Teknik Menulis
Pengantar:
Bagi sebagian besar orang, menulis sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Untuk sekadar menulis pastilah mudah. Namun untuk keperluan khusus, menulis bisa
menjadi pekerjaan yang berat dan sulit. Di Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), kegiatan
menulis terus didorong dan dikembangkan di semua level. Mulai dari tingkat masyarakat,
UPS, fasilitator kelurahan (Faskel), Asisten Kota (Askot), Koordinator Kota (Korkot), pelaku di
Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), hingga para pelaku atau konsultan di tingkat pusat
atau Konsultan Manajemen Pusat (KMP).
Ada beragam jenis tulisan yang berhubungan erat dengan pelaksanaan kegiatan
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Mulai dari penulisan laporan, artikel, berita, siaran
pers, hingga best practice atau tulisan tentang praktik terbaik di lapangan. Untuk
menghasilkan tulisan yang nantinya mudah dipahami, menarik, dan sistematis, ada standar
penulisan yang harus diikuti. Standar yang dimaksud adalah standar penulisan jurnalisme.
WHO
WHEN
Rincian
dalam tulisan.
dll.
memperkaya cerita?
dilaksanakan?
WHERE
kegiatannya?
WHY
HOW
tersebut?
Sebelum menulis, semua penulis harus memiliki persiapan. Persiapan ini bisa dimulai
dari what atau apa yang akan ditulis. Setelah ide tulisan ditetapkan, biasanya bagian-bagian
lain dalam tulisan sebagaimana tercantum dalam rumus 5 W dan 1 H akan mengalir dengan
sendirinya. Banyak penulis sulit menuangkan kalimat pertamanya dalam tulisan meski ide
tulisannya sudah ada. Di sini, penulis dituntut kejeliannya untuk memilah materi informasi
yang paling layak untuk diletakkan pada bagian pertama tulisan.
2
Bila kita menghadapi situasi seperti itu, ada baiknya kita meniru cara wartawan atau
jurnalis dalam menulis berita. Semua berita yang ditayangkan di media cetak selalu
menggunakan pola penulisan piramida terbalik. Pola ini mengajarkan kepada semua penulis
untuk senantiasa mampu menempatkan informasi yang paling penting atau paling menarik di
bagian paling atas tulisan. Selanjutnya, informasi yang dinilai kurang begitu penting diletakkan
di bagian bawah. Pola penulisan piramida terbalik ini sangat bermanfaat untuk menarik minat
pembaca sekaligus memberikan gambaran cepat tentang isi tulisan meski tidak membaca
seluruh isi tulisan.
Nah, materi paling penting, paling baru, atau paling menarik dari sebuah tulisan ini
kerap dijadikan lead tulisan. Lead merupakan istilah jurnalistik yang kurang lebih berarti
awalan berita. Lead berfungsi untuk memancing pembaca agar tertarik membaca tulisan kita
setelah membaca judulnya. Lead juga berfungsi sebagai ringkasan berita. Lead berada tepat
setelah judul tulisan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut.
Judul Tulisan
Pusat
perhatian
maksimal
Teras/lead/intro ke-1
Teras/lead/intro ke-2
Blok
utama
informasi
Penjabaran teras/lead
Latar cerita
Penutup
atau
Rangkuman
Tubuh
cerita
atau
story
body
Dari sekian jenis lead untuk menulis, ada beberapa jenis lead yang kerap dipakai
yaitu:
a. Lead Ringkasan
Lead ringkasan ini sama dengan lead yang biasa dipakai untuk menulis berita
keras (hard news). Dengan lead jenis ini, yang ditulis cukup inti informasinya dan
selanjutnya keputusan untuk membaca informasi tersebut secara utuh ada di
tangan pembaca. Lead jenis ini biasanya digunakan pada saat materi
informasinya kuat dan menarik sehingga pembaca akan langsung tergerak untuk
membaca materi secara utuh. Contohnya adalah:
Hanya butuh waktu 3 bulan untuk membangun jembatan gantung ini. Dari Rp
100 juta dana yang diperlukan, Rp 70 juta berasal dari swadaya warga. Sekitar
150 orang warga juga ikut bekerja membangun jembatan sepanjang 50 meter
yang menghubungkan 2 desa.
b. Lead Deskriptif
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu
pembaca. Dalam banyak hal, lead ini cuma taktik. Penulis yang menggunakan
lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum.
Yang ingin ditimbulkan oleh lead ini rasa ingin tahu pembaca: yang belum tahu,
mestinya terus ingin membacanya; sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu-ragu
apakah pengetahuannya cocok dengan informasi penulis. Banyak penulis enggan
memakai lead ini karena pembaca serinq dibuat kesal oleh jebakannya. Biasanya
lead bercerita atau deskriptif lebih disukai.
Apa jadinya jika septi tank kolektif itu tidak ada? Padahal, banyak warga
membutuhkannya.
1. Penulisan imbuhan di
Imbuhan di hanya melekat pada kata kerja. Di luar kata kerja, imbuhan di
harus ditulis terpisah. Untuk jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut:
BENAR
SALAH
Digunakan
Di gunakan
Di antaranya
Diantara
Diancam
Di ancam
2. Semua kata dasar yang berawalan huruf k, p, t, dan s akan luruh ketika diberi
imbuhan dan akhiran
Penambahan imbuhan dan akhiran pada kata dasar bertujuan untuk menjadikan
kata tersebut sebagai kata kerja. Ambil contoh kata dasar yang merupakan kata
benda yakni somasi. Penambahan awalan me pada kata somasi menjadikannya
sebagai kata kerja sehingga berbunyi: menyomasi, yang berarti melayangkan
somasi atau surat peringatan. EYD terbaru mengatur bahwa semua kata dasar
yang diawali dengan huruf k, p, t, dan s akan luruh atau hilang ketika diberi
awalan maupun akhiran. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Kata Dasar
BENAR
Salah
Pengaruh
Memengaruhi
Mempengaruhi
Produksi
Memroduksi
Memproduksi
Kampanye
Mengampanyekan
Mengkampanyekan
Tutur
Menuturkan
Mentuturkan
Siap
Menyiapkan
Mensiapkan
Saji
Menyajikan
Mensajikan
Dari 700 bungkus per hari, kini produksi sari kelapa dari KSM Al Ikhlas sudah
mencapai 25 dos per hari. Usaha yang dimulai dengan modal Rp 2,5 juta itu, kini
sudah memiliki omzet Rp 45 juta.
Perkembangan usaha produksi sari kelapa ini tidak lepas dari kerja keras yang
ditekuni Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Al Ikhlas. KSM yang berlokasi di
Perumnas Blok C No. 137 Kelurahan Rahandouna ini membuat sari kelapa sejak 2009
silam. Produksi sari kelapa yang awalnya dibuat dengan alat tradisional tersebut terus
berkembang sejak difasilitasi oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK) Kelurahan
Rahandouna.
Penjelasan tentang: siapa (who), di mana (where),
apa (what), kapan (when), serta bagaimana (how)
Awalnya, kami mengikuti pelatihan pembuatan sari kelapa yang didanai oleh
BLM 1 PNPM-MP pada tahun 2009. Pelatihan itu kemudian ditindaklanjuti dengan
bantuan pinjaman dari dana bergulir sebesar Rp 2,5 juta. Dari situlah, KSM Al-Ikhlas
mulai mencoba memproduksi sari kelapa, ungkap Nirwan (42) Ketua KSM Al Ikhlas.
Pendalaman tentang bagaimana (how) dan ke proses usaha
Sari kelapa buatan KSM Al Ikhlas awalnya berbentuk es lilin beku. Dalam
sehari, KSM ini hanya memproduksi 700 bungkus sari kelapa dengan harga jual Rp 800
per bungkus. Saat itu, belum ada tenaga kerja lain. Seluruh aktivitas produksi masih
dikerjakan oleh anggota KSM Al-Ikhlas.
Peluang meningkatkan omzet bisnis sari kelapa mulai terbuka seiring dibelinya
alat pres lengkap dengan alat potongnya pada 2010 lalu. Dengan alat ini, sari kelapa
tidak lagi berbentuk es lilin tapi sudah dikemas dalam gelas plastik yang lebih moderen
dan higienis.
Alat tersebut harganya mahal, yakni Rp 25 juta. Karena itu, kami membelinya
dengan kredit, ujar Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan
Rahandouna Rahmadi Rija (52). Di KSM Al Ikhlas, Rahmadi Rija bertugas sebagai
pengawas produksi sari kelapa.
Dengan adanya alat pres dan pemotong, saat ini KSM Al Ikhlas mampu
memproduksi 50 kg sari kelapa per hari. Jumlah tersebut sama dengan 25 dos sari
kelapa per hari.
Dalam 1 dos berisi 24 gelas sari kelapa dengan harga jual Rp 19 ribu per dos.
Adapun tempat pemasarannya itu di SD, SMP, SMA dan supemarket, ujar Nirwan.
Rahmadi Rija mengakui manfaat yang dirasakan anggota KSM Al-Ikhlas dari
bantuan dana bergulir PNPM-MP. Selain untuk meningkatkan usaha, hampir seluruh
anggota KSM Al-Ikhlas kini sudah dapat menabung dan mempekerjakan 5 orang
7
karyawan dengan gaji Rp 600 ribu bulan. Mereka berharap agar bantuan dana bergulir
masih bisa digulirkan kepada KSM Al Ikhlas untuk mengembangkan usahanya.
Kami butuh alat yang lebih canggih lagi supaya hasil produksi bisa lebih
banyak, kalau saat ini kami hanya bisa memproduksi 25 dos per hari target kami ke
depannya jika dapat bantuan inginnya produksi bisa mencapai 50 dos per hari, dengan
harapan semakin banyak produksi semakin banyak karyawan yang dipekerjakan
dengan begitu kita juga mengurangi angka pengangguran di Kelurahan Rahandouna,
tegas Nirwan.
Penjelasan tentang kondisi terkini dan apa yang akan
dilakukan (what next)