“Stroke”
Oleh :
Carolina Aryance Makely
1490122067
B. Etiologi
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yang menyumbat
pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak. Gumpalan dapat
berkembang dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh
darah. Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar
lipid darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdarahan
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor
resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau
kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi
kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah
dinding arteri (Terry & Weaver, 2017).
C. Factor resiko
1. Factor yangdapat di rubah (non reversible)
Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stoke dibandingkan
wanita
Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Factor yang dapat dirubah (reversible)
Hipertensi
Penyakit jantung
Kolesrtol tinggi
Obesitas
Diabetes mellitus
Polisetemia
Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan merokok
Peminum alcohol
Obat-obatan terlarang
Kurang olahraga
Makan berkolestrol
D. Klasifikasi
Stroke Emboli : Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau
pembuluh arteri besar yang terangkut menuju otak
Stroke Trombotik : Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh
arteri yang mensuplai darah ke otak Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah)
Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke
dalam jaringan yang menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada
kerja otak berhenti. Penyebab tersering adalah Hipertensi
Perdarahan Subarachnoid : Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan
dengan permukaan otak dan darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak.
Penyebabnya bisa berbeda-beda, tetapi biasanya karena pecahnya aneurisma
E. Patofisiology
Hipertensi gangguan jantung dibetes 4usculos obesitas merokok
arterosklerosis
Peningkatan TIK
Nyeri akut
Aliran darah ke retina fungsi saraf perasa dan kontrol otot facial/oral penurunan
saraf lidah dan tekak menjadi lemah fungsi motoric dan
anggota gerak
G. Diagnostic penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke, letak
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta luas jaringan otak
yang mengalami kerusakan (Indarwati , Sari, & Dewi, 2017)
1. CT-Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark (Wijaya & Putri, 2017)
2. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) Pemeriksaan MRI
menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik (Oktavianus,
2017). MRI mempunyai banyak keunggulan dibanding CT dalam mengevaluasi
stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark, terutama yang berlokasi
dibatang otak dan serebelum (Farida & Amalia, 2017)
3. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA) Merupakan metode non-
infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta dapat
menunjukan adanya oklusi (Hartono, 2018)
4. Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial Mengukur aliran
darah serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah stenosis di dalam
arteri karotis dan arteri
H. Analisa Data
Data etiologi Masalah
Ds : Arteosklerosis Nyeri Akut
- Mengeluh nyeri
Thrombus/emboli
Do : diserebri iskemia jaringan
- Bersikap proktetik otak
- Skala nyeri 4 (0-10)
- Gelisah Peningkatan TIK
Nyeri Akut
Ds : Peningkatan TIK Gangguan komunikasi Verbal
-
Do : arteri vertebra basilaris
- Klien tidak mampu
berbicara atau mendengar kontrol otot facial/oral
- Klien menunjukan respon menjadi lemah
tidak sesuai
ketidakmampuan bicara
Gangguan komunikasi
Verbal
Anoreksia
Defisit Nutrisi
Do : Disfungsi penglihatan
-
Aliran darah ke ke retina
menurun
Kemampuaan retina
menangkap bayangan
menurun
Risiko Jatuh
I. Ringkasan diagnosa keperawatan
Diangosa keperawatan Nyeri Akut (D. 0077)
Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik Data Mayor :
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (Mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Data Minor :
Subjektif
-
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Data Minor :
Subjektif
-
Objektif
1. Disfasia
2. Pelo
3. Gagap
4. Tidak ada kontak mata
5. Sulit memahami komunikasi
6. Sulit mempertahankan komunikasi
Data Minor :
Subjektif
-
Objektif
-
Data Minor :
Subjektif
-
Objektif
-
- Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan.
2 Gangguan Tupan : komunikasi Promosi komunikasi : Defisit
komunikasi verbal meningkat Berbicara
verbal Tupen : Setelah Observasi
diberikan asuhan - Monitor kecepatan, - Untuk
keperawatan selama 3x tekanan, kuantitas, mengetahui
24 jam, diharapkan volume, dan diksi kecepatan,
komunikasi verbal bicara tekanan,
meningkat dengan - Monitor proses kuantitas,
: Kriteria Hasil : kongnitif, anatomis, volume, dan
1. Kemampuan dan fisiologis yang diksi bicara
berbicara berkaitan dengan - Untuk
meningkat bicara (mis. Memori, mengetahui
2. Kemampuan pendengaran, dan kemampuan
mendengar bahasa). berbicara dan
meningkat - Identifikasi perilaku mendengar
3. Kesesuaian emosional dan fisik pasien
ekspresi sebagai bentuk - Untuk
wajah/tubuh komunikasi mengetahui
meningkat Teraupetik perilaku
4. Disfasia menurun - Gunakan metode emosional dan
komunikasi alternative fisik sebagai
(mis. Menulis, mata bentuk
berkedip, papan komunikasi
komunikasi dengan
gambar dan huruf
isyarat tangan, dan
computer) - Untuk
- Sesuaikan gaya mempermudah
komunikasi dengan berbicara
kebutuhan pasien
- Modifikasi lingkungan - Untuk
untuk meminimalkan mempercepat
bantuan proses
- Ulangi apa yang berbicara
disampaikan pasien pasien
berikan dukungan
psikologis
- Gunakan juru bicara
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan berbicara - Untuk
secara perlahan mengetahui
- Ajarkan pasien dan keadaan pasien
keluarga proses lebuh lanjut
kognitif, anatomis dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi
- Rujuk keahli patologi
bicara atau terapis
3 Gangguan Tupan : Mobilitas fisik Dukungan ambulasi
mobilitas fisik meningkat Observasi - untuk
Tupen : Setelah - identifikasi adanya mengetahui
diberikan asuhan nyeri atau kelehan fiik adanya nyeri
keperawatan selama 3x lainnya atau kelehan
24 jam, diharapkan - monitor frekuensi fiik lainnya
mobilitas fisik meningkat jantung dan tekanan - untuk
dengan Kriteria Hasil : darah sebelum mengetahui
1. pergerakan memulai ambulasi frekuensi
ekstermitas - moitor kondisi umum jantung dan
meningkat selama melakukan tekanan darah
2. kekuatan otot ambulasi sebelum
meningkat Teraupetik memulai
3. kaku sendi - fasilitasi aktivitas ambulasi
menurun ambulasi dengan alat - unruk
4. gerakan tidak bantu (tongkat, kruk) mengetahui
terkoordinasi - libatkan keluarga untuk kondisi umum
menurun membantu pasien selama
dalam meningkatkan melakukan
ambulasi ambulasi
Edukasi - untuk
- jelaskan dan tujuan mempermudah
prosedur ambulasi pasien berjalan
- ajarkan ambulasi
sederhana yang harus - agar pasien
dilakukan(mis. Berjalan dapat
dari tempat tidur mengetahui
kekursi roda, berjalan prosedur
dari tempat tidur ambulasi
kekamar mandi, - untuk
berjalan sesuai mencegah
toleransi) kekakuan sendi
4 Defisit nutrisi Tupan : Status nutrisi Manajemen Nutrisi
membaik Observasi - Untuk
Tupen : Setelah - Identifikasi status mengetahui
diberikan asuhan nutrisi status nutrisi
keperawatan selama 3x - Monitor asupan pasien sehingga
24 jam, diharapkan makanan dapat
status nutrisi membaik - Monitor berat badan melakukan
dengan Kriteria Hasil : Teraupetik intervensi yang
1. Porsi makanan - Sajikan makanan tepat
yang dihabiskan secara menarik dan - Untuk
meningkat suhu yang sesuai memenuhui
2. Kekuatan otot - Berikan makanan tinggi kebutuhan
menelan kalori dan tinggi nutrisi pasien
meningkat protein - Untuk
3. Nafsu makan Edukasi mengetahui
membaik - Anjurkan posisi duduk, berat badan
4. Berat badan jika mampu pasien
membaik - Anjurkan diet yang - Untuk menarik
diprogramkan keinginan
Kolaborasi makan pasien
- Kolaborasi dengan ahli - Untuk
gizi untuk menentukan memenuhi
jumlah kalori dan jenis kebutuhan
nutrisi yang kalori dan
dibutuhkan, jika perlu protein yang
dibutuhkan
pasien
- Agar pasien
dapat
mengetahui
makanan apa
saja yang boleh
dikonsumsi
5 Risiko perfusi Tupan : perfusi serebral Manajemen Peningkatan
serebral tidak meningkat Tekanan Intrakranial
efektif Tupen : Setelah Observasi
diberikan asuhan - identifikasi - untuk
keperawatan selama 3x peningkatan penyebab mengetahui
24 jam, diharapkan TIK peningkatan
perfusi - monitor tanda dan penyebab TIK
serebral meningkat gejala peningkatan TIK - untuk
dengan : Kriteria Hasil : - monitor status mengetahui
1. Kognitif pernapasan tanda dan
meningkat - monitor cairan gejala
2. Tingkat serebrosspinalis peningkatan TIK
kesadaran Teraupetik
meningkat
3. Tekanan intra - menimalkan stimulus
kranial membaik dengan menyediakan - untuk
4. Sakit kepala lingkungan yang mengetahui
menurun tenang status
5. Gelisah menurun - berikan posisi semi pernapasan
6. Refleks saraf fowler pasien
membaik - pertahankan suhu - untuk
tubuh normal mengetahui
- cegah terjadinya kejang cairan
- atur ventilator agar serebrosspinalis
PaCo2 omptimal - agar pasien
- hindari pemberian merasa nyaman
cairan IV Hipotonik - untuk
kolaborasi mencegah
- kolaborasi pemberian terjadinya
sedasi dan anti kejang
konfulsan - agar
- kolaborasi pemberian mempermudah
pelunak tinja proses bab
pasien
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (2017). Definisi dan Indikator Diagnostk Cetakan
Standar Intervensi Keperawatan. (2018). Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Cetakan II.
Weaver, A., & Terry, C. L. (2017). Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ac.id/index.php/keperawatan/article/view/530.