Hubungan
Internasional
S T U D I H U B U N G A N IN T E R N A S IO N A L
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2011
GRAHA ILMU
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836; 0274-889398
Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id
r Sitepu, P. A n t h o n i u s
■
a
STUDI H U B U N G A N I N T E R N A S I O N A L / P . A n t h o n i u s S i t e p u
- E d i s i P e r tama - Y o g y a karta; G r a h a Ilmu, 2011
xii + 372 him, 1 Jil. : 23 cm.
ISBN: 978-979-756-732-3
1. So s i a l p o l i t i k I. Judul
j
KATA PENGANTAR
P. Anthonius Sitepu
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAG IA N KE SATU
KONSEP DAN PRIN SIP DASAR STUDI H U B U N G A N
INTERN ASIO N AL
BAG IA N K E D U A
NEGARA DAN SISTEM INTERN ASION AL
-00 O00 -
Daftar |Sj
xi
BAGIAN KE SATU
Tujuan Pembelajaran
Hubungan Internasional 7
mengapa orang akan tertarik kepada studi hubungan internasional.
Namun boleh jadi, masih ada banyak alasan atau argumentasi-
argumentasi yang dapat dijadikan alasan mengapa kita mempelajari
atau paling tidak tertarik terhadap hubungan internasional, sehingga
pada gilirannya menjadi satu studi tersendiri.
di Hubungan Internasional 21
dalam studi-studi khusus seperti misalnya, studi Politik Internasional,
Hukum Internasional, Organisasi Internasional, Ekonomi Internasi
onal, Pendidikan Internasional, Psikologi Internasional, dan Sosiologi
Hukum Internasional (Wright, 1955, 7).
-ooOoo-
2 1 T E O R IS A S I S T U D I H U B U N G A N
IN T E R N A S IO N A L
Di bab sebelumnya telah diuraikan tujuan dari studi hubungan
internasional yaitu untuk menganalisis fenomena-fenomena internasi
onal yang terjadi. Tentunya untuk dapat melaksanakan tugas ini, studi
hubungan internasional memiliki instrumen-instrumen analisisnya
yang disebut sebagai "teori". Teori dijadikan sebagai landasan pokok
untuk memahami fenomena internasional yang dimaksudkan itu. Itu-
pun jikalau sejauh hubungan internasional dikonstruksikan sebagai
kerangka bangunan di mana sifat internasionalnya itu sendiri dilihat se
bagai suatu wacana studi yang sistematis oleh sebab itu sepatutnyaiah
dilakukan dengan arahan teori. Ini merupakan sikap atau langkah atau
upaya teorisasi mengenai makna dasar terhadap studi hubungan in
ternasional (study of inter-states relations) termasuk bidang studi yang
sangat tua. Tua dikarenakan studi ini sudah dipelajari sejak masa-masa
'<
“ 'na Kuno, India dan Yunani Klasik.
38 Studi Hubungan In t e r n a s io
Ikan bahwa studi hubungan internasional disederhanakan menjadi
P studi yang mempelajari tentang perang dan perdamaian.
Pada periode sejarah Eropa dari tahun 1648 sampai tahun 1914,
d sebut sebagai zaman keemasan terutama dalam bidang diplomasi
(the aolden age of diplomacy), perimbangan kekuatan (balance
0f power) dan hukum internasional (international law). Hampir
kesemuanya pemikiran politik pada saat itu memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah yang berkaitan dengan negara-negara-bangsa
(nation states) termasuk di dalamnya membahas mengenai asal usul,
fungsi dan batas-batas kekuasaan pemerintahan, hak-hak individu
dalam negara, suatu hak bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri
(national self determination) dan kemerdekaan.
m Hubungan Internasional 41
1926; terdapat nama-nama seperti misalnya Hebert I. Priestly, France
Overseas: A Study of Modern Imperialism, 1938. dalam bidang
diplomasi dan negosiasi terdapat penulis seperti Harold Nicolson
Peace Making 1919, 1933 dan Diplom ay 1939; kemudian dalam
masalah dan teori perimbangan kekuatan (balance of power) terdapat
nama-nama seperti ,Carl J. Federick, Foreign Policy in the Making: the
Search for A N ew Balance of power, 1938; Alfred Vagts, The United
States and the Balance of power, 1941. dalam sektor/aspek-aspek
geografis sebagai kekuatan dunia ditampilkan oleh James Fairgrieve
Geography and W orld power, 1921; Nicholas J. Spykman, Geography
and Foreign Policy I: American Political Science Review XXXII, 1938,
213-236; selanjutnya yang membahas pada aspek sejarah, teori
hubungan internasional dikemukakan oleh Norman Angel, The Great
Illusion, 1933; Frank H. Simonds, The A BC of W ar Debates, 1933;
Brooks Emeny, The Strategy of W ar Materials 1936; Lionell Robbins,
Economic Planning and International Order, 1937; Paul Einzig,
Finance of Politics, 1932 and Economic of Rearmament, 1934 dan
Eugene Stanley, W orld Economy Transition, 1919. (James E. Dougerty
& Robert L. Pfaltzgraff, jr, 1987, 4-6).
Namun jika dilihat dari satu sisi, bahwa kontribusi atas kehadir
an beberapa buku-buku ajar sebagaimana telah disebutkan di atas,
telah pula memberikan gambaran bahwa perkembangan teori secara
luas dalam studi hubungan internasional mulai menampakkan dirinya.
Namun di sisi lain, masih kelihatan beberapa kelemahan-kelemahan;
khususnya ketidakmunculan kerangka teoritis yang dapat diperguna-
kan untuk mengorganisasikan dan menganalisis data yang dikumpul-
kan. Belum terlihat upaya membuat atau membangun suatu kerangka
generalisasi. Hal ini mungkin disebabkan karena penekanannya senan
tiasa terletak di dalam aspek sejarah dan diplomasi. Selama beberapa
tahun, sempat mendominasi kerangka kajian hubungan internasional-
Itu pula yang menyebabkan karya-karya mereka dipenuhi oleh sifat
sifat normatif dalam menganalisis persoalan. Dan kebanyakan di anta-
ranya hukum internasional dan organisasi internasional. Hal ini mung
0/
44 Studi Hubungan In te rn a l0 j
hatian mereka. Titik fokusnya terlihat di dalam pemberian mak-
P terhadap kekuasaan (nature of power) dan politik dengan
arkan power, mendevosikan diri terhadap makna dasar power
d lam setiap bab buku-buku mereka atau rata-rata dua bab yang se-
khusus menganalisis berbagai elemen atau faktor kekuatan na-
onal yang tercakup dalam dimensi geografisnya, penduduknya, serta
dalam sumber daya alamnya.
^ ° r i Da;QfT)
Hubungan Internasional 45
tampaknya lebih memusatkan perhatiannya terhadap kebijaksanaan
politik luar negeri dan John H. Herz, menggunakan pendekatan iSu
isu politik internasional dalam era perlombaan senjata nuklir dalam
menjelaskan fenomena internasional. Ernest B. Hass, mengkaitkannya
dengan fungsi integrasi dalam tinjauan analisisnya sedangkan
Richard N. Roscrane, mencoba untuk menganalisis fenomena polity
internasional itu ke dalam dimensi "aksi dan reaksi" terhadap berbagai
proses diplomasi. Karl W . Deutsch, melakukan analisisnya dengan
menggunakan pendekatan yang dicoba dengan cara mengangkat
masalah-masalah pembangunan ditempatkan ke dalam perspektif
komunikasi sosial. Akhirnya George Liska menjelaskan teori
perimbangan kekuatan (balance of power) dalam politik internasional
(James E. Dougerty & Robert L. Pfaltzgraff, jr, 1987, 12-13).
■ pol
46 Studi Hubungan Interna#0
k e b ija k s a n a a n ekonomi internasional di dalam suasana konflik
fl'k ideologis yang pada akhirnya melahirkan debat secara intensi
* « Hua keiompok pemikiran yaitu antara idealis dan kelompol-
Hj
list serta antara keiompok tradisionalist dengan behavioralist.
nl
48 Studi Hubungan internasio
sebagai awal tahapan sebuah proses penelitian. Konsep-
d'an^ aj^ng berupa pemikiran-pemikiran, senantiasa diungkapkan ke
konsep^ cara ata(J tingkatan konseptualisasi yakni: a. universal; b.
^a'ar^l jgp konfiguratif. Konseptualisasi dicirikan oleh universalitas
^ePe disebut dengan “global theory". Sedangkan yang disebut dengan
^'eral konseptualisasi adalah sesuatu yang digunakan di dalam " intra
^e° dan middle range theory". Untuk konseptualisasi yang bersifat
konfiguratif, digunakan untuk “country by country study".
• pO I
Tfon
tUd' Hubungan Internasional 51
maju dengan negara-negara miskin (sedang berkembang). Maka di
atas dataran atau perspektif aliran teori normatif, semua ini harus di-
arahkan kepada sendi-sendi moral dan etika khususnya dalam kerang
ka anaiisis hubungan internasional. Pengungkapan berbagai segi teori
dan teorisasi studi hubungan internasional yang memiliki keragaman
sifat dan bentuk tadi, sebagai suatu indikasi kepada kita bahwa telah
terjadi ketidakseragaman pandangan dari berbagai aliran pemikiran
yang datang dari aliran tradisionalis, realis dan sebagainya.
Oleh sebab itu jika kita hanya menekankan pada aspek perjuang-
annya (struggle) maka kerangka analisisnya akan mengarah kepada
Pertanyaan: bagaimanakah negara-negara akan mencapai tujuannya
^ang dengan mengaktualisasikan perilakunya dalam percaturan poli
tik internasional? Dalam upaya mencandra kondisi seperti ini, akan
Dari sisi lain, kita dapat melihat bahwa metode untuk mengor-
ganisasikan pikiran ilmu-ilmu sosial dikenai dengan sebutan "system
theory" dan "functional analysis". Khususnya dalam system theory, se
bagai makna dasar pemikirannya berkaitan erat dengan fenomena se
bagai bagian dari keseluruhan. Dasar pemikiran yang ditimbulkan oleh
metode ini adalah terutama kepada studi ilmu politik dan hubungar
internasional atau terhadap teorisasi sistem politik. Mereka mulai deng
an mengasumsikan bahwa fenomena politik dapat dianalisis dengar
baik yakni dengan memandang ke semua fenomena sebagai satu Ke
satuan yang sistematis dan menyeluruh (as part of systematic whole).
Jika kemudian yang terjadi adalah dua blok besar (two major
Srouping) di dalam sistem bipolar longgar ini maka gilirannya nanti
an mengalami perubahan menjadi iebih cenderung mengarah
ePada kapabilitas (kekuatan) militernya yang akan mengakibatkan
e- Sistem berjenjang/bertingkat
Sistem internasional bertingkat bisa terbentuk dalam demokra
Sl ataupun bisa seperti otoritarian. jika hal ini dihubungkan dengai
S|stem universal internasional dianggap sangat memuaskan dan bei
^asil dalam mengintegrasi solidaritas sistem internasional. Karen,
’tulah, sistem ini lebih menunjuk kepada bentuknya yang demokra
ls- Tingginya karakteristik integritasnya yang menjadi ciri sistem in
Namun di sisi lain juga dapat dikatakan bahwa politik luar ne
geri pada dasarnya memiliki dua elemen pokok yakni, tujuan nasional
yang akan dicapai dan alat untuk mencapai tujuan itu. Interaksi an
tara tujuan nasional itu dan sumber-sumber untuk mencapai tujuan
nasional itu terdapat di dalam pelaksanaan politik luar negeri yang
dimaksud. Terbentuknya politik luar negeri tidak lain adalah sebagai
2.4 P E M B U A T A N K E P U T U S A N P O LIT IK LU A R
N EG ERI SE B A G A I PEM EC A H A N M ASALAH
2.4.1 Beberapa Faktor Dalam Kebijakan Luar Negeri
Pendekatan pemecahan masalah secara rasional, menunjuk
kepada sesuatu yang id e a l yaitu b a g a i m a n a k a h m e m b u a t / m e n c ip t a k a n
yang secara radikal tidak bertentangan dengan alternatif masa lalu dan
masa yang akan datang yang tidak mengandung risiko tinggi. A nggota-
*
ubahan tersebut sebagai yang akan mengancam posisi mereka bila
^dak r n e n g im p l'k a s ik a n kritik terhadap penampilannya. Hal ini pada
urnnya berlaku dalam birokrasi politik luar negeri di mana sikap
^ereka menunjukkan bahwa yang bukan anggota birokrasi dianggap
tidak memahami masalah yang sebenarnya.
in t e r *
S t u d i H u b u n g a n in t
84
by the criteria; (d). the selection of the objectives; (e). the
variableS a strategy to reach the objectives; (f). the decision to
elab° rati°he action itself; (h). the evaluation of the results of the action
f ^ o f ^ o r i p n a f criteria'.
making '
j DqIq
■
^ Hubungan Internasional 85
a. Variabel Idiosyncratic (Variabel Individual)
Variabel ini senantiasa berkenaan dengan persepsi, image dan
karakteristik pribadi si pembuat keputusan politik luar negeri, antara
lain terlihat di dalam kondisi-kondisi seperti, ketenangan versus
tergesa-gesa; kemarahan versus prudensi; pragmatis versus ideologj
yang bersifat pembasmian atau pemberantasan; ketakutan versus sikap
percaya diri yang berlebihan; keunggulan versus keterbelakangan;
kreativitas versus penghancuran.
1973). Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, apa dam p ak
hubungan Inggris-Jerman (menurut sejarah pada umumnya) a p a b ila
■ rtf1
86 Studi Hubungan Internas’0
Kanyatta' Golda Meir, Charles de Gaulle dan mungkin juga termasuk
Soekarno, telah memberikan banyak kesempatan kepada kita untuk
mempelajari dampak dari aspek kepribadian seseorang terhadap
p e m b u a ta n sampai kepada pelaksanaan politik luar negeri khususnya
dan dalam negeri.
Cukup adil misalnya jika kita akan membuat suatu asumsi bahwa
dam pak variabel ideosikratik lebih besar pada keputusan-keputusan
yang bersifat pragmatis. Selama masa krisis, beban keterbatasan waktu
dan ancaman terletak di atas bahu para pemimpin negara serta beberapa
penasihatnya yang bisa secara cepat dikumpulkan. Mirip dengan itu
a d a la h keputusan-keputusan di negara-negara yang bersifat otoritei
dan totaliter; oleh pendangan teori atau pendekatan ideosinkratik
nampaknya lebih gampang untuk dijelaskan ketimbang yang terdapa'
di negara-negara yang memiliki sifat atau sistem pemerintahan yan§
demokratik dicerminkan di dalam kondisi kompetitif.
D AFTA R P U S T A K A
-ooOoo-
3.1 M O D EL K O N S E P T U A L P E M B U A T A N
K E P U T U SA N P O LIT IK L U A R N E G E R I
94 Stu d i H u b u n g a n Internasion°
masing-masing alternatif-altenatif tersebut. Seorang anaiis sudah
dianggap bisa menjelaskan suatu politik luar negeri jikalau ia bisa
menunjukkan pilihan yang layak dengan mengingat tujuan-tujuan
strategis dari bangsa/negara yang bersangkutan. Dalam model ini
digambarkan bahwa untuk melakukan pilihan-pilihan dan alternatif-
alternatif para pembuat keputusan menggunakan kriteria "optimalisasi
hasil".
Model II: Poses Organisasi
Lebih jauh daripada itu para analisis Model I yakni bahwa pada
Set|ap langkah para pembuat keputusan itu sadar betul apa yang mereka
Mode[ Pem buatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat A nalisis 99
iakukan. Sepulang dari misi ke Saigon, jenderal Maxwell Taylor dan
penasihat Gedung Putih W alt Rostow pada akhir 1961, membuat
rekomendasi kepada pemerintah Amerika Serikat agar memberikan
bantuannya kepada Vietnam dalam bentuk bantuan militer. Akan
tetapi dengan catatan pengiriman bantuan tentara dalam jumlah yang
sangat besar mungkin sekali akan dilakukan untuk masa depan. Pada
saat jumlah tentara Amerika Serikat kurang lebih 1000 orang, Menteri
Pertahanan MacNamara dengan meialui pidatonya mengatakan
bahwa biaya pengiriman.
MILIK PERPUSTAKAAN
I UN Rl IMAN
pihak Amerika Serikat (AS) dan mungkin saja penempatan senjat,
nUklir itu dijadikan sebagai taktik untuk mengalihkan perhatiai
Amerika Serikat (AS) dari sesuatu yang lebih penting atau barangkal
peluru kendali tersebut memang betul-betul untuk mempertahankar
Kuba, untuk meningkatkan prestise Uni Soviet atau meningkatkai
kemampuan militernya.
Anaiisis yang sama juga dapat kita gunakan dengan Model '
ini ke dalam tindakan keputusan Amerika Serikat untuk menanggap
penempatan senjata nuklir di Kuba itu dengan cara memblokadenya
Menurut Model I, dari berbagai alternatif, yang diusulkan pada saat-
saat genting terhadap pembuatan keputusan tersebut yakni dengar
membuat sikap blockade, dianggap sebagai sesuatu hal yang paling
Penting dan tepat untuk mengendalikan posisi antara "tidak berbual
apa-apa" dengan "mengambil tindakan agresif secara langsung".
Tindakan blockade memberikan arti bahwa membuat Uni Soviet haruj
Model Pem buatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat Anaiisis roi
mengambil tindakan dan menempatkan posisi Uni Soviet itu ke dalam
kondisi tindakan militer yang nampaknya tidak menguntungkan karena
konfrontasi itu akan terjadi di Karibia jauh dari pangkalan mereka.
Untuk menjelaskan mengapa Uni Soviet menarik kembali peluru
kendali nuklir itu dari Kuba yang menurut analisis Model I ini mungkin
dengan cara memanfaatkan tindakan John F. Kennedy sebagai indikasi
ancaman dan untuk menghadapi ancaman tersebut, orang-orang Uni
Soviet akan memutuskan sikapnya dengan cara mundur saja.
°del Pembuaton Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat Analisis 103
ketidakjelasan di dalam kerangka tujuan Amerika Serikat (AS) di Viet
nam dan disertai dengan beberapa usuian antara lain agar: (a), komit-
men Amerika Serikat (AS) ditentukan dengan berdasarkan pada ke
mampuan rakyat Vietnam Selatan dalam rangka menentukan masa
depannya sendiri; (b). Komitmen itu diberhentikan jikalau Vietnam
Selatan tidak mampu membantu dirinya sendiri. Selanjutnya ia me-
ngatakan bahwa komitmen itu tidak untuk menjamin keberlangsun-
gan kekuasaan suatu kelompok di Vietnam Selatan atau bahwa peme
rintahan negeri tetap memiliki sistem politik yang non komunis atau
pun bisa jadi, negara itu tetap terpisah dari Vietnam Utara. Menurut
MacNamara, ketiga hal itu bukanlah urusan Amerika Serikat (AS).
Ini merupakan pendapat yang bertentangan dengan Memorandum
No. 288 dari National Security Action, yang menganggap bahwa tu
juan Amerika Serikat (AS) adalah untuk "menciptakan Vietnam Selatan
yang merdeka dan non-komunis".
Jika kita mengikuti alur pikir dalam Model II ada semacam ke-
harusan oleh para pembuat keputusan politik luar negeri Amerika Serikat
(AS)yangmempertimbangkan pilihan penyerbuan udara ke Kuba. Akan
tetapi hal ini tidak banyak dibicarakan karena para pemimpin Angkat-
an Udara (AU) langsung menoleh kepada alternatif-alternatif sesuai
dengan organisasinya dan muncul dengan usuian terhadap pemboman
besar-besaran semua depot penyimpanan amunisi persenjataan, la-
Par>gan uadara dan senjata artileri yang berhadapan dengan pangkal-
^oc/e/ Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat Anaiisis 105
an Angkatan Laut (AL) di Guantanamo, di samping semua pangkalan
peluru kendali nuklir itu. Para pemimpin politik Amerika Serikat (AS)
tercengang, melihat betapa besar-besarnya serangan yang dilancarkan
dalam usulan oleh Angkatan Udara (AU) itu. Namun tidaklah meng-
herankan karena mereka ini berbicara tentang sesuatu yang berbeda
dengan yang dibicarakan oleh para pemimpin militer tersebut.
Uni Soviet (US) dalam konstelasi Perang Dingin (Cold War). Dalam
0ffe/ Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat A naiisis 107
I
internasional yang melakukan intervensi di negeri Brazil, dianggap yang
paling tepat untuk dijelaskan daripada ke dua kasus lainnya.
^°de/ p
ernbuatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat A naiisis 109
dipelajari "keseluruhannya" yakni berupa kebun-kebunannya/hutan-
hutannya/kelompok-kelompok gengnya/parlemennya. Dalam kasus
yang pertama, kita dapat mempelajari politik dalam negeri (domestic-
internal politics) terhadap suatu negara tertentu yang mempengaruhi
para pembuat keputusan politik dalam negeri dengan cara memilih
elternatif-alternatif untuk melakukan suatu tindakan tertentu demi ke
pentingan politik luar negerinya.
Model Pem buatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat Analisis 111
oleh Morton Abraham Kaplan-System and Process in International Re-
lations (1957).
BA FTA R PU STA KA
Model Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat A nalisis 113
Hass, Ernst B. "The Balance of power: Prescription Concept or
Propaganda?". W orld Politics, (July, 1953).
Morgenthau, Hans J., Politics Among Nations: Struggle for power and
Peace, (New York: Alfred A.Knopf. Inc, 1948); Edisi In d on esia,
■
egler, David W ., War, Peace and International Politica, (Boston:
Little Brown and Company, 1984).
-ooOoo-
pe
Uat°n Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat A nalisis 115
B A G IA N KE D U A
NEGARA DAN
SISTEM INTERNASIONAL
2
Tujuan Pembelajaran
4.1 K O N S E P T U A L IS A S I T E N T A N G N E G A R A
Dari satu sisi negara, itu merupakan suatu entitas legal (legal
status) dan legal equality. Seperti halnya suatu kerjasama dalam suatu
organisasi negara tidak memiliki eksistensi konkrit. Oleh sebab itu
negara adalah sebuah: "legal abstraction". Dengan melalui pemerin-
PEN D U D U K
W ILAYAH
4.2 A K T O R -A K T O R N O N -N E G A R A (NGO )
4.2.1 Non-Governmental Organization (NGO 's)
Sumber: "W erm er & Field, N ongoverm ental Forces a n d W orld Politics A Study of
Business, Labor a n d Political Group", N e w York, Praeger, 1972, dalam
W illiam D. Coplin, Introduction to International Politics, (N e w jersey)
Prentice-Hall, Inc., 1980), 124.
Tetapi yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah apa yang
terpenting atas kehadiran MNC's bagi studi hubungan internasional?
Dalam kaitan ini Theodore A. Couloumbis & James H. Wolfe, me-
ngajak kita menengok data statistik untuk menunjukkan perbandingan
antara kekuatan perekonomian perusahaan-perusahaan multinasional
dengan kekuatan perekonomian negara-negara. Tampaknya memang
bahwa M NC's menguasai proporsi bagian besar pangsa ekonomi yang
ada terutama dari segi luas lingkup dan volume perusahaan itu mem
berikan dampak terhadap sistem internasional. Ini merupakan suatu
gejala yang akan memberikan dampak terhadap pola hubungan in
ternasional dan sekaligus juga akan memberikan pola pengaruhnya
terhadap studi hubungan internasional umumnya. Gejala ini akan
mengarah kepada perubahan atau terjadi polarisasi bagi pandangan
dan persepsi para penstudi hubungan internasional. Ada pihak yang
merasa optimis dan ada pola yang merasa pesimis terhadap kehadiran
perusahaan-perusahaan multinasional.
daftar pu st a k a
Russtt, Bruce & Harvey S Starr., W orld Politics: The Menu for Choice,
(Boston: Little Brown & Cmpany, 1985)
-ooOoo-
Model Pem buatan Keputusan Politik Luar Negeri Unit dan Tingkat Analisis 143
BEBERAPA M ODEL SISTEM
INTERNASIONAL
5.1 S IS T E M IN T E R N A S IO N A L DAN N E G A R A -
NEGARA
Dengan mencandra judul di atas, secara konseptual dapat
dibagi kedalam dua aspek yakni sistem dan internasional. Terminologi
internasional, dihadapkan dengan suatu sistem. Sistem, dalam konteks
ini dilihat sebagai suatu paradigma yang sering digunakan dalam
kerangka penelitian Sosiologi Politik Konvensional, yakni teori
sistem (system theory) dijadikan sebagai instrument untuk menelaah
dinamika dan mekanisme kehidupan sosial politik, dan sistem
dapat juga dijadikan sebagai suatu model analisisnya. Namun pada
dasarnya, konsep umum mengenai pemikiran sistem, yang lahir dari
dunia ilmu pengetahuan alam. Dengan secara sederhana, pemikiran
sistem dikatakan bahwa masyarakat merupakan suatu keseluruhan
yang saling bergantung satu sama lain yang analognya dengan sebuah
"organisme biologis". (Roderick Martin, 1977: 7).
M AJO R ACTO RS M IN O R A C T O R S
1. Negara-negara 1. Individu-individu
2. Organisasi-organisasi 2. Organisasi Non-Negara (NGOs)
internasional 3. M ultinational Corporations (MNCs)
Pada periode klasik ini isu utama berasal dari apa yang disebut
threats of empire building name prim arily from France (William D.
Coplin, 1980,29)di manadi bawah kekuasaan LouisXIVdan Napoleon
Bonaparte, Perancis berkeinginan untuk diiringi oleh kebijaksanaan
politik luar negerinya yang sengaja dirancang untuk mendirikan sebuah
Kekaisaran Eropa (European Empires). Napoleon dari sisi, mencoba
berupaya untuk menempatkan kembali sistem politik internasional ke
dalam satu bentuk kerarajaan (kekaisaran). Pengalaman yang singkat ini
ditunjukkan di dalam sejarahnya yang terangkum sebagai keseluruhan
sebagai suatu indikasi sekaligus konsep perimbangan kekuatan di
dalam polanya senantiasa beroperasi untuk mempertahankan sistem
politik internasional, yang dikategorikan sebagai periode yang sangat
panjang (1815-1945).
Anggota-anggota dalam
\
koalisi untuk
mempertahankan
keseimbangan
5.6 K E P E N T IN G A N N A S IO N A L D A L A M S IS T E M
H U B U N G A N IN T E R N A S IO N A L
Kita akan bicara mengenai negara pada saat negara-negara itu
diletakkan ke dalam konstruksi aktor-aktor sistem internasional. Kita
boleh saja mengatakan negara Amerika Serikat atau bahkan Perancis
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Clive, International Organization, (London: George Allen &
Unwin, 1983)
Colpin, William D. Introduction to International Politics, (New Jersey:
Prentice-Hall < Inc. 1980).
Morgenthau, Hans J., Politics Among Nations: The Struggle for power
and Peace, (New York: Alfred A. Knopf, Inc. 1965).
Russett, Bruce & Harvey S. Starr, World Politics: The Menu for Choice,
(Boston: Little Brown and Company, 1985)
-ooOoo-
POLITIK LUAR
NEGERI TERHADAP
SISTEM H U BU N G A N
INTERNASIONAL
3
P O L IT IK L U A R N E G E R I
T E R H A D A P S IS T E M IN T E R N A S IO N A L
Tujuan Pembelajaran
a. Nilai yang berada pada tujuan atau tingkat nilai yang mendorong
pembuat kebijaksanaan/keputusan dan penggunaan sumber daya
negara untuk mencapai tujuan itu;
b. Unsur waktu untuk mencapai tujuan;
c. Jenis tuntutan tujuan yang dibebankan kepada negara lain ke
dalam sistem. Berdasarkan kepada kriteria tersebut, kita dapat
membentuk kategori tujuan-tujuan politik luar negeri itu sebagai
berikut:
sebagai " the ability to shift the probability of outcome". Power juga
dilihatnya sebagai suatu yang paling berkaitan (relationships) antara
dua aktor politik seperti individu-individu, kelompok-kelompok, partai-
partai politik pemerintahan dan organisasi-organisasi internasional.
Karl W . Deutsh (1968, 29), membangun suatu analogi antaraspek
ekonomi dan aspek politik. Ekonomi sebagai aspek power bisa saja
dimiliki seseorang, perusahaan-perusahaan dan sebagainya.
a. Geografis
Sebagai unsur geografis, tidak hanya termasuk ke dalam u k u ra n
b. Penduduk
Penduduk dalam konteks ini dianggap sebagai hal yang riil (nya
ta) yang dalam pengertian bahwa unsur ini dapat dikualifikasikan. la
berperan sebagai elemen dalam kekuatan nasional dengan melihatnya
secara khusus dari beberapa aspek yang terkandung di dalamnya se-
c- Sumber-sumber Alam
Sumber-sumber alam, berkaitan dengan letak geografisnya serta
kuantitas sumber daya alamnya terhadap kepentingan suatu negara.
192 S tu d i H u bu nga n In te rn a s io n a l
suatu negara dan dijadikan sebagai suatu langkah proyeksi dalam
hubungannya dengan negara lain.
d. Kapabilitas Ekonomi
Cross National Product (GNP) suatu negara menjadi indikator
yang sangat penting bahwa suatu negara dapat memberikan penga-
ruhnya dalam konstruksi hubungan internasional. Masalah ini akan
tercermin dalam kemampuan suatu negara atau bangsa untuk meng-
hasilkan produk yang bisa bersaing dalam perdagangan internasional.
a. Perwakilan Simbolis
Seorang diplomat, pertama sekali adalah sebagai simbolis dari
negaranya. Dalam peranannya sebagai lambang (symbol) perwakilan
negara, diplomat zaman sebelumnya tidak lebih daripada menghindari
upacara diplomatik kerajaan. Namun pada saat sekarang ini, para duta
besar sebagai tambahan terhadap kegiatannya adalah mengunjungi
upacara diplomatik dan kegiatan sosial yang harus mengarahkan
kelompok-kelompok asing dan menghindari segala kegiatan yang
diselenggarakan oleh negara yang memiliki hubungan dengan negara
yang diwakilinya.
vovrnvx NVNns wn •
M V A n A JV ; 1 £>.£! 1\ !"1 J V ll- LiiA l It L
memberikan lambing bahwa sumbangan yang diberikan untuk itu
tetap berkesinambungan.
b. Perwakilan Sah
Seorang diplomat, juga dapat bertindak sebagai wakil yang sah
(formal/resmi) dari pemerintah negaranya. la bertindak sebagai wakil
yang sah atas nama pemerintah negarariya, dalam arti yang sama
dengan suatu perusahaan domestik dengan kedudukannya yang di
Jakarta, diwakili oleh para wakil yang sah di negara-negara dan kota-
kota lainnya. Perwakilan-perwakilan semacam ini dilihat sebagai
agen-agen yang bertindak atas nama badan yang diwakilinya itu kita
namakan perusahaan itu, membuat pernyataan yang mengikatnya,
menandatangani kontrak yang mengikatnya yang bertindak dalam
batas-batas piagam bersama secara bersama yang seolah-olah mereka
adalah perusahaan itu.
c. Perwakilan Politik
Seorang diplomat, beserta kementrian luar negeri, m e m b e n tu k
a. Konsul Jenderal
b. Konsul
c. Konsul Muda
d. Agen konsul
Pemerintah N egara B
Pemerintah N egara A U paya mempengaruhi
kebijakan dari
Pengaruh
M engubah kebijaksanaan
terhadap
Keiom pok organisasi
Keiompok etnis, agama, M em pengaruhi dan
bahasa, dan politik tindakan dari
Negara B
Negara A________________________________________________________________
a. Name calling
Propagandis menyematkan simbol emosional terhadap individu
atau negara. Sasaran diharapkan melakukan respons positif (sesuai
dengan kehendak propagandis) terhadap label tanpa mengkaji bukti
apapun. Propagandis mengaitkan himbauannya dengan stereotype
yang telah tertanam pada objek sasaran. Maka dengan demikian,
kaum komunis dibubuhi label "merah", pimpinan buruh menjadi
"boss serikat pekerja" dan pemerintah konstitusional sebagai "klik
kapitalis".
b. Glittering generally
Teknik ini serupa dengan sebelumnya, akan tetapi teknik ini
dipergunakan untuk menjelaskan gagasan atau kebijaksanaan. Istilah
"dunia bebas" sangat populer digunakan oleh propagandis barat.
Penggunaan istilah "solidaritas sosial" yang digunakan oleh paham
c. Transfer
Propagandis berusaha memperkenalkan gagasan, pribadi,
negara atau kebijaksanaan pemerintah kepada pihak Iain untuk
membuat sasaran propaganda menyetujui atau paling tidak sepakat
terhadap gagasan yang diajukan. Salah satu untuk membangkitkan
sikap perlawanan diantara masyarakat religius terhadap komunisme
ialah dengan menyamakan paham komunisme dengan atheis. Kaum
komunisme secara teratur melakukan propaganda dengan masyarakat
kapitalisme dengan dekade moral dank um anti-Semit berharap
untuk membangun dukungan masyarakat bagi sikap mereka dengan
mengasosiasikan Yahudi dengan Komunisme.
d. Plain folks
Setiap propagandis menyadari bahwa masalah yang dikhawatir-
kan ialah kesulitan jika penampilannya dianggap "asing" atau "aneh".
Karena itu ia berusaha memperkenalkan dirinya sedapat mungkin
erat dengan nilai dan gaya hidup sasaran propaganda dengan meng
gunakan dialek, aksen dan ungkapan-ungkapan lokal dalam rangka
berkomunikasi.
e. Testimonial
Dalam hal ini seorang propagandis melakukan kegiatan dengan
cara memberikan penghargaan kepada seseorang atau lembaga
untuk mendukung atau mengkritik suatu gagasan atau sebagai suatu
unit politik tertentu. Perbedaan teknik propaganda seperti ini adalah
"menghimbau pemerintah" pada saat sasaran diminta mempercayai
sesuatu dengan mudah karena pemerintah bahwa informasi yang
disampaikannya adalah benar.
g. Bandwagon
Teknik propaganda seperti ini digunakan dengan cara meman-
faatkan kehendak sasaran untuk "memiliki" atau bersepakat dengan
kelompok orang banyak. Tampaknya teknik ini serupa dengan apa
yang ditampilkan oleh teknik testimonial di atas, akan tetapi teknik
ini lebih banyak mengonsentrasi kegiatannya kepada orang banyak
bukan dengan memberikan penghargaan pribadi atau lembaga. Pelak-
sanaan teknik seperti ini dilakukan dengan suatu daya tarik. Pesan pro
paganda komunis sering menggunakan ungkapan seperti "seluruh du
nia mengetahui..." atau "seluruh rakyat progressif menuntut bahwa..."
ini adalah teknik propaganda yang mengatakan kepada sasaran secara
langsung terutama dalam masyarakat minoritas dan akan bergabung
ke dalam kelompok. Atau jika sasaran tertarik kepada propagandis,
maka teknik ini akan menguatkan sikapnya dengan menyatakan bah
wa ia berada dalam kedudukan yang "benar".
h. Frustration Scapegoat
Salah satu cara termudah untuk menciptakan suatu perasaan
kebencian dan menghilangkan frustasi ialah dengan membentuk
sumber kesalahan. Rezim revolusioner, yang menghadapai kekacauan
social dan ekonomi, yang tampaknya rumit dan ini terjadi di dalam
negeri, serta frustasi yang internal dan eksternal sebagai penyebab
rnalapetaka yang melanda rakyatnya.
6.4 IN S T R U M E N D A L A M B ID A N G E K O N O M I
6.5 IN S T R U M E N D A L A M B ID A N G IN T E R V E N S I
6.5.2.3 Subversi
KESIM PULAN
Lee, Alfred McClung & Elizabeth Bryant Lee, The Fine Art of
Propaganda: A Study of Father Coughlin's Speech, (New York:
Harcoat Brace Javanovich, 1939).
Russett, Brute & Harvey Starr, W orld Politics The Menu for Choice,
(New York: W . H. Freeman and Company, 1985).
-ooOoo-
INSTITUSI UTAMA
SISTEM INTERNASIONAL
4
INSTITUSI UTAMA
SISTEM INTERNASIONAL
Tujuan Pembelajaran
7.1 P R IN S IP D A S A R H U K U M IN T E R N A S IO N A L
Kelemahan Konstitusional
Kelemahan Struktural
Kelemahan Politis
t v ' i i i J K r - ..
Hal ini sudah terlihat sejak usainya Perang Dunia Kedua, per-
cepatan pertumbuhan negara-negara baru sebagai anggota masyara
kat internasional, meningkat secara tajam. Oleh karena itu dalam
Majelis Umum
GENERAL ASSEMBLY
Terdiri dari:
a. United Nations Relief and Works Agency for Palestina Refuges in
the Near East (UN RW A).
b. United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAC).
c. United Nations Children's Fund (UNICEF).
d. Office of the United Nations High Commissioner for Refuges
(UNHCR)
e. joint United Nations Food Agricultural Organizations W orld Food
Programme United Nations Institute for Training and Research
(UNITAR).
f. United Nations Development Programme (UNDP).
g. United Nations Industrial Development Organization (UN ID O ).
a. Regional Commision.
b. Functional Commision.
c. Sessional Standing and ad.hoc committee.
Dewan Keamanan
Terdiri dari:
a. UNTSO (United Nations Truce Supervisison Organization in
Palestine)
b. U N M O G IP (United Nations M ilitary Observer Group in India and
Pakistan)
a. Kerangka Dasar
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa terdiri dari pembukaan/
mukadimah yangdiawali dnegan perkataan tujuan utama, yang terdiri
dari 4 tujuan pokok dan selanjutnya disusul dengan 4 instrumen atau
syarat untuk mencapai tujuan tersebut serta 1 diktum.
4) Executive Heads
Adalah orang-orang yang teiah memiliki jabatan-jabatan sebagai
sekretaris jenderal ataupun direktur jenderal dalam suatu organi
sasi-organisasi internasional. Dan juga termasuk dalam kategori
ini adalah para anggota-anggota badan eksekutif, seperti misalnya
dalam jabatan sebagai komisi dalam Masyarakat Eropa (European
Community) dan sebagainya.
5) Members of Secretariats
Adalah orang-orang yang memiliki kapasitas sebagai anggota-
anggota staf pada organisasi-organisasi internasional.
7) Publicist
Adalah orang-orang yang bekerja dalam kaitannya dengan media
massa apakah itu cetak atau audio visual ataukah radio, paling
tidak komentar-komentar atau opini-opini yang dilontarkan oleh
orang-orang seperti ini akan memberikan pengaruh kepada
organisasi internasional tertentu. Laporan-laporan yang mereka
buat, khususnya tentang peristiwa internasional. Dan juga
termasuk dalam kategori ini orangyang memiliki kapasitas sebagai
peninjau (observers) organisasi internasional.
KesimpuSan
DA FT A R P U S T A K A
Admawiria, Sam Suheidi, Sejarah Hukum Internasional, (Banding
Binacipta , 1970).
Amstutz, Mark R., An Introduction to Political Science: Managemen\
of Conflicts, (Glensview, Illinois: Foresman And Company
1982)
Brierly, J.L., The Law of Nations, (New York: Oxford University Press
1985)
-ooOoo-
Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca bab ini anda akan dapat:
8.1 PENGANTAR
250
150
100
50
Hal ini terjadi sebagai akibat yang sebagian besar dari multi-
plikasi pelaku-pelaku internasional sebagaimana yang telah diuraikan
di atas. Sehingga masalah dan isu yang timbul dan berkembang se
bagai akibat interaksi antara pelaku-pelaku dan sebagai akibat yang
ditimbulkannya. Pertama, dalam kenyataannya, batas politik antara
sesuatu negara-bangsa, di dalam mana ia berdaulat dan mempunyai
M e t o d a P e m e lih a r a a n
P e r s p e k t if Power
P e r d a m a ia n
(1) M a n a g in g power:
a. B alanced pow er a. B alanced of pow er
b. Im b alanced pow er fa. Collective security
c. W orld governm ent
(2) A v o id in g p ow er a. Pasific settlement of disputes
fa. Functionalism
(3) R e d u cin g a n d Elim inating p ow er - disarmaments
8.3 P E N Y E L E S A IA N K O N F L IK S E C A R A D A M A I
(P A C IF IC SET T LE M E N D IS P U T E )
8.3.1 Arbitrase Internasional
Negosiasi
Mediasi
Konsiiiasi (Conciliation)
352 S tu d i H ubungan In te rn a s io n a l
Dengan demikian, konsiliasi sebagai metode untuk menyeie
saikan konflik dan dilakukan dengan motivasi bersahabat dengan
bantuan negara lain atau badan pemerintah yang tidak memihak atau
sebagai Komisi Penasihat. Dalam artian sempit, konsiliasi merupakan
pengajuan sengketa kepada suatu komisi atau komiter yang akan mem-
buat suatu ia p o ra n dengan disertai suatu usuian dalam kerangka pe
n y e le s a ia n bag i p ih a k - p ih a k y a n g bersengketa. Namun usuian tersebut
tid a k b e rs ifa t m e n g ik a t. Artinya, p ara pihak yang bersengketa bebas
m e la k s a n a k a n atas u s u ia n te rs e b u t ataupun syarat-syarat p e n y e le s a ia n
Penyelidikan (Enquiry)
M a n a je m e n K o n flik D a la m S is te m In te rn a s io n a l 353
Perlucutan Senjata (Disarmament)
354 S tu d i H ubungan In te rn a s io n a l
1. Kepentingan untuk melakukan periucutan senjata dari semua
pihak dengan bersandarkan pada perhitungan untung-ruginya;
2. Ancaman tingkat tinggi terutama dari penggunaan persenjataan
nuklir harus dibatasi;
3. Nilai-niiai hierarkhis dari upaya penangkalan maupun dalam
rangka mencegah tindakan-tindakan kekerasan secara iuas;
4. Mengadakan pemeliharaan dan pengawasan yang secara terpusat
dalam menggunakan senjata yang dianggap strategis.
M a n a je m e n K o n flik D a la m S is te m In te rn a s io n a l 357
8.4.5 Penyelesaian Regional Arab
358 S tu d i H ubungan In te rn a s io n a l
Diplomasi dan jasa-jasa baik Biro dan Politik Organisasi sang-
at menentukan dalam hal pemberian formalitas dan dorongan untuk
mempergunakan mekanisme komisi secara efektif. Pelaksanaan penye
lesaian sengketa internasional secara damai dengan melalui proses re
gional, pada dasarnya hanya menerapkan metode-metoda penyelesai
an sengketa internasional secara damai yang telah disediakan oleh Hu
kum Internasional.
360 S tu d i H ubungan In te rn a s io n a l
2. They can facilitate the settlement of disputes through pacific
means;
3. They can promote the economic and social well-being oi
humankind;
4. They can increasing and facilitate the level of interdependence
among states (Amstutz, 7982, 422-423).
8.5 P E N Y E L E S A IA N K O N F L IK S E C A R A
KEKERASAN
8.5.1 Perang (War)
8.5.3 Retorsi
8.5.4 Reprisal
Kesimpulan
1. Bahwa sistem internasional yang dijadikan sebagai model analisis
untuk menggambarkan fenomena politik internasional dalam
tataran sangat luas dan dalam. Sistem internasional senantiasa
dilandasi oleh pemikiran dasar atau konsep sistem itu sendiri
dalam mana setiap atribut-atribut yang ada dalam sistem itu
saling berinteraksi satu sama lain dan senantiasa ada saling
ketergantungan.
2. Sistem internasional yang dimaksudkan dalam hubungan ini
adalah sistem internasional yang memuat berbagai atribut-atribut
yang berisi pelaku-pelaku. Pelaku-pelaku itu terdiri dari negara-
negara, organisasi-organsisasi internasional (IGOs, NGOs, MNCs)
ataupun orang-perorangan yang ikut memberikan kontribusi atau
paling tidak memberikan pengaruh terhadap mekanisme dan
dinamika sistem internasional.
3. Sistem internasional sebagai suatu kumpulan dari satuan-satuan
politik yang masing-masing adalah independen dan mempunyai
proses interaksi dengan tingkat keteraturan tertentu. Namun dalam
kelanjutan adanya interaksi tadi, adalah implikasi dalam suasana
internasionalnya yakni terjadinya konflik-konflik internasional.
Dan inilah pula yang menjadi karakteristik sistem internasional
yakni adanya konflik dan kerjasama.
4. Karakteristik dan formulasi dari satuan politik yang saling ber
interaksi tersebut, pada akhirnya membentuk suatu sistem inter
nasional adalah konflik dan kerjasama (damai) sebagai resultance
dari bermacam interaksi internasional itu dalam tataran yang lebih
moderat.
5. Meskipundemikian,dapatdiamatibahwatatananaturan perdamaian
seyogianya dapat ditaati. Aturan yang diartikan dalam hubungan
ini adalah usaha-usaha mengelola atas konflik-konflik yang terjadi
dalam lingkungan sistem internasional. Maka dalam konteks ini
dikenai dengan pengelolaan konflik (koflik manajemen) dalam
sistem internasional. Pengelolaan atas konflik-konflik internasional
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan teori dan
metodeapakah itudilihatdarisegi hukum internasional,organisasi-
organisasi internasional, maupun tindakan penyelesaian di luar
hukum yakni dengan tindakan kekerasan, bagaimanapun, usaha-
usaha mengelola konflik-konflik dalam hubungan antara negara-
negara bangsa sedikit banyak berfungsi untuk mencegah konflik
yang lebih luas. Oleh sebab itu nampaknya sukar untuk dibantah
bahwa hubungan internasional pada akhirnya merupakan forum
interaksi dari berbagai kepentingan-kepentingan nasional negara-
negara, yang dilakukan dalam tataran internasional.
-ooOoo-
-ooOoo-