Jurnalistik
Pers
Jurnalis
Da
s ar
-d
a sar
Jur
na
list
ik
Pengertian Jurnalistik
Sejarah Jurnalistik
Pers
Berita
Judul Berita
Teras Berita
Tubuh Berita
Reportase
Pendahuluan
Di alam demokrasi saat ini, media (PERS)
menempati posisi penting dan menentukan bagi
kemajuan sebuah bangsa dan negara. Di Negara
yang memiliki demokrasi yang baik pasti memiliki
media yang terbuka, independen, dan MANDIRI.
Karena fungsi dan perannya tersebut, Media sering
disebut sebagai THE FOURTH ESTATE atau
sebagai salah satu dari 4 pilar penyangga Negara
demokrasi selain badan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. (kendati masih sebagai cita-cita).
Selain fungsinya sebagai alat atau sarana mendidik
dan mencerdaskan bangsa, media juga merupakan
sebuah industri (Lembaga Usaha) yang berorientasi
pada profit sehingga mampu membiayai dirinya
sendiri. Tidak zaman lagi media hanya sebagai alat
perjuangan semata.
Pengertian Jurnalistik
Secara Bahasa
Dari kata “Journal”(Inggris) dan “du jour”(Perancis) = catatan harian.
Diserap dr Bahasa Latin Diunalis = laporan harian/setiap hari.
Secara Istilah
Kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, ,menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan pesan/ide/informasi baik dalam bentuk
tulisan,suara,gambar,suara-gambar, grafik, dan bentuk lainnya kepada
khalayak melalui media massa (Cetak,elektronik,online,film).
Sejarah Jurnalistik
Pengertian Pers
Bahasa = dari Bahasa Belanda Press = Cetak
Istilah = Lembaga Sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik.
PERS
Jenis-jenis Berita
ada tiga aturan main: Tahu Jenis Berita
(IPOLESOSBUDHANKAM), dimana mendapatkannya dan
bergegas mendapatkannya.
Ada dua (Berita Tak Terduga (accident) dan Terduga (event)
RUMUS BERITA
5W+1H
Formula/pedoman menulis berita/syarat lengkap berita
Sumber Berita
Contoh :
Hindari saat Membuat Judul
Berita
Berbohong dengan Judul
Pinjaman US $200 Juta Diberikan Indonesia
Judul Untuk Tujuan Propaganda
ABRI Gagal Bebaskan Sandera
Judul Untuk Tujuan Mencari Sensasi
Ria Irawan Terlibat Sindikat Narkotik Asia?
Judul Berita
Teras bertanya
Teras Kontras
Teras mengejutkan
Teras sastra
Teras epigram (sajak/ungkapan)
Teras menyindir
7. Tubuh Berita
Membangun Mental
Persiapan
Aturan Main Wawancara
Arti Wawancara
Langsung
Tidak langsung
Dua model ini dibagi lagi menjadi 8 Bentuk
8 Bentuk Wawancara
1. wawancara bertamu
2. On the Spot
3. Doorstop
4. wawancara tertulis
5. Telpon atau SMS
6. Email
7. Medsos
8. Aplikasi Percakapan
Aturan Main
On the record
Off the record
Kiat-kiat wawancara
1. Lepas berbasa-basi sejenak, mulailah dengan pertanyaan yang ringan. Simpan pertanyaan yang
berat untuk di akhir wawancara. Sedikit bicara, dan biarkan narasumber berbicara sebanyak-
banyaknya. Jangan menimbulkan antipati narasumber terhadap kita.
2. Di awal wawancara, tanyakan satu-dua pertanyaan yang Anda sudah tahu jawabannya. Ini akan
menolong Anda untuk mengetahui seberapa bisa dipercaya sumber itu. Skeptislah sepanjang
wawancara, terutama pada jawaban yang Anda belum bisa cek. Alasannya sumber seperti tokoh
masyarakat bisa saja punya agenda tersembunyi.
3. Jangan menyamar (kecuali untuk kepentingan investigasi yang sudah disetujui pemimpin
redaksi) atau mengibul atau bahkan menutup-nutupi identitas wartawan.
4. Pastikan Anda mengerti betul yang dikatakan subjek. Kalau ragu, minta penjelasan. Jika masih
ragu, ungkapkan apa yang Anda pahami tentang perkataan sumber dan minta dia untuk
memeriksanya apa sudah sesuai dengan apa yang dia katakan atau tidak.
5. Usahakan pertanyaan Anda modelnya terbuka, yang tidak bisa dijawab dengan “ya” atau
“tidak”. Jawaban atas pertanyaan model terbuka biasanya akan membuka banyak hal. Cari
kesempatan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana” atau “Bagaimana perasaan Anda
saat itu?”. Pertanyaan Tertutup : membatasi respons orang yang diwawancarai karena
memungkinkan untuk memilih salah satu dari dua pilihan, Contoh : Benar nih BBM bakal
naik 30 persen minggu depan?
6. Cari anekdot Dorong sumber Anda untuk bercerita tentang diri mereka sendiri. Salah satu
caranya adalah dengan bertanya “Apa yang paling susah bagi Anda saat berhadapan dengan …”
7. Bersikaplah terus menunggu jawaban. Jangan bertanya: “Anda mau berkomentar soal ….”
Pertanyaan model ini membuka peluang subjek untuk bilang “tidak”. Jika memungkinkan, bertanyalah
seolah Anda sudah tahu apa yang akan dikatakan sumber – paling tidak sebagian dari itu.
8. Jika subjek mengelak menjawab pertanyaan Anda, gubah redaksi pertanyaan Anda dan tanyakan
kembali – ini tidak serta merta Anda harus melontarkan pertanyaan selanjutnya.
9. Usahakan saat menyusun pertanyaan pra-wawancara, Anda memasukkan pertanyaan model: “Si ini
dan si itu bilang begini begitu tentang Anda. Apa reaksi anda?”
10. Pakai teknik diam. Jika subjek Anda tidak menjawab penuh pertanyaan di awal, menunggulah
dengan diam dan bersikap seolah menunggu sisa jawaban. Biasanya, dalam beberapa detik setelahnya,
subjek akan berbicara tentang yang lebih detail tentang jawaban yang sebelumnya. Kuncinya adalah
diam menunggu subjek berbicara.
11. Menjelang akhir wawancara, tanyakan pertanyaan yang berat-berat; yang Anda pikir subjek Anda
akan enggan menjawabnya. Biasanya, kalau Anda berhasil membangun kepercayaan dengan subjek
sejak awal wawancara, keegganan seperti itu akan sirna. Jikapun dia masih enggan, Anda toh sudah
menadapat sebagian besar dari bahan yang Anda buru.
12. Jangan lupa berterima kasih di akhir wawancara. Usahakan akhiri wawancara Anda dengan
membuka kesempatan untuk pertanyaan lanjutan, mungkin via telepon. Anda mungkin akan
berhadapan dengan sumber ini di lain waktu. Jika sumber Anda kemungkinan tak bisa melihat tulisan
Anda, kirimkan salinan tulisan Anda. Jangan lupa menanyakan nama narasumber, umur, alamat,
pekerjaan/ jabatan
13. Punya misi membangun lobi atas setiap wawancara yang kita lakukan, “Lebih baik punya
pertanyaan bodoh tapi hasilnya bagus, daripada sok pintar tapi tak mendapatkan jawaban yang
menarik dari narasumber”.
Role Play
Praktik Reportase (lanjutan)
4. Bercerita
Bisa dibilang, kesamaan yang paling menarik antara jurnalisme dan humas atau wartawan
dan praktisi humas adalah keduanya bercerita (story telling).
Menemukan dan menceritakan kisah yang bagus adalah pencapaian dalam banyak hal.
Kedua jenis profesional merasa memiliki hak dalam pekerjaan mereka dan itu melibatkan
pembaca atau pemirsa, yang penting untuk mendapatkan dan mempertahankan audiens.
Jurnalis vs Humas
Perbedaan
1. Peran dalam sebuah perusahaan
Di sebuah organisasi berita (media massa/perusahaan pers), biasanya karyawan memiliki satu
peran – misalnya reporter akan melaporkan, editor akan mengedit, dan sebagainya.
Organisasi berita melayani satu tuan, yakni publik. Sedangkan Di para PR atau humas
melayani banyak “master” dan dapat memiliki banyak klien sekaligus.
Singkatnya, dalam konteks publikasi, wartawan adalah karyawan sebuah perusahaan media
dan humas adalah wartawan sebuah lembaga. Tugasnya sama-sama reportase, membuat
konten (informasi berupa tulisan, foto, atau video), dan mempublikasikannya. Inilah
pentingnya journalism skills bagi praktisi humas.