Dalam penulisan konten berita jurnalistik haruslah memiliki latar informasi yaitu, baru,
penting, dan menarik agar mudah di mengerti oleh masyaakat. Dalam konten tersebut harus
memiliki unsur 5W1H (who, what, when, why, where, how) atau rangkain peristiwa, keadaan,
gagasan, dan manusia.
5W1H adalah sebuah istilah yang umum di dunia jurnalistik, namun tidak hanya dalam dunia
jurnalistik. Dalam setiap penulisan informasi entah itu dalam teks berita atau apapun. Unsur
5w1h digunakan untuk menjamin bahwa sebuah informasi dapat tersampaikan dengan baik
1. What (Apa)
What atau Apa merupakan unsur pertama yang wajib ada dalam suatu penulisan. Sebab,
suatu tulisan pasti mempunyai tema atau inti cerita yang ingin disampaikan. Unsur what ini
akan menjawab pertanyaan seputar apa yang sedang terjadi. Unsur what ini akan mendorong
penulis untuk mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan kejadian
yang terjadi.
Sebagai contoh unsur what dapat digunakan untuk membuat pertanyaan dalam menulis berita
sebagai berikut: What : Peristiwa apa yang sedang terjadi? Apa dampaknya? apakah peristiwa
tersebut menimbulkan kerugian?, apa pendapat orang-orang tentang kejadian tersebut?
2. Who
Mengetahui sebuah berita atau cerita tidak akan lengkap jika tidak mengetahui siapa yang
terlibat didalamnya. Unsur who dalam 5W1H memfasilitasi anda untuk memberikan
informasi seputar orang-orang yang terlibat dalam cerita yang Anda tulis. Selain pelaku
utama dalam cerita, perlu dijelaskan pula pelaku atau orang-orang lain yang turut mendukung
cerita tersebut bisa terbentuk.
Misalkan saja dalam sebuah berita disebutkan bahwa ada seorang warga Bandar Lampung
yang dilaporkan terbunuh oleh anggota geng motor. Maka unsur who dalam berita tersebut
akan menjabarkan seputar warga Bandar Lampung yang dilaporkan terbunuh (sebagai
korban), anggota geng motor (sebagai pelaku), saksi mata pembunuhan, serta orang-orang
yang memiliki kesaksian akan kebenaran cerita tersebut.
3. When
Peristiwa yang diceritakan dalam sebuah berita atau cerita perlu dilengkapi dengan
keterangan waktu yang jelas. Hal ini berguna untuk memberikan informasi yang akurat
terhadap peristiwa yang terjadi tersebut. Sebut saja misalnya berita warga Bandar Lampung
yang dilaporkan dibunuh oleh anggota geng motor tersebut akan lebih bermanfaat apabila
pembaca mengetahui kapan terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini juga dapat bermanfaat
apabila keterangan waktu yang ditulis dalam sebuah berita dapat membantu aparat penegak
kebenaran dalam mengusut peristiwa tersebut.
4. Where
Suatu cerita yang jelas akan menjabarkan tempat kejadian sebuah peristiwa. Sebab, semua
peristiwa pasti memiliki lokasi tempat kejadiannya. Hal ini untuk mendukung pembaca dalam
memahami alur cerita disertai keterangan tempat yang jelas atas suatu peristiwa. Misalkan
dengan berita “Warga Lampung yang dibunuh oleh anggota geng motor tersebut maka
penulis perlu menuliskan lokasi kejadian dimana korban terbunuh secara spesifik.
5. Why
Suatu peristiwa pasti terjadi bukan tanpa alasan. Oleh karena itu penulis wajib untuk
membubuhkan unsur why dalam tulisannya untuk menjelaskan sebab suatu peristiwa terjadi.
Misalkan untuk kasus pembunuhan warga Bandar Lampung oleh anggota geng motor
tersebut, penulis juga perlu menjelaskan kenapa peristiwa tersebut dapat terjadi. Sehingga
pembaca dapat dengan mudah memahami situasi dan kondisi atas peristiwa yang sedang
terjadi.
6. How
How atau bagaimana, unsur ini mengharuskan penulis untuk menjabarkan bagaimana proses
terjadinya peristiwa tersebut. Penggunaan unsur how ini akan membantu pembaca memahami
alur cerita serta dapat mendukung pernyataan atas unsur why yang telah dijabarkan
sebelumnya. Misalkan untuk berita yang sama, maka unsur how akan menjelaskan
bagaimana proses pembunuhan warga Bandar Lampung tersebut, serta bagaimana caranya
warga Bandar Lampung tersebut dibunuh.
1. Fakta sebagai jawaban atas pertanyaan dasar yang termasuk dalam 5W1H
2. Keterangan, pernyataan, dan pendapat narasumber
3. Identitas data diri sumber
1. Pendapat pribadi
2. Keterangan tidak benar
3. Informasi tak bersumber jelas (gosip dan desas-desus)
2. Pelaksanaan Wawancara
3. Pasca-Wawancara
Sesegera mungkin berita dibuat dan diketi hasil dari wawancara. Jangan tunda, mumpung
“rekaman wawancara dalam otak” masih segar. Jurnalis yang baik mengingat perkataan
narasumber dan cepat dalam memberikan informasi.
3. Pendamalan Materi
Pantangan dalam Wawancara:
Gunakan “mengapa” (why), bukan “apakah” (do you/are you). Jawaban atas pertanyaan
“Mengapa Anda mundur?” tentu akan lebih panjang ketimbang pertanyaan “Apakah Anda
mundur?”. Hindari pertanyaan ganda! Satu pertanyaan buat satu masalah.
Tujuan Wawancara
1. Konfirmasi (penyeimbang)
2. Melengkapi data-data yang kurang detil
3. Mendorong narasumber agar berbicara dan mengungkapkan fakta
4. Menyambung kesenjangan hubungan narasumber dengan media.
Kegagalan wawancara sering kali disebabkan tidak jelasnya tujuan untuk apa sebuah
wawancara dilakukan –apakah untuk mendapatkan kejelasan fakta, atau sekedar menggali
opini dari narasumber.
Model Wawancara
1. Wawancara langsung
Yaitu wawancara dengan bertatap muka (face to face) langsung dengan narasumber.
Yaitu wawancara tanpa bertemu langsung secara fisik, tapi menggunaan perantara (media),
misalnya telepon, chating, media sosial, dan email (wawancara tertulis).
Jenis-Jenis Wawancara
1. Wawancara berita
2. Wawancara pribadi
Wawancara pribadi (personal interview), yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang
diri-pribadi dan pemikiran narasumber –disebut juga wawancara biografi.
3. Wawancara eksklusif
Wawancara eksklusif (exclusive interview), yaitu wawancara yang dilakukan secara khusus –
tidak bersama wartawan dari media lain.
Wawancara sambil lalu (casual interview), yaitu wawancara “secara kebetulan”, tidak ada
perjanjian dulu dengan narasumber, misalnya mewawacarai seorang pejabat sebelum, setelah,
atau di tengah berlangsungnya sebuah acara.
5. Wawancara jalanan
Wawancara jalanan (man-in-the street interview) –disebut pula “wawancara on the spot”–
yaitu wawancara di tempat kejadian dengan berbagai narasumber, misalnya di lokasi
kebakaran.
6. Wawancara tertulis
Wawancara tertulis –dilakukan via email atau bentuk komunikasi tertulis lainnya.
Wawancara “cegat pintu” (door stop interview), yaitu wawancara dengan cara “mencegat”
narasumber di sebuah tempat, misal tersangka korupsi yang baru keluar dari ruang interogasi
KPK.
Ketika menjalani syuting usahakan untuk memiliki lebih dari satu kamera. Hal ini
diperuntukkan bagi kamu yang ingin mengambil dari arah yang berbeda terutama jika kamu
mengambil gambar di acara interview. Ketika mengambil gambar di ruangan terbuka dan
ramai pun, kamu harus perhatikan untuk menjaga kestabilan gambar kamu. Ingatlah kalau
kamu berkewajiban menyampaikan pesan kepada penonton jadi cobalah mengambil gambar
dari sudut yang yang fokus dan tidak membuat jenuh penonton.
Menggunakan terlalu banyak teknik zoom adalah masalah yang seringkali terjadi bagi
pemula. Dampak dari penggunaan terlalu banyak zoom dalam pengambilan gambar adalah
video akan terlihat amatir dan bahkan bisa membuat penonton pusing. Jika sangat terpaksa
kamu ingin melakukan zoom, lakukan dengan perlahan dan tetap stabil. Teknik zoom juga
sangat tidak disarankan karena baik digital ataupun optical zoom akan merusak kualitas video
yang sudah kamu rekam.
Kamu mungkin ingin mengambil latar belakang dengan wide shot untuk memberikan
petunjuk lokasi, namun kamu juga harus lebih spesifik. Berfokuslah kepada hal-hal
mendetail, seperti lentera di jalanan atau perahu di di laut. Dengan begitu, kamu bisa
menyampaikan pesan yang pas kepada penonton dan penekanan terhadap suatu subyek.
Kamu bisa menggunakan footage dengan mengambil gambar dari beberapa kamera dan
memasukkan gambar yang tidak biasa ke dalam hasil final. Dengan begitu, hasil rekaman
kamu akan menjadi menarik dan tidak didapat di rekaman video manapun. Agar lebih
maksimal, kamu bisa mengambil video dari jarak dekat dengan jarak pandang ke atas ke
bawah jika dimungkinkan.
6.Hindari backlight.
Hanya karena kita bisa melihat wajah orang yang areal kepalanya ditutupi matahari, bukan
berarti kamera juga memiliki kemampuan demikian. Backlight atau cahaya matahari yang
membelakangi subyek ketika mengambil gambar seringkali membuat subyek tidak terlihat
dengan jelas. Kamu bisa memperbaiki situasi tersebut dengan berpindah ke sudut yang lain.
Namun, beberapa kamera sekarang bisa mengurangi efek backlight.
Mungkin terlihat keren jika kamu menemukan video dengan efek sephia namun
percayalah special effects hanya akan membuat video yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kenyataan. Usahakan untuk merekam video tidak dengan special effects agar penonton bisa
merasakan empati dari video tersebut. Namun, jika harus dilakukan pilihlah software edit
film dengan efek yang ringan.
Bukan rahasia lagi kalau saat mengambil gambar untuk video memiliki kemampuan
penerangan yang lebih rendah daripada hanya sekedar mengambil foto. Maka dari itu, kamu
diwajibkan memiliki penerangan yang maksimal jika merekam video di dalam ruangan dari
berbagai sisi. Bukan hanya di dalam ruangan, kamu juga bisa menggunakan kertas putih agar
cahaya bisa terpantulkan dengan jelas pada subjek yang akan direkam.
Mari mencoba!