Anda di halaman 1dari 21

PRA WACANA PENGANTAR JURNALISTIK

Sejarah Jurnalistik: Short History

Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno,
khususnya masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).

“Acta Diurna” adalah papan pengumuman –sejenis majalah dinding (mading) atau papan informasi sekarang–
yang diletakkan di Forum Romanum agar diketahui oleh banyak orang.

Secara harfiyah, Acta Diurna diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian.

Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi pengumuman
kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara pengadilan.

Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau suratkabar/koran
pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.

Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang menghimpun dan menulis informasi
untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut diurnalis.

Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan journal (Inggris) yang artinya laporan, lalu
berkembang menjadi journalism atau journalistic.

Dalam bahasa Inggris, journalist artinya orang yang membuat atau menyampaikan laporan.

Pengertian Jurnalistik

Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran dan seni
kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran (KBBI).

Journalisme (journalism) diartikan sebagai “the activity or profession of writing for newspapers, magazines, or
news websites or preparing news to be broadcast.” (aktivitas atau profesi penulisan untuk suratkabar, majalah,
atau situs web berita atau menyiapkan berita untuk disiarkan).

Dalam kamus bahasa Inggris, jurnalistik adalah “The collection and editing of news for presentation through the
media; writing designed for publication in a newspaper or magazine” (Merriam Webster).

Kata kunci dalam pengertian jurnalistik adalah berita dan penyebarluasan (publikasi).

Dengan demikian, secara praktis, jurnalistik dapat didefinisikan sebagai berikut:

Jurnalistik adalah pengumpulan bahan berita (peliputan), pelaporan peristiwa (reporting), penulisan berita
(writing), penyuntingan naskah berita (editing), dan penyajian atau penyebarluasan berita
(publishing/broadcasting) melalui media.

Definisi jurnalistik di atas seperti dikemukakan Roland E. Wolseley dalam buku Magazines (1969): jurnalistik
adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati,
hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada suratkabar, majalah, dan disiarkan.

Ahli atau akademisi lainnya membuat definisi jurnalistik antara lain sebagai berikut:

– Jurnalistik adalah kepandaian dalam hal mengarang yang tujuan pokoknya adalah untuk memberikan kabar/
informasi pada masyarakat umum secepat mungkin dan tersiar seluas mungkin (Adinegoro, Hukum Komunikasi
Jurnalistik, 1984).
– Jurnalistik merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau
opini melalui media massa (Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Dakwah, 2003).

– Jurnalistik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencatata dan melaporankan serta menyebarkan
informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang dimaksud berkenaan dengan kegiatan sehari-hari (Astrid
Susanto, Komunikasi Massa, 1986)

– Jurnalistik merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita secepat mungkin
dan seluas mungkin kepada khalayak (Djen Amar, Hukum Komunikasi Jurnalistik, 1984).

– Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the news reach the
public. Jurnalistik mencakup semua bentuk cara/ kegiatan yang dilakukan hingga sebuah ulasan/ berita dapat
disampaikan kepada publik (Fraser Bond, An introduction to Journalism, 1961).

– Jurnalistik adalah teknik dalam mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan hingga menyebarkannya
kepada masyarakat secara luas. (Onong U. Effendi, Ilmu, Teoiri dan Filsafat Komunikasi,1993).

Jurnalistik: Proses, Teknik, Ilmu

Saya biasa mengartikan jurnalistik sebagai proses, teknik, dan ilmu peliputan, penulisan, dan penyebarluasan
informasi aktual (berita) melalui media massa.

 Proses – “aktivitas” peliputan, penulisan, penyebarluasan info aktual melalui media.


 Teknik – “keahlian” , reporting and writing, keahlian atau keterampilan meliput, menulis, dan menyajikan
berita (skills)
 Ilmu – “bidang kajian”, ilmu komunikasi massa. Jurnalistik adalah kajian tentang komunikasi melalui
media massa.

Jenis-Jenis Jurnalistik

Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik dibagi menjadi tiga
jenis:

 Jurnalistik Cetak (printed journalism) — yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed media)
koran/suratkabar, majalah, tabloid.
 Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism) — yaitu
proses jurnalistik di media televisi, dan film.
 Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan — yaitu penyebarluasan
informasi melalui situs web berita atau portal berita (media internet, media online, media siber).

Berdasarkan gaya dan topik pemberitaannya, jurnalistik dibagi menjadi banyak jenis:

 Jurnalisme Damai (Peace Journalism)


 Jurnalisme Perang (War Journalism)
 Jurnalisme Pembangunan (Development Journalism)
 Jurnalisme Kuning (Yellow Journalism)
 Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait Journalism)
 Jurnalisme Perang Suci (Crusade Journalism)
 Jurnalisme Warga (Citizen Journalism)
 Jurnalisme Komunitas (Community Journalism)
 Jurnalisme Investigasi (Investigative Journalism)
 Jurnalisme Korporasi (Corporate Journalism)
 Jurnalisme Merek (Brand Journalism)
 Jurnalisme Dakwah, dll.
Pengertian Jurnalis/Wartawan

Pelaku jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan. menyebutkan, wartawan adalah orang yang pekerjaannya
mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Wartawan disebut juga
juru warta atau jurnalis.

 Jurnalis/Wartawan adalah orang yang melakukan secara rutin (UU No. 40/1999 tentang Pers)
 Inggris: Journalist, Reporter, Editor, Paper Man, News Man

Kualifikasi Wartawan:

 Menaati Kode Etik (Codes of Conduct)


 Menguasai Bidang Liputan (Beat)
 Menguasai Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Wartawan adalah orang yang bekerja di sebuah media massa dengan melakukan aktivitas jurnalistik (peliputan
dan penulisan berita) secara rutin, menaati kode etik, menguasai tema liputannya, dan menguasai teknik jurnalistik
terutama menulis berita dan wawancara.

Kode Etik Jurnalistik

1. Independen, akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.


2. Profesional (tunjukkan identitas; hormati hak privasi; tidak menyuap; berita faktual dan jelas sumbernya;
tidak plagiat; penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi
kepentingan publik).
3. Berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.
4. Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.
6. Memiliki Hak Tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record”.
7. Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi SARA.
8. Hormati kehidupan pribadi, kecuali untuk kepentingan publik.
9. Segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru/tidak akurat disertai dengan permintaan
maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
10. Layani Hak Jawab dan Hak Koreksi secara proporsional.

Kode etik jurnalistik adalah etika profesi wartawan. Ciri utama wartawan profesional yaitu menaati kode etik,
sebagaimana halnya dokter, pengacara, dan kaum profesional lain yang memiliki dan menaati kode etik.

9 Elemen Jurnalisme

Kode etik jurnalistik secara secara universal tercantum dalam 9 Elemen Jurnalisme yang dikemukakan Bill
Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) dalam The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the
Public Should Expect (New York: Crown Publishers, 2001) sebagai berikut:

1. Kewajiban pertama adalah pada kebenaran.


2. Kesetiaan (loyalitas) jurnalisme adalah kepada warga (citizens).
3. Disiplin verifikasi.
4. Jurnalis harus tetap independen.
5. Jurnalis bertindak sebagai pemantau.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik, komentar, dan tanggapan dari publik.
7. Membuat hal yang penting itu menjadi menarik dan relevan.
8. Berita yang disajikan komprehensif dan proporsional
9. Mengikuti hati nurani –etika, tanggung jawab moral, dan standar nilai.
Belakangan, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan prinsip kesepuluh: “warga juga memiliki hak dan
tanggung jawab dalam hal yang berkaitan dengan berita.”

Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Teknik Jurnalistik (Journalism Skills) adalah keahlian atau keterampilan khusus dalam hal reportase, penulisan
dan penyuntingan berita, serta wawasan dan penggunaan bahasa jurnalistik atau bahasa media.

 Teknik Reportase: Observasi, Wawancara, Studi Literatur. Wartawan harus piawai wawancara dan
mengamati peristiwa. Wartawan juga harus andal dalam riset data atau studi literatur.
 News Writing. Penulisan berita adalah keterampilan utama wartawan.
 News Reporting (for Radio/TV): News Reading, Spoken Reading, News Script Writing).
Khusus wartawan media elektronik (TV/Radio) harus piawai menyajikan berita (news presenting) secara
langsung (live report) ataupun menjadi presenter berita di studio.
 Editing. Wartawan harus piawai menyunting naskah sebelum dipublikasikan.
 Bahasa Jurnalistik. Wartawan harus menguasai kaidah bahasa jurnalistik, yakni bahasa pers atau bahasa
media, dengan ciri khas ringkas, lugas, dan mudah dipahami.

Secara praktis, dasar jurnalistik yang wajib dimiliki wartawan adalah keahlian meliput perisiwa, menulis
beritanya, melakukan wawancara, dan menaati kode etik.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik –disebut juga bahasa media, bahasa pers, bahasa koran, atau bahasa wartawan– adalah gaya
bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita dengan karakteristik singkat, padat, sederhana, jelas, lugas,
dan menarik.

Pakar bahasa Indonesia Jus Badudu menyatakan, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan
efektif.

Ringkas: Bahasa jurnalistik itu hemat kata (economy of words), memilih kata dan kalimat ringkas, karena
keterbatasan ruang dan durasi, termasuk menghindari Kata Jenuh dan Kata Mubazir.

Lugas: menggunakan kata/kalimat denonatif, satu pengertian, tidak ambigu, dan langsung ke poko masalah
(straight to the point) alias tidak bertele-tele.

Selengkapnya: Pengertian Bahasa Jurnalistik

Produk Jurnalistik: Karya Jurnalistik

Secara garis besar, produk atau karya jurnalistik itu adalah

1. Berita (News)
2. Opini (Views)
3. Feature

Berita adalah laporan peristiwa. Opini adalah tulisan berisi pendapat, penilaian, pemikiran, atau analisis tentang
suatu masalah atau peristiwa.

Feature adalah tulisan yang menggabungkan fakta dan opini atau tulisan khas bergaya penulisan karya sastra
seperti cerpen atau novel.

Foto dan Video masuk dalam produk jurnalistik jika berupa foto jurnalistik dan video jurnalistik.

 Jenis-jenis berita antara lain Hard News, Opinion News, Interpretative News, Etc.
 Jenis-jenis Opini antara lain Artikel, Editorial/Tajuk, Kolom, Karikatur, Pojok, Esai, Ilmiah Populer)
 Jenis-jenis Feature antara lain Tips, Laporan Perjalanan, Biografi, Profil, Resensi, etc.
News Processing: Proses Produksi Berita

 News Planning
 News Hunting/News Gathering
 News Writing
 News Editing
 Publishing

Proses jurnalistik dalam praktiknya yaitu perencanaan pemberitaan (mis. rapat redaksi), peliputan peristiwa
(termasuk wawancara), penulisan naskah berita, penyuntingan, dan publikasi melalui media massa.

Manajemen Redaksi

 Pemimpin Redaksi/Chief Editor/Editor in Chief (+ wakil jika diperlukan)


 Redaktur Pelaksana/Managing Editor (+ wakil jika diperlukan)
 Redaktur/Editor/Jabrik (Penanggung Jawab Rubrik)
 Reporter & Fotografer
 Koresponden
 Kontributor (incl. penulis & kolomnis).

Proses pemberitaan masuk dalam manajemen redaksi. SDM dalam manajemen redaksi terdiri dari pemimpin
redaksi hingga kontributor. Semuanya disebut wartawan.

Wartawan ada yang menjabat –secara hierarkis– pemimpin redaksi, wakil pemred, redaktur, koordinator liputan,
reporter, fotografer (wartawan foto), koresponden (wartawan daerah), dan kontributor, yaitu wartawan lepas yang
dibayar per tulisan alias tidak digaji bulanan seperti koresponden s.d. pemred.
PRODUK JURNALISTIK

Produk-Produk Jurnalistik

a. Berita (News)

Berita dalam bahasa Inggris disebut news. Dalam The Oxford Paperback Dictionary terbitan Oxford University
Press (1979), news diartikan sebagai “informasi tentang peristiwa-peristiwa terbaru”. Dalam kamus Merriam
Webster’s Collegeiate Dictionary (10th Edition, 1994), mengartikan news sebagai laporan peristiwa terkini dan
informasi yang tidak diketahui sebelumnya.

Kata “berita” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, vrit (artinya ada atau terjadi) atau vritta (kejadian atau
peristiwa). Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, berita adalah “laporan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat”. Sumber berita adalah fakta dan data sebuah peristiwa, meliputi apa yang kemudian menjadi rumus
berita, 5W + 1H.

Menurut Micthel V. Charnley berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual,
penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Ia menyebutkan empat
unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah peristiwa sehingga layak dijadikan berita. Keempat unsur itu menjadi
“karekteristik utama” sebuah peristiwa dapat diberitakan atau dapat dipublikasikan di media massa yaitu, aktual
(peristiwa terbaru, terkini, atau hangat/ up to date), faktual (benar-benar terjadi bukan fiksi), penting, dan menarik
(memunculkan rasa ingin tahu dan minat membaca).

Teknik reportase/ mencari berita (news hunting, news getting, news gathering) adalah salah satu tahap proses
penyusunan naskah berita (news processing), selain proses perencanaan berita, proses penulisan naskah, dan
proses penyuntingan naskah. Meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi
redaksi. Misalnya, dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk memuat profil seorang artis. Maka segera setelah itu
dilakukan wawancara dengan artis tersebut. Wawancara itulah yang dinamakan news hunting. Ada tiga teknik
peliputan berita, yakni:

a. Reportase, adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan. Wartawan mendatangi langsung
tempat kejadian/peristiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut.
b. Wawancara, semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan narasumber
(interviewee). Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah
atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
c. Riset kepustakaan, adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping Koran, makalah-
makalah, atau artikel Koran, membaca buku, atau search di internet.

Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik antara lain:

• Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Ditulis dengan gaya memaparkan
peristiwa tanpa ditambah dengan penjelasan apalagi interpretasi. Sebagian besar halaman depan suratkabar atau
yang menjadi berita utama (headline) merupakan berita jenis ini.
• Depth News: berita mendalam, berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul,
dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
• Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
• Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian wartawan berdasarkan fakta
yang ditemukan.
• Opinion News: berita mengenai pendapat, gagasan, atau pernyataan seseorang, biasaya pendapat para
cendikiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, dan sebagainya. Penulisannya dimulai
dengan (statement Lead) atau teras kutipan (Quotation Lead), yakni mengedepankan ucapan yang isinya dianggap
paling penting atau menarik. Sebagai penanda bahwa itu berita opini, biasanya pada judul dicantumkan nama
narasumber, diikuti titik dua, lalu kutipan pernyataan atau kesimpulan pernyataan yang paling menarik.

Komposisi tulisan, susunan berita umumnya terdiri dari empat bagian:


1. Headline, kepala berita atau judul berita.
2. Dateline, waktu dan nama tempat berita dibuat atau diperoleh.
3. Lead, teras berita
4. News body, tubuh atau isi berita.

Langkah pertama penulisan berita adalah menentukan lebih dulu sudut pandang “angle” terhadap peristiwa yang
akan dilaporkan. Angle yang dimaksud adalah menentukan fakta mana yang dinilai paling penting dan menarik,
itulah yang akan dikemukakan lebih dulu. Penulisan judul berita (headline) dibuat dalam satu atau dua kalimat
pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya. Teras berita (lead)
merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Body news, pada bagian ini
kita jumpai semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi dan memperjelas fakta atau data yang disuguhkan
dalam lead tadi, karena itu body sering pula disebut “sisa berita”.

b. Tajuk

Tajukrencana dikenal sebagai induk karangan sebuah media massa. Tajuk merupakan “jatidiri” atau identitas
sebuah media massa. Melalui tajuklah redaksi media tersebut menunjukkan sikap atau visinya tentang sebuah
masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Tajuk yang berupa artikel pendek dan mirip dengan tulisan kolom ini,
biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau redaktur senior yang mampu menyuarakan pendapat korannya
mengenai suatu masalah aktual.
Sikap, opini, atau pemikiran, yang disuarakan lewat tajuk adalah visi dan penilaian orang, kelompok, atau
organisasi, yang mengelola atau berada dibelakang media tersebut. Adapun jenis tajuk meliputi empat hal, yakni:

1. Menjelaskan berita, tentunya dengan interpretasi dan sudut pandang subjektif media atau penulisnya.
2. Mengisi latar belakang, yakni memberikan kaitan suatu berita dengan realitas sosial lainnya atau informasi
tambahan.
3. Meramalkan masa depan, yakni memprediksi apa yang akan dapat te rjadi pada masa mendatang dengan atau
akibat terjadinya suatu peristiwa.
4. Meneruskan suatu penilaian moral, yakni memberikan penilaian dan menyatakan sikap atas suatu peristiwa.

Tajuk tidak memiliki struktur tertentu. Namun umumnya, strukturnya terdiri atas judul, intro, dan uraian. Bagian
intro mengemukakan aktualitas masalah yang akan dibicarakan, misalnya dengan mengingatkan pembaca akan
berita yang muncul sebelumnya. Setelah itu uraian berisi opini penulisnya.

c. Feature

Feature secara harfiyah artinya segi, keistimewaan, menampilkan atau menonjolkan. Feature adalah jenis tulisan di
media massa, selain berita dan opini, yang memfokuskan pada segi (angle) tertentu sebuah peristiwa dan
menonjolkannya. Karena itu feature disebut pula “karangan khas”.
Sifat tulisan feature lebih menghibur dan menjelaskan masalah dari pada sekedar menginformasikan karena
feature adalah tulisan yang menuturkan peristiwa disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses
pembentukanya, dan cara kerjanya. Ia lebih banyak mengungkap unsure how dan why sebuah peristiwa sehingga
mampu menyentuh ketertarikan manusiawi dan menggugah perasaan.

Feature dapat berisi hal-hal yang mungkin diabaikan oleh news dan relative tidak akan pernah basi. Karena itu,
penulis feature harus memiliki ketajaman dalam melihat memandang,dan menghayati suatu peristiwa, ia harus
mampu menonjolkan suatu hal yang belum terungkap seutuhnya. Untuk menyiapkan sebuah feature diperlukan
ketekunan dalam mencari bahan yang berbobot dan mendetail.

Feature merupakan karya jurnalistik aliran jurnalisme baru (new journalism) atau jurnalistik sastra (literary
journalism), yaitu teknik penulisan karya jurnalistik bergaya sastra, menampilkan fakta secara mendalam dengan
menggunakan teknik fiksi atau menggabungkan keterampilan laporan interpretatif dengan teknik penulisan karya
fiksi. Penulisan feature mutlak diperlukan oleh redaksi media massa cetak, terutama mingguan, dwiminguan,
bulanan.
Tulisan feature memiliki sifat-sifat faktual bukan fiksi atau rekaan, menerangkan masalah bukan melaporkan
dengan segera, tahan waktu tidak basi, mengandung segi human interest, mengandung unsur sastra, menggunakan
lead atraktif.
Jenis-jenis feature:
1. Bright, tulisan pendek dengan human interest yang menonjol dari suatu kejadian, biasanya menggelitik atau
mengandung unsur humor.
2. Feature Berita (news feature), feature tentang peristiwa aktual. Biasanya merupakan pengembangan dari sebuah
straight news, dengan membuka informasi latar belakang masalahnya agar pembaca mendapatkan pemahaman
lebih jelas tentang unsur how da why atau duduk perkara sebuah peristiwa.
3. Feature Artikel , yaitu feature yang berisi tentang pemikiran, gagasan, atau ilmu pengetahuan yang dikemas
secara ringan dan menghibur.
4. Feature Biografi (profile) , yaitu feature tentang pribadi-pribadi menarik, sosok ternama, atau public figure.
Misalnya riwayat hidup pendek seorang tokoh yang meninggal, seseorang yang berprestasi, atau seseorang yang
memiliki keunikan sehingga memiliki nilai berita tinggi.
5. Feature Human Interest, feature yang langsung menyentuh atau membangkitkan keharuan, kegembiraan,
kejengkelan atau kebencian, simpati dan lain-lain.
6. Feature Pengalaman Pribadi, cerita yang isinya pengalaman penulisannya yang unik, bernilai jurnalistik, atau
lucu.
7. Feature Perjalanan atau Petualangan, feature yang berupa catatan perjalanan, laporan peristiwa kunjungan, atau
petualangan ke sebuah tempat.
8. Feature Sejarah, feature tentang peristiwa masa lalu, dengan memunculkan tafsir baru sehingga tetap terasa
aktual untuk masa kini.
9. Feature Promosi, feature yang memperkenalkan atau mengekspos suatu produk atau ide baru.
10. Feature Produk Praktis, disebut pula tips, yaitu feature yang mengajarkan keahlian atau teknik membuat
sesuatu.

Struktur Tulisan feature berbeda dengan tulisan berita, komposisi tulisan feature terdiri dari:

1. Head (judul feature)


2. Lead (teras, intro, kalimat pembuka feature)
3. Bridge atau jembatan antara lead dan body, berfungsi sebagai penghubung antara lead dan isi tulisan.
4. Body (tubuh atau isi tulisan)
5. Ending atau penutup tulisan.

Penulisan judul feature boleh menggunakan judul label (non-kata kerja) sebagaimana halnya judul artikel atau
kolom. Jenis penutup feature:

1. Penutup ringkasan: menyimpulkan cerita atau fakta yang telah diuraikan dengan merujuk kepada teras.
2. Penutup penyengat: kalimat penutup yang mengagetkan, berupa kesimpulan yang tidak diduga oleh pembaca.
3. Penutup pertanyaan: dengan mengajukan pertanyaan tanpa jawaban.
4. Penutup klimaks: biasanya dipakai dalam feature yang ditulis secara kronologis, yaitu mengemukakan akhir
cerita.

d. Kartun/ Karikatur

Berdampingan dengan tajuk rencana, biasanya tampil sebuah gambar yang lazim disebut kartun. Kartun dimaksud
adalah gambar lucu yang melukiskan kejadian-kejadian (biasanya politik) mutakhir dari suatu pemerintahan atau
perilaku kebijakan seorang pejabat negara (Hornby, 19961: 57). Dalam gambar tersebut biasanya memuat
karikatur, gambar tiruan dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa yang dikartunkan itu. Karikatur dibuat
untuk melukiskan ucapan, perilaku atau rupa yang menekankan cirri khas orang atau tokoh yang disindirnya
(Echols, 1975: 99), sehingga memancing cemoohan pembacanya (Hornby, 1961: 56).
Dalam era gambar minded banyak pembaca yang merasa kekurangan waktu untuk membaca tajuk, dan justru
sangat gembira serta merasa memperoleh cukup waktu untuk istirahat dengan menikmati karikatur yang
disuguhkan dalam halaman tajuk suratkabar. Dengan demikian maksud tajuk pun mudah dipahami.

e. Resensi

Istilah resensi itu sendiri diartikan Echols (1975: 484) dengan menggunakan istilah review, sebagai tinjauan
terhadap karya seni dan sastra. Resensi diartikan Hornby (1952: 363) sebagai laporan tertulis tentang isi buku
yang diterbitkan atau dipublikasikan paling akhir, untuk suatu terbita berkala. Laporan yang dimaksud berupa
penilaian terhadap semua aspek yang ada di dalamnya. Penulis resensi sering dijuluki pengkritik (kritikus). Karena
kritik sejati dalam penilaian jurnalistik, berbeda dibanding kritik pada umumnya. Sifat khas dari kritik jurnalistik
harus berbeda, harus berwarna seni tersendiri, yakni menyatakan suatu perasaan kreatif dan komunikatif yang
nantinya ditujukan kepada khalayak yang menaruh perhatian pada sastra, music, dan drama, serta tetap
berhubungan dengan kebiasaan mengkritik sebagai mana halnya. Macam-macam resensi:

• Resensi atau Timbangan Buku, resensi yang biasa dilakukan terhadap buku, dipakai istilah timbangan dalam arti
menimbang-nimbang isi buku itu. Setiap suratkabar menganggap buku baru sebagai berita, karena itu resensi buku
yang baik merupakan informasi yang pertama dan penting.
• Resensi Suatu Pagelaran, penulis resensi pagelaran pada dasarnya seorang reporter. Disajikan dalam suratkabar
ditujukan untuk penonton khususnya dan pembaca suratkabar umumnya.
• Resensi Musik.
• Resensi Film

f. Opini/ Artikel

Artikel (article) adalah karya jurnalistik berupa tulisan yang berisi pendapat (opini), gagasan (ide), pemikiran serta
fakta. Posisinya dalam karya jurnalistik masuk dalam kategori views (pandangan atau opini). Sifat-sifat artikel
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktual. Artikel adalah tulisan nonfiksi atau berdasarkan fakta dan data.
2. Berisi Gagasan dan Fakta. Artikel berisikan pendapat yang dilengkapi fakta peristiwa atau masalah.
3. Meyakinkan. Sebuah artikel dapat menjadi sarana penulisnya guna meyakinkan orang lain (pembaca) akan
pentingnya suatu masalah dipikirkan atau disikapi. Dengan kata lain, artikel bisa menjadi agendasetter dan
membentuk opini publik.
4. Mendidik. Artikel umunya mendidik dan mengajarkan sesuatu agar pembaca melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
5. Memecahkan masalah. Artikel membahas suatu masalah yang disertai alternatif pemecahannya atau solusi.
6. Menghibur. Sebuah artikel bisa juga menghibur pembacanya dengan mengangkat tema yang ringan dan lucu.
Sebetulnya tulisan artikel tidak punya struktur, penulis bebas menuangkan masalah yang sedang dibahas, lalu
menyambungnya dengan pendirian subjektif. Namun umumnya komposisi sebuah artikel terdiri dari:

1. Judul (head).
2. Nama penulis (by line).
3. Pendahuluan (intro). Semacam teras (lead) dalam berita atau feature.
4. Penghubung intro dengan isi tulisan, berupa identifikasi masalah.
5. Isi tulisan atau uraian (body) yang biasanya terdiri atas sub-subjudul.
6. Penutup (ending). Biasanya berupa kesimpulan, ajakan berbuat sesuatu atau pertanyaan tanpa jawaban.

– Menggali ide, merupakan tahap awal atau pembuka untuk menulis artikel.
– Menguji ide, anda harus menguji ide tersebut, misalnya dengan menimbang, aktualkah ide tersebut? Bergunakah
ide tersebut bagi publik? Pernahkah ditulis oleh orang lain? Dan lain-lain.
– Mengumpulkan referensi, referensi (buku-buku, tulisan-tulisan, atau kliping Koran) yang dapat mendukung
pengembangan ide tersebut menjadi sebuah tulisan (artikel).
– Memulai menulis, bagi pemula ketika mulai menulis jangan pikirkan harus langsung membuat tulisan bagus.
Langsung saja tuliskan apa yang ada dipikiran dengan gaya bebas. Seperti kata James G. Robbins dan Barbara S.
Jones “janganlah terkejut atau kecewa jika anda gagal untuk mempertunjukan atau menghasilkan kualitas yang
tinggi dalam tulisan pertama anda, pokoknya teruslah memulainya”.
– Menulis intro atau pembuka artikel yang termudah adalah dengan mengutip berita dikoran, mengemukakan
pepatah, atau ungkapan lalau dirangkaikan dengan identifikasi masalah yang akan dibahas dalam tulisan tersebut.

Artikel layak muat (fit to print) umumnya bertema aktual, mengandung hal baru dari segi pemikira atau gagasan,
dan menyangkut kepentingan sebagian besar pembaca. Data teknis artikel, artikel yang akan dikirim hendaknya:

• Diketik rapi dua spasi diatas kertas putih.


• Judul artikel dicantumkan ditengah-tengah bagian paling atas halaman pertama, dengan nama penulis
dibawahnya, dan pada akhir tulisan disebutkan identitas penulis.
• Bahasanya mudah dimengerti, ejaannya benar dan enak dibaca sesuai dengan kaidah EYD.
• Pembahasan temanya sistematis.
• Menyertakan sampul surat plus perangko balasan dengan alamat yang sudah ditulis sendiri untuk memudahkan
redaksi media tersebut mengembalikan naskah jika tidak layak muat.

Seorang penulis artikel harus memegang teguh etika kepenulisan tentang “artikel ganda” dan “artikel duplikat”.
Artinya tidak mengirimkan artikel yang sama kepada dua atau lebih redaksi media massa, juga tidaak melakukan
duplikasi terhadap artikel orang lain. Jika salah satu dari hal itu terjadi atau dua-duanya maka dapat dipastikan
penulis aka masuk ke dalam daftar hitam (black list) redaksi media massa.

g. Surat Pembaca

opini singkat yang ditulis pembaca dan dimuat khusus pada rubrik khusus surat pembaca. Biasanya berisi
komentar atau keluhan pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan dirinya dan kepentingan
masyarakat. Panjang surat pembaca rata – rata 2-4 paragraf. Rubrik surat pembaca lebih merupakan layanan
publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat.

h. Pojok

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau
kontrovesial, untuk kemudian dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata – kata atau kalimat yang mengusik,
menggelitik, dan ada kalanya reflektif. Tujuannya untuk “mencubit”, mengingatkan, menggugat. Kritis tetapi tetap
etis. Sesuai dengan namanya, pojok ditempatkan dipojok. Dalam setiap edisi penerbitan, pojok memuat tiga
sampai lima kutipan pernyataan atau peristiwa menarik untuk dikomentari.

Ciri-ciri rubrik pojok:

A. Pojok berisi dua alenia.


B. Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalem alinea kedua, biasanya terangkai dalam kalmiat-
kalimat pendek.
C. Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan dalam kalimat -kalimat yang bersifat sinis
dan humoris. (Suhendara, 1989: 38).

A. Foto

Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom di dalam buku Audy Mirza Alwi
halaman 4 adalah panduan kata words dan picture. Sementara menurut Editor foto majalah Life dari 1937-
1950,Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada
kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.

Jenis-jenis foto jurnalistik

• Spot Photo
Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si
fotografer langsung di lokasi kejadian. Misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang.

• General News Photo


Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya bias bermacam-macam,
yaitu politik, ekonomi, dan humor.

• People in the News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang
yang menjadi berita itu. Bias kelucuannya, nasib, dan sebagainya.
• Daily Life Photo
Adalah foto tentang kehidupan sehari – hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).
Misalnya, foto tentang pedagang gitar.

• Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya
kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya. 8

• Sport Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu anatara atlet
dengan penonton dan fotografer., dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai,
misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi
atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga.

• Science and Technology photo


Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

• Art and culture photo


Adalah yang dibuat dari peristiwa seni budaya.

• Social and environment


Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Syarat foto jurnalistik


Syarat foto jurnalistik, setelah mengandung berita dan secara fotografi, bagus (fotografis), syarat lain lebih kepada,
foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya.
FUNGSI KLASIFIKASI

A. Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi berasal dari bahasa inggris darikata “classification” dan kata ini berasal dari kata “to classy”
yang berarti menggolongkan dan menempatkan benda-benda di suatu tempat.
Towa P. Hmakotrda dan J.N.B. Tairas (1995)
Mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku
atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.

B. Pengertian Berita
Pengertian berita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cerita atau keterangan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat.
Mochtar Lubis menyatakan bahwa berita adalah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi orang
banyak, dan mampu membangkitkan selera masyarakat untuk mengikutinya.

C. Klasifikasi Berita
Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori: berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news).

D. Jenis Berita
1. Straight news report: laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
2. Depth news report
3. Comprehensive news: laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
4. Interpretative repor: penulis mencari fakta
5. Feature story
6. Depth reporting: pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal atau aktual.
7. Investigative reporting
8. Editorial writting: adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang
pendapat umum.
E. Nilai Berita
Nilai-nilai berita diantaranya sebagai berikut:
1. Magnitude
Seberapa luas pengaruh suatu peristiwa bagi khalayak. Contoh: Berita tentang kenaikan harga BBM lebih luas
pengaruhnya terhadap SELURUH masyarakat Indonesia ketimbang berita tentang gempa bumi di Jawa Tengah.
2. Significance
Seberapa penting arti suatu peristiwa bagi khalayak
Contoh: Berita tentang wabah SARS lebih penting bagi khalayak; ketimbang berita tentang kenaikan harga BBM.
3. Actuality
Yaitu tingkat aktualitas suatu peristiwa.
Berita tentang kampanye calon presiden sangat menarik jika dibaca pada tanggal 1 hingga 30 Juni 2004. Setelah
itu, berita seperti ini akan menjadi sangat basi.
4. Proximity
Yaitu kedekatan peristiwa terhadap khalayak.
Contoh: Bagi warga Jawa Barat, berita tentang gempa bumi di Bandung lebih menarik ketimbang berita tentang
gempa bumi di Surabaya.
5. Prominence, yaitu akrabnya peristiwa dengan khalayak. contoh: Berita-berita tentang Indonesian Idol lebih
akrab bagi remaja Indonesia ketimbang berita-berita tentang Piala Thomas.
6. Kejelasan (clarity) tentang kejadiannya
7. Kejutan (surprise)
8. Dampak (impact), berapa banyak manusia terkena dampaknya, seberapa luas, dan untuk berapa lama?
9. Konflik personal.
10. Human Interest ,yaitu kemampuan suatu peristiwa untuk menyentuh perasaan kemanusiaan khalayak. Contoh:
Berita tentang nasib TKI Indonesia yang dianiaya di Malaysia, diminati khalayak, karena berita ini mengandung
nilai human interesttinggi.
Bagian- bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering di dengar
ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan kata lain, lebih
menekankan hal-hal yang umum terlebih dahulu baru ke hal khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau
mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong
bagian kurang atau tidak penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita.
Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama pada tubuh
berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek non factual yang pada kecenderungan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat “fakta” yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W+1H. Hal ini senada
dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi.
Who – siapa yang terlibat di dalamnya?
What – apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
Where – di mana terjadinya peristiwa itu?
Why – mengapa peristiwa itu terjadi?
When – kapan terjadinya?
How – bagaimana terjadinya?
Kesimpulan
Pengertian berita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cerita atau keterangan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat
Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori: berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news).
Jenis-jenis berita yaitu: Straight news report (laporan langsung mengenai suatu peristiwa), depth news report,
comprehensive news (laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek), interpretative
repor (penulis mencari fakta), feature story, depth reporting (pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,
lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual), investigative reporting, editorial writting (adalah
pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang
pendapat umum).
ANALISIS WACANA MEDIA

Contents

 Teori Wacana dan Bahasa


 Memahami Makna
 Media
 Simbol
 Teori Wacana dalam Tradisi Filsafat
 Pendekatan Analisis Wacana
 Wacana Tulis, Teks dan Konteks
 Wacana dan Ideologi
 Karakteristik Analisis Wacana
 Kerangka Analisis Wacana

Apakah Wacana itu?

 Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.
 Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah.
 Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah. (Webster, 1983: 522).

Sudjiman, 1993: 6

 Wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas
seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.
 Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula menggunakan bahasa tulisan.

Firth, Samsuddin, 1992: 2

 Language as only meaningfull in its context of situation. Makna suatu bahasa berada pada rangkaian
konteks dan situasi.
 Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks
yang terdapat di dalam teks.
 Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang
membentuk wacana.

Foucault, Mills: 1994

 Kontekstual Teoretis; Wacana berarti domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran/ teks
yang mempunyai makna & efek dalam dunia nyata.
 Konteks Penggunaan; Wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokan kedalam
kategori konseptual tertentu (Misalnya: imperealisme/ feminisme)
 Metode Penjelasan; Wacana berarti suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.

Kebutuhan Dasar Wacana

 Keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain mengenai suatu hal.
 Keinginan untuk meyakinkan seseorang mengenai kebenaran suatu hal dan mempengaruhi sikap/pendapat
orang lain.
 Keinginan untuk mendeskripsikan cita-rasa suatu bentuk, wujud, objek.
 Keinginan untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang terjadi. (Keraf, 1995: 6).
Bentuk Retorika Wacana

 Wacana Transaksional; jika yang dipentingkan ialah ‘isi’ komunikasi.


 Wacana Interaksional; jika yang dipentingkan hubungan timbal balik antara penyapa (addresses) dan
pesapa (addressee). (Sudjiman, 1993: 6).

Otoritas Analisis Wacana

 Dalam Linguistik; Analisis wacana digunakan untuk menggambarkan sebuah struktur yang luas melebihi
batasan-batasan kalimat. (Sunarto, 2001: 119-120)
 Dalam Teks Tertulis; Analisis wacana bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma & aturan-aturan
bahasa yang implisit. Analisis wacana bertujuan untuk menemukan unit-unit hierarkis yang membentuk
suatu struktur diskursif (Mills,1994)

Bahasa

 Manusia adalah mahluk berfikir. Demikian tesis klasik yang kita temukan dalam dunia filsafat.
Konsekuensi logis dari tesis ini, bahwa manusia adalah mahluk berbahasa.
 Hubungan pikiran dan bahasa sangat erat. Bahasa menunjukkan jalan pikiran seseorang.
 Dalam bahasa terdapat sesuatu kekuatan yang tidak tampak yang diberi nama komunikasi. (Loren Bagus,
1990).

Filsafat Bahasa

 Dalam filsafat bahasa dikatakan, bahwa orang yang mencipta realitas dan menatanya lewat bahasa.
 Bahasa mengangkat kepermukaan hal yang tersembunyi sehingga menjadi kenyataan.
 Bahasa dapat dipakai untuk menghancurkan realitas orang lain. Bahasa dapat menjadi tiran. (Loren Bagus,
1990).

Fungsi Bahasa

 Fungsi Ideasional: untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan diantara anggota
masyarakat.
 Fungsi Interpersonal: untuk menyampaikan informasi diatara anggota masyarakat.
 Fungsi Tekstual: untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan
situasi (features of the situation). (Halliday, 1972: 140-165)

Makna

 Makna merupakan kata yang subjektif (Jalaluddin Rahmat, 1996)


 Para ahli filsafat dan linguis, membedakan antara struktur logis dan struktur bahasa, sehingga
memudahkan kita untuk membedakan antara ungkapan yang tidak mengandung makna (meaningless) dan
yang mengandung arti (meaningfull). (Mustansyir, 2001: 153-154)
Makna dalam Konteks Wacana

 Dalam konteks wacana, makna dapat dibatasi sebagai “hubungan antara bentuk dengan hal/ barang yang
diwakilinya (referen-nya)” (Keraf, 1994: 25)
 Kata rumah: adalah bentuk/ ekspresi. Barang yang diwakili oleh kata rumah: sebuah bangunan yang
beratap, berpintu, berjendela yang menjadi tempat tinggal manusia. Barang itu disebut referen. Hubungan
bentuk dan referen menimbulkan makna/ referensi.
 Makna atau referensi kata rumah timbul akibat hubungan antara bentuk itu dengan pengalaman-
pengalaman non linguistik atau barang yang ada di alam.

Jenis-jenis Makna

 Makna Emotif (emotive meaning)


 Makna Kognitif (cognitive meaning)
 Makna Deskriptif (descriptive meaning)
 Makna Referensial (referential meaning)
 Makna Piktorial (pictorial meaning)
 Makna Kamus (dictionary meaning)
 Makna Samping (fringe meaning)
 Makna Inti (core meaning) (Shipley, 1962)

Makna Denotatif & Konotatif

 Makna Denotatif; Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan.
 Makna Konotatif; Kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu,
disamping makna dasar yang umum. (Keraf, 1994: 27-31)

Perubahan & Pemberian Makna

 Makna yang dikode oleh pemirsa terjadi dalam ruang yang berbeda dan individu yang berbeda berdasarkan
pada kemampuan kognitif dan kemampuan afektif pemirsa.
 Makna yang dikode oleh pemirsa tergatung pada bagaimana individu melakukan dekonstruksi terhadap
iklan televisi/ tulisan di media cetak.
 Setiap individu memiliki kebebasan menentukan metode interpretasi, termasuk kepentingan dalam
melakukan dekonstruksi. (Bungin, 2001: 199-200).

Peran Makna

 Peran tanda (sign) di dalam masyarakat (semiotics), makna-makna tanda (semantics), serta kode-kode
sosial (social codes) dibalik tanda dan makna tersebut diperlukan dalam studi kebudayaan, oleh karena itu
makna tersebut merupakan pembentuk (construct) utama dari kebudayaan. (Piliang, 2001: 308).
 Kata memperoleh maknanya melalui penggunaannya sehari-hari dalam konteks kebudayaan. (van Peursen,
1990: 2).

Bias Media

 Bias media terjadi karena media tidak berada dalam ruang vakum.
 Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik dan
fakta yang kompleks dan beragam.
Louis Althusser, 1971

 Media dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan
kemampuannya sebagai sarana legitimasi.
 Media massa sebagaimana lembaga pendidikan, agama, seni, kebudayaan, merupakan bagian dari alat
kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok
yang berkuasa (ideological states apparatus).

Antonio Gramsci, 1971

 Pandangan Althusser tentang media dianggap oleh Gramsci mengabaikan resistensi ideologis dari kelas
tersubordinasi dalam ruang media.
 Media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for
competing ideologies).
 Media adalah ruang dimana ideologi direpresentasikan. Media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi
penguasa, alat legitimasi dan kontrol wacana publik.
 Pada sisi lain, media bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk
membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi
instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.

Kepentingan Media

 Althusser dan Gramsci sepakat bahwa media massa bukan sesuatu yang bebas, independen, tetapi memiliki
keterkaitan dengan realitas sosial.
 Ada berbagai kepentigan yang bermain dalam media massa. Kepentingan ideologis antara masyarakat dan
negara, juga kepentingan lain, misalnya; kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan
keberlangsungan (suistainabilitas) lapangan kerja bagi para karyawan.
 Dalam kondisi ini media harus bergerak dinamis diatara pusaran yang bermain. Hal inilah yang
menyebabkan bias berita di media yang sulit dihindari.

Faktor Penyebab Bias Media

 Kapasitas dan kualitas pengelola media.


 Kuatnya kepentingan yang sedang bermain dalam realitas sosial.
 Taraf kekritisan dari masyarakat. (Winarko, 2000: xi)
 [Dari ketiga faktor tersebut menimbulkan derajat bias media yang berbeda-beda)

Makna Bahasa Menimbulkan Bias

 Dalam sebuah penelitian terhadap fenomena perkosaan dalam pemberitaan surat kabar Kedaulatan Rakyat
dan Suara Merdeka, ditemukan 22 kata yang digunakan untuk menggantikan kata “perkosaan”, yaitu: 1)
merenggut kegadisan, 2) mencabuli, 3) menggauli, 4) menggagahi, 5) menakali, 6) dianui, 7) dikumpuli, 8)
menipu luar dalam, 9) digilir, 10) dinodai, 11) digarap, 12) dihamili, 13) korban cinta paksa, 14) dipaksa
berhubungan intim, 15) berbuat tidak senonoh, 16) memaksa bersetubuh, 17) korban kuda-kudaan, 18)
memaksa memenuhi nafsu birahi, 19) dipaksa melayani, 20) melakukan perbuatan asusila, 21)
digelandang, 22) dipaksa melakukan permainan ibu-ibuan.
 Pilihan atau pemakaian istilah tersebut jelas menimbulkan bias (Winarko, 2000: 50)
Media & Politik Pemaknaan

 Politik pemberitaan media berhubungan dengan strategi media dalam meliput peristiwa, memilih dan
menampilkan fakta serta dengan cara apa fakta itu disajikan—yang secara langsung atau tidak berpengaruh
dalam merekonstruksi media. (Eriyanto, 2000)
 Makna media tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik pemaknaan.
Makna adalah suatu produksi sosial, suatu praktik konstruksi.
 Media massa pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan menentukan (to define) realitas melalui
pemakaian kata-kata yang dipilih.
 Makna tidak secara sederhana bisa dianggap sebagai produksi dalam bahasa, tetapi sebuah pertentangan
sosial (social struggle) sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana. Pemaknaan yang berbeda
merupakan arena pertarungan tempat memasukkan bahasa didalamnya. (Hall, 1982: 67).

Bahasa Sebagai Sistem Simbol

 Proses komunikasi sebenarnya mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf seseorang kepada sistem
saraf orang lain, dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada dalam
benak sipengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan unsur dasar
bahasa, dan kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. (Tubbs & Moss, 1994: 66)
 Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga bisa digunakan sebagai alat
komunikasi. Kata itu sendiri merupakan bagian integral dari simbol yang dipakai oleh kelompok
masyarakat. Oleh karena itu kata bersifat simbolis. (Wibowo, 2001: 3-4)

Teori Wacana dalam Tradisi Filsafat

 Aliran strukturalisme berpendapat bahwa arti bahasa tidak tergantung dari maksud pembicara atau
pendengar ataupun dari referensinya pada kenyataan tertentu; arti bergantung pada struktur makna itu
sendiri.
 Yang dimaksud struktur disini ialah jaringan hubungan intern elemen-elemen terkecil bahasa yang
membentuk suatu kesatuan otonom yang tertutup. (Hjelmslev, dalam Kleden, 1997: 34).

Pendekatan Analisis Wacana

 Pertama, Analisis wacana seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh
komunikator untuk menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya.
 Kedua, Analisis wacana dipandang sebagai aksi, cara melakukan segala hal dengan kata-kata.
 Ketiga, Analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digubakan oleh komunikator aktual
dari perspektif mereka. (Littlejohn, 1996: 84-85).

Wacana Tulis, Teks & Konteks

 Tulisan bukan cuma sekedar “literal pictographic” atau sekedar inskripsi yang bersifat ideografik, tetapi
tulisan dapat merupakan suatu totalitas, termasuk kemampuannya untuk melampaui apa yang hanya bisa
ditunjuk secara fisik. (Derrida 1984, dalam Kleden-Probonegoro, 1998).
 Teks adalah fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan. (Hidayat,
1996:129).
 Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian
bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan,
dsb. (Eriyanto, 2001: 9).
Konteks

 Konteks Fisik (physical context), yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu
komunikasi, objek yang disajikan dalam suatu peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau peilaku dari
para peran dalam peristiwa komunikasi itu.
 Konteks Epistemis (epistemic context), yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
pembicara maupun pendengar.
 Konteks Linguistik (linguistic context), yaitu terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang
mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.
 Koteks Sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara
pembicara (penutur) dengan pendengar. (Syafi’ie, 1990, dalam Lubis, 1993: 58).

Wacana dan Ideologi

 Implikasi ideologi terhadap wacana; 1) ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau
individual, ia membutuhkan share diantara anggota kelompok, organisasi atau kolektifitas, 2) ideologi
meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal diatara anggota kelompok atau komunitas.
 Wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks, terutama bagaimana
ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana.
 Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi
seseorang, apakah feminis, kapitalis, sosialis, dsb. (Eriyanto, 2001: 13-14).

Karakteristik Analisis Wacana

 Pertama, dalam analisisnya analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan analisis isi yang
umumnya kuantitatif.
 Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi
yang bersifat manifest (nyata), analisis wacana berpretensi memfokuskan pada pesan latent (tersembunyi).
 Ketiga, analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what) tetapi tidak
dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how).
 Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi. Karena peristiwa selalu bersifat unik,
karena itu tidak dapat diperlakukan prosedur yang sama untuk isu dan kasus yang berbeda. (Eriyanto,
2001: 337-341).

Kerangka Analisis Wacana (Elemen Wacana Van Dijk)

Super Struktur TEMATIK Topik


(Apa yang dikatakan?)
SKEMATIK
Struktur Makro (Bagaimana pendapat Skema
disusun dan dirangkai?)
SEMANTIK Latar, detail, maksud,
Struktur Mikro (Makna yang ingin praanggapan, nominalisasi
ditekankan dalam teks
berita)
SINTAKSIS Bentuk kalimat,
Struktur Mikro (Bagaimana pendapat koheresi, kata ganti
disampaikan?)
Struktur Mikro STILISTIK Leksikon
(Pilihan kata apa yang
dipakai?)
RETORIS Grafis, metafora, ekspresi
Struktur Mikro (Bagaimana dan dengan
cara apa penekanan
dilakukan?)
Elemen-elemen Struktur Wacana

 Tematik: Informasi yang paling penting atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.
 Skematik: dalam konteks penyajian berita ada dua kategori skema besar, 1) Summary; yang ditandai judul
(head line) & teras berita (lead), 2) Story; isi berita secara keseluruhan.
 Semantik: makna tertentu dalam suatu bangunan teks, dimensi teks, presupposition, makna yang implisit
atau eksplisit, makna yang sengaja disembunyikan. Struktur wacana juga bisa menggiring kearah tertentu
dari suatu peristiwa.
 Sintaksis: seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Dianalisis dari koherensi, bentuk kalimat, kata
ganti.
 Stilistik: gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan maksudnya. Peristiwa yang sama
dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. Pilihan leksikal atau diksi pada dasarnya
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atai frase atas berbagai kemungkinan kata
yang tersedia.
 Retoris: gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya hiperbolik (pemakaian
kata yang berlebihan), repetisi (pengulangan), aliterasi (pemakaian kata seperti sajak), interaksi
(bagaimana penulis menempatkan diri diatara khalayak), metafora (makna kiasan) visual image (membuat
anggapan).

Penjelasan:

Yang diamati Elemen


TEMATIK TOPIK: Informasi paling penting, inti pesan yang ingin
disampaikan oleh komunikator
SKEMATIK HEAD LINE: Judul berita utama (to attrack the reader)
LEAD: Teras berita terletak pada paragraf pertama, bagian
paling pokok dalam berita
STORY: Isi berita secara keseluruhan; 1) situasi, yakni proses
jalannya peristiwa, a] kisah utama dari peristiwa, b] latar untuk
mendukung kisah utama dipakai untuk memberi konteks, 2)
komentar, yang ditampilkan dalam teks, komentar dari pihak
yang terlibat dengan peristiwa itu, a] reaksi/ komentar verbal
dari tokoh yang dikutip wartawan, b] kesimpulan yang diambil
wartawan dari berbagai tokoh.
SEMANTIK LATAR: Latar belakang peristiwa, hendak kemana makna suatu
teks dibawa (Ex: Perselisihan politik, Krisis ekonomi, Konflik)
DETAIL: Apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara
panjang atau tidak
ILUSTRASI: Apakah sisi informasi tertentu disertai contoh
atau tidak
MAKSUD: Apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau
implisit
PRESUPPOSITION: Pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks
PENALARAN: Elemen yang digunakan untuk memberi basis
nasional, sehingga teks tampak benar dan meyakinkan.
SINTAKSIS KOHERENSI: Kata hubungan yang dipakai untuk
menghubungkan fakta/ proposisi (Ex: Peristiwa penjarahan
massal, “karena tingkat pendidikan mereka rendah”—dapat
memberi kesan bahwa rendahnya pendidikan yang
menyebabkan mereka melakukan penjarahan.
NOMINALISASI: Sugesti kepada khalayak dengan
generalisasi
ABSTRAKSI: Apakah komunikator memandang objek sebagai
suatu yang tunggal berdiri sendiri/ sebagai suatu kelompok
(komunitas)
BENTUK KALIMAT: Makna yang dibentuk oleh susunan
kalimat, dengan cara berfikir logis (prinsip kausalitas). Dalam
kalimat berstuktur aktif, seseorang menjadi subjek dari
pernyataannya, dalam kalimat pasif, seseorang menjadi objek
dari pernyataannya.
PROPOSISI: Proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat.
Prosisi mana yang ditempatkan diawal, dan mana yang diakhir
kalimat. Penempatan itu dapat mempengaruhi makna yang
timbul dan menunjukkan bagian mana yang lebih ditinjokan
kepada khalayak.
KATA GANTI: Kata ganti timbul untuk menghindari
pengulangan kata (anteseden) dalam kalimat berikutnya. Dalam
analisis wacana kata ganti merupakan alat yang dipakai
komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang
dalam wacana. (Ex: saya, kami, kita)
STILISTIK STYLE: Cara/ gaya bahasa yang digunakan seseorang untuk
menyatakan maksudnya. Ciri-ciri penggunaan bahasa yang khas,
kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan
struktur bahasa tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang.
PILIHAN LEKSIKAL/ DIKSI: Bagaimana seseorang
melakukan pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan
frase yang tersedia. Pilhan kata/ frase yang dipakai
menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama
dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. (Ex:
Terorisme—pembela kebenaran, Pembunuhan—kecelakaan,
Meninggal—mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh,
menghembuskan nafas terakhir).
RETORIS RETORIKA: Gaya yang diungkapkan penulis, apakah
menggunakan kata yang berlebihan (hiperbolik), atau retoris
persuasif, apakah menggunakan pengulangan untuk penegasan
makna (repetisi), apakah kata-kata sepeti sajak (aliterasi),
apakah menggunakan retoris ejekan (ironi), atau menggunakan
majas untuk menggantikan nama yang ada hubungannya dengan
nama yang digantikan (metonimia).
INTERAKSI: Bagaimana pembicara/ penulis menempatkan/
memposisikan dirinya diantara khalayak, apakah memakai gaya
formal, informal atau santai yang menunjukkan kesan
bagaimana ia menampilkan dirinya.
EKSPRESI: Bagaimana ekspresi maksud penulis untuk
membantu menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu
dari teks yang disampaikan. Dalam teks tertulis, ekspresi ini
muncul misalnya dalam bentuk grafis, gambar foto, raster atau
tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang
tidak ingin ditonjolkan.
METAFORA: Apakah ada kiasan, ungkapan, ornamen atau
bumbu dari suatu teks. Metafora dipakai oleh komunikator
secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas
pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.
VISUAL IMAGE: Dalam teks, elemen ini ditampilkan dengan
penggambaran detail bebera hal yang ingin ditonjolkan. (Ex:
Tentang pentingnya peran kelompok tertentu dalam masyarakat,
dan sebagai konsekuensinya, memarginalkan kelompok lain
yang menjadi lawannya, saingannya, atau kelompok yang akan
mengancam eksistensi dan peran kelompok yang menjadi
pilihannya.[]

Anda mungkin juga menyukai