Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KRITIS

Laporan Pendahuluan Stroke

Disusun Oleh:
Ahmadi
4399814901210044

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
2021
A. ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS SISTEM PERSARAFAN:
STROKE
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer, 2017).
Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologik mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik
sirkulasi saraf otak (Kowalak, 2013).
2. Etiologi dan Klasifikasi
Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik
dan stroke hemoragik Arif Muttaqin (2016):
a. Stroke Iskemik (biasanya terjadi ketika beristirahat)
Tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. Biasanya disebabkan oleh thrombosis
arteri dan embolisme yang mengakibatkan pembuluh darah mengalami
oklusi (sumbatan). Stroke iskemik terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Stroke trombotit: proses terbentuknya tombus yang membuat
penggumpalan
2) Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3) Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke iskemik juga dapat menyebabkan subdural hematoma (Brain
Hematoma) atau perdarahan subdural adalah kondisi di mana darah
menumpuk di antara 2 lapisan di otak yaitu lapisan arachnoidal dan
lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini dapat menjadi akut apabila
terjadi secara tiba-tiba dan kronis apabila muncul dengan perlahan.
Hematoma (kumpulan darah) yang sangat besar atau akut dapat
menyebabkan tekanan tinggi di dalam tengkorak yang akibatnya dapat
terjadi kompresi dan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi ini dapat
membahayakan nyawa.
b. Hamoragik (biasanya terjadi ketika beraktivitas)
Pecahnya pembuluh darah otak sehingga mengakibatkan perdarahan.
Pecahnya pembuluh otak dapat terjadi karena hypertensi, dimana
perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak dan sekitarnya. Stroke hemoragik terbagi menjadi 2 jenis
yaitu:
1) Hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak
2) Hemoragik subraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan stroke antara lain hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hemotokrit
meningkatkan resiko infark serebral, diabetes dikaitkan dengan aterogenesis
terakserelasi, kontrasepsi oral (khususnya disertai dengan hipertensi,
merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok, penyalahgunaan obat
(khususnya kokain), komsumsi alcohol (Andra W & Yessie P, 2013).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala stroke yang khas dapat dilihat dan diketahui dari FAST,
yaitu:
a. Face/wajah: tidak simetris terlihat ketika senyum
b. Arm/lengan: kekuatan ekstremitas dapat diketahui ketika angkat beban
c. Speech/bicara: adanya kesulitan untuk bicara (pelo)
d. Time/waktu: berapa lama terjadinya keabnormalan pada komponen
FAS, sementara/permanen.
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, jumlah darah kolateral (sekunder atau aksesori). Adapun
gejala klinis adalah sebagai berikut: (Arif, 2014).
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis) yang timbul
mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
e. Disartia (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler)
g. diplopia; ataksia (trunkal atau anggota badan)
h. vertigo atau nyeri kepala
i. mual dan muntah
4. Patofisiologi
Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemukan 40%
pada semua kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal
dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.Proses aterosklerosis ditandai
oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria serebra menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh
materi sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing,
perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak
dapat dibedakan dari hemoragik intraserebral atau embolisme serebral.
Secara umum trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh
dan mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Embolisme termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita
embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita trombosis.
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti indokarditis infeksi,
penyakit jantung reumatik, Infark miokard, dan infeksi pulmonal, adalah
tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup jantung prostetik dapat
mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah
prosedur ini. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya yang merusak circulari serebral. Awitan hemiparesis atau
hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik
embolisme serebral.
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama
kasus gangguan pembuluh darah (otak) dan merupakan sepersepuluh dari
semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh
ruptur ateri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau
subaraknoid sehingga Jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan
tertekan (Sylvia, 2012).
5. Pathway
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik

Peningkatan Tekanan Trombus/ Emboli


Sistemik di cerebal

Aneurisme Suplai darah ke jaringan


cerebal tidak adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel Hipoksia serebri

Hematoma Cerebal
Penurunan Risiko Perfusi
PTIK/ Herniasi cerebal Kapasitas Adaptif cerebal tidak
Intrakranial efektif
Vasospasme
Penurunan Penekanan arteri cerebal
kesadaran saluran
Iskemik infark
pernafasan
Deficit neurologi Area groca
Pola Nafas Tidak
Efektif Hemisfer kanan Hemisfer kiri Kelemahan / kelemahan
Hemiparese/ hemiplegi fungsi N. V, VII, IX, XI
Hemiparese/hemiplegi
kiri kanan Gangguan Gangguan
komunikasi persepsi
Gangguan verbal sensori
Resiko
mobilitas gangguan
fisik kerusakan Deficit
integritas kulit perawatan diri

Resiko Resiko Resiko


aspirasi cedera jatuh
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi antara lain:
1) Computerized Tomography Scan (CT-Scan), untuk menentukan jenis
stroke, diameter perdarahan, lokasi, dan adanya edema otak.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk menunjukkan area yang
mengalami perdarahan.
3) Angiografi serebral, untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisme atau malformasi vascular
4) Elektroensefalogragi, untuk dapat menentukan lokasi stroke dan
melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
b. Pemeriksaan elektrokardiogram, untuk dapat memperlihat keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan
salah satu tanda hipertensi kronis
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal, untuk mengetahui jenis perdarahan atau warna
liquor. Pemeriksaan liquor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna liquor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah lengkap, untuk mencari kelainan pada darah.
3) Pemeriksaan kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan keratin),
masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial tujuannya untuk
dapat mengetahui kadar gula darah apakah terjadi peningkatan dari
batas normal atau tidak. Jika ada Indikasi lakukan test-test berikut
ini: fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi (Taufan N,
2011).
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primery Survei
a. Airway: Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas atau tidak. Mis.
Gurgling (penumpukan cairan) , snoring (benda asing / pangkal lidah
jatuh ke bawah), stridur (edema laring / ngorok).
b. Breathing: Lakukan IAPP
1) Inspeksi: OBN, RR (respirasi rate), pola nafas (takipnea/bradipnea.
regular/irreguler), siklus respirasi (normal 3 detik), retraksi dinding
dada, bentuk dada, jejas, deviasi trakea.
2) Auskutrasi: suara nafas (ronchi, whezing, mengi),
3) Palpasi: Fibrasi dada, adanya fraktir thorak atau tidak, nyeri tekan
4) Perkusi: Paru (sonor/hipersonor), jantung (dalnes/pekak)
c. Circulation: Cek TD, MAP tekanan nadi (kuat atau lemah), suhu, nyeri
dada, nadi, irama, pulsasi, CRT, akral, warna kulit, sianosis, intake
output. IWL, saturasi oksigen, perdarahan.
d. Disability : tingkat kesadaran, GCS, repleks pupil, kekuatan otot, reflex
patologis, nyeri (skala numerik/CPOT)
e. Eksposure: cek adanya cedera, fraktur, udem
f. Folley kateter: cek output urine
g. Gastric tube: catat produksi, warna
h. Heart rate: cek adanya takikardia, nyeri, sesak, cemas, demam.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan secondary survey
Anamnesis secondary survey dapat meggunakan format AMPLE
1) Allergis: kaji adanya alergi
2) Medications: kaji obat-obatan yang dikonsumsi
3) Post illness: kaji riwayat sakit yang dialami
4) Last meal: kaji makanan/minuman yang dikonsumsi terakhit kali
5) Event/ Environment: kaji penyebab yang berhubungan dengan
kejadian.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Penampilan umum dan prilaku klien: antara lain: tingkat kesadaran,
kebersihan secara umum, ekspresi wajah dan sikap (kooperatif).
2) TB dan BB klien
3) TTV (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu)
4) Pemeriksaan kepala: inspeksi (bentuk, kesemitresin, benjolan, lesi,
rambut (warna, ketome, kutu)), palpasi (benjolan, nodul, frakktur)
5) Pemeriksaan mata: inspeksi (konjungtiva, sklera, pupil, repleks
terhadap cahaya)
6) Pemeriksaan wajah: inspeksi (kesimetrisan, jerawat, hiperpigmentasi)
7) Pemeriksaan mulut: inspeksi (warna mukosa, gigi
(kelengkapan,karies, karang gigi, infeksi), gusi (warna, peradangan),
palatum, lidah (warna, lesi, perdarahan, tonus), tonsil (warna,
pembengkakan, secret)), palpasi (bibir, lidah, nodul. Masa)
8) Pemeriksaan hidung dan sinus: inspeksi (bentuk, mukosa, secret,
deviasi tulang, polip, pembengkakan, temperature). Palpasi (sinus
maksilaris, frontalis, etmoidalis, spenoidalis)
9) Pemeriksaan telinga: inspeksi (daun telinga (kesimetrisan, warna,
ukuran), lubang telinga (serumen,kebersihan, nodul)), auskultasi
(bisikan, garfutala (tes rinne, weber, swaba)
10) Pemeriksaan leher: inspeksi (pembengkakan, pembesaran vena, lesi,
lubang abnormal), palpasi (posisi trakea, pembesaran KGB)
11) Pemeriksaan payudara: inspeksi (kesimetrisan kedua payudara, lesi,
putting, areola, pengeluaran), palpasi (massa)
12) Pemeriksaan thoraks: inspeksi (bentuk dada, pernafasan (jenis, irama,
kedalaman), kesimetrisan, pengembangan dinding dada), palpasi
(temperature, pengembangan paru, vokal premitus), perkusi (seluruh
lapang paru (batas paru, massa), auskultasi (suara nafas
normal/abnormal)
13) Pemeriksaan jantung: palpasi (nadi), auskultasi (irama dan suara
jantung), perkusi (posisi jantung)
14) Pemeriksaan abdomen: inspeksi (kesimetrisan, pembengkakan, warna
umbilicus), auskultasi (bising usus), palpasi (semua kuadran, turgor
kulit, massa, ukuran hepar, asites, nyeri lepas/tekan)
15) Pemeriksaan genitalia: inspeksi (wanita (kebersihan, klitoris, labia
minora dan mayora, cairan yang keluar, nodul, lesi), peria
(kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang keluar, infeksi), palpasi
(massa)
16) Pemeriksaan anus: ispeksi: (warna kulit, pembengkakan, polip,
pengeluaran), palpasi (massa, spinter ani)
17) Pemeriksaan ekstremitas: inspeksi (pergerakan sendi, lesi, massa,
tonus otor, warna kulit), palpasi temperature, edema), repleks
tendon/patologis, keluatan otot.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi Computerized Tomography Scan (CT-Scan),
untuk menentukan jenis stroke, diameter perdarahan, lokasi, dan adanya
edema otak.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b.d edema serebral (stroke
iskemik, stroke hemoragik)
b. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neuromuscular (kondisi klinis
terkait stroke)
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular (kondisi klinis
terkait stroke)
d. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuscular (kondisi klinis terkait stroke)
e. Gangguan persepsi sensori b.d hipoksia serebral (kondisi klinis terkait
trauma pada saraf kranialis II,III,IV, dan VI akibat stroke)
f. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d aterosklerosis aorta, embolisme,
hipertensi (kondisi klinis terkait stroke)
g. Risiko aspirasi d.d penurunan tingkat kesadaran, gangguan menelan,
kerusakan mobilitas fisik (kondisi klinis terkait stroke)
h. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan d.d penurunan mobilitas,
kelembapan (kondisis klinis terkait imobilisasi)
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan kapasitas Setelah diberikan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
adaptif intracranial b.d keperawatan selama 1x24 (I.06194)
edema serebral (stroke jam diharapkan Penurunan Observasi
iskemik, stroke kapasitas adaptif  Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.
hemoragik) intracranial dapat teratasi Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)
dengan Kriteria Hasil:  Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (TD
Kapasitas Adaptif
Intrakranial (L.06049) meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia,
 Tingkat kesadaran dari pola napas ireguler, kesadaran menurun)
menurun (1) menjadi  Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
sedang (3)  Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika
 Fungsi kognitif dari perlu
menurun (1) menjadi  Monitor PAWP, jika perlu
sedang (3)  Monitor PAP, jika perlu
 Sakit kepala dari  Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika
meningkat (1) menjadi tersedia
sedang (3)  Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
 Bradikardia dari  Monitor gelombang ICP
meningkat (1) menjadi  Monitor status pernapasan
sedang (3)  Monitor intake dan output cairan
 Gelisah dari meningkat  Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna,
(1) menjadi sedang (3) konsistensi)
 Agitasi dari meningkat Terapeutik
(1) menjadi sedang (3)  Minimalkan stimulus dengan menyediakan
 Muntah dari meningkat lingkungan yang tenang
(1) menjadi sedang (3)  Berikan posisi semi fowler
 Postur deserebrasi  Hindari manuver valsava
(ekstensi) dari meningkat  Cegah terjadinya kejang
(1) menjadi sedang (3)
 Hindari penggunaan PEEP
 Papiledema dari
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
meningkat (1) menjadi
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
sedang (3)
 Pertahankan suhu tubuh normal
 TD dari memburuk (1)
Kolaborasi
menjadi sedang (3)
 Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
 Tekanan nadi dari
konvulsan, jika perlu
memburuk (1) menjadi
sedang (3)  Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika
perlu
 Pola napas dari
memburuk (1) menjadi  Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
sedang (3)
 Respons pupil dari
memburuk (1) menjadi
sedang (3)
 Reflex neurologis dari
memburuk (1) menjadi
sedang (3)
 TIK dari memburuk (1)
menjadi sedang (3)
Gangguan mobilitas Setelah diberikan tindakan Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik b.d gangguan keperawatan selama 1x24 Observasi
neuromuscular (kondisi jam diharapkan Gangguan  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
klinis terkait stroke) mobilitas fisik dapat lainnya
teratasi dengan Kriteria  Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Hasil:  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Mobilitas Fisik (L.05042) sebelum memulai ambulasi
 Pergerakan ekstremitas  Monitor kondisi umum selama melakukan
dari menurun (1) ambulasi
menjadi sedang (3) Terapeutik
 Kekuatan otot dari  Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu
menurun (1) menjadi (mis. Tongkat, kruk)
sedang (3)  Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Rentang gerak (ROM)  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dari menurun (1) dalam meningkatkan ambulasi
menjadi sedang (3) Edukasi
 Nyeri dari meningkat  Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
(1) menjadi sedang (3)  Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Kecemasan dari  Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
meningkat (1) menjadi dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
sedang (3) kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
 Kaku sendi dari mandi, berjalan sesuai toleransi)
meningkat (1) menjadi
sedang (3) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
 Gerakan tidak Observasi
terkoordinasi dari  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningkat (1) menjadi lainnya
sedang (3)  Identifikasi toleransi fisik melakukan
 Gerakan terbatas dari pergerakan
meningkat (1) menjadi  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sedang (3) sebelum memulai mobilisasi
 Kelemahan fisik dari  Monitor kondisi umum selama melakukan
meningkat (1) menjadi mobilisasi
sedang (3) Terapeutik
 Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis. Pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. ROM, duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi.
Risiko Perfusi serebral Setelah diberikan tindakan Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
tidak efektif d.d keperawatan selama 1x24 Observasi
aterosklerosis aorta, jam diharapkan Risiko  Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.
embolisme,hipertensi Perfusi serebral tidak Lesi menempati ruang, gangguan metabolisme,
(kondisi klinis terkait efektif dapat teratasi edema serebral, peningkatan tekanan vena,
stroke) dengan Kriteria Hasil: obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi
Perfusi Serebral intracranial idiopatik)
(L.02014)  Monitor peningkatan TD
 Tingkat kesadaran dari  Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS
menurun (1) menjadi dan TDD)
sedang (3)  Monitor penurunan frekuensi jantung
 Kognitif dari menurun  Monitor ireguleritas irama nafas
(1) menjadi sedang (3)  Monitor penurunan tingkat kesadaran
 Sakit kepala dari  Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan
meningkat (1) menjadi respon pupil
sedang (3)  Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam
 Gelisah dari meningkat rentang yang diindikasikan
(1) menjadi sedang (3)  Monitor tekanan perfusi serebral
 Kecemasan dari  Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik
meningkat (1) menjadi drainase cairan serebrospinal
sedang (3)  Monitor efek stimulus lingkungan terhadap
 Agitasi dari meningkat TIK
(1) menjadi sedang (3) Terapeutik
 Demam dari meningkat  Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
(1) menjadi sedang (3)  Kalibrasi transduser
 Tekanan arteri rata-rata  Pertahankan sterilitas system pemantauan
dari memburuk (1)  Pertahankan posisi kepala dan leher netral
menjadi sedang (3)
 Bilas system pemantauan, jika perlu
 TIK dari memburuk (1)
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
menjadi sedang (3)
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 TD sistolik dari
Edukasi
memburuk (1) menjadi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
sedang (3)
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 TD diastolik dari
memburuk (1) menjadi
sedang (3)
 Reflex saraf dari
memburuk (1) menjadi
sedang (3)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C. (2017). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth (E. A.
Mardela (ed.); 12th ed.). Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P. (2013). Buku Ajar Patofisiologi (A. B. A. Hartono & M. E. Editor
edisi Bahasa Indonesia: Renata Komalasari, Anastasia Onny Tampubolon
(eds.); Cetakan 20). Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Medika.
Nurarif, Amin Huda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tuti Pahria, dkk. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan
sistem persyarafan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai