Anda di halaman 1dari 31

Asuhan Keperawatan Komprehensif dan Aspek Etik Legal Pada Kasus

Stroke (dengan decubitus)

Oleh :

Ayu Pravita Sari 202241026


Atik Sugiarti 202241021
Ratna Nur Aini 202241025
Chrishadi Yulian P 202241020

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

STIKES St. Elisabeth Semarang


Tahun 2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sering di temukan pada

masyarakat baik dinegara maju maupun berkembang termasuk indonesia.

Stroke termasuk penyakit tidak menular yang serius dengan serangan akut

yang menyebabkan kematian dalam waktu singkat atau kecacatan seumur

hidup. Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah

ke otak. Stroke memiliki prevalensi yang tinggi, diperkirakan 25 juta

penderitanya secara global akan berakhir dengan kematian pada tahun

2030 (Tandra, 2018). Data dari World Health Organization (WHO) stroke

merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Stroke

menempati peringkat ke tiga penyebab kematian. Pada tahun 2013 terdapat

5,5 juta orang meninggal dan meningkat sebanyak 12% pada tahun 2018

yaitu sekitar 14 juta orang. Stroke menjadi penyebab utama kematian dan

kecacatan di seluruh dunia (World Health Organization, 2018).

Berdasarkan hasil data dari American Heart Association (AHA) pada tahun

2018, didapatkan bahwa penyebab kematian akibat stroke (16,8%). Stroke

merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang yang serius di USA

(American Heart Association, 2018). Menurut hasil dari Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas, 2018) penyakit stroke di Indonesia telah mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah penderita

penyakit stroke sebanyak 7,0 per mil atau 1.236.825 meningkat pada tahun
2018 menjadi 10,9 per mil atau sebesar 2.120.362 orang. Pada kelompok

berdasarkan diagnosis dokter, gejala meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Tertinggi pada umur ≥75 tahun sebanyak (50,2%) dan

terendah pada kelompok usia 15-24 tahun (0,6%). Dari 34 provinsi di

Indonesia, Jawa Tengah berada di urutan 11 dengan prevalensi (11,8%).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik dan
mendapatkan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non
Hemoragik.
2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengkajian pada pasien dengan penyakit

Stroke Non Hemoragik.

b. Mendiskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien dengan

penyakit Stroke Non Hemoragik.

c. Mendiskripsikan rencana tindakan keperawatan pada

pasien dengan penyakit Stroke Non Hemoragik.

d. Mendiskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan

penyakit Stroke Non Hemoragik.

e. Mendiskripsikan evaluasi tindakan pada pasien dengan

penyakit Stroke Non Hemoragik.


C. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai literasi dalam
pelaksanan praktik keperawatan khususnya pada pasien dengan penyakit Stroke Non
Hemoragik.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan
pengetahuan tambahan dalam melakukan perawatan khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk pasien Stroke Non Hemoragik.
3. Bagi Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai Stoke Non Hemoragik
dan mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat.
BAB 2

KONSEP TEORI (Manmapping)

Etiologi:
Rupturaneurisma, malformasiarteriovena, Pemeriksaan Penunjang
penggunaan antikoangulan, gangguan Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis CVA Etiologi:
pembekuan darah, neoplasma, trauma yaitu: CT-Scan, CT Angiografi, MRI otak, EKG, Hipertensi, DM, penyakit jantung, merokok,
pemeriksaan lab, Doppler carotis, Thorax foto, DSA stress, gaya hidup yang tidak baik, faktor
serebral, transcranial doppler, TCD bubllr contras dan obesitas dan kolesterol yang meningkat dalam
Pembuluh darah pecah VMR, pemeriksaan neurobehavior (PERDOSSI, 2016) darah

Perdarahan Penimbunan
arakhnoid/ ventrikel lemak/kolesterol yang
meningkat dalam
Stroke Hemoragik darah
Aterosklerosis
Hematoma crebral
Iskemik/ infark
Herniasi cerebral
Stroke Non Hemoragik

Penurunan kesadaran Penekanan saluran


pernafasan Penurunan Adanya lesi Proses Kerusakan nervus kranial
Kelemahan kekuatan otot serebral metabolisme di
fisik Pola nafas tidak otak terganggu
efektif Kelemahan Terjadinya N. II,III,IV,V N. VIII N.
fisik afasia Penurunan V,VII,IX,XII
Defisit perawatan diri
suplai darah dan
Penurunan Penurunan
O2 ke otak
Gangguan Gangguan daya daya Terjadi
mobilitas fisik komunikasi penglihatan pendengaran penurunan
verbal Resiko perfusi
refleks
serebral tidak
Kelemahan Gangguan menelan
efektif Gangguan
anggota gerak presepsi presepsi
sensori sensori Gangguan
penglihatan pendengaran menelan
Tirah baring
lama
Dekubitus Gangguan integritas kulit
BAB 3

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus: Seorang laki-laki usia 56 tahun dirawat karena stroke non hemoragik.
Pasien komposmentis, sulit diajak komunikasi karena mengalami afasia. Keluarga
mengatakan pasien memiliki riwayat merokok dan penyakit jantung (AMI). Hasil
pengkajian menunjukkan pasien mengalami hemiparese dekstra dengan kekuatan
otot kanan atas dan bawah 3 dan kekuatan otot kiri atas dan bawah 5. Saat ini
posisi pasien adalah head-up 30 derajat, seluruh aktivitas pasien dibantu. Hasil
pengkajian menunjukkan pasien mengalami luka dekubitus pada punggung dan
pinggangnya. Hasil pemeriksaan TD 130/80 mmHg, N 90 x/ menit, RR 20 x/menit,
S 360C. Hasil CT scan terdapat infark hemisfer kiri. Saat ini pasien mendapatkan
program fisioterapi dan speach terapi.
Etik legal :
Keluarga pasien menolak dilakukan perawatan lebih lama karena keterbatasan biaya
dan meminta untuk pasien dirawat dirumah saja. Perawat langsung menyetujui dan
meminta keluarga pasien untuk menandatangani informed concent pulang atas
permintaan sendiri.
Mindmaping pasien laki-laki 56 tahun dg SNH

Pasien komposmentis,

• Sulit diajak komunikasi karena


mengalami afasia.
• Hasil pengkajian pasien mengalami
hemiparese dekstra dengan kekuatan otot
kanan atas dan bawah 3 dan kekuatan otot FAKTOR PENYEBAB
kiri atas dan bawah 5.
• Saat ini posisi pasien adalah head-up 30 SNH
Hasil CT scan derajat, seluruh aktivitas pasien dibantu. Tidak dapat dirubah: Usia,
• Hasil pengkajian menunjukkan pasien Jenis kelamin, Ras, Genetik
terdapat/infark mengalami luka dekubitus pada punggung
hemisfer kiri. dan pinggangnya. Dapat dirubah: Hipertensi,
• Hasil pemeriksaan TD 130/80 mmHg, N Merokok, DM, Kelainan
90 x/ menit, RR 20 x/menit, S 360C. Jantung, Hiperlipidemia,
• Hasil CT scan terdapat infark hemisfer
kiri. Nutrisi, Obesitas, Aktivitas
• Saat ini pasien mendapatkan program Fisik
fisioterapi dan speach terapi. Dalam penelitian lebih
RPD: Keluarga mengatakan pasien
memiliki Riwayat merokok dan penyakit lanjut: Sindroma metabolic,
jantung (AMI). Penyalahgunaan zat,
Kontrasepsi oral,
Obstruktive sleep apnea,
Infeksi

Peningkatan Penurunan Gangguan pada


tekanan intra control nervus IX
cranial volunter Glosofaringeus
dan XII
Hipoglosusus
Nyeri akut
Hemiparesisi
Pasien Riwayat
(kelemahan otot Kemampuan merokok dan
tubuh sebelah komunikasi
Resiko penyakit jantung
perfusi kanan) menurun (AMI)
jaringan
cerebral tidak
efektif
Kelemahan Disfungsi
fisik Bahasa dan
Hipertrofi otot
komunikasi
jantung

Perubahan
tekanan darah
Data: Pasien komposmentis Kekuatan otot (Hipertensi)
• Hasil CT scan terdapat infark
hemisfer kiri.
menurun
Keluarga mengatakan pasien
memiliki Riwayat merokok
dan penyakit jantung (AMI).
Gangguan Dinding pembuluh darah
•Hasil pemeriksaan TD 130/80 menjadi keras, kaku dan
mmHg, N 90 x/ menit, RR 20
komunikasi
x/menit, S 360C. verbal ahkirnya timbul
penyumbatan
Bedrest lama
Gangguan Data: Sulit Penyumbat
mobilitas diajak an di arteri
Decubitus fisik komunikasi otak
karena
mengalami
afasia.
Gangguan • Saat ini Kehilangan fungsi otak
integritas kulit pasien karena penurunan suplai
mendapatkan darah ke otak
program
speach terapi.
• Data: Saat ini posisi
pasien adalah head-up
30 derajat, seluruh
aktivitas pasien dibantu
• Hasil pengkajian
menunjukkan pasien
mengalami luka
dekubitus pada
punggung dan Data: Hasil pengkajian
pinggangnya. pasien mengalami
hemiparese dekstra
dengan kekuatan otot
kanan atas dan bawah 3
dan kekuatan otot kiri
atas dan bawah 5.
Saat ini pasien
mendapatkan program
fisioterapi
FORMAT PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 04 juli 2023


Jam : 08.00 wib
Tanggal Pengkajian : 04 juli 2023

Jam : 08.30 wib

Nama perawat yang mengkaji :


Unit : stroke
Ruang/ kamar : maria / 302
Tanggal/ waktu masuk RS : 04 juli 2023 /08.00 wib
Tanggal/ waktu pengkajian : 04 juli 2023 / 08.30 wib
Cara pengkajian : alloanamnesa, lihat status,
autoanamnesa

I. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur

: 56 tah
Tempat/tgl lahir : solo, 09 april 1967
Pendidikan : SD
Pekerjaan : buruh
Status Perkawina : kawin
Agama : islam
Suku : jawa
Alamat : jl. pelatuk No. 09 gajahan,
surakarta
Dx Medis : stroke non hemoragik

II. Identitas Penanggungjawab


Nama : Ny. P
Alamat : jl. pelatuk No. 09 gajahan,
surakarta
Hubungan dengan klien : istri

III. Riwayat Keperawatan Masa Lalu


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit jantung


(AMI)
b. Penyakit keturunan

Keluarga mengatakan dari keluarga memiliki riwayat hipertensi


dari ayah pasien
c. Operasi yang pernah dilakukan

Keluarga mengatakan pasien tidak pernah operasi

d. Riwayat Alergi

Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi obat,


maupun makanan
e. Riwayat imunisasi

Keluarga mengatakan pasien sudah vaksin COVID19 dosiss ke 2


f. Kebiasaan buruk
Keluarga mengatakan pasien mempunyai kebiasaan buruk
merokok dan makan makanan yang asin, minum kopi, dan
begadang
g. Riwayat penggunaan obat-obatan

Keluarga mengatakan pasien apabila sakit membeli obat di


warung, kadang periksa di puskesmas
h. Lingkungan ( demografi, riwayat tempat tinggal)

Keluarga mengatakan pasien tinggal di kampung yang padat


penduduk, lingkungan yang baik, dan sumber air bersih tersedia.
i. Pemanfaatan fasilitas kesehatan (akses fasilitas kesehatan)

Keluarga mengatakan tempat tinggal dekat dengan fasilitas


kesehatan, pasien memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah.

IV. Riwayat Keperawatan Saat ini


a. Alasan Masuk rumah sakit

sulit diajak komunikasi karena mengalami afasia, Hasil


pengkajian menunjukkan pasien mengalami hemiparese dekstra,
luka dekubitus pada punggung dan pinggangnya.
b. Tindakan/terapi yang sudah diterima

Saat ini posisi pasien adalah head-up 30 derajat


Saat ini pasien program fisioterapi dan speach terapi.
Inf. Rl 20 tpm
Inj. Citicoli 1000mg/ 12jam
Inj nb 5000 1ampl/24jam
inj. Mecobalamin 1 ampl/12 jam
inj. Ranitidin 50mg/12jam
P.O miniaspi 1x1 pagi
Amlodipin 10mg 1X1 siang
CPG 1x1 sore
c. Keluhan utama dan keluhan penyerta

Pasien sulit diajak komunikasi karena mengalami afasia, Hasil


pengkajian menunjukkan pasien mengalami hemiparese dekstra,
luka dekubitus pada punggung dan pinggangnya.

V. Genogram (3 generasi, pasien ada di generasi tengah kecuali pasien


anak)

VI. Kebutuhan ( Sebelum sakit dan setelah masuk RS)

1. Kebutuhan Universal
a. Oksigenasi
Keliuarga mengatkan pasien tidak seseg, tidak memiliki
riwayat asma
b. Nutrisi & Cairan
Nutrisi
Antropometri BB : 55KG
Biokimia : tidak terkaji
Clinis : kulit tampak kering
Diet : Tn. T melakukan diet rendah garam
Saat sebelum sakit :
pasien sering mengkonsumsi makanan yang asin, pasien
makan sehari 3x dengan lauk tahu/ tempe, sayuran, telur/
ikan asin.
Saat sakit
melakukan diet rendah garam, makan yang lebut sehari
makan 3x
Pasien
Cairan
Saat sebelum sakit :
Pasien minum 6-7 gelas/ hari seperti teh, kopi
Saat sakit
Pasien minum 5-6 gelas / hari seperti teh, air putih
c. Eliminasi

Frekuens Konsistensi Warna Bau Keluhan


i

Sebelum masuk RS 1x Lembek Coklat normal Tidak ada

Selama berada di 2 hari Keras Coklat Normal Tidak ada


RS

1) Eliminasi Fekal

2) Eliminasi Urin

Frekuensi Warna Bau Keluhan

Sebelum masuk RS 5-6x Jernih Normal Tidak ada

Selama berada di Memakai Jernih Normal Nyeri di dc


RS dc

d. Aktivitas dan istirahat


Keluarga mengatakan seluruh aktivitas pasien dibantu,
Saat ini posisi pasien adalah head-up 30 derajat
e. Neurosensori
Keluarga mengatakan pasien mengalami hemiparese
dekstra
f. Interaksi sosial Relasional
Sebelum sakit hubungan pasien dengan lingkungan baik,
pasien aktif dalam kegiatan warga. Saat sakit pasien tidak
bisa mengikuti kegiatan warga.
g. Kenyamanan (termasuk pengkajian nyeri)
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak nyaman dengan
luka dekubitusnya.
h. Keamanan dan Proteksi (pengkajian resiko jatuh,
resiko cidera)
Keluarga mengatakan pasien mengalami hemiparese
dekstra, seluruh aktivitas pasien dibantu, menunjukkan
pasien mengalami luka dekubitus pada punggung dan
pinggangnya
i. Integritas Ego Keluarga mengatakan pasien menerima
sakitnya saat ini, dan semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan.

2. Kebutuhan Development ( tugas perkembangan Sesuai


kategori usia)

a. Tumbuh kembang Pasien adalah seorang dewasa tua yang


sudah memikah dan memiliki 2 orang anak
b. Reproduksi dan seksualitas Pasien adalah seorang kepala
keluarga dengan meliki 1 orang istri dan 2 anak putra, pitri
yang sudah menikah

3. Health Deviation, Keluarga mengatkan pasien bila sakit beli


obat di warung atau ke puskesmas dekat rumah.

VII. PemeriksaanFisik

• Keadaan umum dan kesadaran

Sakit sedang, komposmentis

• TTV :

TD 130/80 mmHg,

N 90 x/ menit,

RR 20 x/menit,

S 360C.

• Ekstremitas : Tidak ada dehidrasi/dehidrasi/edema/edema anasarka/pucat dan


dingin  Pemeriksaan Fisik Head to toe (Kepala, Wajah, dst)

Kepala:

Inspeksi : bersih

Palpasi : tidak teraba benjolan / masa

Leher:

Inspeksi : tidak ada luka

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


Mata :

Pupil : isokor, tidak terdapat nyeri tekan, konjungtiva tidak anemis

Dada :

a. Inspeksi : bentuk dada normal tidak terdapat tanda jejas


b. Palpasi : Dada tidak ada nyeri tekan, expansi dada simetris.
c. Auskultasi : sonor
d. Perkusi : vocal vomitus sama

Abdomen

a. Inspeksi : bentuk normal, tidak terdapat tanda jejas


b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan di lapang perut
c. Auskultasi : Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
d. Perkusi : terdengar timpani

Punggung:

Terdapat luka decubitus

Ekstremitas

menunjukkan pasien mengalami hemiparese dekstra dengan kekuatan otot


kanan atas dan bawah 3 dan kekuatan otot kiri atas dan bawah 5.

Taka Taki

3 5

3 5
VII. Pemeriksaan penunjang
Hasil CT scan terdapat infark hemisfer kiri

Nama Hasil
pemeriksaan

Hb 11,2

Al 9.880

At 269.000

Hct 33,6

Gds 108

Cr 0.9

Ur 17
VIII. Program Terapi
Saat ini pasien program fisioterapi dan speach terapi.

Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tanggal

Obat Pemberi
an
Inf. Rl 20 tpm iv pasien syok, luka riwayat alergi atau 04 juli
bakar, atau gangguan hipersensitivitas terhadap 2023
keseimbangan semua kandungan RL, yaitu
elektrolit natrium, klorida, kalium,
kalsium, dan laktat
Inj. Citicoli 1000mg/ iv gangguan kesadaran Hipersensitif pada 04 juli
12jam akibat cedera kepala, kandungan obat. Sedang 2023
bedah otak, infark hamil atau menyusui.
serebral stadium
akut, meningkatkan
rehabilitasi anggota
gerak atas pada
pasien hemiplegia
setelah apopleksi
serebral
Inj nb 5000 1ampl/24jam iv  untuk suplementasi 04 juli
vitamin B12, 2023
anemia pernisiosa
dan defisiensi
vitamin B12.
inj. 1 ampl/12 iv untuk suplementasi pasien yang memiliki 04 juli
Mecobalami riwayat alergi terhadap
n jam vitamin B12 semua bentuk vitamin B12, 2023
termasuk cyanocobalamine
inj. Ranitidin 50mg/12jam iv  saluran pencernaan tidak diberikan kepada 04 juli
seperti tukak orang yang pernah 2023
lambung dan mengalami
duodenum. keluhan porfiria akut.
1x1 pagi P.O 1. Mencegah 1. hipertensi tidak 04 juli
miniaspi Serangan terkontrol 2023
Jantung 2. riwayat asma
pengobatan
tambahan pasca
Stroke
CPG 1x1 sore P.O mencegah kejadian pasien dengan riwayat reaksi 04 juli
aterotrombosis pada hipersensitivitas terhadap 2023
penyakit jantung clopidogrel dan pada pasien
koroner terutama yang memiliki perdarahan
pada sindrom patologis aktif seperti ulkus
koroner akut, pada peptikum atau perdarahan
stroke, dan pada intrakranial
penyakit arteri
perifer
Amlodipin 10mg 1X1 P.O pengobatan lini pasien dengan syok 04 juli
siang pertama hipertensi kardiogenik, stenosis aorta 2023
berat, angina tidak stabil,
hipotensi berat, gagal
jantung, dan gangguan hepar
ANALISIS DATA
TGL DATA MASALAH PENYEBAB
DAN (PROBLEM) (ETIOLOGI)
WAKTU
4 Juli DS: - (D.0017) Infark
2023, Resiko miokard akut
Jam DO: perfusi
08.30 serebral
Ku lemah, composmentis
WIB tidak efektif
TD : 130/80 mmHg

HR : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

Hasil CT scan infark hemisfer kiri

Riwayat penyakit jantung

4 Juli
DS : -
2023, (D.0119) Gangguan
Jam DO : Gangguan neuromuskuler
08.30 komunikasi
WIB Pasien sulit diajak komunikasi verbal

Pasien mengalami afasia

4 Juli DS : - (D.0054) Penurunan


20223, Gangguan kekuatan otot
jam 08.30 DO: mobilitas
WIB fisik
Ku lemah

Pasien hemiparese dektra

Seluruh aktivitas dibantu


Kekuatan otot menurun

Ta ki 5 3 ta ka

Ka ki 5 3 ka ka

4 Juli (D.0129) Faktor


2023, jam Gangguan mekanis
08.30 DS : - integritas
WIB kulit
DO :

Pasien mengalami luka dekubitus pada


punggung dan pinggang

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan Infark miokard


akut
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler dibuktikan dengan afasia
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
4. Gangguan integritas kulit berhubungan faktor mekanis dibuktikan
dengan kerusakan lapisan kulit ( luka dekubitus pada punggung dan
pinggang )

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TGL N DIAGNOSIS LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL


DAN O KEPERAWAT KEPERAWATAN
WAKTU D AN
P
4 Juli 1 (D.0017) Setelah dilakukan intervensi Manajemen TIK 1. Dengan
2023, Resiko perfusi selama 3 x 24 jam maka perfusi ( Pemantauan mengobserva
jam serebral tidak serebral Neurologis) si tanda –
08.30 efektif (L.02014) L.06197 tanda vital
WIB meningkat dengan kriteria Observasi untuk
hasil : 1. Monitor mengetahui
awal target tanda-tanda vital perkembanga
TIK 2 4 (cukup ( TD, HR, RR, n pasien
(cukup menurun Suhu)
mening )
Terapetik 2. Aktivitas/
kat )
2. Hindari stimulasi
Gelisah 3 5 kegiatan yang yang kontinu
(sedang (menuru bisa dapat
) n)
meningkatkan meningkatka
Tekana 4 5 TIK n TIK
n darah (cukup (membai
sistol memba k)
3. Memberikan
ik) Edukasi informasi
3. Jelaskan kepada
(halaman 86 SLKI) tujuan dan pasien dan
prosedur keluarga
pemantauan terkait
tindakan
yang akan
diberikan
Setelah dilakukan intervensi
4 Juli 2 selama 3 x 24 jam maka
2023, (D.0119)
komunikasi verbal (L.13118)
jam Gangguan
meningkat dengan kriteria
08.30 komunikasi
hasil :
WIB verbal Promosi
awal target
Komunikasi Defisit
Kemam 1 3 1. Untuk
puan (menur (sedang) Bicara
mengetahui
berbicar un) I.13492
a perilaku
Observasi
emosional
afasia 1 3 1. Identifikasi
dan fisik
(menin (sedang) perilaku
gkat) sebagai
emosional dan
bentuk
fisik sebagai
pemaha 2 4 (cukup komunikasi
man (cukup membaik bentuk
komuni membu ) komunikasi
kasi ruk) 2. Untuk
mengetahui
(halaman 49 SLKI)
kemampuan
Terapeutik
komunikasi
2. Gunakan
pasien
metode
komunikasi 3. Membuat
alternatif pasien
( misal mata senyaman
berkedip ) mungkin saat
Edukasi berbicara
3. Anjurkan
berbicara
perlahan 4. Untuk
mengidentifi
kasi
kekurangan/
Kalaborasi kebutuhan
4. Rujuk ke ahli terapi
terapis
Setelah dilakukan intervensi
4 Juli 3 selama 3 x 24 jam maka
2023, (D.0054)
mobilitas fisik
jam Gangguan
(L.05042)
08.30 mobilitas fisik
meningkat dengan kriteria
WIB hasil : Dukungan

awal target Mobilisasi


1. Mengetahui
I.05173
Pergera 2 4 (cukup kondisi
kan (cukup meningk Observasi
terkini pasien
extremit menuru at) 1. Monitor kondisi
as n) dan
umum selama
perubahan
Kekuata 2 4 ( cukup melakukan
yang dapat
n otot (cukup meningk mobilisasi
menuru at) terjadi selama
n) melakukan
Kelema 1 4 (cukup mobilisasi
han (menin meningk
fisik gkat) at)
2. Memberikan
(halaman 65 SLKI) bantuan
kepada
Terapeutik pasien saat
2. Fasilitasi akan
aktivitas melakukan
mobilisasi mobilisasi
dengan alat 3. Keluarga
bantu ( misal dapat secara
pagar tempat mandiri
tidur) membantu
3. Libatkan pasien
keluarga untuk melakukan
membantu latihan
pasien dalam pergerakan
meningkatkan
pergerakan 4. Perubaha
n posisi yang
teratur dapat
Edukasi meningkatkan
4. Jelaskan tujuan sirkulasi pada
dan prosedur seluruh tubuh
mobilisasi

Setelah dilakukan intervensi


selama 3 x 24 jam maka
integritas kulit
4 Juli 4 ( L.14125) meningkat dengan 1. Mendeteksi
2023, (D.0129) kriteria hasil : secara dini
jam Gangguan awal target gejala-gejala
08.30 integritas kulit infeksi yang
Perfusi 2 4 (cukup
WIB jaringan (cukup meningk mungkin
menuru at) Perawatan Luka
timbul
n) I.14564
Obsevasi
Kerusak 2 4 ( cukup
an (cukup menurun 1. Monitor
2. Untuk
jaringan mening ) karakteristik
kat) mempercepat
luka
proses
Kerusak 2 4 (cukup penyembuhan
an (cukup menurun Terapeutik
luka
lapisan mening ) 2. Bersihkan
kulit kat) 3. Meningkatka
dengan cairan
n
(halaman 33 SLKI) Nacl
penyembuhan
dan
menghindari
3. Pertahankan
infeksi pada
teknik steril saat
luka
melakukan
perawatan luka
4. Untuk
mengetahui
tanda dan
gejala dari
Edukasi
infeksi
4. Jelaskan tanda
dan gejala
5. Untuk
infeksi
menghilangka
n jaringan
Kolaborasi yang
5. Kolaborasi terkontaminas
prosedur i oleh bakteri,
debridement dan
menghilangka
n jaringan
yang telah
mati dalam
persiapan
kesembuhan
luka

Analisa kasus etik legal


 Otonomi (menghormati hak pasien), dalam kasus diatas perawat
menghormati hak pasien dan keluarga yang menolak dikakukan perawatan
lebih lama karena keterbatasan biaya.
 Non  malficience (tidak merugikan pasien), dalam kasus diatas perawat telah
mealukan tindakan untuk tidak merugikan pasien dengan meminta
persetujuan keluarga pasien untuk menandatangani informed concent pulang
APS

BAB 4
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dalam kasus diatas kita sebagai perawat profesional harus mampu
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan stroke
secara baik dan tepat serta tetap mematuhi aspek etik legal keperawatan dan
juga menghormati hak-hak pasien.
b. Saran
i. Bagi pelayanan keperawatan
Diharapkan bagi pelayanan keperawatan studi kasus ini dapat menjadi
bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
stroke non hemoragik dengan meningkatkan kekuatan otot pasien
stroke non hemoragik melalui rentang gerak Range of Motion (ROM)
pasif.
ii. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi referensi tambahan dalam
proses pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Stroke Non Hemoragik.
iii. Bagi masyarakat dan pasien
Untuk mencegah serangan stroke berulang sebaiknya masyarakat dan
pasien menerapkan pola hidup sehat. Lebih memahami penyakit yang
dialami, mau dan mampu menambah pengetahuan mengenai penyakit
stroke non hemoragik melalui informasi dari studi kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2018). Council on Epidemiology and


Prevention Statistic Committe and Stroke Statistic Subcommitte. Update: a report
from the American Heart Association.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai