Anda di halaman 1dari 41

TERMOREGULASI

NEONATUS

Stevie Adi Susanto

1
CARA KONVENSIONAL
RS Sardjito,Yogyakarta

2
Latar Belakang (lanjutan)
• Metode kehilangan panas mencakup
evaporasi, konduksi, radiasi, dan
konveksi. Semua metode tersebut bisa
menjadi masalah pada perawatan bayi.
• Hipotermia atau hipertermia dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan
metabolisme, gangguan pertumbuhan,
trauma dingin, dan bahkan kematian.
4
Termoregulasi

Definisi
• Suhu neonatus normal: 36,5 – 37,5 ºC
• Hipotermia: suhu tubuh di bawah 36,5 ºC
• Hipertermia: suhu tubuh di atas 37,5 ºC
• Lingkungan suhu netral (NTE):
Kondisi/suhu lingkungan dimana suhu
tubuh adalah normal dengan pengeluaran
kalori dan konsumsi oksigen yang minimal
5
Pengukuran Suhu
Suhu aksila
• Risiko bagi neonatus: rendah,
kebersihan/hygiene terjaga,
pengukurannya relatif mudah dilakukan.
• Letakkan ujung termometer di tengah
aksila dengan lengan ditempelkan ke sisi
badan neonatus selama kurang lebih 5
menit.
6
Pengukuran Suhu (lanjutan)

• Kulit di daerah ini tidak bereaksi terhadap


suhu rendah melalui vasokonstriksi.
• Meskipun suhunya sedikit lebih rendah
daripada suhu sentral tubuh yang
sebenarnya, tapi akan berubah sama
dengan suhu sentral tubuh.

7
Pengukuran Suhu (lanjutan)
Suhu rektum
• Merupakan prosedur invasif dan tidak
selalu bisa diandalkan.

Suhu lingkungan
• Setiap ruangan harus mempunyai
termometer dinding.
• Pertahankan suhu ruangan antara 24°C
dan 26°C 8
Mekanisme Termoregulasi
Produksi panas
• Pada saat lahir, suhu tubuh turun
seketika diikuti dengan stres dingin.
Produksi panas terjadi akibat
pelepasan norepinefrin yang
menyebabkan metabolisme simpanan
lemak coklat dan konsumsi oksigen
dan glukosa. 9
Mekanisme Termoregulasi (lanjutan)

• Catatan: Karena neonatus tidak menggigil,


mereka harus mengandalkan termogenesis
tanpa menggigil atau kimiawi untuk
memproduksi panas.

Kehilangan panas
• Pada neonatus, kehilangan panas sangat
besar sehingga melebihi kemampuan untuk
memproduksi panas dan menjaga
keseimbangan. 10
Metode kehilangan panas
Evaporasi
• Kehilangan panas ke udara ruangan dengan
cara penguapan air dari permukaan kulit
yang basah atau selaput mukosa.
Konduksi
• Kehilangan panas dari molekul tubuh ke
molekul suatu benda yang lebih dingin yang
bersentuhan dengan tubuh.Terjadi jika bayi
diletakkan pada permukaan yang dingin dan
padat.
11
Metode kehilangan panas
(lanjutan)
Radiasi
• Kehilangan panas dalam bentuk
gelombang elektromagnetik ke permukaan
benda lain yang tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh.
Konveksi
• Kehilangan panas dari molekul tubuh/kulit
ke udara yang disebabkan perpindahan
udara. 12
Mekanisme hilangnya panas

13
Metode kehilangan panas (lanjutan)

• Semua metode tersebut dapat menjadi


masalah di bagian bayi rumah sakit.
• Catatan: Neonatus sakit/prematur tidak
mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan suhu tubuhnya dengan cara
meningkatkan laju metabolik. Selain itu,
simpanan lemak coklat dan subkutan lebih
sedikit dibandingkan dengan neonatus
cukup bulan.
14
Hipotermia
Hipotermia: suhu tubuh di bawah 36,5 ºC
Faktor risiko:
•Lingkungan yang dingin
•Asuhan neonatus yang tidak tepat segera
setelah lahir misalnya pengeringan tubuh
tidak memadai, baju tidak memadai, dan
dipisahkan dari ibu.
•Prosedur penghangatan tidak memadai
(sebelum dan selama transport/ perjalanan).
•Neonatus yang sakit dan stres.
15
Tanda Dan Gejala Hipotermia
Pengukuran suhu pada neonatus mungkin
tidak dapat mendeteksi secara dini
adanya stres dingin, karena neonatus
akan menggunakan simpanan energi lebih
dahulu untuk mempertahankan suhu
tubuhnya.

16
Tanda Dan Gejala Hipotermia
(lanjutan)
Tanda awal hipotermia
• Kaki teraba dingin.
• Kemampuan mengisap rendah atau tidak
bisa menyusu.
• Letargi dan menangis lemah.
• Perubahan warna kulit dari pucat dan
sianosis menjadi kutis marmorata atau
pletora.
• Takipnea dan takikardia. 17
Tanda Dan Gejala Hipotermia (lanjutan)
Saat hipotermia menetap, tanda berikut
berlanjut:
– Letargi
– Apnea dan bradikardia
– Risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia,
asidosis metabolik, sesak napas, dan faktor
pembekuan yang abnormal (DIC,
perdarahan intraventrikel, perdarahan paru).
18
Hipertermia
Hipertermia: suhu tubuh di atas 37.5 ºC
• Faktor risiko:
– Suhu lingkungan
– Dehidrasi
– Perdarahan Intrakranial
– Infeksi
• Catatan: Inkubator harus dipantau ketat
terhadap terjadinya suhu terlalu tinggi atau
terlalu rendah yang tidak benar. 19
Tanda dan gejala Hipertermia

• Kulit terasa hangat/panas, terlihat


kemerahan, atau merah muda pada
awalnya dan kemudian terlihat pucat.
• Tentang berkeringat: ketidakmampuan
neonatus untuk mengeluarkan keringat
mungkin merupakan sebagian besar dari
masalah yang terjadi.

20
Tanda dan gejala Hipertermia
(lanjutan)

• Pola yang mirip dengan hipotermia mungkin


terjadi jika masalah berlanjut:
Meningkatnya laju metabolik, iritabel/rewel,
takikardia, dan takipnea.
• Dehidrasi, perdarahan intrakranial, heat
stroke, dan kematian.

21
Pengendalian Suhu
di Unit Perawatan Neonatus
Di ruang bersalin
– Berikan lingkungan hangat yaitu lingkungan
yang bebas dari aliran udara yang bertiup.
– Keringkan bayi segera.
– Kontak kulit dengan kulit bersama ibu
secara langsung dapat berfungsi sebagai
sumber panas. Selimuti ibu dengan bayinya
sekaligus atau tutupi dengan kain.
22
Pengendalian suhu
di Unit Perawatan Neonatus (lanjutan)
Di ruang bersalin (lanj.)
– Gunakan radiant warmer pada saat lahir
untuk semua neonatus dari ibu yang
mempunyai faktor risiko, menunjukkan
tanda stres intrapartum, atau memerlukan
tindakan resusitasi.
– Gunakan topi bayi atau penutup kepala,
untuk menutupi bagian kepala.
23
Penggunaan Radiant Warmer
• Bayi tidak menggunakan pakaian, kecuali
popok, dan diletakkan tepat dibawah
penghangat di radiant warmer.
• Probe pengukur suhu diletakkan rata di kulit
neonatus, biasanya di bagian kanan perut.
• Suhu servo diatur 36,5°C.
• Suhu diukur setiap 30 menit atau sesuai
instruksi dokter untuk menentukan bahwa
suhu neonatus berada pada kisaran yang
tepat. 24
25
26
Perawatan dalam inkubator
• Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat
dalam perawatan ini mampu menggunakan
inkubator dengan benar, memantau suhu
bayi, dan menyesuaikan suhu inkubator untuk
mempertahankan lingkungan suhu netral
(NTE).
• Inkubator memerlukan pasokan listrik yang
tidak terputus, karena itu diperlukan petugas
terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan,
serta ketersediaan suku cadang untuk
perbaikan. 27
28
Perawatan dalam inkubator
(lanjutan)

• Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi.


Inkubator harus jauh dari jendela yang
tidak bisa ditutup rapat. Suhu ruangan
harus tepat dan tiupan angin minimal.
• Catatan: Jika inkubator terkena sinar
matahari langsung atau lampu fototerapi
digunakan, pemantauan suhu neonatus
dan penyesuaian suhu inkubator perlu
sering dilakukan untuk mencegah
pemanasan yang berlebihan. 29
Perawatan dalam inkubator
(lanjutan)

• Jika neonatus memerlukan perawatan


dalam inkubator, penting untuk
menganjurkan orang tua bayi berkunjung
dan memeluknya sesering mungkin, dan
memanfaatkan kontak kulit dengan kulit
agar suhunya stabil.

30
Perawatan dalam inkubator
(lanjutan)

• Suhu neonatus harus dipantau secara


berkala, setiap 4 jam atau sesuai instruksi
dokter untuk mempertahankan suhu tubuh
36,5 – 37,5°C.
• Lubang jendela inkubator sedapat mungkin
harus digunakan saat melakukan perawatan
neonatus, dan tidak dengan membuka pintu
inkubator yang lebih besar.
31
Tatalaksana Hipotermia
PENCEGAHAN
• Siapkan ruang yang cukup hangat sebelum bayi
lahir
– Berat lahir 1000g-1500g: 34-35 oC
– Berat lahir 1500g-2000g: 32-34 oC
– Berat lahir 2000g-2500g: 30-32 oC
– Berat lahir > 2500g : 28-30 oC
• Bayi dengan asfiksia, distress respirasi atau
sepsis membutuhkan suhu ruang yang lebih
tinggi disbanding bayi tanpa masalah
32
Tatalaksana Hipotermia
• Segera setelah bayi lahir, keringkan dengan
handuk bersih dan lembut
• Gunakan penutup kepala karena kehilangan
panas terbesar pada bayi melalui kepala
• Jangan mandikan bayi sebelum 6 jam, jangan
bersihkan vernik karena merupakan isolator
panas yang baik
• Bila memungkinkan letakkan bayi di dada
ibunya dan selimuti keduanya. Pada bayi BBLR
lakukan perawatan bayi lekat dengan kangguru
mother care (KMC)

33
Tatalaksana Hipoglikemia
MENGATASI HIPOTERMIA
• Atasi penyulit atau penyebab hipotermia sesuai
standar (pasang iv line, atasi hipoglikemia, atasi
sepsis, atasi kegawatan nafas dsb)
• Segera susui bila bayi siap, bila tidak bisa,
berikan ASI perah dengan salah satu alternative
pemberian minum
• Periksa suhu bayi tiap jam, bila ada kenaikan
0,5 oC/jam berarti upaya menghangatkan
berhasil. Lanjutkan dengan mengukur suhu tiap
2 jam

34
Tatalaksana Hipotermia
• Setelah suhu bayi normal lakukan
perawatan rutin bayi dan periksa suhu tiap
3 jam selama 12 jam kemudian. Bila suhu
tetap normal selama 24 jam setelah
penghentian antibiotic, minum baik dan
tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan rumah sakit, bayi bisa
dipulangkan dengan nasehat bagi ibu
bagaimana cara agar bayi tetap hangat
35
Tatalaksana Hipertermia
• Bila hipertermia diduga karena paparan panas
yang berlebihan
– Bila bayi sebelumnya tidak pernah diletakkan
dalam penghangat
• Letakkan bayi dalam ruangan suhu normal
(25-28 oC)
• Lepaskan sebagaian atau seluruhnya bila
perlu
• Periksa suhu aksiler tiap jam sampai suhu
badan kembali normal

36
Tatalaksana Hipertermia
• Bila suhu sangat tinggi (>39 oC) bayi
dikompres dengan air yang suhunya 4 oC
dibawah suhu badan bayi atau bayi
dimandikan selama 10-15 menit dengan air
yang suhunya 4 oC dibawah suhu badan
bayi. Jangan menggunakan air dingin
atau air suhunya kurang dari 4 oC
dibawah suhu badan bayi
• Periksa suhu tubuh tiap jam sampai suhu
normal, setelah normal, periksa suhu tubuh
tiap 3 jam selama 12 jam berikutnya
37
Tatalaksana Hipertermia
• Bila bayi diletakkan dalam pemancar panas atau
incubator
– Kurangi pengatur suhu alat penghangat, alat
penghangat jangan dimatikan. Bila bayi di
dalam inkubator, buka inkubator sampai suhu
badan dalam atas normal.
– Kalau perlu, buka sebagaian atau seluruh
pakaian bayi selama sepuluh menit didalam
alat penghangat atau inkubator yang tetap
dihidupkan

38
Tatalaksana Hipertermia
– Periksa suhu tubuh tiap jam sampai
suhu normal, setelah normal, periksa
suhu tubuh tiap 3 jam selama 12 jam
berikutnya
– Periksa suhu penghangat atau inkubator
dan sesuaikan dengan pengatur
suhunya

39
Tatalaksana Hipertermia
• Bila hipertermia diduga bukan karena paparan
panas berlebihan
– Terapi dan buktikan untuk kemungkinan
besar sepsis sesuai tatalaksana sepsis pada
neonatus
– Letakkan bayi dalam ruangan suhu normal
(25-28 oC)
– Lepaskan sebagaian atau seluruhnya bila
perlu
– Periksa suhu aksiler tiap jam sampai suhu
badan kembali normal

40
Tatalaksana Hipertermia
• Bila suhu sangat tinggi (>39 oC) bayi
dikompres dengan air yang suhunya 4 oC
dibawah suhu badan bayi atau bayi
dimandikan selama 10-15 menit dengan
air yang suhunya 4 oC dibawah suhu
badan bayi. Jangan menggunakan air
dingin atau air suhunya kurang dari 4
oC dibawah suhu badan

41
TERIMA KASIH

42

Anda mungkin juga menyukai