Teguh W. Utomo
Tentang Tom
Praktisi Media; Surabaya Post, NUSA, Timsco Media, dll Coach Jurnalistik; trainer di berbagai tempat. Penulis Buku; 6 judul, 19 terjemahan, 3 ghost writing Indonesia Media Watch Pengajar ; UPN Veteran Jatim
cilukbha@gmail.com Facebook; Teguh Wahyu Utomo Telepon; 081332539032, 29E810F1
Jurnalisme investigatif mengekspos masalah publik yang ditutupi dengan sengaja oleh seseorang/institusi yang berkuasa atau ditutupi secara kebetulan di balik banyaknya fakta dan kondisi yang membingungkan pemahaman.
Mark Lee Hunter dan Nils Hanson, What is investigative journalism? dalam Story-Based Inquiry: A manual for investigative journalists
Melaporkan, melalui produk kerja dan inisiatif sendiri, masalah-masalah yang penting bagi pembaca, pemirsa, atau pendengar. Dalam banyak kasus, subyek pemberitaan adalah masalah yang dirahasiakan dan tidak boleh diungkapkan. Steve Weinberg, The Reporter's Handbook: An Investigator's Guide to Documents and Techniques
Genre jurnalistik ini tidak terbatas pada mengekpos korupsi dan aktivitas kriminal, tapi juga berita-berita yang menjelaskan bagaimana suatu sistem bisa berjalan atau gagal, atau mengkonstruksi narasi yang awalnya rumit dan tidak jelas. Beritanya hasil karya orisinil, bukan bocoran investigasi dari aparat hukum. Isinya menunjukkan pola masalah sistematik, bukan sekadar satu insiden terisolir yang hanya berdampak pada satu individu. Misinya; mengoreksi yang keliru, menjelaskan masalah sosial yang kompleks, mengungkap korupsi, pelanggaran, dan penyalahgunaan kekuasaan.
Jurnalisme konvensional:
Riset
Informasi dikumpulkan dan dilaporkan berdasarkan waktu tertentu. Riset ditutup setelah berita diturunkan, sehingga mungkin tidak perlu riset lanjutan. Penyampaian informasi didasarkan kebutuhan layak berita, sehingga mungkin saja sangat pendek. Pernyataan sumber saja sudah bisa jadi berita, sehingga pendalaman tidak harus dilakukan.
Jurnalisme investigatif:
Riset
Informasi tak boleh dipublikasikan hingga kelengkapan, koherensi, dan keandalannya terjamin. Riset dilakukan hingga kabar dikonfirmasi, dan terus dilanjutkan meski berita sudah diturunkan. Penyampaian informasi didasarkan data dan fakta, sehingga beritanya mungkin sangat panjang. Reportase mensyaratkan dokumentasi dan riset untuk mendukung atau menyangkal pernyataan sumber.
Jurnalisme konvensional:
Sumber
Kepercayaan pada nara sumber sangat diandalkan, sehingga kadang tidak perlu verifikasi. Sumber resmi memberi info dengan bebas, bahkan untuk promosi demi tujuan sendiri. Wartawan bisa menerima informasi versi resmi meski bisa mengontraskannya dengan sanggahan dari sumber lain. Wartawan tak banyak menggali info karena sudah disuplai nara sumber. Nara sumber kebanyakan teridentifikasi dengan jelas
Jurnalisme investigatif:
Sumber
Nara sumber jangan langsung dipercaya karena mungkin keliru, bohong, atau punya kepentingan tertentu. Info resmi jangan diterima mentah-mentah, harus ada verifikasi dan pembanding. Wartawan bisa menantang informasi dari sumber resmi, asal sudah punya informasi lain dari sumber terandalkan. Wartawan bisa membeberkan info lebih banyak daripada yang diberikan sumber, karena memang punya data. Kadang, identitas nara sumber tidak diungkap demi keamanan.
Jurnalisme konvensional:
Hasil
Reportase dianggap cerminan fakta dan bisa diterima apa adanya, wartawan tak harus memberi informasi mendalam. Reportase tidak menysaratkan keterlibatan personal wartawan. Wartawan berusaha objektif, tidak bias, tidak memihak pihak tertentu dalam beritanya. Struktur dramatis tidak diutamakan, beritanya tidak 'berakhir' karena sangat mungkin ada kelanjutan di edisi berikut. Kesalahan mungkin terjadi di pihak wartawan, dan bisa dimaafkan lewat ralat edisi berikut.
Jurnalisme investigatif:
Hasil
Wartawan tak boleh menerima apa adanya. Berita dibuat untuk mengungkap, menjelaskan, merombak, memperbaiki sesuatu. Tanpa keterlibatan personal wartawan, berita jadi tak berjiwa. Wartawan fair terhadap fakta, namun penyusunannya dilakukan sedemikian rupa sehingga tampak apa yang tidak beres. Struktur dramatis sangat diutamakan agar beritanya memberi dampak sosial dan pesan moral. Jika terjadi kesalahan, ancaman sanksi moral dan informal selalu ada. Setidaknya, itu bisa menghancurkan kredibilitas wartawan.
Semua jurnalisme sebenarnya investigatif. Namun, kadarnya berbeda. Jurnalisme konvensional mungkin punya kadar investigatif biasa-biasa saja. Namun, berita investigatif punya ciri khas. Jurnalisme investigatif cenderung menggali secara aktif apa yang penting untuk diungkapkan.
Saat tidak boleh bias, wartawan investigatif harus punya semangat tinggi untuk mengungkap ketidak-adilan, ketidak-beresan, dengan tujuan membuat dunia ini menjadi lebih baik. Wartawan investigatif tidak boleh menerima sesuatu seperti yang disodorkan, tapi harus bisa menemukan kebenaran dan keadilan. Wartawan investigatif harus bisa mengubah dunia.
Harus tangguh
Wartawan investigatif tidak boleh menyerah saat ada tanda-tanda pertama penolakan. Mereka harus punya indera tajam untuk menemukan informasi, punya daya dobrak untuk mendapatkan data, dan punya nyali besar untuk menghadapi penolakan. Namun, ini bukan berarti bonek. Wartawan investigatif juga harus paham hukum publik. Dalam batas hukum dan etika, mereka mencari berita.
Harus relevan
Banyak media memberikan penjelasan generik terhadap kasus, namun dampaknya pada masyarakat tidak terasa. Maka, wartawan investigatif harus selalu bisa menghubungkan kasus dengan masyarakat. Beritanya harus relevan dengan kebutuhan dan minat masyarakat. Cari apa yang tidak beres dalam komunitas. Cari apa kekeliruan yang sedang terjadi. Berita investigatif yang baik adalah yang relevan pada masyarakat.
Harus multi-sumber
Berita investigatif harus kaya sumber dan beragam. Misalnya; dari catatan publik, pengamatan langsung, dan dari orangorang sekitar. Berita investigatif tidak kering sumber. Karena kaya sumber, penyajiannya bisa jadi lebih menawan. Banyaknya sumber juga menunjukkan keberimbangan. Kesalahan kecil di suatu data bisa ditutupi oleh keterangan dari banyak sumber.
Harus disiplin
Jurnalisme investigatif membutuhkan waktu lama, tenaga besar, energi ekstra. Berita yang dihasilkan cenderung panjang, lengkap, dan dalam, daripada berita konvensional. Maka, wartawan harus disiplin mengarahkan pemberitaan hingga finish di penerbitan. Agar tidak kedodoran, wartawan harus menetapkan jadwal deadline spesifik, siap bekerja dalam tim, dan semua harus patuh pada jadwal. Jika tidak, berita tidak akan bisa terpublikasikan.
Umumnya, para wartawan investigatif sering melakukan improvisasi untuk melakukan tugas jurnalistiknya. Namun, sekadar untuk pedoman, Sheila Coronel dari Philippines Center for Investigative Journalism, membagi proses investigasi ke dalam dua kali tujuh bagian. Bagian pertama penjajakan dan pekerjaan dasar. Bagian kedua sudah penajaman dan penyelesaian investigasi.
Bagian Pertama
Petunjuk awal Investigasi pendahuluan Pembentukan hipotesis Pencarian dan pendalaman literatur Wawancara para pakar dan sumbersumber ahli Penjejakan dokumen-dokumen Wawancara sumber-sumber kunci dan saksi-saksi
Bagian Kedua
Pengamatan langsung di lapangan Pengorganisasian file Wawancara lebih lanjut Analisa dan pengorganisasian data Penulisan Pengecekan fakta Pengecekan hukum
Seymour M Hersh membantu mengungkap pembantaian massal di My Lai dalam era Perang Vietnam, dan belakangan ini menambah panas perdebatan tentang pendudukan Amerika Serikat atas Irak dengan cara mengekspos penyiksaan tawanan di penjara Abu Ghraib.
Coba cek, apakah Anda punya ciri-ciri berikut ini; Semakin punya banyak ciri berikut, semakin berbakat Anda menjadi jurnalis investigatif. Tapi, selain karakter ini, Anda tetap perlu mengasah skill jurnalistik.
Hasrat besar
Jika Anda suka gaji mapan, promosi reguler, jabatan manajemen, senang diundang orangorang penting, maka jurnalisme investigatif sepertinya tidak cocok buat Anda. Tapi, jika Anda menikmati tantangan, punya hasrat mengungkap kebenaran dan keadilan, ingin berbakti pada komunitas, ingin memberikan berita bermakna, tidak terlalu mempedulikan waktu dan energi untuk kerja, maka mungkin Anda cocok jadi wartawan investigatif.
Berani bertanya adalah awalan yang baik bagi jurnalis investigatif. Pertanyaan bisa tentang hal yang sepele-sepele saja, hingga yang menusuk jauh ke permasalahan. Wartawan harus usil untuk mempertanyakan apa saja. Mau bertanya, banyak hal bisa diungkap. Tidak mau bertanya, sesat di penyelidikan.
Inisiatif
Banyak newsrooms beroperasi dengan sumber terbatas dan diburu deadlines. Ide investigatif yang lontarkan dalam rapat redaksi mungkin tidak langsung mendapat tanggapan. Maka, ambil inisiatif. Lakukan penyelidikan awal, cari data kasar, bentuk ide menjadi rencana berita yang solid, lalu ajukan kembali ke rapat redaksi.
Membuat berita investigatif butuh waktu lama, energi besar, dana banyak. Jika tidak terbiasa disiplin dan terorganisir, Anda akan cepat kelelahan. Jurnalisme investigatif juga melibatkan banyak data, sumber, opini, sehingga Anda harus bisa berfikir logis untuk menalar lalu merangkai semua itu. Anda harus jadi perencana cermat untuk memanfaatkan sumber, obsesif tentang check and re-check, dan memastikan berita benar-benar bersih.
Fleksibel
Saat investigasi, apa saja bisa bergerak ke arah tidak terduga. Kadang, pertanyaan yang Anda siapkan matang justru mendapat jawaban buntu. Kadang, insiden kecil bisa membuka pintu lebih lebar. Kadang nara sumber kunci tiba-tiba mati. Maka, Anda harus siap berfikir ulang atau mendesain ulang riset saat hal-hal tak terduga ini terjadi. Jangan kaku dengan ide-ide dasar.
Berita terbaik bisa terwujud karena kerja tim di dalam maupun di luar newsroom. Berita investigatif menuntut pengetahuan luas atas banyak hal sekaligus pengetahuan mendalam atas hal-hal tertentu. Tak ada wartawan yang memiliki pengetahuan seluas dan sedalam itu. Tak ada wartawan yang punya banyak energi dan waktu untuk menangani segalanya sendiri. Maka, Anda harus komunikatif pada siapa saja dan siap kerja tim.
Anda harus tahu cara mengidentifikasi sumber, merencanakan riset, melakukan wawancara, peka informasi yang benar dan keliru, mengorganisir data/fakta, menginformasikan dengan akurat dan informatif. Anda harus bisa menangkap respon masyarakat. Jika belum punya skill itu, atau belum punya pengalaman, teamworking akan membantu Anda mengasah skills.
Memahami konteks investigasi bisa membantu menghindari kebuntuan dan menangkap fakta relevan. Jika investigasi membawa ke area tidak dikenal, Anda harus bisa segera menyesuaikan diri dengan keadaan baru, terminologi baru, isu baru. Pengetahuan luas akan sangat membantu Anda menyesuaikan diri. Maka, akan sangat berguna jika Anda gemar membaca. Baca apa saja.
Investigasi akan membawa Anda menghadapi segala jenis hambatan/gangguan, dari nara sumber bungkam, catatan lenyap, editor mengomel, waktu panjang, ongkos tinggi, kehilangan kontak dengan keluarga, hingga kehilangan pacar. Hanya motivasi dan keyakinan atas kelayakan berita itu lah yang akan membuat Anda bisa menuntaskannya. Selain sabar, Anda harus teguh berkeyakinan.
Berita investigatif bisa mempertaruhkan pekerjaan, keamanan, bahkan jiwa orangorang tertentu termasuk nara sumber dan Anda sendiri. Maka, Anda harus menjalankan pekerjaan dengan fair dalam arti ungkapkan seperti kenyataannya. Anda juga harus punya etika kuat untuk memastikan sumber dan subjek diperlakukan dengan respek dan sejauh mungkin diproteksi dari bahaya.
Keberanian
Wartawan bisa terancam tindakan hukum, kekerasan, kurungan, bahkan pembunuhan. Menghadapi risiko ini, Anda harus bisa menyensor diri. Anda harus punya keyakinan atas apa yang Anda kerjakan, punya keberanian untuk menjalankannya, dan jika mungkin cari juga dukungan personal dan profesional dari pihak lain (misalnya; keluarga, komunitas keagamaan, penasihat hukum, tim editor) jika keadaan menjadi genting.
Pendekatan Investigatif
Menyelidiki prosedurnya, dan mengunungkapkan aturan mana yang dilanggar atau aturan mana yang tidak efisien atau bahkan tidak ada
Menungkapkan suatu tokoh, organisasi, atau komunitas tertentu, dan menggambarkan karakter sejatinya
Proses
Menggambarkan dinamika situasi di mana sejumlah pohak berbeda terlibat dalam sesuatu Pertanyaan utama; bagaimana proses ini bisa terjadi? Anda mengungkap siapa pelaku-pelaku utamanya, menggambarkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka mempengaruhi satu sama lain
Prosedur
Menggambarkan jalur aksi tertentu, menginvestigasi aturan-aturan yang mendasari aksi itu dan cara bagaimana aturan ditetapkan Pertanyaan utama: bagaimana aturan (yang legal, yang written, maupun yang tak tertulis...) diterapkan? Anda mengungkap aturan-aturan apa yang berlaku pada perilaku yang sedang disilidiki, mengungkap betapa penting aturan itu, apakah sedang dilanggar, dan seberapa serius pelanggarannya.
Profil
Menggambarkan bagaimana cara hidup/kerja tokoh, kelompok, komunitas, atau sesuatu tertentu
Pertanyaan utamanya: apa sih tipikal si X itu? Bagaimana nilai-nilai, motif, dan tujuan kehidupan si X? Bagaimana si X menjalaninya dan bekerja bersama? Anda mengungkapkan tipikal itu dan memperjelas bagaimana ini penting untuk diketahui
Metode Investigasi
Tahu cara mencari data dan siapa yang bisa dipercaya (kalau Anda sudah berpengalaman). Bertindaklah logis dan metodis. Metode-metode berikut bisa Anda pakai.
Puzzle
Puzzle
Jika sumber terpenting enggan memberi informasi, Anda bisa membangun sendiri informasi sedikit-demi-sedikit. Buat data semua orang yang terlibat dalam urusan yang Anda investigasi. Wawancarai mereka sehingga satu-persatu informasi terungkap. Keuntungannya, para nara sumber bisa jadi tidak saling mengenal atau tidak sadar akan gambaran total yang akan Anda ungkapkan.
Informasi yang terkumpul cukup banyak tapi masih acak dan gambarannya aneh. Maka, Anda bisa menembak si nara sumber terpenting dengan peluru info yang sudah Anda kumpulkan.
Tarik - Ulur
Tarik - Ulur
Jika dihadapkan pada subjek mbulet yang terlibat banyak sudut pandang bertentangan, maka konfrontir dia dengan setiap opini dan argumen untuk mendapatkan kejelasan apa yang terjadi. Awali wawancara dengan hal-hal biasa, lalu tusuk dengan pertanyaan mendalam di satu sisi. Kembali ke hal enteng, lalu tembak dengan data kunci. Terus lakukan itu, gunakan data valid dan argumen cerdas, sampai Anda mendapatkan gambaran yang sebenarnya.
Selami
Cara paling valid untuk melihat isi lautan adalah menyelam ke dalamnya Masuklah jauh ke dalam keseharian masalah yang Anda selidiki. Misalnya; untuk menyelidiki komunitas seks beda, Anda terjun ke dalam komunitas itu.
Ingat; sebagai penyelam, Anda harus beda dan membedakan diri dari ikan-ikan di dalam laut.
Babat alas
Untuk menemukan jalan di dalam belantara informasi, Anda perlu parang. Saat Anda punya petunjuk atau punya feeling tentang ketidak-beresan, tapi Anda tak tahu di mana mengawali investigasi atau bagaimana mengorganisir semua informasi yang sudah didapat, lakukan metode babat alas. Pangkas semua birokrasi, penghalang, atau musuh , agar Anda bisa cepat masuk ke sumber utama. Pangkas info-info yang tidak perlu dan membingungkan. Parang ini adalah skill analisis Anda sendiri atau bimbingan pakar independen yang menunjukkan struktur dari subjek yang Anda investigasi.
Undercover
Dokumen dan pengamatan langsung itu penting, tapi journalisme investigatif kadang-kadang juga melibatkan teknik undercover. Pastikan, undercover adalah teknik pamungkas jika teknik-teknik lain sudah tidak berhasil.
Pura-pura gila agar bisa menyelidiki lembaga kejiawaan dari dalam (New York World 1880-an). Berkeliling dunia 80 hari seperti Phileas Fogg (New York World, 14 November 1889)
Barbara Ehrenreich
feminis, sosialis demokrat, aktivis politik, dan veteran muckraker Kolumnis dan esais, penulis 21 buku, termasuk yang berjudul Nickel and Dimed: On (Not) Getting By in America.
Buku ini mengungkap tiga bulan pengalamannya hidup dalam upah minimum sebagai waitress, pembantu hotel, pembersih rumah, pembantu rumah tangga, dan pegawai toko WalMart clerk.
pertimbangan
pertimbangan
Jika sudah yakin undercover bisa dibenarkan, buatlah rencana bagaimana melakukannya dan hasil apa yang Anda inginkan. Pastikan atasan tahu apa yang Anda lakukan dan rencanakan, sehingga Anda bisa meminta tolong dia jika ada yang tidak beres dan jika ada masalah hukum.
pertimbangan
Jangan menjebak; jangan arahkan subjek investigasi untuk melakukan sesuatu yang keliru, lebih baik amati mereka melakukan sesuatu yang seperti biasanya
Kewajiban pertama jurnalisme adalah mengungkapkan kebenaran. Loyalitas utama jurnalisme adalah warga.
Penulisan
Kembali ke hipotesis
Hipotesis
Yang ideal dalam investigative reporting adalah si wartawan memiliki bukti absolut. Dengan bukti itu, si pelaku tidak akan bisa membantah.
Argumen disusun dengan cara; menunjukkan sebab, menunjukkan akibat, menunjukkan keterhubungan. Argumen ini butuh logika yang benar.
Logika keliru
Meloncat-loncat di antara definisi berbeda (gantilah yang abstrak dengan contoh lebih konkrit) Menggunakan generalisasi tanpa bukti
(Pastikan penggunaan istilah semua, kebanyakan, sebagian, tidak satu pun dan sejenisnya. Perhatikan pula penggunaan alasannya atau satu-satunya alasan)
Logika keliru
Mengutip pihak berwenang sebagai bukti argumen (ini belum pasti benar; lebih baik beri daftar
pro dan kontra secara berimbang. Fokusnya tetap pada alasan dan bukannya pada orang yang mengatakannya)
Mengundang prasangka, emosi, atau stereotype (jangan lakukan. Pilih bahasa netral.
Perlakukan semua dengan skeptisisme sehat)
Menemukan penyebab keliru karena X maka Y (Kaji lagi apakah X menyebabkan Y, apakah X benarbenar muncul sebelum Y, apakah X satu-satunya penyebab Y, apa ada contoh kasus lain serupa X menyebabkan Y)
Menyusun bukti
(ini
Menyusun paragraf
Paragraf adalah semacam berita mini. Masing-masing berisi building-block yang penting bagi keseluruhan berita.
Maka, buatlah kerangka paragrap sebelum menulis berita secara keseluruhan
Jika masing-masing paragraf sudah punya rencana isi, maka keseluruhan berita akan jadi bernas.
Isi paragraf-paragraf
kutipan
Pilih kutipan yang benar, jangan kutip kalau nara sumber sekadar mengobrol/membual.
Kutipan
Setiap kutipan harus punya atribut (bahkan, harus ada sumber atas apa pun yang wartawan tidak observasi sendiri) Dalam berita investigatif, pembaca menilai bukti terutama berdasarkan sumbernya. Jika ada nara sumber yang belum banyak dikenal, maka lebih dulu jelaskan kompetensi dia agar pembaca percaya. Sedapat mungkin netral. Misalnya, ia mengatakan, bukannya ia menuduh...
Apakah kutipan dipasang sesuai kebutuhan? (untuk penekanan, untung mengubah ritme,
sebagai bukti tambahan, untuk menunjukkan karakter atau warna)
Apakah repetitif?
draft
Pada tahap ini, semua bahan sudah disortir menjadi bagian-bagian. Sudah waktunya menuliskan rancangan berita. Ini belum berita lengkap, namun masih berupa sketsa.
Lewat draft ini, penulis sudah bisa membayangkan bagaimana berita bakal terwujud.
Ini tahap awal penulisan; belum editing.
Gaya penulisan
Kronoligis mengungkap berita berdasarkan waktu, urut-urutan. Biasanya naratif, mengikuti situasi berdasarkan periode waktu tertentu. Topikal berita bergulir di sekitar isu dan argumen tertentu (bisa di sistemnya, prosesnya, kecenderungannya, bahkan penjelasannya)
Koreksi draft
Baca sendiri dengan suara keras, lalu beri penilaian. Serahkan pada orang lain untuk dibaca, lalu minta penilaian.
Apakah beritanya membosankan? Adakah kekurangan informasinya Apakah kisahnya mengalir? Menarik?
Struktur penulisan
Isu - dampak permasalahan Korban - siapa yang terkena (orang, komunitas, pemerintah, pabrik, atau yang lain) Latar belakang teknis bagaimana kasusnya, bagaimana regulasinya, dll Penjahatnya siapa pelaku, siapa yang keliru, siapa yang tidak mengikuti peraturan, dll Motif penjahat Ending kesimpulan, saran, pertanyaan, kembangan untuk isu lain, dll.
Tulis Ulang
Berita terbaik umumnya ditulis ulang lebih dari dua kali
Cek ulang apakah informasi yang dikumpulkan dulu masih valid saat berita diturunkan. Cari teks yang terlalu berat, dan sederhanakan
Apakah ada kabar yang dulu tak terdengar tapi sekarang menentukan
Apakah identitas nara sumber sudah ditulis lengkap dll
Cek Fakta
Berita harus benar. Jika ada fakta keliru, itu harus dipotong atau diganti yang benar. Alur cerita harus bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataannya, kesalahan itu sangat mungkin terjadi. Bisa jadi hanya kesalahan sederhana, bisa juga kesalahan fatal. Ariel Hart, fact-checker di Columbia Journalism Review, mengatakan, Saya tidak pernah mengecek berita, apakah yang lima halaman atau dua paragraf, yang tidak ada salahnya.
Cek Fakta
Setidaknya ada dua orang; penulis dan editor atau siapapun yang bertugas mengecek berita. Masing-masing membawa satu kopi berita. Baca keseluruhan berita untuk menangkap gambaran secara keseluruhan. Apakah bias atau fair? Apakah terasa ada yang kurang? Siapa, atau apa, yang mungkin bisa mengisi kekurangan itu untuk melengkapi gambarannya? Rinci berita, cek dari fakta-ke-fakta, baris-perbaris. Tanyakan, Bagaimana kau tahu itu?
Cek Fakta
Penulis membeberkan sumbernya.
Jika sumbernya dokumen, pengecek dan penulis sama-sama memeriksa dokumen itu untuk memastikan akurasinya. Jika sumbernya wawancara, periksa catatannya atau simak rekamannya. Jika tidak ada sumber, si penulis harus bisa menemukannya. Jika tidak ditemukan, bagian tulisan itu harus dipotong.
Cek Fakta
Fact-checker menguji intepretasi si penulis tentang motif, tujuan, atau pemikiran si target.
Cek Etika
Jangan menyalah-gunakan power untuk menjelek-jelekan. Jika investigasi mengarah ke dakwaan substansial pada seseorang, janganlah menambah-nambahkan personal padanya.
Beri target hak jawab. Jangan serang seseorang tanpa memberi kesempatan dia menjawab bukti. Kalau dia memberi penjelasan absurd, kutip saja. Kalau tidak mau berkomentar, jelaskan pada audiens dia memilih bungkam. Jangan takut tapi waspada saat berhadapan dengan sumber-sumber berbahaya
Cek Legal
Jangan melanggar hukum Jangan membuat berita palsu Akreditasi Fitnah perdata atau pidana
Kendala Investigasi
Penutup
Jurnalisme investigatif bisa membuat produk media tertentu jadi beda daripada produk media lainnya. Jurnalisme investigatif punya nilai tertinggi di semua genre jurnalisme. Namun, jurnalisme investigatif juga memberi tantangan terberat.
Terima Kasih