Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Dengan nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. yang dengan ridho-Nya, kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa kami

haturkan sholawat beserta salam kepada baginda Rasulullah saw.

Terimakasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami yaitu Ibu

Chelsy Yesicha, S.Sos. M.I.Kom dan untuk para pendukung dalam

pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini, pemakalah membahas tentang “Jurnalisme

Investigasi” yang kami buat berdasarkan referensi yang kami ambil dari

berbagai sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah ini diharapkan

dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada

kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

2.1 Apa Itu Investigasi?................................................................................................


2.2 Pengertian Jurnalisme Investigasi ..........................................................................
2.3 Ciri Jurnalisme Investigasi .....................................................................................
2.4 Proses Kerja Investigasi .........................................................................................
2.5 Wawancara Investigasi ...........................................................................................
2.6 Jenis-Jenis Wawancara ...........................................................................................
2.7 Penulisan dan Etika Investigasi .............................................................................
2.8 Beberapa Segi Penulisan Investigatif.....................................................................
2.9 Sistem Memo: Untuk Menyusun Data ...................................................................
2.10 Struktur Penulisan Investigatif .............................................................................
2.11 Perkembangan Jurnalisme Investigasi .................................................................
2.12 Contoh Kasus dan Analisinya ..............................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................


3.2 Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

2.2 Latar Belakang


Di era globalisasi ini informasi menjadi cahaya penerang bagi masyarakat,
disamping menjadi pusat pengetahuan, juga memberi penyadaran, memberi
hiburan dan mengarahkan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, juga dapat
membantu masyarakat untuk lebih tahu situasi dunia luar. Masyarakat beranggapan
bahwa “berita” sama dengan informasi yang berembus dari satu orang ke orang
lain. Berita merupakan suatu produk (hasil kreativitas) yang mempunyai tujuan
sangat jelas. Karena itulah, berita dalam pandangan jurnalistik berbeda dengan
pandangan awam.
Berita dalam kaca mata jurnalistik mengandung konsekuensi tertentu, misalnya
disadari betul bahwa informasi yang dikemas mempunyai efek tertentu dalam
masyarakat sehingga dalam melakukan kegiatannya, seorang jurnalis dibekali
dengan kode etik jurnalistik.
Para wartawan Jurnalistik dalam mencari berita bukan hanya berita yang
biasa-biasa saja, akan tetapi para waratawan jurnalistik juga membuat berita yang
melalui proses yang begitu panjang melalui penelusuran layaknya kerja intelejen
Di Indonesia, liputan Jurnalisme Investigasi (JI) lebih banyak muncul sebagai
sesuatu yang jarang, dilakukan hanya sewaktu-waktu, karena dipicu kemunculan
sebuah peristiwa. Faktor penyebabnya banyak: kurangnya sumber dana, ketidak
tahuan mengenai pentingnya dan strategisnya JI dalam sebuah negara demokratis,
hingga lemahnya kemampuan teknis para awak media.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari maklah ini adalah:
1. Apa itu investigasi?
2. Apa pengertian jurnalisme investigasi?
3. Bagaimana ciri jurnalisme investigasi?
3
4. Bagaimana proses kerja investigasi?
5. Bagaimana wawancara investigasi?
6. Apa saja jenis-jenis wawancara?
7. Bagaimana penulisan dan etika investigasi?
8. Bagaimana segi penulisan investigasi?
9. Sistem Memo: untuk menyusun data?
10. Bagaimana struktur penulisan investigasi?
11. Bagaimana perkembangan jurnalisme investigasi?
12. Contoh kasus dan analisisnya?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, proses, wawancara, tata cara
penulisan, perkembangan serta contoh kasus dan analisis dari jurnalisme
investigasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa itu investigasi?

Investigative berasal dari kata vestigum, yang berarti “jejak kaki”. Pada sisi ini,
hal itu menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta, berbentuk data dan
keterangan , dari sebuah peristiwa.

2.2 Pengertian Jurnalisme Investigasi

Menurut le monde dimanche , dengan berbagai ilustrasinya jurnalisme investigasi


adalah menghasilkan apa yang di inginkan wartawan untuk membawa perubahan di
masyarakat dan menjdi motivasi interaksi pengetahuan kepada publik dalam proses yg
inventif. melalui liputan dengan menggunakan riset untuk membuat masyarakat
mengerti dan waspada, melalui berbagai laporan yang mengandung “life” and
“passion” yang menjadi esensi dari investigasi jurnalistik. Dasar penginvestigasiannya
ialah riset untuk mempertanyakan dan menguji berbagai pristiwa publik yang penting
di ketahui masyarakat .

2.3 Ciri Jurnalisme Investigasi

Jurnalisme investigasi memang berbeda dengan kegiatan jurnalisme pada


umumnya. Kisah-kisahnya pun memiliki perbedaan dengan pola kisah berita jenis lain.
Liputan berita investigasi bukan lagi berdasarkan agenda pemberitaan yang terjadwal
di ruang redaksi. Kerja peliputannya (harusnya) tidak lagi dibatasi tekanan-tekanan
waktu. Para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka temukan,
melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, serta menyentuh dan mengafeksi
masyarakat terhadap persoalan yang dikemukakan.

Dalam kumpulan Hugo de Burgh, berbagai kasus investigasi meliputi


permasalahan, antara lain: hal-hal yang memalukan, penyalahgunaaan kekuasaan,

5
dasar factual dari hal-hal aktual yang tengah menjadi pembicaraan publik, keadilan
yang korup, manipulasi laporan keuangan, bagaimana houkum dilanggar, perbedaan
antara profesi dan praktisi, hal-hal yang sengaja disembunyikan, dan lain-lain.

Wartawan investigasi mencoba mendapatkan kebenaran yang tidak jelas, samar,


atau tidak pasti. Topik- topik investigasi mereka mengukur moralitas benar atau salah,
dengan pembuktian tak memihak yang didapat melalui riset. Bukan sekedar menolak
kesepakatan, tetapi menyatakan apakah sesuatu yang terjadi itu sesuai denganmoral
atau tidak.

2.4 Proses Kerja Investigasi

Secara sederhana, kegiatan liputan investigasi umumnya terbagi ke dalam dua


bagian proses peliputan. Kegiatan awal investigasi ialah menelusuri berbagai
permasalahan yang mesti ditindaklanjuti. Jika didapat, maka pada bagian kedua
kegiatan yang merupakan tahap “serius”, investigasi dimulai.

Paul N. Williams, seorang wartawan investigasi mengidealisasikan gambaran


reportase investigasi secara lengkap melalui bukunya Investigatve Reporting and
Writing. Williams memberikan sebelas langkah investigative reporting, yang terdiri
dari:

1. Conception. Unsur awal dari kerja investigasi ini berkaitan dengan apa
yang disebut pencarian berbagai ide. Menurut Williams, ide atau gagasan bisa
didapat melalui: saran seseorang, menyimak berbagai narasumber eguler,
membaca, memanfaatkan potongan berita, mengembangkan sudut pandang
lain dari peristiwa berita, dan observasi langsung.
2. Feasibility Study. Usai mengonsep gagasan, langkah selanjutnya adalah
mengukur kemampuan dan perlengkapan yang diperlukan. Berikut adalah
beberapa hal yang perlu dipelajari watawan sebelum memulai liputan
investigasi: berbagai halangan yang harus diatasi, orang-orang yang

6
diperlukan, kemungkinan adanya tekanan terhadap media, serta menjaga
kerahasiaan dari media lain.
3. Go-No-Go Decision. Langkah ini merupakan pengukuran terhadap hasil
investigasi yang akan dilakukan. Setiap liputan investigasi mesti
memperhitungkan hasil akhir dari proyek penyelidikan yang akan dikerjakan.
4. Basebuilding. Langkah ini berkaitan dengan upaya wartawan untuk
mencari dasar pijakan dalam menganalisis sebuah kasus.
5. Planning. Langkah perencanaan ini berkaitan dengan kerja
pengumpulan, penyusunan, dan pemilihan orang yang akan melaksanakan
tugas-tugas tertentu.
6. Original Research. Kegiatan riset di sini berarti kerja pencarian data,
penggalian bahan, yang umumnya terdiri dari dua kerja penelusuran, yaitu:
penelusuran paper trails dan penelusuran people trails.
7. Re-evaluation. Setelah segala tindakan investigasi dilaksanakan dan
mendapat banyak masukan data dan informasi, diadakan kegiatan
mengevaluasi kembali segala hal yang telah dikerjakan dan didapat.
8. Filling the Gaps. Pada fase ini, kegiatan investigasi mengupayakan
menutupi beberapa bagian bahan yang belum terdata.
9. Final Evaluation. Tahap evaluasi ini adalah pekerjaan mengukur hasil
investigasi dengan kemungkinan buruk atau negatif. Yang terpenting adalah
mengevaluasi keakurasian pihak-pihak yang hendak dilaporkan di dalam
standar pekerjaan jurnalistik.
10. Writing and Rewriting. Pekerjaan menulis laporan
memerlukankesabaran, ketekunan, dan kemauan untuk terus memperbaiki
penulisan berita jika diperlukan.
11. Publication and Follow up Stories. Pelaporan berita investigasi biasanya
tidak hanya muncul di dalam satu kali penerbitan. Masyarakat kerap
memerlukan perkembangan dari masalah yang diungkap.

7
2.5 Wawancara Investigasi

Di dalam kegiatan jurnalistik, wawancara memang merupakan salah satu kegiatan


kewartawanan yang sangat penting. Melalui wawancara, didapat keterangan yang
diperlukan wartawan. Bagi kalangan wartawan, kegiatan wawancara memerlukan
upaya khusus terhadap kondisi psikis narasumber. Mereka harus membangun suasana
wawancara yang menyenangkan, dapat menempatkan empati, saling membagi
perasaan, dan emosi. Berbagai gaya pewawancara juga bisa dilihat dari cara wartawan
mendekati subjek. Ada yang dengan cara malu-malu, rendah diri, outgoing, supel,
atau yang cenderung mengintimidasi lawan bicara. Tidak setiap gaya pendekatan akan
sama berhasilnya pada setiap orang yang diwawancara. Berbagai literatur menyatakan
pendekatan yang terbaik adalah pendekatan yang bersifat natural, alami, yang paling
membuat pewawancara merasa nyaman.

Kegiatan wawancara dalam jurnalisme investigatif, menekankan pada upaya gigih


dari wartawan untuk menjaring fakta. Dalam tiap penggalian fakta, seorang wartawan
mesti menyiapkan segala bahan dan data yang berkaitan dengan topik yang hendak
diliputnya. Pemadatan informasi, masalah-masalah yang diajukan reporter dan sumber
berita, batas waktu, dan gaya pengumpulan berita, menurut Strenz merupakan hal-hal
peka yang memengaruhi proses pengalian berita dalam wawancara. Dari setiap
sumber beritanya, wartawan investigatif harus memperhitungkkan kemungkinan
manipulasi keterangan yang disengaja atau tidak. Selain itu, ia juga harus memberi
perhatian yang sama kepada tiap narasumber.

Teknik Wawancara

Beberapa teknik wawancara menurut Nelson secara garis besar adalah.

 Melontarkan pertanyaan yang tersusun atas dua kata.


 Keheningan bisa menjadi senjata ampuh bagi sang pewawancara.

 Jangan melontarkan pertanyaan-pertanyaan tolol.


8
 Ada dua metode yang umum dilakukan untuk mendapatkan hasil
wawancara:mencatatnya di kertas atau merekamnya.
 Alat perekam dianjurkan digunakan untuk merekam isu-isu kontroversial.
 Hasil wawancara harus senantiasa di cek dan re-cek, terutama menyangkut
isu-isu kontroversial.
 Dalam menuliskan kembali hasil wawancara, hal yang kerap dilupakan
penulis adalah kaidah bahasa penulisan kalimat langsung menjadi tak
langsung. Dan apapun yang diletakkan di antara tanda kutip, kalimat itu harus
tepat seperti yang dikatakan.

Keterangan Narasumber

Beberapa jenis keterangan narasumber yang harus disepakati, sebelum bahan


wawancara ditulis antara lain:

 On the record: Semua pernyataan boleh dikutip dengan menyertakan nama


serta gelar orang yang membuat pernyataan tersebut.
 On Background: Semua peryataan boleh dikutip tapi tanpa menyertakan nama
dan gelar orang yang memberi peryataan tersebut.
 On Deep Background: Apapun yang dikatakan boleh digunakan tapi tidak
dalam bentuk kutipan langsung dan tidak untuk sembarang jenis penyebutan.
 Off the record: Informasi yang diberikan tidak boleh disebarluaskan. Dan juga
tidak boleh dialihkan kepada narasumber lain dengan harapan bahwa
informasi itu kemudian boleh dikutip.
 Affidavit merupakan bahan yang dapat memperkuat berita investigatif karena
berbentuk pernyataan tertulis yang dibuat di bawah sumpah di hadapan notaris
publik. Keterangan affidavit menepis kemungkinan penyangkalan narasumber
yang menyatakan dirinya telah salah dikutip.

9
Melakukan Wawancara (Investigatif)

Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan wartawan di dalam melaksanakan
kegiatan wawancara, yaitu upaya mempersiapkan wawancara dan mengajukan
pertanyaan yang bagus serta upaya mempersiapkan wawancara dengan pengumpulan
informasi yang terkait.

Kualitas pertanyaan akan menentukan seberapa bagus berita dapat dibuat. Karena,
ajuan pertanyaan yang dilontarkan wartawan itu bisa berarti risiko, ancaman, dan
tekanan. Di dalam wawancara yang tengah berlangsung, hendaknya hindari
pertanyaan yang menggunakan kata perasaan.

Wartawan investigatif kerap menggunakan pertanyaan yang meminta klarifikasi.


Pertanyaan investigatif dapat menggunakan teknik manipulasi sikap seolah-olah
mengetahui fakta yang terjadi. Serangkaian pertanyaan juga dapat diajukan secara
sengaja walaupun jawabannya telah diketahui.

Selain itu, bagi wartawan investigatf, hal yang sangat mutlak adalah persiapan
membaca berbagai peristiwa kontemporer.

2.6 Jenis-Jenis Wawancara

 Wawancara Telepon: Hubungan telepon dinilai dapat memangkas waktu dan


memungkinkan mengajukan pertanyaan lebih lugas daripada pertemuan tatap
muka. Wartawan dimungkinkan untuk mencatat atau merekam komentar tanpa
mengganggu pembicaraan. Namun feedback non-verbal tidak dapat diamati
wartawan.
 Wawancara Langsung: Melalui pertemmuan langsung, wartawan dapat lebih
banyak memiliki waktu dan kemungkinan mendapat ranah-ranah baru
pemberitaan.
 Konferensi Pers: Konferensi pers sering diartikan sebagai suatu peristiwa
yang direncanakan oleh para pejabat atau pengusaha untuk kepentingan dan
10
keinginan sendiri. Suasana konferensi pers membuat wartawan sulit mendapat,
atau mengejar informasi yang berharga.

Jenis wawancara menurut Itule & Anderson adalah sebagai berikut.

 Interviews from the Outside In: Interviews from the Outside In merupakan
jenis wawancara melingkar yang melibatkan keseluruhan subjek-subjek
wawancara dari yang paling tidak penting sampai pada yang paling penting.
 Smoking-Gun Interviews: Wawancara ini bukan dalam bentuk mengajukan
pertanyaan umum, tapi langsung menyodorkan bukti-bukti atau rekaman video
mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang diwawancara, dan
melontarkan pertanyaan langsung tentang sebuah insiden yang spesifik.
Banyak wartawan investigatif mengkritik interview jenis ini karena mereka
memepercayai semua narasumber harus diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pandanga-pandangan teoritis mereka.
 Double Checks and Triple Checks: Reporter yang menggarap kisah-kisah
investigatif memiliki waktu yang lebih panjang dan tidak megalami
tekanan deadline, untuk itu mereka diharuskan melakukan upaya double
checks and triple checks pada segala sesuatu yang dikatakan oleh sumber
mereka.

2.7 Penulisan dan Etika Investigasi

Menulis laporan investigasi, tak jauh berbeda dengan kerja redaktur, khususnya
dalam kepekaan untuk mengedit naskah tulisan reporter atau copy editing siaran.
Penulisan investigatif memerlukan kecermatan dalam mengengkat berbagai fakta
yang hendak dilaporkan. Rangkaian berbagai fakta yang ditemukan selama
melakukan riset, tidak perlu dijelaskan dengan sedemikian ekspositoris oleh penulis.
Rangkaian fakta yang disampaikan merupakan representasi dari apa-apa yang hendak
dihipotesiskan wartawan investigasi.

11
Penulisan memerlukan upaya yang bersifat pengecekan, evaluatif, atau lontaran
saran dan pandangan dari pada narasumber yang telah menjadi informan di dalam
pelaporan tersebut. Hal ini sangat penting dilakukan bagi penulisan investigasi dengan
tujuan menghindarkan terjadinya ketidaktepatan dan kesalahpahaman yang bisa
berakibat fatal.

2.8 Beberapa Segi Penulisan Investigatif

Steve Weinberg menegaskan bahwa penulisan jurnalisme sastra atau literacy


journalism merupakan perangkat yang banyak dipakai para wartawan investigatif
ketika melaporkan skandal atau kasus pelanggaran. Literacy journalism tidak hanya
menekankan pada pemakaian unsur sastra dalam tulisan, tetapi juga meliputi
intensitas laporan yang mendalam.

Pelaporan investigatif juga menjadi sebuah bentuk penulisan yang tidak hanya
berisi muatan fakta-fakta tenttang pelanggaran, akan tetapi terkait juga upaya
pembuatan kisah berita yang dapat menembus emosi pembaca serta mempersuasi
khalayak.

Pembuatan kerangka tulisan juga dibutuhkan dalam proses pembuatan laporan


investigasi. Upaya membuat kerangka tulisan berdasarkan kronologi data merupakan
alat vital. Pekerjaan ini dapat membantu memudahkan pembuatan susunan sub-plot,
mendapatkan angle baru, mencegah hilangnya keterangan penting di dalam pkeutuhan
pengisahan investigasi.

2.9 Sistem Memo: Untuk Menyusun Data

Kegiatan jurnalisme investigasi mengenal sebuah cara pengaturan yang disebut


“Sistem Memo.” Sistem yang diusulkan oleh Bob Greene ini merupakan sebuah
pengaturan sistem pelaporan yang sangat mendukung kecermatan kerja investigasi.

12
Sistem ini menjamin panyajian hasil investigasi menjadi sepersis apa yang telah
didapat oleh wartawan di lapangan. Sistem memo ini merupakan berbagai berita
harian yang dikerjakan wartawan itu sendiri.

Melalui sistem memo, wartawan investigasi emiliki peluang yang terukur untuk
membuat sajian penulisan berita yang memikat. Hal ini dikarenakan bahan sudah
lengkap, sehingga tinggal menerjakan penulisan akhir saja. Ketika mengerjakannya,
dengan memanfaatkan memo-memo tersebut, pelaporan dengan mudah tinggal
mengurutkannya saja.

2.10 Struktur Penulisan Investigatif

Kaidah piramida terbalik digunakan sebagai sarana mengorganisir informasi dari


urutan yang paling penting ke yang kurang penting. Pelaporan investigasi juga
mementingkan kebutuhan khalayak yang ingin segera menemukan apa yang harus
dipahaminya.

Carole Rich menyebut “5 Hal Penting” dalam penulisan berita. Rumus ini dapat
dijadikan variasi dari kaidah priramida terbalik. Kelima hal tersebut, yaitu: news (apa
yang terjadi atau akan diperitiwakan), context (latar belakang dari
kejadian), scope (apakah peristiwa lokal menjadi bagian dari peristiwa atau gejala di
tingkat nasional), edge (kemana berita hendak diarahkan dan apa yang terjadi
kemudian), dan impact (mengapa menajdi perhatian banyak orang). Sifat dramatis
juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan.

Melalui tiga babak pengisahan, struktur kisah dilaporkan. Pada bagian awal kisah
digambarkan adanya permasalahan. Bagian tengah menyiratkan berbagai kejadian
atau aksi. Sementara itu, akhir kisah dapat memberikan resolusi.

Penulisan investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan


kalangan jurnalis, yaitu: awal (lead), tubuh (middle), dan penutup (ending).

13
·Bagian awal

Jenis-jenis lead dari hard news dapat menjadi pembuka yang kerap dipakai
wartawan investigasi ketika mereka telah siap untuk membuka kisah penyelidikan
yang penuh dengan kerumitan. Untuk itu, pembuka jenis ringkasan (summary)
dipergunakan.

Carole Rich memberika bentukan pembuka yang tidak langsung memaparkan


permasalahan. Rich menyebutkan jenis descriptive leads, narrative leads, dan anecdot
leads, sebagai pengawal kisah berita. Selain itu ada juga pelaporan yang dibuka
dnegan lead kutipan langsung.

·Bagian tubuh

Banyak bagiannya yang menggunakan teknik penulisan yang didasari oleh


kecakapan penulisan sastra. Penjelasan yang berupa angka-angka atau statistical
memerlukan penanganan khusus agar pembaca tidak jenuh dengan uraian yang
bersifat teknis.

Bagian ini membangun pengisahan menjadi rincian action dari karakter utama
permasalahan yang kompleks, serta perubahan karakter permasalahan. Salah satu
teknik penarik uraian, di bagian tengah ini, adalah pengisahan adegan. Melalui adegan,
permasalahan dipertunjukkan seluk beluk kejadiannya.

Bagian penutup

Bagian akhir dari penulisan investigasi seringkali memaparkan kedalaman pikiran dan
emosi ke dalam benak pembaca.

14
2.11 Perkembangan Jurnalisme Investigasi

Amerika mengadopsi istilah investigative reporting sebagai teknik peliputan yang


yang cukup bergengsi. Dari istilah tersebut, muncul berbagai jenis peliputan mengenai
kasus-kasus yang mengguncang masyarakat.

Pada 1975, investigative reporting telah menjadi jargon populer. Selain itu, para
pekerjanya juga mendirikan perkumpulan bernama investigative Reporters and
Editors Inc. (IRE) pada akhir 1990-an. Keberadaan IRE ditujukan pada pertumbuhan
profesi wartawan investigasi, seperti kegiatan seminar mencari teknik-teknik baru
investigasi, pelatihan riset yang menunjang penginvestigasian melalui internet atau
alat penginderaan jarak jauh, sampai ke kegiatamn pemberian penghargaan kepada
karya-karya investigasi yang terpilih setiap tahun.

Pada November 1998 di Amerika Serikat, diadakan pertemuan awal International


Consortium of Investigative Journalist, untuk memberi penghargaan kepada
karya-karya terbaik wartawan infestigatif di seluruh dunia.

2.8 Contoh Kasus dan Analisisnya:

INVESTIGASI BAKSO BORAKS

Bejo adalah salah satu oknum pembuat bakso boraks, dirinya mengatakan
bahwa pijar atau boraks dapat mudah ditemukan di pasar-pasar. Pijar merupakan
bahan pengawet dan bisa untuk membasmi kecoa dan tawas yang mengandung
alumunium sulfat. Perlu diketahui bahwa jika sering dikonsumsi maka akan
mengendap di tubuh dan dapat menyebabkan gangguan syaraf dalam jangka
panjangnya.

Boraks tidak boleh ditambahkan kedalam makanan berapapun banyaknya


karena mengandung zat berbahaya. Namun hal tersebut tidak pernah dipikirkan
oleh oknum pembuat bakso seperti Bejo, mereka hanya memikirkan untung.

15
Sepintas memang tidak dapat dibedakan mana bakso sehat dan bakso berbahaya.
Apa saja yang perlu dicermati? Simak beberapa tips berikut ini:

1. Bakso yang tidak mengandung pengawet berbahaya umumnya hanya tahan satu
hari di dalam suhu konstan. Masa pakainya begitu pendek mengingat bakso
termasuk makanan basah yang memang berkarakter cepat busuk.
2. Bakso yang mengandung boraks akan berwarna lebih putih dan mengeluarkan
bau tidak alami. Sementara bakso ‘murni’, bagian luarnya berwarna abu-abu
seperti daging rebus dan dalamnya berwarna kemerahan.
3. Begitu digigit, bakso yang mengandung boraks akan kembali ke bentuk semula.
4. Bakso yang mengandung boraks dan formalin akan terbebas dari hinggapan
lalat. Kucing pun enggan menyantapnya.

Analisis kasusnya:

Bakso merupakan makanan yang banyak disukai banyak orang, beragam


jenis-jenis bakso sering di jumpai disekitar kita. Meski demikian banyak masyarakat
Indonesia menggemarinya. Namun kegemaran harus di barengi dengan kehati-hatian.
Yang menjadi persoalan adalah apakah semua itu fakta atau hanya berita yang
direkayasa. Pemberitaan laporan investigasi sebagian besar memang produk makanan
olahan dan industri rumah tangga, jadi memang pada umumnya tidak langsung di
bawah pengawasan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Contoh saja dari
Kisah Bejo yang salah satu penjual bakso yang memakai boraks, ia tidak memikirkan
bahaya akan boraks tersebut, ia hanya memikirkan keuntungan saja. Kasus seperti ini
seharusnaya dapat ditangani dengan tegas dan serius oleh pihak yang berwenang serta
para pelaku mendapat ganjaran yang sepadan. Hal ini agar pelakunya merasa jera dan
oknum-oknum yang lain merasa takut untuk melakukan hal semacam itu lagi. Dan kita
sebagai masyarakat harus lebih teliti dengan apa yang akan dibeli dan dimakan,
memperhatikan dari berbagai aspek seperti warna, bau, bentuk dan bisa juga melihat
kebersihan lingkungan sekitar tempat makanan itu dibuat.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Amerika mengadopsi istilah investigative reporting sebagai teknik peliputan


yang yang cukup bergengsi. Dari istilah tersebut, muncul berbagai jenis
peliputan mengenai kasus-kasus yang mengguncang masyarakat. Pada 1975,
investigative reporting telah menjadi jargon populer. Selain itu, para
pekerjanya juga mendirikan perkumpulan bernama investigative Reporters and
Editors Inc.

Jurnalisme investigasi adalah menghasilkan apa yang di inginkan wartawan


untuk membawa perubahan di masyarakat dan menjdi motivasi interaksi
pengetahuan kepada publik dalam proses yg inventif. melalui liputan dengan
menggunakan riset untuk membuat masyarakat mengerti dan waspada, melalui
berbagai laporan yang mengandung “life” and “passion” yang menjadi esensi
dari investigasi jurnalistik. Jurnalisme investigasi memang berbeda dengan
kegiatan jurnalisme pada umumnya. Kisah-kisahnya pun memiliki perbedaan
dengan pola kisah berita jenis lain. Liputan berita investigasi bukan lagi
berdasarkan agenda pemberitaan yang terjadwal di ruang redaksi. Williams
memberikan sebelas langkah investigative reporting, yang terdiri dari:
Conceptian, Feasibility Study, Go-No-Go Decision, Basebuilding, Planning,
Original Research, Re-Evaluation, Filling the Gaps, Final evaluation,Writing
and Rewriting, Publication and Follow up stories.

Wartawan investigatif kerap menggunakan pertanyaan yang meminta


klarifikasi. Pertanyaan investigatif dapat menggunakan teknik manipulasi
sikap seolah-olah mengetahui fakta yang terjadi. Serangkaian pertanyaan juga
dapat diajukan secara sengaja walaupun jawabannya telah diketahui. Selain itu,

17
bagi wartawan investigatf, hal yang sangat mutlak adalah persiapan membaca
berbagai peristiwa kontemporer.

3.2 Saran

jurnalisme investigasi ini bisa dikatakan usaha mengungkapkan suatu kasus


secara mendalam, dan melalui proses yang begitu panjang. Menurut kami
banyak kasus di Indonesia yang harus di ungkapan melalui metode investigasi
di berbagai bidang contohnya saja korupsi. Korupsi harus di gali sampai ke
akarnya agar bisa mengungkap para pelaku korupsi. Pada investigasi ini juga
dapat membuka kembali kasus lama yang belum sempat terpecahkan jadi
metode penyelidikan macam ini sangat membantu dalam mengungkap
kebenaran di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Santana K, Septiawan. 2009. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai