Anda di halaman 1dari 3

TEKNIK JURNALISTIK

WAWANCARA / INTERVIEW
Percakapan dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara/wartawan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Wawancara bisa
menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang memperkerjakan seseorang calon/kandidat suatu
posisi jurnalis atau orang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari
informasi.
Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita.
Wawancara biasanya dilakukan oleh satu orang atau dua orang wartawan dengan seseorang atau
kelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau keinginan
wartawan yang bersangkutan. Sedangkan dalam jumpa pers, wawancara biasanya dilakukan atas
kehendak narasumber.

BENTUK-BENTUK WAWANCARA
Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
Wawancara dengan pertanyaan yang disiapakan terlebih dahulu.
Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat telepon.
Wawancara pribadi.
Wawancara dengan banyak orang.
Wawancara dadakan/mendadak.

Wawancara kelompok, dimana seluruh wartawan mewawancarai seseorang pejabat, seniman, olah
ragawan dsb.
Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga ditentukan oleh perilaku,
penampilan dan sikap wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpati dan akan membuat
suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif.
Wawancara yang komunikatif dan hidup, ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan
informasi seputar materi topic pembicaraan, baik oleh narasumber maupun wartawan.
Pada praktik jurnalistik umunya sependapat, tidak ada kiat mutlak atau cara baku yang menjadi
"standard operation" dalam mewawancarai seseorang. Setiap wartawan pada dasarnya memiliki kiat
tersendiri guna menemui dan memancing seseorang (interview) untuk berbicara atau berkomentar
tentang sesuatu hal. Namun, yang perlu diperhatikan dan diingat, bahwa wawancara bukanlah ajang
perdebatan antara wartawan dan narasumber. Juga bukan ajang wartawan untuk mendikte maupun
menggurui narasumber.
Wawancara bisa berjalan dengan baik melalui kecerdikan wartawan dalam mengajukan pertanyaan
dan kepekaan mendengarkan atau mencerna jawaban. Kecerdikan pewawancara bergantung pada
dua tahapan yang harus ditempunya, seperti tahap persiapan dan pelaksanaan wawancara. Tahap
persiapan meliputi penentuan topic, pemahaman masalah yang dibicarakan, perumusan pertanyaan
dsb. Pelaksanaan wawancara harus datang tepat waktu yang telah disepakati, memperhatikan
penampilan, awali dengan pertanyaan umum (normative), jadi pendengar yang baik dan siapakan
pertanyaan.
Selesai melakukan wawancara, sebaiknya langsung menuliskan (transkrip) hasilnya. Jika penulisan
ditunda-tunda maka dapat mengganggu kesegaran atau daya ingat pewawancara, yang berakibat
pada kekurangan atau kekeliruan penulisan hasil wawancara tersebut. Jika ada pernyataan/kata-kata
yang meragukan bisa ditanyakan kembali atau dikonfirmasikan ketika interview.

PENULISAN BERITA
Banyak orang bertanya-tanya, seperti apa sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan : Akurat,
Singkat dan Jelas itu?
AKURAT: dapat meyakinkan pembaca, gagasan masuk akal, nama, data, angka ditulis tepat.
SINGKAT: hanya menyatakan apa yang patut dan perlu ditulis kemudian berhenti! Penjelasan
seperlunya saja, gagsan dikomunikasikan secara tepat dan efisien.
JELAS: mudah dipahamai pembaca (pembaca jangan sampai mengernyitkan dahi sewaktu
membaca tulisan anda).
Singkatnya, tulisan dikatakan sudah Akurat, Singkat dan Jelas bila, dari sisi penulis dinyatakan
INFORMATIF, artinya segala sesuatu yang hendak disampaikan kepada pembaca sudah tersalur.
Sedangkan dari sisi pembaca dinyatakan KOMUNIKATIF, artinya apa yang ditulis mudah dipahami
pembaca.
PENTING! Bila anda sudah mulai mencoba menulis, hendaknya anda terus membacanya
berulang-ulang. Perbaiki lagi bila anda menganggap masih kurang Akurat, Singkat dan
Jelas.

Ajukan Pertanyaan pada diri sendiri, untuk mengetahui apakah tulisan anda sudah memenuhi
persyaratan : Akurat, Singkat dan Jelas. Anda dapat mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri
sebagai berikut.
AKURAT: Apakah gagasan sudah dipikir masak-masak? Apakah tidak menyampaikan gagasan
secara berlebihan? Apakah sudah mengecek nama, angka, gambar? Apakah tidak ada salah cetak,
kehilangan kata atau kesalahan yang amat kentara?
SINGKAT: Apakah sudah menggunakan cara yang paling singkat saat menulis? Apakah masih
menggunakan ungkapan klise? Meski singkat, apakah pembaca tetap dapat menerima atau
memahami secara utuh?
JELAS: Saya sendiri mengerti apa yang saya tulis atau malahan bingung sendiri? Apakah sudah
memilih kata-kata dengan tepat? Apakah kata ganti nama sudah tepat dan konsisten? Apakah
gambar, grafik, tabel dapat memperjelas uraian atau malahan sebaliknya, bikin ruwet?
Sebagai Penulis, menggunakan prinsip Akurat, Singakat dan Jelas tidak hanya sewaktu menulis
saja, tetapi juga dapat digunakan sewaktu membaca tulisan orang lain. Dengan memperhatikan
ketentuan ini pada setiap tulisan yang dibaca akan memberikan pelajaran berharga bagi anda dalam
menulis.

METODE PIRAMIDA TERBALIK


Menulis berita bukan sekedar mencurahkan isi hati. Sebuah berita harus dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual dan informatif. Tidak seperti menulis karangan yang
mendayu-ndayu. Kualitas berita tentu harus memenunhi kriteria umum penulisan, yaitu 5W+1H
yang sudah menjadi "sego jangan" (di luar kepala) buat seorang jurnalis.
Selain syarat tersebut, sebenarnya ada juga syarat yang juga wajib dimengerti oleh seorang jurnalis,
yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini sering dikenal dengan sebutan
"Piramida Terbalik". Kenapa disebut Piramida Terbalik, karena bentuknya memang mirip dengan
piramida mesir namun posisinya terbalik.

Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang
umum dilakukan seorang wartawan. Kenapa harus menggunakan metode Piramida Terbalik, tentu
maksudnya adalah agar pembaca dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya.
Apalagi di saat seperti sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan, sebaiknya dalam
menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi-informasi penting (inti) disajikan di
awal paragraf, selanjutnya informasi pendukung mengikuti paragraf berikutnya.
Penulisan dengam metode Piramida Terbalik banyak manfaatnya, baik dari sisi pembaca, wartawan,
redaktur maupun media itu sendiri. Bagi pembaca yang memiliki waktu terbatas dapat membaca di
paragraf-paragraf awal saja, namun sudah dapat menangkap keseluruhan maksud dari berita yang
dibacanya.
Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena
mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan
sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf
akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Bagi media, dengan penulisan Piramida Terbalik ini akan
menghemat space halaman.

Anda mungkin juga menyukai