Anda di halaman 1dari 41

TUGAS

PENGANTAR JURNALISTIK

DISUSUN OLEH :

RIZKI

NIM : 1870201068

DOSEN PEMBIMBING :

ALNOFRIZAL, SE., MIkom

YAYASAN PERSADA BUNDA PEKANBARU


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL ILMU POLITIK ( STISIP )
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-nya saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Jurnalistik. Makalah saya yang masih perlu
dikembangkan lagi ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Jurnalistik pada
prodi ilmu komunikasi di Persada Bunda Pekanbaru. Secara umum makalah ini membahas
tentang:

1.Pengantar Jurnalistik.
2.Produk - Produk Jurnalistik.
3.Sifat Produk Jurnalistik.
4.Pers yg Tidak Profesional.
5.Unsur-Unsur Pers.
6.Berita.
7.Jenis Wawancara.
8.Teknik Wawancara.
9.Undang-Undang Pers dan Etika Jurnalistik.
10.Pengertian Jurnalisme Online.
11.Lembaga Penyiaran.
12.Wartawan.
13.Langkah Membuat Artikel.
14.Bias Gender di Media Massa.
15.Kebebasan Pers.
16.9 Elemen Jurnalisme.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak ALNOFRIZAL, SE., M.Ikom sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Jurnalistik. Saya sadar bahwa makalah saya ini masih
belum sempurna dan mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari dosen pengampu untuk dikembangkan suatu hari nanti.

1.PENGERTIAN JURNALISTIK.

Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut kewartawanan dan
persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran
(KBBI).

Journalisme (journalism) diartikan sebagai “the activity or profession of writing for newspapers,
magazines, or news websites or preparing news to be broadcast.” (aktivitas atau profesi
penulisan untuk suratkabar, majalah, atau situs web berita atau menyiapkan berita untuk
disiarkan).

Dalam kamus bahasa Inggris, jurnalistik adalah “The collection and editing of news for
presentation through the media;  writing designed for publication in a newspaper or
magazine” (Merriam Webster).

Kata kunci dalam pengertian jurnalistik adalah berita dan penyebarluasan (publikasi).

Dengan demikian, secara praktis, jurnalistik dapat didefinisikan sebagai berikut:

Jurnalistik adalah pengumpulan bahan berita (peliputan), pelaporan peristiwa (reporting),


penulisan berita (writing), penyuntingan naskah berita (editing), dan penyajian atau
penyebarluasan berita (publishing/broadcasting) melalui media.

Definisi jurnalistik di atas seperti dikemukakan Roland E. Wolseley dalam buku Understanding


Magazines (1969): jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan
penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat
dipercaya untuk diterbitkan pada suratkabar, majalah, dan disiarkan.

Ahli atau akademisi lainnya membuat definisi jurnalistik antara lain sebagai berikut:

– Jurnalistik adalah kepandaian dalam hal mengarang yang tujuan pokoknya adalah untuk
memberikan kabar/ informasi pada masyarakat umum secepat mungkin dan tersiar seluas
mungkin (Adinegoro, Hukum Komunikasi Jurnalistik, 1984).
– Jurnalistik merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis, dan menyebarluaskan
berita dan atau opini melalui media massa (Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Dakwah, 2003).

– Jurnalistik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencatata dan melaporankan serta
menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang dimaksud berkenaan dengan
kegiatan sehari-hari (Astrid Susanto, Komunikasi Massa, 1986)

– Jurnalistik merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita
secepat mungkin dan seluas mungkin kepada khalayak (Djen Amar, Hukum Komunikasi
Jurnalistik, 1984).

–  Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the
news reach the public. Jurnalistik mencakup semua bentuk cara/ kegiatan yang dilakukan hingga
sebuah ulasan/ berita dapat disampaikan kepada publik (Fraser Bond, An introduction to
Journalism, 1961).

– Jurnalistik adalah teknik dalam mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan hingga
menyebarkannya kepada masyarakat secara luas. (Onong U. Effendi, Ilmu, Teoiri dan Filsafat
Komunikasi,1993).

Jurnalistik: Proses, Teknik, Ilmu

Saya biasa mengartikan jurnalistik sebagai proses, teknik, dan ilmu peliputan, penulisan, dan
penyebarluasan informasi aktual (berita) melalui media massa.

 Proses – “aktivitas” peliputan, penulisan, penyebarluasan info aktual melalui media.


 Teknik  – “keahlian” , reporting and writing, keahlian atau keterampilan meliput,
menulis, dan menyajikan berita (skills)
 Ilmu – “bidang kajian”, ilmu komunikasi massa. Jurnalistik adalah kajian tentang
komunikasi melalui media massa.

Jenis-Jenis Jurnalistik

Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik
dibagi menjadi tiga jenis:

 Jurnalistik Cetak (printed journalism) — yaitu proses jurnalistik di media cerak (printed
media) koran/suratkabar, majalah, tabloid.
 Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast
Journalism) — yaitu proses jurnalistik di media radio, televisi, dan film.
 Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan —
yaitu penyebarluasan informasi melalui situs web berita atau portal berita (media internet,
media online, media siber).

Berdasarkan gaya dan topik pemberitaannya, jurnalistik dibagi menjadi banyak jenis:

 Jurnalisme Damai (Peace Journalism)


 Jurnalisme Perang (War Journalism)
 Jurnalisme Pembangunan (Development Journalism)
 Jurnalisme Kuning (Yellow Journalism)
 Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait Journalism)
 Jurnalisme Perang Suci (Crusade Journalism)
 Jurnalisme Warga (Citizen Journalism)
 Jurnalisme Komunitas (Community Journalism)
 Jurnalisme Investigasi (Investigative Journalism)
 Jurnalisme Korporasi (Corporate Journalism)
 Jurnalisme Merek (Brand Journalism)
 Jurnalisme Dakwah, dll.

Pengertian Jurnalis/Wartawan

Pelaku jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan.

KBBI menyebutkan, wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita


untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Wartawan disebut juga juru warta
atau jurnalis.

 Jurnalis/Wartawan adalah orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin (UU


No. 40/1999 tentang Pers)
 Inggris: Journalist, Reporter, Editor, Paper Man, News Man
Kualifikasi Wartawan:

 Menaati Kode Etik (Codes of Conduct)


 Menguasai Bidang Liputan (Beat)
 Menguasai Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Wartawan adalah orang yang bekerja di sebuah media massa dengan melakukan aktivitas
jurnalistik (peliputan dan penulisan berita) secara rutin, menaati kode etik, menguasai tema
liputannya, dan menguasai teknik jurnalistik terutama menulis berita dan wawancara.
Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik adalah etika profesi wartawan. Ciri utama wartawan profesional yaitu
menaati kode etik, sebagaimana halnya dokter, pengacara, dan kaum profesional lain yang
memiliki dan menaati kode etik.

Berikut ini ringkasan kode etik jurnalistik:

1. Independen, akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.


2. Profesional  (tunjukkan identitas; hormati hak privasi; tidak menyuap; berita  faktual dan
jelas sumbernya; tidak plagiat; penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan
untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik).
3. Berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan
asas praduga tak bersalah.
4. Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.
6. Memiliki Hak Tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record”.
7. Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi  SARA.
8. Hormati kehidupan pribadi, kecuali untuk kepentingan publik.
9. Segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru/tidak akurat disertai
dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
10. Layani Hak Jawab dan Hak Koreksi secara proporsional.

9 Elemen Jurnalisme

Kode etik jurnalistik secara secara universal tercantum dalam 9 Elemen Jurnalisme yang
dikemukakan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) dalam  The Elements of Journalism, What
Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers, 2001)
sebagai berikut:

1. Kewajiban pertama adalah pada kebenaran.


2. Kesetiaan (loyalitas) jurnalisme adalah kepada warga (citizens).
3. Disiplin verifikasi.
4. Jurnalis harus tetap independen.
5. Jurnalis bertindak sebagai pemantau.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik, komentar, dan tanggapan dari publik.
7. Membuat hal yang penting itu menjadi menarik dan relevan.
8. Berita yang disajikan komprehensif dan proporsional
9. Mengikuti hati nurani –etika, tanggung jawab moral, dan standar nilai.
Belakangan, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan prinsip kesepuluh: “warga juga
memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal yang berkaitan dengan berita.”

Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Teknik Jurnalistik (Journalism Skills) adalah keahlian atau keterampilan khusus dalam hal
reportase, penulisan dan penyuntingan berita, serta wawasan dan penggunaan bahasa jurnalistik
atau bahasa media.

 Teknik Reportase: Observasi, Wawancara, Studi Literatur. Wartawan harus piawai


wawancara dan mengamati peristiwa. Wartawan juga harus andal dalam riset data atau
studi literatur.
 News Writing. Penulisan berita adalah keterampilan utama wartawan.
 News Reporting (for Radio/TV): News Reading, Spoken Reading, News Script Writing).
Khusus wartawan media elektronik (TV/Radio) harus piawai menyajikan berita (news
presenting) secara langsung (live report) ataupun menjadi presenter berita di studio.
 Editing. Wartawan harus piawai menyunting naskah sebelum dipublikasikan.
 Bahasa  Jurnalistik. Wartawan harus menguasai kaidah bahasa jurnalistik, yakni bahasa
pers atau bahasa media, dengan ciri khas ringkas, lugas, dan mudah dipahami.

Secara praktis, dasar jurnalistik yang wajib dimiliki wartawan adalah keahlian meliput perisiwa,
menulis beritanya, melakukan wawancara, dan menaati kode etik.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik –disebut juga bahasa media, bahasa pers, bahasa koran, atau bahasa
wartawan– adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita dengan
karakteristik singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.

Pakar bahasa Indonesia Jus Badudu menyatakan, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah
dipahami, teratur, dan efektif.

Ringkas: Bahasa jurnalistik itu hemat kata (economy of words), memilih kata dan kalimat
ringkas, karena keterbatasan ruang dan durasi, termasuk menghindari Kata Jenuh dan Kata
Mubazir.

Lugas: menggunakan kata/kalimat denonatif, satu pengertian, tidak ambigu, dan langsung ke


poko masalah (straight to the point) alias tidak bertele-tele.

Produk Jurnalistik: Karya Jurnalistik


Secara garis besar, produk atau karya jurnalistik itu adalah

1. Berita (News)
2. Opini (Views)
3. Feature

Berita adalah laporan peristiwa. Opini adalah tulisan berisi pendapat, penilaian, pemikiran, atau
analisis tentang suatu masalah atau peristiwa.

Feature adalah tulisan yang menggabungkan fakta dan opini atau tulisan khas bergaya penulisan
karya sastra seperti cerpen atau novel.

Foto dan Video masuk dalam produk jurnalistik jika berupa foto jurnalistik dan video jurnalistik.

 Jenis-jenis berita antara lain Hard News, Opinion News, Interpretative News, Etc.
 Jenis-jenis Opini antara lain Artikel, Editorial/Tajuk, Kolom, Karikatur, Pojok, Esai,
Ilmiah Populer)
 Jenis-jenis Feature antara lain Tips, Laporan Perjalanan, Biografi, Profil, Resensi, etc.
News Processing: Proses Produksi Berita

 News Planning
 News Hunting/News Gathering
 News Writing
 News Editing
 Publishing

Proses jurnalistik dalam praktiknya yaitu perencanaan pemberitaan (mis. rapat redaksi),
peliputan peristiwa (termasuk wawancara), penulisan naskah berita, penyuntingan, dan publikasi
melalui media massa.
Manajemen Redaksi

 Pemimpin Redaksi/Chief Editor/Editor in Chief (+ wakil jika diperlukan)


 Redaktur Pelaksana/Managing Editor (+ wakil jika diperlukan)
 Redaktur/Editor/Jabrik (Penanggung Jawab Rubrik)
 Reporter & Fotografer
 Koresponden
 Kontributor (incl. penulis & kolomnis).

Proses pemberitaan masuk dalam manajemen redaksi. SDM dalam manajemen redaksi terdiri
dari pemimpin redaksi hingga kontributor. Semuanya disebut wartawan.
Wartawan ada yang menjabat –secara hierarkis– pemimpin redaksi, wakil pemred, redaktur,
koordinator liputan, reporter, fotografer (wartawan foto), koresponden (wartawan daerah), dan
kontributor, yaitu wartawan lepas yang dibayar per tulisan alias tidak digaji bulanan seperti
koresponden s.d. pemred.

Media Jurnalistik: Jenis-Jenis Media Massa

1. Media Cetak (Printed Media)


2. Media Elektronik (Electronik Media)
3. Media Siber (Cyber Media)

Hasil proses jurnalistik atau karya jurnalistik dipublikasikan melalui media massa yang terbagi
dalam tiga jenis.

Media cetak terdiri dari suratkabar (koran, terbit harian), majalah, dan tabloid.

Media Elektronik terdiri dari radio siaran, televisi, dan film.

Media Siber yaitu media massa di internet –dikenal dengan sebutan media online, situs berita,
portal berita (news portal), website berita, atau media dalam jaringan (media daring).

Pengertian Jurnalistik

Definisi jurnalistik yaitu sebuah proses atau ilmu dalam pengumpulan, penulisan, penyuntingan
dan publikasi berita. Jurnalistik disebut juga dengan kewartawanan.

Jurnalistik berasal dari kata Journal yang artinya catatan harian atau catatan tentang peristiwa
sehari-hari, atau dimaknai juga dengan surat kabar.

Kata Journal bersumber dari bahasa Latin yakni “Diurnalis” yang artinya orang yang melakukan
pekerjaan jurnalistik. Menjadikan secara etimologis jurnalistik yaitu laporan mengenai kejadian
sehari-hari yang sekarang dikenal dengan istilah berita (news). Pengertian sederhana dari
jurnalistik yaitu aktivitas yang berkaitan dengan pencatatan atau melaporkan setiap hari.

Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah definisi jurnalistik menurut ahlinya.


1. Erik Hodgins

Jurnalistik menurut Erik Hodgins adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar,
seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.

2. A.W. Widjaya

Jurnalistik menurut A.W. Widjaya adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara
menyiarkan berita ataupun alasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang
aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.

3. Roland E. Wolseley

Jurnalistik menurut Roland E. Wolseley adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan,


dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat
dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah dan disiarkan di stasiun siaran.

4. Ensiklopedia Indonesia

Jurnalistik menurut Ensiklopedia Indonesia adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian
informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara teratur, dengan menggunakan
sarana-sara penerbitan yang ada.

5. Amar dan Sumadiria

Jurnalistik menurut Amar dan Sumadiria adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan
menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.

6. Onong U. Efendi

Jurnalistik menurut Onong U. Efendi adalah teknik mengeloa berita sejah dari mendapatkan
bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.

7. Summanang

Jurnalistik menurut Summanang adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.

8. Adinegoro

Jurnalistik menurut Adinegoro adalah semacam kepandaian karang mengarang yang pokoknya
memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.

9. M. Ridwan

Jurnalistik menurut M. Ridwan adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita
untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan berkala lainnya.
10. F. Fraser Bond

Jurnalistik menurut F. Fraser Bond adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan
mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.

11. Lesikom Komunikasi

Jurnalistik menurut Lesikom Komunikasi adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis,


menyunting dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah, dan media massa
lainnya misalnya radio dan televisi.

2.Produk-Produk Jurnalistik.

a. Berita (News)
Berita dalam bahasa Inggris disebut news. Dalam The Oxford Paperback Dictionary terbitan Oxford
University Press (1979), news diartikan sebagai “informasi tentang peristiwa-peristiwa terbaru”.
Dalam kamus Merriam Webster’s Collegeiate Dictionary (10th Edition, 1994), mengartikan news
sebagai laporan peristiwa terkini dan informasi yang tidak diketahui sebelumnya.
Kata “berita” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, vrit (artinya ada atau terjadi) atau vritta
(kejadian atau peristiwa). Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, berita adalah “laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Sumber berita adalah fakta dan data sebuah
peristiwa, meliputi apa yang kemudian menjadi rumus berita, 5W + 1H.

Menurut Micthel V. Charnley berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan
mereka. Ia menyebutkan empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah peristiwa sehingga layak
dijadikan berita. Keempat unsur itu menjadi “karekteristik utama” sebuah peristiwa dapat
diberitakan atau dapat dipublikasikan di media massa yaitu, aktual (peristiwa terbaru, terkini,
atau hangat/ up to date), faktual (benar-benar terjadi bukan fiksi), penting, dan menarik
(memunculkan rasa ingin tahu dan minat membaca).

Teknik reportase/ mencari berita (news hunting, news getting, news gathering) adalah salah satu
tahap proses penyusunan naskah berita (news processing), selain proses perencanaan berita,
proses penulisan naskah, dan proses penyuntingan naskah. Meliput berita dilakukan setelah
melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Misalnya, dalam rapat redaksi itu
diputuskan untuk memuat profil seorang artis. Maka segera setelah itu dilakukan wawancara
dengan artis tersebut. Wawancara itulah yang dinamakan news hunting. Ada tiga teknik peliputan
berita, yakni:

a. Reportase, adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan. Wartawan


mendatangi langsung tempat kejadian/peristiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar
peristiwa tersebut.
b. Wawancara, semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan
narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta atau
data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
c. Riset kepustakaan, adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping
Koran, makalah-makalah, atau artikel Koran, membaca buku, atau search di internet.

Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik antara lain:

• Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Ditulis dengan gaya
memaparkan peristiwa tanpa ditambah dengan penjelasan apalagi interpretasi. Sebagian besar
halaman depan suratkabar atau yang menjadi berita utama (headline) merupakan berita jenis ini.
• Depth News: berita mendalam, berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah
muncul, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
• Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari
berbagai sumber.
• Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian wartawan
berdasarkan fakta yang ditemukan.
• Opinion News: berita mengenai pendapat, gagasan, atau pernyataan seseorang, biasaya pendapat
para cendikiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, dan sebagainya.
Penulisannya dimulai dengan (statement Lead) atau teras kutipan (Quotation Lead), yakni
mengedepankan ucapan yang isinya dianggap paling penting atau menarik. Sebagai penanda
bahwa itu berita opini, biasanya pada judul dicantumkan nama narasumber, diikuti titik dua, lalu
kutipan pernyataan atau kesimpulan pernyataan yang paling menarik.

Komposisi tulisan, susunan berita umumnya terdiri dari empat bagian:

1. Headline, kepala berita atau judul berita.


2. Dateline, waktu dan nama tempat berita dibuat atau diperoleh.
3. Lead, teras berita
4. News body, tubuh atau isi berita.

Langkah pertama penulisan berita adalah menentukan lebih dulu sudut pandang “angle” terhadap
peristiwa yang akan dilaporkan. Angle yang dimaksud adalah menentukan fakta mana yang
dinilai paling penting dan menarik, itulah yang akan dikemukakan lebih dulu. Penulisan judul
berita (headline) dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan
persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya. Teras berita (lead) merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Body news, pada bagian ini kita jumpai
semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi dan memperjelas fakta atau data yang
disuguhkan dalam lead tadi, karena itu body sering pula disebut “sisa berita”.

b. Tajuk

Tajukrencana dikenal sebagai induk karangan sebuah media massa. Tajuk merupakan “jatidiri” atau
identitas sebuah media massa. Melalui tajuklah redaksi media tersebut menunjukkan sikap atau
visinya tentang sebuah masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Tajuk yang berupa artikel
pendek dan mirip dengan tulisan kolom ini, biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau redaktur
senior yang mampu menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah aktual.
Sikap, opini, atau pemikiran, yang disuarakan lewat tajuk adalah visi dan penilaian orang, kelompok,
atau organisasi, yang mengelola atau berada dibelakang media tersebut. Adapun jenis tajuk
meliputi empat hal, yakni:

1. Menjelaskan berita, tentunya dengan interpretasi dan sudut pandang subjektif media atau
penulisnya.
2. Mengisi latar belakang, yakni memberikan kaitan suatu berita dengan realitas sosial lainnya atau
informasi tambahan.
3. Meramalkan masa depan, yakni memprediksi apa yang akan dapat te rjadi pada masa mendatang
dengan atau akibat terjadinya suatu peristiwa.
4. Meneruskan suatu penilaian moral, yakni memberikan penilaian dan menyatakan sikap atas suatu
peristiwa.

Tajuk tidak memiliki struktur tertentu. Namun umumnya, strukturnya terdiri atas judul, intro, dan
uraian. Bagian intro mengemukakan aktualitas masalah yang akan dibicarakan, misalnya dengan
mengingatkan pembaca akan berita yang muncul sebelumnya. Setelah itu uraian berisi opini
penulisnya.

c. Feature
Feature secara harfiyah artinya segi, keistimewaan, menampilkan atau menonjolkan. Feature adalah
jenis tulisan di media massa, selain berita dan opini, yang memfokuskan pada segi (angle)
tertentu sebuah peristiwa dan menonjolkannya. Karena itu feature disebut pula “karangan khas”.
Sifat tulisan feature lebih menghibur dan menjelaskan masalah dari pada sekedar menginformasikan
karena feature adalah tulisan yang menuturkan peristiwa disertai penjelasan riwayat terjadinya,
duduk perkaranya, proses pembentukanya, dan cara kerjanya. Ia lebih banyak mengungkap
unsure how dan why sebuah peristiwa sehingga mampu menyentuh ketertarikan manusiawi dan
menggugah perasaan.

Feature dapat berisi hal-hal yang mungkin diabaikan oleh news dan relative tidak akan pernah basi.
Karena itu, penulis feature harus memiliki ketajaman dalam melihat memandang,dan menghayati
suatu peristiwa, ia harus mampu menonjolkan suatu hal yang belum terungkap seutuhnya. Untuk
menyiapkan sebuah feature diperlukan ketekunan dalam mencari bahan yang berbobot dan
mendetail.

Feature merupakan karya jurnalistik aliran jurnalisme baru (new journalism) atau jurnalistik sastra
(literary journalism), yaitu teknik penulisan karya jurnalistik bergaya sastra, menampilkan fakta
secara mendalam dengan menggunakan teknik fiksi atau menggabungkan keterampilan laporan
interpretatif dengan teknik penulisan karya fiksi. Penulisan feature mutlak diperlukan oleh
redaksi media massa cetak, terutama mingguan, dwiminguan, bulanan.
Tulisan feature memiliki sifat-sifat faktual bukan fiksi atau rekaan, menerangkan masalah bukan
melaporkan dengan segera, tahan waktu tidak basi, mengandung segi human interest,
mengandung unsur sastra, menggunakan lead atraktif.
Jenis-jenis feature:
1. Bright, tulisan pendek dengan human interest yang menonjol dari suatu kejadian, biasanya
menggelitik atau mengandung unsur humor.
2. Feature Berita (news feature), feature tentang peristiwa aktual. Biasanya merupakan
pengembangan dari sebuah straight news, dengan membuka informasi latar belakang masalahnya
agar pembaca mendapatkan pemahaman lebih jelas tentang unsur how da why atau duduk
perkara sebuah peristiwa.
3. Feature Artikel , yaitu feature yang berisi tentang pemikiran, gagasan, atau ilmu pengetahuan yang
dikemas secara ringan dan menghibur.
4. Feature Biografi (profile) , yaitu feature tentang pribadi-pribadi menarik, sosok ternama, atau
public figure. Misalnya riwayat hidup pendek seorang tokoh yang meninggal, seseorang yang
berprestasi, atau seseorang yang memiliki keunikan sehingga memiliki nilai berita tinggi.
5. Feature Human Interest, feature yang langsung menyentuh atau membangkitkan keharuan,
kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan lain-lain.
6. Feature Pengalaman Pribadi, cerita yang isinya pengalaman penulisannya yang unik, bernilai
jurnalistik, atau lucu.
7. Feature Perjalanan atau Petualangan, feature yang berupa catatan perjalanan, laporan peristiwa
kunjungan, atau petualangan ke sebuah tempat.
8. Feature Sejarah, feature tentang peristiwa masa lalu, dengan memunculkan tafsir baru sehingga
tetap terasa aktual untuk masa kini.
9. Feature Promosi, feature yang memperkenalkan atau mengekspos suatu produk atau ide baru.
10. Feature Produk Praktis, disebut pula tips, yaitu feature yang mengajarkan keahlian atau teknik
membuat sesuatu.

Struktur Tulisan feature berbeda dengan tulisan berita, komposisi tulisan feature terdiri dari:
1. Head (judul feature)
2. Lead (teras, intro, kalimat pembuka feature)
3. Bridge atau jembatan antara lead dan body, berfungsi sebagai penghubung antara lead dan isi
tulisan.
4. Body (tubuh atau isi tulisan)
5. Ending atau penutup tulisan.

Penulisan judul feature boleh menggunakan judul label (non-kata kerja) sebagaimana halnya judul
artikel atau kolom. Jenis penutup feature:

1. Penutup ringkasan: menyimpulkan cerita atau fakta yang telah diuraikan dengan merujuk kepada
teras.
2. Penutup penyengat: kalimat penutup yang mengagetkan, berupa kesimpulan yang tidak diduga
oleh pembaca.
3. Penutup pertanyaan: dengan mengajukan pertanyaan tanpa jawaban.
4. Penutup klimaks: biasanya dipakai dalam feature yang ditulis secara kronologis, yaitu
mengemukakan akhir cerita.

d. Kartun/ Karikatur

Berdampingan dengan tajuk rencana, biasanya tampil sebuah gambar yang lazim disebut kartun.
Kartun dimaksud adalah gambar lucu yang melukiskan kejadian-kejadian (biasanya politik)
mutakhir dari suatu pemerintahan atau perilaku kebijakan seorang pejabat negara (Hornby,
19961: 57). Dalam gambar tersebut biasanya memuat karikatur, gambar tiruan dari tokoh-tokoh
yang terlibat dalam peristiwa yang dikartunkan itu. Karikatur dibuat untuk melukiskan ucapan,
perilaku atau rupa yang menekankan cirri khas orang atau tokoh yang disindirnya (Echols, 1975:
99), sehingga memancing cemoohan pembacanya (Hornby, 1961: 56).
Dalam era gambar minded banyak pembaca yang merasa kekurangan waktu untuk membaca tajuk,
dan justru sangat gembira serta merasa memperoleh cukup waktu untuk istirahat dengan
menikmati karikatur yang disuguhkan dalam halaman tajuk suratkabar. Dengan demikian
maksud tajuk pun mudah dipahami.
e. Resensi

Istilah resensi itu sendiri diartikan Echols (1975: 484) dengan menggunakan istilah review, sebagai
tinjauan terhadap karya seni dan sastra. Resensi diartikan Hornby (1952: 363) sebagai laporan
tertulis tentang isi buku yang diterbitkan atau dipublikasikan paling akhir, untuk suatu terbita
berkala. Laporan yang dimaksud berupa penilaian terhadap semua aspek yang ada di dalamnya.
Penulis resensi sering dijuluki pengkritik (kritikus). Karena kritik sejati dalam penilaian
jurnalistik, berbeda dibanding kritik pada umumnya. Sifat khas dari kritik jurnalistik harus
berbeda, harus berwarna seni tersendiri, yakni menyatakan suatu perasaan kreatif dan
komunikatif yang nantinya ditujukan kepada khalayak yang menaruh perhatian pada sastra,
music, dan drama, serta tetap berhubungan dengan kebiasaan mengkritik sebagai mana halnya.
Macam-macam resensi:

• Resensi atau Timbangan Buku, resensi yang biasa dilakukan terhadap buku, dipakai istilah
timbangan dalam arti menimbang-nimbang isi buku itu. Setiap suratkabar menganggap buku
baru sebagai berita, karena itu resensi buku yang baik merupakan informasi yang pertama dan
penting.
• Resensi Suatu Pagelaran, penulis resensi pagelaran pada dasarnya seorang reporter. Disajikan
dalam suratkabar ditujukan untuk penonton khususnya dan pembaca suratkabar umumnya.
• Resensi Musik.
• Resensi Film

f. Opini/ Artikel

Artikel (article) adalah karya jurnalistik berupa tulisan yang berisi pendapat (opini), gagasan (ide),
pemikiran serta fakta. Posisinya dalam karya jurnalistik masuk dalam kategori views (pandangan
atau opini). Sifat-sifat artikel dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktual. Artikel adalah tulisan nonfiksi atau berdasarkan fakta dan data.
2. Berisi Gagasan dan Fakta. Artikel berisikan pendapat yang dilengkapi fakta peristiwa atau
masalah.
3. Meyakinkan. Sebuah artikel dapat menjadi sarana penulisnya guna meyakinkan orang lain
(pembaca) akan pentingnya suatu masalah dipikirkan atau disikapi. Dengan kata lain, artikel bisa
menjadi agendasetter dan membentuk opini publik.
4. Mendidik. Artikel umunya mendidik dan mengajarkan sesuatu agar pembaca melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.
5. Memecahkan masalah. Artikel membahas suatu masalah yang disertai alternatif pemecahannya
atau solusi.
6. Menghibur. Sebuah artikel bisa juga menghibur pembacanya dengan mengangkat tema yang
ringan dan lucu.
Sebetulnya tulisan artikel tidak punya struktur, penulis bebas menuangkan masalah yang sedang
dibahas, lalu menyambungnya dengan pendirian subjektif. Namun umumnya komposisi sebuah
artikel terdiri dari:

1. Judul (head).
2. Nama penulis (by line).
3. Pendahuluan (intro). Semacam teras (lead) dalam berita atau feature.
4. Penghubung intro dengan isi tulisan, berupa identifikasi masalah.
5. Isi tulisan atau uraian (body) yang biasanya terdiri atas sub-subjudul.
6. Penutup (ending). Biasanya berupa kesimpulan, ajakan berbuat sesuatu atau pertanyaan tanpa
jawaban.

– Menggali ide, merupakan tahap awal atau pembuka untuk menulis artikel.
– Menguji ide, anda harus menguji ide tersebut, misalnya dengan menimbang, aktualkah ide
tersebut? Bergunakah ide tersebut bagi publik? Pernahkah ditulis oleh orang lain? Dan lain-lain.
– Mengumpulkan referensi, referensi (buku-buku, tulisan-tulisan, atau kliping Koran) yang dapat
mendukung pengembangan ide tersebut menjadi sebuah tulisan (artikel).
– Memulai menulis, bagi pemula ketika mulai menulis jangan pikirkan harus langsung membuat
tulisan bagus. Langsung saja tuliskan apa yang ada dipikiran dengan gaya bebas. Seperti kata
James G. Robbins dan Barbara S. Jones “janganlah terkejut atau kecewa jika anda gagal untuk
mempertunjukan atau menghasilkan kualitas yang tinggi dalam tulisan pertama anda, pokoknya
teruslah memulainya”.
– Menulis intro atau pembuka artikel yang termudah adalah dengan mengutip berita dikoran,
mengemukakan pepatah, atau ungkapan lalau dirangkaikan dengan identifikasi masalah yang
akan dibahas dalam tulisan tersebut.

Artikel layak muat (fit to print) umumnya bertema aktual, mengandung hal baru dari segi pemikira
atau gagasan, dan menyangkut kepentingan sebagian besar pembaca. Data teknis artikel, artikel
yang akan dikirim hendaknya:

• Diketik rapi dua spasi diatas kertas putih.


• Judul artikel dicantumkan ditengah-tengah bagian paling atas halaman pertama, dengan nama
penulis dibawahnya, dan pada akhir tulisan disebutkan identitas penulis.
• Bahasanya mudah dimengerti, ejaannya benar dan enak dibaca sesuai dengan kaidah EYD.
• Pembahasan temanya sistematis.
• Menyertakan sampul surat plus perangko balasan dengan alamat yang sudah ditulis sendiri untuk
memudahkan redaksi media tersebut mengembalikan naskah jika tidak layak muat.

Seorang penulis artikel harus memegang teguh etika kepenulisan tentang “artikel ganda” dan “artikel
duplikat”. Artinya tidak mengirimkan artikel yang sama kepada dua atau lebih redaksi media
massa, juga tidaak melakukan duplikasi terhadap artikel orang lain. Jika salah satu dari hal itu
terjadi atau dua-duanya maka dapat dipastikan penulis aka masuk ke dalam daftar hitam (black
list) redaksi media massa.

g. Surat Pembaca

opini singkat yang ditulis pembaca dan dimuat khusus pada rubrik khusus surat pembaca. Biasanya
berisi komentar atau keluhan pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan dirinya
dan kepentingan masyarakat. Panjang surat pembaca rata – rata 2-4 paragraf. Rubrik surat
pembaca lebih merupakan layanan publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat.

h. Pojok
Pojok adalah kutipan pernyataan singkat nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik
atau kontrovesial, untuk kemudian dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata – kata atau
kalimat yang mengusik, menggelitik, dan ada kalanya reflektif. Tujuannya untuk “mencubit”,
mengingatkan, menggugat. Kritis tetapi tetap etis. Sesuai dengan namanya, pojok ditempatkan
dipojok. Dalam setiap edisi penerbitan, pojok memuat tiga sampai lima kutipan pernyataan atau
peristiwa menarik untuk dikomentari.

Ciri-ciri rubrik pojok:

A. Pojok berisi dua alenia.


B. Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalem alinea kedua, biasanya terangkai
dalam kalmiat-kalimat pendek.
C. Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan dalam kalimat -kalimat yang
bersifat sinis dan humoris. (Suhendara, 1989: 38).

A. Foto
Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom di dalam buku Audy
Mirza Alwi halaman 4 adalah panduan kata words dan picture. Sementara menurut Editor foto
majalah Life dari 1937-1950,Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan
satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial
pembacanya.

Jenis-jenis foto jurnalistik

• Spot Photo
Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil
oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian. Misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran,
perkelahian, dan perang.

• General News Photo


Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya bias
bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor.

• People in the News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau
sosok orang yang menjadi berita itu. Bias kelucuannya, nasib, dan sebagainya.

• Daily Life Photo


Adalah foto tentang kehidupan sehari – hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya (human
interest). Misalnya, foto tentang pedagang gitar.

• Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena
adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya. 8

• Sport Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu
anatara atlet dengan penonton dan fotografer., dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan
perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan
motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga.

• Science and Technology photo


Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

• Art and culture photo


Adalah yang dibuat dari peristiwa seni budaya.
• Social and environment
Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Syarat foto jurnalistik


Syarat foto jurnalistik, setelah mengandung berita dan secara fotografi, bagus (fotografis), syarat lain
lebih kepada, foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya
maupun penyiarannya.

3.UNSUR-UNSUR PERS.
1) social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)

2) social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat)

3) social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)

4) social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)

4.BERITA.
Berita adalah sebuah laporan tentang peristiwa terbaru dan penting yang harus disampaikan
kepada masyarakat secara cepat. Dalam penyajian sebuah berita dapat menggunakan media
seperti surat kabar, televisi, radio dan media online.

Berita juga mempunyai arti lain yaitu sebuah informasi berdasarkan fakta mengenai kejadian
yang sedang berlangsung. Selain itu berita juga dapat dikatakan sebagai sebuah laporan
keterangan dari sebuah peristiwa. Berita merupakan sebuah fakta yang harus segera disampaikan
kepada masyarakat.

Akan tetapi tidak semua fakta tersebut harus disampaikan kepada masyarakat, fakta-fakta
tersebut harus dipilih terlebih dahulu, sehingga nantinya fakta tersebut pantas untuk
disampaikan kepada masyarakat.

5.JENIS WAWANCARA.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

Wawancara bebas

Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika
tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Wawancara terpimpin

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.

Wawancara bebas terpimpin

Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan


wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman
tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku
sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap
yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang
diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden,
baik yang menyenangkan atau tidak.

Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.

Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.

Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai
responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan
pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara
harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

Jenis-jenis wawancara

1).Wawancara serta merta

Wawancara serta merta adalah wawancara yang dilakkan dalam situasi yang alamiah. Prosesnya
terjadi seperti obrolan biasa tampa pertanyaan panduan.

2). Wawancara dengan petunjuk umum

Wawancara dengan petunjuk umum adalah wawancara dengan berpedoman pada pokok-pokok
atau kerangka permasalahan yang sudah dibuat terlebih dahulu.

3). wawancara berdasarkan pertanyaan yang sudah dibakukan. dalam hal ini pewawancara
mengajukan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan atau dibakukan.

Tahap Tahap Wawancara

1). Tahap Persiapan

a. Menentukan maksud atau tujuan wawancara (topik wawancara).

b. Menentukan informasi yang akan di kumpulkan atau didata.

c. Menentukan dan menghubungi nara sumber.

d. Menyusun daftar pertanyaan.

2). Tahap Pelaksanaan

a. Mengucap salam

b. Memperkenalkan diri.

c. Mengutarakan maksud dan tujuan wawancara.


d. Menyampaikan pertanyaan dengan teratur.

e. Mencatat dan merekam pokok-pokok wawancara.

f. Mengahiri dengan salam dan meminta kesediaan narasumber untuk dapat dihubungi kembali
jika ada yang perlu dikomfirmasi atau dilengkapi.

3). Tahap Penyusunan Hasil Wawancara. laporan wawancara terdiri dari bagian bagian sebagai
berikut.

a. Tema atau topik wawancara.

b. Tujuan atau maksud dari wawancara.

c. Identitas narasumber.

d. Ringkasan isi wawancara.Isi wawancara dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk
narasi.

Beberapa Hal Yang Harus Dihindari Ketika Proses Wawancara Berlangsung

a. Menyampaikan pertanyaan yang sudah umum atau pasti jawabannya.

b. Menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama dengan pertanyaan sebelumnya.

c. Meminta narasumber untuk mengulang-ulang jawabannya.

d. Memotong pembicaraan narasumber.

e. Bersikap lebih pandai dari narasumber.

6.TEKNIK WAWANCARA.

Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data,sedangkan pengumpulan data antara
lain ada 3,yaitu:
Metode pengmatan secara langsung

Metode dengan menggunakana pertanyaan(wawancara)

Metode khusus

Dalam pembagian diatas,dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si pengambil data langsung
atau tidak langsung bergaul sampai dengan subjek penelitian

Perbedaan wawancara dengan dengan percakapan sehari-hari:

Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal

Responden selalu menjawab pertanyaan

Pewawancara selalu bertanya

Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban tetapi harus selalu bersikap
netral

Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumya pertanyaan
panduan ini dinamakan interview guide

Wawancara merupakan proses interakasi anatara pewawancara dan responden.walaupaun bagi


pewawancara proses tersebuta adalah satu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian,tetapi
belum tentu bagi responden ,wawancara adalah langkah dalam penelitian,tetapi belum tentu bagi
responden,wawancar adalah bagian dari penelitian.

andaikata pewawancara dan responden menganngap bahwa wawancara adalah bagian dari
penelitian,tetapi sukses tidakanya pelaksanaan wawancara bergantung sekali dari proses interaksi
yang terjadi.Suatu hal yang piling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan
pengertian(insight)

Masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsi(subliminal cues) sukar dikenali karena
antara pewawancara dan responden belum saling mengenal.Karena itu pewawancara sedapat
mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam interaksi,antara lain:

1.Siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tertentu

2.Memcoba membawa isyarat tersebut ke batas yang diberi makna


6.UNDANG-UNDANG PERS DAN ETIKA JURNALISTIK.
Dalam Undang-undang Pers terdapat pengertian pers, perusahaan pers dan wartawan.[1] Pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam
bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, media siber dan segala jenis
saluran yang tersedia.[2] Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor
berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau
menyalurkan informasi. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan
jurnalistik.

Undang-undang Pers mengandung 10 bab dan 21 pasal.[1] Bab dan pasal tersebut berisi aturan
dan ketentuan tentang pembredelan, penyensoran, asas, fungsi, hak dan kewajiban perusahaan
pers, hak-hak wartawan, juga tentang Dewan Pers.Dewan Pers adalah lembaga negara yang
mengatur dan bertanggungjawab atas kegiatan jurnalistik di Indonesia. Dalam Undang-undang
Pers juga disebutkan bahwa subjek dan objek jurnalistik di Indonesia memiliki tiga keistimewaan
hak, yakni Hak tolak, Hak jawab, dan Hak koreksi. Ketiga hak tersebut juga telah diatur dalam
Kode etik jurnalistik Indonesia.

7.ETIKA JURNALISTIK.
Kode Etik adalah panduan seseorang dalam melakukan suatu profesi. Dalam melakukan
tugasnya, jurnalis juga mempunyai kode etik tersendiri agar tidak menyalahgunakan profesinya.

Kode Etik Jurnalistik (KEJ) ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor:
6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-
DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers.

8.PENGERTIAN JURNALISME ONLINE.


Jurnalisme online adalah praktek jurnalitik yang menggunakan channel internet. Jurnalisme
online bisa jadi dilaksanakan oleh jurnalis profesional yang bekerja di sebuah situs berita formal
dan bisa juga di lakukan oleh jurnalis warga yang menulis di blognya (hasfi,N 2010 :2).
Sedangkan menurut Pavlik J (dalam Aryani,2011 : 27) Jurnalisme online ialah jurnalisme yang
mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik: kemampuan-kemampuan multimedia
berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif , komunikasi-komunikasi online, dan
fitur-fitur yang ditatanya.

Jurnalistik Online adalah jurnalisme “generasi ketiga” setelah jurnalistik cetak (print
journalism) –suratkabar, tabloid, majalah– dan jurnalistik elektronik (electronic journalism,
broadcast journalism) –jurnalistik radio dan televisi.

Jurnalisme Online adalah “jurnalistik masa depan” (future journalism) yang terus
berkembang seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Jurnalistik era internet ini bakan sudah “beranak” dengan melahirkan “cabang” berupa:

“Jurnalisme blog” (Blog journalism)


“Jurnalistik mobil” (Mobile journalism)
“Jurnalisme twitter” (Twitter journalism)
Jurnalistik Online juga menumbuhkembangkan konsep “Jurnalisme Warga” (Citizen
Journalism) yang diperkokoh dengan perkembangan media sosial (social media) seperti
Facebook, Twitter, dan Youtube.

9.LEMBAGA PENYIARAN.

Istilan penyiaran menurut pasal 1 butir 1 UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran


adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, laut, atau antariksa dengan menggunakan spektrum radio melalui
udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Kegiatan penyiaran menurut pasal 13 UU No 32 tahun 2002 meliputi dua bagian
yaitu penyiaran radio dan penyiaran televisi, dan jasa penyiaran, sebagaimana yang
dimaksud diselenggarakan oleh: (1) Lembaga Penyiaran Publik (LPP); (2) Lembaga
Penyiaran Swasta (LPS); (3) Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK); dan (4) Lembaga
Penyiaran Berlangganan (LPB). Stasiun penyiaran komersial yaitu Lembaga Penyiaran
Swasta dan Lembaga Penyiaran Berlangganan, sedangkan stasiun penyiaran non
komersial yaitu Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Pada
pendirian stasiun penyiaran diperlukan perencanaan yang matang seperti penentuan
stasiun penyiaran baik radio atau pun televisi, jenis stasiun penyiaran, dan jangkauan
siaran. Ketiga syarat ini perlu menjadi pertimbangan sebelum mendirikan sebuah stasiun
penyiaran.
Menurut UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran bahwa Jenis Jasa Penyiaran,
meliputi: Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran
Komunitas, dan Lembaga Penyiaran Berlanggan
A. Lembaga Penyiaran Publik (LPP)
Lembaga Penyiaran Publik adalah:
Menurut UU No 32 tahun 2002 (Pasal 14, butir 1) Lembaga Penyiaran
Publik (LPP) adalah Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang
didirikan oleh negara bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi
memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.
Menurut Peraturan Menkominfo No 42 tahun 2009 Lembaga Penyiaran
Publik (LPP) adalah lembaga penyiaran yang berbadan hukum yang didirikan
oleh Negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi
memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Lembaga Penyiaran Publik
terdiri atas Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI)

10.WARTAWAN.
Wartawan atau jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik atau
orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimua di
media massa secara teratur.

Pengertian wartawan lainnya adalah orang yang bekerja mencari, mengumpulkan, memilih,
mengolah berita dan menyajikan secepatnya kepada masyarakat luas melalui media massa, baik
media cetak ataupun elektronik. Yang mana disebut wartawan adalah meliputi reporter, editor,
juru kamera berita, juru foto berita, redaktur dan editor audio visual.

UU No. 40 Tahun 1999: Wartawan adalah oranga yang teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik
(Pasal 1 ayat 4)
Tugas Wartawan

Dalam buku Blur: How to Knoe What’s True in The Age of Information Overload karya Bill
Kovach dan Tom Rosenstiel tugas dari seorang wartawan adalah sebagai berikut:

Authenticator

Adalah masyarakat membutuhkan wartawan yang dapat memeriksa keauntentikan suatu berita
atau informasi.

Sense Maker

Adalah wartawan dapat menerangkan apakah informasi masuk akal atau tidak.

Investigator

Adalah wartawan harus terus mengawasi kekuasan dan membongkar kejahatan

Withness Bearer

Adalah harus meneliti dan memantau kejadian-kejadian tertentu dan dapat bekerja sama dengan
reporter.

Empowerer

Adalah saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan
percakapan yang terus menerus pada keduanya.

Smart Aggregator

Seorang wartawan harus cerdas berbagi sumber berita yang dapat dihandalkan, laporan yang
mencerahkan bukan hanya hasil karya wartawan itu sendiri.

Organizer

Yaitu organisasi berita, baik yang sudah lama atau baru.

Role Model

Yaitu tidak hanya berkarya dan menghasilkan karya, tetapi juga tingkah laku wartawan masuk
dalam ranah publik harus dijadikan contoh.

11.LANGKAH MEMBUAT ARTIKEL.


Cara Membuat Artikel
1. Memilih topik
Saat ini di internet sudah banyak artikel tentang bagaimana cara menulis oleh orang yang tidak
benar-benar mengerti bagaimana cara menulis artikel dengan baik dan memenuhi syarat. Maka
pilihlah topik yang cukup menarik perhatian Anda sebagai fokus utama yang dapat dijabarkan
dalam beberapa judul topik artikel. Anda juga dapat memilih artikel yang Anda kuasai dan
nyaman untuk dibahas. Namun, Anda tetap harus membuat artikel tersebut unik. Contohnya,
dibandingkan Anda menuliskan bagaimana caranya mendekorasi rumah, bisa saja Anda menulis
bagaimana cara menghias rumah dengan gaya country dan menggunakan budget kecil.

Kemudian Anda dapat menuliskan draft kasar tentang apa yang Anda pikirkan sesuai dengan
topik yang akan dibahas. Tetaplah santai, hindari hal-hal yang terlalu analistis, dan nikmati
bagaimana Anda melakukan proses menulis untuk berbagi apa yang Anda ketahui. Setelah
selesai, Anda akan memiliki plot artikel yang akan Anda tulis.

Atau mungkin Anda dapat melakukan brainstorming topik seperti :

“Keterampilan apa yang saya miliki?”


“Apakah saya sudah melakukan sesuatu yang belum banyak orang lain ketahui?”
“Apa yang akan saya terima nantinya”
Petakan kebutuhan pembaca
Artikel yang dibuat bisa panjang, pendek, lucu, serius, umum, atau spesifik sesuai dengan topik.
Semua tergantung bagaimana Anda menuliskan topik tersebut. Coba bayangkan jika Anda adalah
pembaca artikel yang akan dibuat, kemudian pilihlah tiga kata yang menggambarkan pembaca
yang ingin Anda targetkan misalnya professional, pria lajang, menikah, dan lain-lain. Sebagai
seorang pembaca, pertanyaan apa yang belum dijawab dari topik yang telah ditentukan tersebut?

Anda juga harus menyesuaikan artikel yang Anda buat untuk jenis pembaca tertentu. Intinya
lebih spesifik. Ubah gaya tulisan Anda sesuai dengan target pembaca. Contohnya adalah sebuah
artikel tentang ilmiah, anak-anak muda biasanya akan enggan membaca artikel yang panjang.
Maka buatlah artikel dengan singkat dan jelas langsung ke intinya.

2. Lakukan penelitian
Sebagai seorang peneliti, Anda dapat melakukan penelitian atas topik yang akan Anda bahas
dalam artikel. Hasil penelitian yang dapat Anda masukkan dalam artikel seperti :

Statistik
Kutipan orang yang terkenal
Penjelasan singkat
Anekdot (cerita pendek dan ilustratif)
Kutipan atau contoh dari pembaca atau buku populer
Referensi media lain (film, televisi, radio)
Produk, alat, dan sumber daya yang bermanfaat
Referensi ke tempat lokal (jika berhubungan dengan lokasi)
Kumpulkan sumber-sumber penelitian yang Anda temukan tadi dan masukkan ke dalam satu
folder sesuai dengan tema yang akan dibahas. Jangan lupa untuk mencantumkan link sumber
tersebut untuk dimasukkan ke dalam bagian rujukan artikel. Anda dapat menggabungkan hasil
riset yang ditemukan menjadi kesatuan artikel yang baru.

3. Perketat draf Anda


Cara membuat artikel yang baik, seorang penulis harus tetap menjaga pembacanya. Hal ini
menyebabkan para penulis harus memperketat draf mereka dengan menyertakan informasi
penduduk baru yang dikumpulkan. Terkadang apa yang telah dilakukan pada bagian kedua dan
ketiga memaksa Anda untuk memulai kebali draf yang baru atau membuat Anda merevisi apa
yang sudah Anda lalui untuk melanjutkan dan mempertahankan hasi artikel sesuai dengan target
pembaca.

Saat membaca artikel, coba berikan pertanyaan pada diri sendiri seperti “Apakah ini akan
berhasil?” “Apa artikelnya terlalu umum?” “Apa terlalu ringan isi bacannya?” dan sebagainya.
Jika menurut Anda masih ada beberapa hal yang kurang, Anda dapat menggali teknik menulis
dari beberapa penulis atau artikel favorit Anda. Ini dapat membuat Anda mengetahui teknik
seperti apa yang mereka miliki saat menulis artikel dan dapat Anda tiru.

4. Buat lebih spesifik


Saat membuat artikel, Anda perlu membuat susunan yang relevan. Artikel harus terlihat
menyeluruh. Tentunya Anda ingin pembaca artikel meninggalkan bacaan mereka dengan
pengetahuan atau informasi yang baru.

Namun, jika tulisan Anda terlalu panjang dengan fokus ke berbagai arah maka tujuan tadi tidak
akan berjalan. Jika Anda ingin membuat banyak fokus pada topik yang dikerjakan, maka Anda
dapat membuat subjudul atau poin-poin sederhana seperti artikel ini. Memecah tulisan menjadi
seperti ini adalah cara yang tepat untuk membahas informasi atau topik yang rumit.

5. Berikan judul yang jelas


Sebagai penulis, Anda ingin memberi tahu pembaca tentang artikel yang Anda tulis. Pembaca
memiliki aktivitas mereka sendiri, maka terkadang mereka hanya memilih membaca artikel yang
memiliki judul unik. Maka cara membuat artikel yang dibaca oleh orang lain, Anda dapat
membuat judul yang unik dan merangkum inti dari artikel yang ditulis. Cara membuat judul yang
barus harus :

Berikan secara jelas apa yang ada dalam artikel.


Tata bahasa yang baik
Sampaikan inti dari isi artikel dalam sedikit kata
Hindari jargon yang rumit
6. Tulis pengantar artikel
Penulisan pengantar pada artikel yang Anda buat membuat pembaca dapat memastikan isi artikel
apakah sesuai dengan kebutuhan mereka. Pembaca Anda akan mencari tujuan dari artikel yang
akan dibaca. Maka cobalah untuk membuat satu paragraph pengantar yang memberikan
informasi tentang latar belakang dan tujuan artikel.

Salah satu cara yang biasa dipakai penulis untuk menarik rasa penasaran pembaca adalah dengan
menyelipkan kalimat tanya di awal artikel seperti “Pernahkah Anda bertanya bagaimana cara
menuliskan pengantar artikel yang baik?”. Ini juga baik sebagai transisi ke artikel inti.

7. Tambahkan foto penunjang


Memberikan gambaran pada artikel yang sesuai dengan topik akan membuat artikel Anda
semakin menarik. Banyak artikel saat ini yang menggunakan visual untuk memperjelas konsep
tertentu. Sebuah artikel tentang membuat sebuah benda maka akan memberikan gambaran
bagaimana susunan membuat benda tersebut yang diikuti dengan deskripsi teks sebagai
penunjang.

Jika Anda adalah seseorang yang suka memotret atau pandai menggambar maka akan bagus jika
mengambil gambar dari keahlian Anda tersebut. Jika tidak bisa melakukan keduanya Anda
mungkin dapat menambah ilustrasi visual dari mesin pencarian dari google namun tetap
memberikan sumber yang jelas atau Anda dapat meminta tolong rekan yang memiliki
kemampuan tersebut.

8. Baca dan lakukan revisi


Baca draf artikel yang Anda tulis kepada rekan atau teman Anda. Kemudian tanyakan padanya
mereka apa yang kurang dari artikel yang Anda buat. Dengan mempertimbangkan saran dari
teman atau rekan Anda, dapat menjadi acuan sendiri bagi diri Anda dalam menuliskan artikel
yang baik. Anda juga dapat melihat daftar singkat ini untuk membantu mengurangi kesalahan
yang Anda mungkin alami saat menulis :

Apakah tulisan artikel sudah cukup mendeskripsikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca
usai menyelesaikan bacaan mereka?
Apakah Anda memasukkan semua informasi yang penting?
Apakah urutannya masuk akal?
Apakah Anda menggunakan kata-kata yang menunjukkan urutan seperti : pertama, selanjutnya,
atau lalu?
Menulis, membaca, kemudian melakukan revisi dapat dilakukan beberapa kali hingga Anda
merasa tulisan yang Anda buat sudah cukup informatif.

12.BIAS GENDER DI MEDIA MASSA.


Di balik suatu produk media massa, terdapat kekuatan-kekuatan politik dan sosial yang
turut berkontribusi terhadap bagaimana suatu fakta digagas menjadi suatu tayangan
berita/tulisan, berikut kemungkinan-kemungkinan adanya intervensi atau berbagai
tekanan dari eksternal media massa itu sendiri. Dalam perspektif konstruktivisme, relasi
perempuan dan laki-laki berada pada satu posisi yang mendukung nilai atau norma yang telah
ada di masyarakat. Dalam konteks demikian, media massa justru bisa menjadi subjek yang
mengonstruksi realitas penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan kepada
khalayak. Media massa secara tidak langsung berperan dalam mendefinisikan realitas bias
gender dalam masyarakat. Media massa memang bukan yang melahirkan ketidaksetaraan
gender, namun media massa dapat memperkokoh, melestarikan, bahkan memperburuk
ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat.Perempuan dan media massa, dua aspek
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hampir tidak ada satu jenis media massa pun
saat ini yang tak mengangkat sosok perempuan dalam pemberitaannya. Dunia perempuan
saat ini, memang telah mengalami perubahan yang luar biasa. Tetapi isu-isu kesetaraan dan relasi
gender masih terus menghiasi wacana media massa hingga detik ini.

Berbagai wacana media massa masih menunjukkan, keberadaan perempuan dalam


media massa masih saja belum seperti yang diharapkan kaum perempuan.Hak Asasi
Perempuan, yaitu hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia seorang
manusia maupun sebagai seorang perempuan (Konvensi CEDAW). Dalam khasanah
hukum hak asasi manusia di Indonesia pengaturannya dapat ditemui di dalam UUD 1945, KUH
Pidana, KUH Perdata, UU No. 1 Tahun 1974 tetntang Perkawinan, UU Peradilan HAM dan
berbagai peraturan lainnya. Penegakkannya dilakukan oleh institusi negara dan para
penegak hukum. Salah satu sumber utama adalah UU No. 7 Tahun 1984 tentang ratifikasi
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) atau
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. UU tersebut secara
jelas mengadopsi Konvensi CEDAW. Dengan demikian, Indonesia mempunyai konsekuensi
mengakui dalam hukum dan dalam kehidupan sehari-hari prinsip kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, untuk menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Dekade Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Wanita (The United Nations Decades for Women),
yang digelar sejak 1975, (Patricia A. Made sebagaimana dikutip Ibrahim, 2007),
memfokuskan pada media massa sebagai institusi kunci dalam meningkatkan kesetaraan
dan pembangunan wanita, dan pada Platform Beijing untuk Aksi (Beijing Platform for Action,
1995), media massa dimasukkan sebagai salah satu wilayah perhatian yang penting (Critical
Areas of Concern). Namun selama masa yang panjang itu, media massa diharapkan
meliput isu-isu dan kesetaraan gender, tanpa langkah nyata yang diambil untuk
“melahirkan” (engender) media massa tersebut. Baik aktivitas media massa maupun
aktivis gender dinilai gagal dalam mengaitkan demokrasi kebebasan ekspresi,
pemerintahan dan isu-isu gender yang adil bagi kandungan editorial media massa. Prioritas
yang diberikan lebih banyak pada pola-pola pekerjaan perempuan dan laki-laki, khususnya
dalam manajemen media massa, ketimbang pada pengaruh bias gender pada
pengumpulan berita dan proses-proses media massa lainnya.Media massa yang sering disebut
juga sebagai agen budaya, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat.
Konsumsi media massa pada masyarakat saat ini dalam jumlah dan intensitas yang cukup
tinggi, dimungkinkan dapat menimbulkan interaksi antara media massa – masyarakat yang
dapat menghasilkan dampak yang cukup signifikan. Posisi 42Observasi | Vol. 10, No.1|
Tahun 2012

Topik UtamaKonstruktivisme Bias Gender Dalam Media Massamedia massa menjadi sentral,
ketika dalam masyarakat yang anggotanya sudah semakin kurang dalam berinteraksi secara
langsung satu sama lain, seringkali media massa mengisi ketiadaan ruang waktu seorang ibu
untuk anaknya karena harus bekerja di tempat lain; mengisi kesunyian malam seseorang yang
sedang kesepian karena dipisahkan dari keluarganya yang berada jauh di tempat lain;
mendapatkan kesenangan/ hiburan dengan tayangan musik, film, sinetron; mendapatkan
berbagai informasi, dan seterusnya.Budaya media massa menurut Douglas Kellner
(Hariyanto,2009), menunjuk pada suatu keadaan yang tampilan audio visual atau
tontonan-tontonannya telah membantu merangkai kehidupan sehari-hari mendominasi
proyek-proyek hiburan, membentuk opini politik dan perilaku sosial, bahkan memberikan
suplai materi untuk membentuk identitas seseorang.Media massa adalah salah satu
instrumen yang turut memegang andil cukup besar dalam membentuk konstruksi gender
pada masyarakat. Media massa memiliki karakteristik dengan jangkauan yang luas,
sehingga cukup efektif dalam menyebarkan konstruksi gender kepada masyarakat.

Namun saat khalayak media massa dan industri media massa merasakan pengaruh dari
perjuangan kesetaraan gender ini, wacana media massa melebar hingga ke pencitraan dan
peran perempuan dalam berbagai sektor publik. Di bagian ini pula, kita melihat
ketidaksetaraan dan keterpinggiran dalam realitas media massa dan realitas kehidupan
berjalan bersamaan. Produksi dan pencitraan media massa lebih mengarah pada dominasi
laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih sering ditampilkan sebagai sosok
pemimpin, kuat, berkuasa, mandiri sementara perempuan sebaliknya sebagai sosok lemah,
penuh ketergantungan. Penggambaran laki-laki di media massa – baik media massa cetak
maupun media massa elektronik – tidak banyak menyimpang dari gagasan patriarki
tradisional tentang laki-laki. Media massa telah merefleksi dan mereproduksi rangkaian
stereotip sejalan dengan perubahan gender itu sendiri. Media massa telah mencitrakan
perempuan dan laki-laki dari sudut pandang tertentu.

Kecenderungan pemberitaan media massa yang bias gender, sudah berlangsung lama. Secara
historis, media massa telah melakukan representasi perempuan dan laki-laki secara stereotip.
Media massa tidak hanya telah menebarkan ide-ide ketimpangan gender dengan ideologi
tertentu dalam ruang publik tetapi juga secara perlahan telah mengonstruksi faham gender
itu sendiri dalam sistem budaya patriarkis.

Julia T. Wood(Ibrahim, 2007) menyimpulkan, tiga akibat dari representasi media massa
tentang gender: pertama, media massa memupuk ideal-ideal gender yang tak realistis tentang
perempuan dan laki-laki; kedua, media massa mendorong kita untuk mempatologisasikan fungsi
dan tubuh manusia yang normal; dan ketiga, media massa menormalisasikan maskulinitas
dan feminitas dengan cara-cara demikian, ia membatasi kita dan kemungkinan kita sebagai
manusia. Upaya memahami pesan-pesan gender yang secara terang-terangan atau
tersamar di media massa bisa memberdayakan kita menjadi lebih kritis terhadap apa yang
kita dengar dan lihat dan meningkatkan suara kita dalam melawan pesan-pesan media massa
yang kita lihat berbahaya.

13.POLITIK.

Proses kerja kewartawanan tidak lagi bersandar pada prosedur kerja standar,
tetapi lebih didasarkan pada usaha untuk membuat berita yang
menghasilkan uang bagi lembaga media.
Beberapa kajian mendukung pernyataan tersebut. Sebagai contotu
berdasarkan analisa yang dilakukan Media Monitoring LSPP |akarta
terhadap 1,.136 berita dari 10 surat kabar terkemuka Indonesia pada
periode 17-25 Maret 2004, isu seputar KKN dan upaya reformasi militer
tidak cukup mendapat tempat.

Isu Dewan Perwakilan Daerah yang


kandidatnya mencapai ribuan orang jrgu mendapat liputan kecil. Media nasional hanya asyik
meributkan pernyataan bombastis seperti istilah
Antek Soeharto yang diungkapkan R. Hartono dari PKPB ketika
berkampanye di Yogyakarta (Luwarso, 2004). Media kurang
memperhatikan keberimbangan (coaer both side) dalam menyajikan
berita, bahkan secara terbuka berpihak kepada salah satu kandidat
seperti Metro TV kepada pemiliknya Surya Paloh.
Jika diperhatikan, ada tiga kecenderungan sikap media dalam
Pemilu 2004.

Pertama, sikap konservatif atau pro status quo. Sikap ini


tampak pada liputan yang mengedepankan kisah sukses rezim yang
sedang berkuasa tanpa diimbangi kritik yang tajam atas kekurangankekurangannya. Kedua, sikap
progresif atau cenderung ke perubahan.
Sikap ini tampak pada liputan yang intens mengulas isu-isu reformasi
dengan tanpa atau secara terbuka menyarankan perlunya pergantian
kepemimpinan nasional . Ketiga, sikap skeptis atau apatis. Sikap ini
tampak pada liputan yang hanya menggunakan peristiwa Pemilu 2004
sebagai momentum untuk menyajikan berita bisnis dan hiburan
sebagai trade mark-nya, media jenis ini cenderung menghindari
kontroversi dengan cara tidak memuatnya sama sekali. Di samping
itu, banyak juga dijumpai keterlibatan sejumlah pengelola media dalam
tim sukses kandidat presiden dan wakil presiden. Keterlibatan ini amat
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas jurnalisme politik yang
diterapkan medianya.

Tulisan ini akan mendiskusikan isu di seputar jumalisme politik


dan tawaran-tawaran solusi bagi penempatan peran media dalam
peliputan politik. Bagian awal akan menjelaskan tentang peran media
dalam pemilu dilanjutkan dengan pemaparan tentang jurnalisme
politik, dan akhirnya menyajikan tawaran solusi bagi penempatan peran
media dalam peliputan politik di masa mendatang.

14.KEBEBASAN PERS.

Kebebasan pers adalah hak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang
berkaitan dengan media dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti menyebar luaskan,
pencetakan dan penerbitkan surat kabar, majalah, buku atau dalam material lainnya tanpa adanya
campur tangan atau perlakuan sensor dari pemerintah.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4 didalam ayat 1 disebutkan
bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, ayat kedua bahwa terhadap
pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, ayat ketiga
bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh,
dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dan ayat keempat bahwa dalam
mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak
bahkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara lain dalam pasal 28F bahwa
setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.

Kebebasan pers sebagai perwujudan dari kebebasan berbicara kebebasan berekspresi memang
mempunyai makna yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pemerintahan maupun
kecerdasan masyarakatnya sendiri. Dengan kebebasan pers, pemerintah dan rakyat dapat
mengetahui berbagai peristiwa atau realitas yang sedang terjadi, maupun berbagai pendapat dan
argumentasi yang acap kali saling bertentangan. Melalui kebebasan pers, komunikasi politik
yang berupa kritikan kepada pejabat, instansi pemerintah, maupun institusi masyarakat sendiri
dijamin oleh negara, tanpa takut ditindak. Memang kritikan acap kali dirasa tidak menyenangkan
bagi penerima kritik. Kebebasan pers juga menjamin semakin terpenuhinya hak masyarakat
untuk tahu terhadap berbagai peristiwa yang sedang terjadi (theoharis, 1998:160 ).

Pada hakikatnya hak masyarakat untuk tahu merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh
media massa. Asumsinya, media massa ataupun pers merupakan institusi sosial yang dibentuk
dan dihidupi oleh masyarakat penggunanya, karena itu sudah jamaknya jika media harus
berorientasi memenuhi hak rakyat yang menghidupinya itu. Dalam hal ini media massa menjadi
sarana manusia untuk memahami realitas. Dan gambaran tentang realitas ( virtual reality ) yang
berasal dari informasi inilah yang nantinya mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Kalau
informasi media yang diungkap media tidak utuh karena tidak adanya kebebasan pers, maka
gambaran tentang realitas itupun akan bias, dan akhirnya sikap dan perilaku masyarakat pun
akan keliru. Inilah yang kemudian memunculkan tuntutan adanya hak masyarakat untuk tahu,
yang syaratnya adalah kebebasan pers tadi. Jika kebebasan pers mengalami tekanan, inforasi
yang muncul di media massa bukan saja tidak transparan, tetapi juga informasi mengenai fakta
fakta itu menjadi tidak lengkap ( premateur facts ).

Kebebasan pers juga berarti dibolehkannya mengungkapkan berbagai kritik terhadap institusi
kekuasaan. Melalui kebebasan pers pemerintah senantiasa diawasi dan dikontrol, sehingga
pemerintah pun menjadi semakin cerdas dan bijaksana. Kritik kritik itu menjadi masukan dan
peringatan yang sangat fungsional bagi kekuasaan yang demokratis, sehingga diktum, power
tends to corrupts, dapat dihindarkan dengan kontrok dan kritik yang terjadi karena kebebasan
pers. Alhasil, kebebasan pers merupakan prasarat mutlak agar negri ini menjadi lebih baik, lebih
demokratis, rakyatnya menjadi cerdas, dan pemerintahannya pun menjadi lebih arif dan
bijaksana.

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan
pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi
massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi,
berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.
Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam
pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses
percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan
sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.
15.9 ELEMEN JURNALISME.

1. Kewajiban pertama junalisme adalah kebenaran

Fungsi utama seorang jurnalis adalah untuk menyampaikan kebenaran. Yang perlu kamu ingat
adalah fakta tidak sama dengan kebenaran. Dengan memaparkan fakta-fakta yang diperoleh dari
lapangan lalu menyusunnya menjadi sebuah berita, berita tersebut akan menguak kebenaran
dengan sendirinya. Kebenaran ini juga memiliki makna relatif dan semua tergantung siapa yang
membacanya. Namun, jurnalis juga bertugas untuk memaparkan fakta-fakta secara adil dan
terpercaya, berlaku saat ini, dan dapat dijadikan bahan untuk investigasi lanjutan.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat

Salah satu komitmen yang harus dipegang teguh seorang jurnalis adalah tidak boleh berpihak
kepada siapapun (netral), baik itu penguasa maupun pemilik media. Komitmen tersebut tak boleh
luntur karena itulah dasar dari kepercayaan masyarakat kepada media yang dikonsumsinya. Para
pelaku media juga harus mendapat kepercayaan masyarakat bahwa berita yang dipublikasikan
tidak diarahkan demi kepentingan iklan.

3. Inti jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi

Jurnalisme itu berbeda dengan propaganda, fiksi, maupun hiburan. Yang membedakan hal
tersebut terletak pada verifikasi informasi. Verifikasi data ini bisa dalam metode mewawancarai
berbagai macam sumber agar tidak hanya melihat dari dua sudut pandang saja, tapi dari seluruh
sudut pandang. Metode ini digunakan agar jurnalis bisa objektif dan tidak bias pada suatu kasus
tertentu.

4. Jurnalis harus menjaga independensi dari sumber yang diliput

Jika terjun ke dalam dunia jurnalisme, seorang jurnalis harus mengetahui bahwa independensi
tidak sama dengan bersikap netral. Dalam menulis tajuk misalnya, pemimpin redaksi harus
bersikap independen di mana tulisannya tersebut harus berdasarkan pemikirannya sendiri (tidak
memihak pada pihak siapapun). Sehingga harus ada jarak antara jurnalis dengan sumber agar
jurnalis dapat melihat dengan ‘kepalajernih’ kasus yang sedang diliputnya.

5. Menjalankan kewajiban sebagai pengawas yang independen terhadap kekuasaan

Jurnalis memiliki kemampuan yang tak terbatas sebagai watchdog terhadap kekuatan besar yang
dapat memengaruhi persepsi masyarakat, dalam hal ini berbentuk pemerintahan atau lembaga
besar. Karena adanya jarak antara yang berkuasa dengan yang lemah itulah peran jurnalis
diperlukan sebagai “penyambung lidah masyarakat”, yaitu untuk menyampaikan pesan kepada
satu pihak dengan yang lainnya dan tetap berpegang teguh pada prinsip jurnalisme.

6. Menyediakan forum bagi masyarakat untuk saling kritik dan berkompromi

Fakta yang dipaparkan oleh jurnalis dalam suatu media lebih baik meninggalkan ruang bagi
publik untuk beropini. Hal ini dapat mengajarkan masyarakat untuk bersikap kritis terhadap
informasi yang diberikan. Apapun yang diberikan oleh media bisa menjadi bahan untuk diskusi
dan agar masyarakat dapat mengambil sikap pada suatu permasalahan.

7. Berjuang untuk membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan

Agar membuat masyarakat tertarik dengan berita yang diangkat, jurnalis harus pintar dalam
mengemas fakta yang dimiliki agar menarik tapi tetap relevan. Dalam hal ini berarti: jurnalis di
media cetak harus pintar dalam mengolah kata-kata agar beritanya dibaca, jurnalis di TV harus
pintar mengemas naskah dengan gambar agar tetap relevan, dan jurnalis di radio harus cerdik
membacakan naskah agar didengar. Pada akhirnya, seorang jurnalis harus memiliki kemampuan
story-telling with a purpose.

8. Membuat berita tetap komprehensif dan proporsional

Kovach dan Rosentiel mengambil contoh surat kabar yang memuat judul berita yang sensasional
sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Namun kekurangan dari judul dan isi berita yang
sensasional itu tak bisa menjaga loyalitas pembacanya. Berita yang proporsional dan
komprehensif dapat dilihat dari bagaimana seorang jurnalis mengemas fakta-fakta yang
dimilikinya dan tetap bisa menuliskannya menjadi satu tulisan yang utuh. Jurnalis yang baik
tidak akan menambahkan fakta yang tidak ada.

9. Tetap berkewajiban untuk mendengarkan hati nurani

Setiap jurnalis, baik dari jurnalis junior hingga pimpinannya harus memiliki kompas moral
(compass moral), yaitu memiliki etika dan tanggung jawab. Jangan takut untuk menyuarakan
pendapat yang berbeda dengan rekan kerja maupun dengan atasan. Tapi perbedaan pendapat
tentu saja harus didasari oleh data-data yang akurat agar tidak asal ‘ceplas-ceplos’. Para
pimpinan pun harus bersikap terbuka dan siap mendengarkan suara dari para jurnalis yang terjun
langsung kelapangan agar mereka tetap merasa dihargai.
Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

Penulis banyak berharap kepada dosen pengempu mata kuliah Pengantar Jurnalistik
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai