Anda di halaman 1dari 2

Komunikasi Lebaran

Oleh; Teguh Wahyu Utomo*

Sekarang sudah Ramadhan. Tak lama lagi, Idul Fitri datang. Sudah menjadi kelaziman di Indonesia, dan kawasan etnik Melayu lainnya, untuk silaturrahim. Berkunjung ke akar keluarga, saling memberi salam pada rekan dan kolega, hingga tradisi mudik. Komunikasi pesan-pesan Lebaran tentu terjadi. Orang-orang sedapat mungkin bertemu saling berhadapan untuk bermaaf-maafan. Bila perlu, orang rela bersepeda motor boncengan enam untuk mudik dan bertemu orang tua atau keluarga lainnya. Lha kalau sudah hitung-hitung waktu libur tapi tetap saja tidak bisa sesrawungan secara fisik, bagaimana? Ah, gampang. Ada banyak alat bantu komunikasi. Orang bisa memanfaatkan berbagai media untuk menyampaikan pesan. Yang penting niatnya, bukan alatnya. Tapi, alat juga signifikan. Untuk mengkomunikasikan pesan-pesan Lebaran, apa masih menggunakan kartu pos? Bagi orang-orang tertentu, kartu lebaran via pos masih menjadi kelangenan. Namun, orang zaman sekarang bakal berkata, Ah, itu jadul bangeeet. Sudah ada facebook, WhatsApp, KakaoTalk, sudah ada Line, dan sejenisnya. Tinggal pilih. Media jejaring sosial moderen memang memberi alternatif bagus bagi komunikasi Lebaran. Saat orang tidak bisa bertemu fisik, pesan-pesannya bisa lewat kata-kata, foto/gambar, hingga video. Pesan-pesan lewat telepon seluler, komputer, hingga tablet ini seolah bisa menjadi kehadiran fisik. Namun, momentum Idul Fitri yang hanya setahun sehari ini juga membawa potensi masalah. Pasti, penyedia layanan komunikasi memberikan layanan tambahan pada sehari atau dua hari seputar Idul Fitri (karena ini juga panen uang bagi mereka). Pasti, penyedia layanan komunikasi memberi tambahan bandwidth agar bisa menampung lonjakan jasa pada beberapa hari itu. Namun, psikologi konsumen jadi menentukan. Yang sering terjadi adalah konsumen berlombalomba mengirim pesan pada H-1, kemudian pada hari H dan H+1. Selain pesan-pesan Lebaran umum, pesan yang dikirm juga meliputi janji bertemu, menanyakan jadwal, mengecek keberadaan, dan sejenisnya. Masalah akan terjadi bila para konsumen dalam waktu sehari tiba-tiba bersamaan mengirim pesan. Saya tidak tahu seberapa banyak konsumen alat komunikasi nir-kabel saat ini. Yang pasti, jumlahnya mungkin sebanding jumlah penduduk Indonesia. Satu orang (kecuali bayi dan anak kecil) bisa punya lebih dari satu alat komunikasi. Anda, sebagai konsumen, harus efisien dalam mengantisipasi waktu dan kuantitas data yang akan dikirimkan. Pada H-1 hingga H+1, atau peak season, trafik telekomunikasi pasti tinggi. Kalau mau mem-broadcast pesan, jangan seketika dikirim semua. Mepetnya waktu dan banyaknya pesan akan memberi potensi hang (perangkat tiba-tiba tidak berfungsi). Bagi yang masih bekerja memanfaatkan Internet, siap-siap saja dengan kemungkinan kinerja komputer jadi lemot. Bukan masalah di komputernya, tapi jaringan internet via WiFi maupun modem. Jadi, lebih baik break kerja sejenak dan nikmati liburan atau makan-makan.

Saya sendiri, mumpung punya peluang menyampaikan pesan di media cetak yang tidak terganggu sinyal, ingin mengucapkan selamat Idul Fitri. Semoga puasa Ramadhan kita diterima Allah SWT, semoga kita diberi kesempatan bertemu Ramadhan tahun depan, dan saya mohon maaf jika ada tulisan saya yang keliru atau membuat tidak enak hati.

* Penulis adalah praktisi media massa dan pengajar UPN Veteran Jatim, dan bisa dihubungi di 081332539032

Anda mungkin juga menyukai