berita hendak
diarahkan dan apa yang terjadi kemudian), dan impact (mengapa menajdi perhatian banyak
orang). Sifat dramatis juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Melalui tiga babak pengisahan, struktur kisah dilaporkan. Pada bagian awal kisah
digambarkan adanya permasalahan. Bagian tengah menyiratkan berbagai kejadian atau aksi.
Sementara itu, akhir kisah dapat memberikan resolusi.
Penulisan investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan jurnalis,
yaitu: awal (lead), tubuh (middle), dan penutup (ending).
·Bagian awal
Jenis-jenis lead dari hard news dapat menjadi pembuka yang kerap dipakai wartawan
investigasi ketika mereka telah siap untuk membuka kisah penyelidikan yang penuh dengan
kerumitan. Untuk itu, pembuka jenis ringkasan (summary) dipergunakan.
Carole Rich memberika bentukan pembuka yang tidak langsung memaparkan permasalahan.
Rich menyebutkan jenis descriptive leads, narrative leads, dan anecdot leads, sebagai
pengawal kisah berita. Selain itu ada juga pelaporan yang dibuka dnegan lead kutipan
langsung.
·Bagian tubuh
Banyak bagiannya yang menggunakan teknik penulisan yang didasari oleh kecakapan
penulisan sastra. Penjelasan yang berupa angka-angka atau statistical memerlukan
penanganan khusus agar pembaca tidak jenuh dengan uraian yang bersifat teknis.
Bagian ini membangun pengisahan menjadi rincian action dari karakter utama permasalahan
yang kompleks, serta perubahan karakter permasalahan. Salah satu teknik penarik uraian, di
bagian tengah ini, adalah pengisahan adegan. Melalui adegan, permasalahan dipertunjukkan
seluk beluk kejadiannya.
·Bagian penutup
Bagian akhir dari penulisan investigasi seringkali memaparkan kedalaman pikiran dan emosi
ke dalam benak pembaca.

C. Positif dan negative jurnalisme investigasi media cetak.

Setiap media massa memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, baik


media elektronik maupun media cetak, jurnalisme investigasi media cetak juga memiliki sisi
positif dan negatifnya.

Liputan investigasi media cetak berbeda dengan investigasi media elektronik, Karena
perbedaan medium, berarti berbeda pula format berita, pola konsumsi media, audience, selera
dan kebutuhan audience. Pola liputan dan pemberitaan otomatis berubah pula, menyesuaikan
dengan kebutuhan audience.

Tak ada yang perlu dibantah bahwa media cetak jauh lebih unggul daripada jenis
media manapun dalam hal memberi waktu bagi pembacanya untuk mencerna semua
informasi yang disajikan dalam laporan investigasi yang panjang dan kompleks. Ini
disebabkan fleksibilitas mediumnya atas ruang dan waktu.

Media cetak memiliki fleksibelitas ruang karena anda bisa membacanya dimana saja,
mulai dari yang serius di meja kerja, sembari menunggu angkutan dan dimana saja yang kita
inginkan. Dia juga fleksibel dalam hal waktu. Koran yang terbit di pagi hari bisa anda
konsumsi diwaktu sebelum tidur. Majalah yang terbit hari senin  bisa anda baca pada hari
kamis atau hari yang lainnya.

Fleksibelitas ruang dan waktu ini membuat media cetak menjadi satu-satunya medium
yang paling mudah didokumentasikan oleh setiap individu. Dengan fleksibelitas tersebut,
publik juga memiliki kesempatan mencerna isi laporan bila ada beberapa bagian yang tak
dipahami. Pembaca bisa mengulang paragraf-paragraf yang membuatnya bingung. Dia juga
bisa kembali kehalaman sebelumnya, melihat ulang foto, dan sebagainya.
Karena esensi jurnalisme adalah menyampaikan pesan agar dipahami publik, maka
pemahaman harus menjadi tujuan utama dari sebuah laporan, terutama investigasi. Tanpa
pemahaman, laporan investigasi secanggih apapun tak akan berdampak apa-apa dan sia-sia.
Dan media cetak unggul dalam hal memberi kesempatan kepada pembacanya untuk
memahami persoalan secara lebih baik.[5]

Kelebihan yang dimiliki oleh majalah dibandingkan radio dan televisi, ialah
dikarenakan majalah merupakan media cetak,oleh sebab itu majalah bersifat timeless, tidak
menuntut audiens untuk tergesa-gesa dalam mengnkonsumsi pesannya. Kelebihan lainnya,
audiens lebih focus dalam menangkap dan menginterpretasikan informasi yang disampaikan
oleh majalah.

Kekurangan majalah bila dikomparasikan dengan dua media elektronik televisi dan
radio dalam segi aktualitasnya, dimana radio merupakan yang paling unggul dalam
aktualitasnya menyampaikan pesan, dan televisi yang juga dengan keunggulannya (audio
visual) dalam transmisi pesan yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan dengan proses
produksi dari ketiga media tersebut, radio yang dalam prosesnya lebih sederhana
dibandingkan televisi dan majalah.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa yang disebut dengan
jurnalisme investigasi media cetak ialah usaha mengungkapkan suatu kasus secara
mendalam, dan melalui proses yang begitu panjang, yang diberitakan secara tertulis melalui
media cetak baik itu surat kabar maupun majalah berita.

Karena itulah, kegiatan jurnalisme investigative media cetak  terkait dengan upaya
mengembangkan bangunan fakta-fakta. Berbagai dokumen dieksploitasi interpretasinya.
Berbagai konsesi diperhatikan dampak-dampaknya. Berbagai klaim dan tuntutan dihitung
kerangka pemikirannya. Berbagai indikasi ditelusuri, dicari melalui berbagai pernyataan.

Secara umum, reportase investigasi di media cetak Indonesia berkembang sangat baik
dan positif. Tetapi di sektor televisi, reportase investigasi justru banyak polusi -- seperti yang
dikatakan oleh pengamat televisi, Marseli Setiawan. Dunia jurnalisme mengenal perangkat
nilai berita,kisah-kisah investigatif memiliki perbedaan dengan pola kisah berita umum.
Terminologi investigative journalism memberikan atribut penyelidikan, keingin tahuan dan
misi tertentu dari para wartawannya.para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan
pengagendaan berita seperti yang terdapat dalam peliputan regular. Mereka memasuki subjek
pemberitaan tatkala mereka tertarik untuk melakukan sesuatu kerja peliputannya tidak lagi
dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu. ada kekhususan kerja peliputan disbanding mencari
berita yang biasanya.

Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegarannya,
karakteristik headline-nya ,dan keaneka ragaman liputan yang menyangkut berbagai topic isu
dan peristiwa. Hal ini terkait dengan kebutuhan pembaca, akan sisi menarik informasi yang
ingin dibacanya. Fungsi surat kabar bukan sekedar pelapor kisah-kisah human interesdari
berbagai peristiwa atau kejadian orang seorang. Setia kisah tragedy perseorangan menjadi
milik tiap orang untuk mempersoalkannya kedalam drama persoalan internasional.iku

Sebagai salah satu media cetak, majalah memiliki perannya sendiri sebagai media
massa. Dibeberapa sisi majalah memang memiliki karakteristik yang agak sama dengan
koran. Namun begitu, majalah tetap memiliki ciri khas yang membedakan ia dengan media
massa lainnya. Sejak ditemukan pada tahun 1741, majalah telah melakukan berbagai
perkembangan baik dari sisi teknologi maupun dari sisi konten. Hal inilah yang kemudian
membuat media ini tetap bertahan ditengah perkembangan teknologi dan industri media saat
ini.
Sejarah majalah berawal pada tahun 1741 saat Benjamin Franklin dan Andrew
Bradford menerbitkan majalah pertama di Amerika. Franklin mendirikan General Magazine
dan Bradford mendirikan American Magazine. Kemudian pada tahun 1865, diterbitkan
majalah politik pertama, The Nation. Tahun 1893, Samuel A. McClure menerbitkan
McCluer’s Magazine, yaitu majalah pertama yang mengedepankan jurnalisme investigasi.
Tahun 1923, diterbitkan majalah Time, yang merupakan majalah pertama yang berisi berita-
berita umum. Pada tahun 1993, majalah mulai menerbitkan edisinya lewat internet, salah
satunya adalah majalah Newsweek. Kemudian pada tahun 2005, didirikan majalah online
pertama, Slate. Saat ini, majalah tidak hanya diterbitkan secara offline, namun juga secara
online. Bahkan ada beberapa majalah yang terbit secara online.

Sisi positifnya investigasi media cetak dapat memberi kesempatan bagi para pembaca
untuk dapat membaca ulang kembali berita yang telah ditulis.

Media cetak memiliki fleksibelitas ruang karena anda bisa membacanya dimana saja,
mulai dari yang serius di meja kerja, sembari menunggu angkutan dan dimana saja yang kita
inginkan. Dia juga fleksibel dalam hal waktu. Koran yang terbit di pagi hari bisa anda
konsumsi diwaktu sebelum tidur. Majalah yang terbit hari senin  bisa anda baca pada hari
kamis atau hari yang lainnya.

Fleksibelitas ruang dan waktu ini membuat media cetak menjadi satu-satunya medium
yang paling mudah didokumentasikan oleh setiap individu. Dengan fleksibelitas tersebut,
publik juga memiliki kesempatan mencerna isi laporan bila ada beberapa bagian yang tak
dipahami. Pembaca bisa mengulang paragraf-paragraf yang membuatnya bingung. Dia juga
bisa kembali kehalaman sebelumnya, melihat ulang foto, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Laksono, Dandhy. 2010. Jurnalisme Investigasi: Trik dan Pengalaman Para


Wartawan Indonesia Membuat Liputan Investigasi di Media Cetak, Radio, dan Televisi,
Bandung: Kaifa

Kurnia, Setiawan Santana, 2005,  Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Kurnia, Setiawan Santana, 2003, Jurnalisme Investigasi, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Panuju Redi, 2005, Nalar Jurnalistik, Malang: Bayumedia Publishing

Anda mungkin juga menyukai