Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis CVA


1.1.1 Pengertian CVA
Cerebro Vaskuler Accident/stroke merupakakn penyakit neurologis yang
sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan
kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda–
tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global) dengan gejala–gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Wijaya, 2013).

1.1.2 Etiologi
Penyebab stroke menurut Muttaqin (2014) adalah:
1. Trombosis Cerebral (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau
leher)
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala
neurologis memburuk pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa
keadaan di bawah ini yang menyebabkan thrombosis otak:
a. Arterosklerosis
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang
dibawa keotak dari bagian tubuh yang lain)
2. Haemorrhage
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jeringan otak atau ruang sekitar otak.
3. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
a. Spasme arteri serebral disertai perdarahan subaracnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.

1.1.3 Faktor Resiko Stroke


Beberapa factor penyebab stroke antara lain:
1. Hipertensi, merupakan factor resiko utama.
2. Penyakit kardiovaskuler embolisme serebral berasal dari jantung
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit, meningkatkan resiko infark serebral
6. Diabetes terkait dengan aterogenesis terakselerasi
7. Merokok
8. Penyalahgunaan obat
9. Konsumsi alkohol

1.1.4 Klasifikasi stroke


1 Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu. Perdarahan otak dibagi dua yaitu:
a. Perdarahan intra serebral. Pecahnya pembuluh darah terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan
otak, membentuk masa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak.
b. Perdarahan subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau Arteriovenous Malformation (AVM).
Aneurisma yang pecah ini berasal pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.
2 Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli atau trombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari.

1.1.5 Manifestasi Klinik


Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Tanda dan
gejalanya meliputi:
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah salah satu sisi wajah anggota badan
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun dan hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang (hemonimus hemianopsia)
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan presepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan sinar-X toraks
Merupakan prosedur standar karena pemeriksaan ini dapat mendeteksi
pembesaran jantung (kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan
dengan gagal jantung kongestif.
2. Pungsi lumbal
Melibatkan pemeriksaan Cairan serebrospinal (CSS) yang sering

memberi petunjuk bermanfaat tentang kausa stroke, terutama apabila

pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan tidak dapat dan

memberikan anamnesis.

3. Ultrasonografi karotis
Ultrasonografi karotis terhadap arteria karotis merupakan evaluasi
standar untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan
kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
4. Angiografi serebrum
Dapat memberi informasi penting dalam mendiagnosis kausa dan
lokasi stroke.
5. Doppler transkranium
Yaitu ultrasonografi yang menggabungkan citra dan suara,
memungkinkan kita menilai aliran didalam arteri dan mengidentifikasi
stenosis yang mengancam aliran keotak.
6. Pemindaian dengan positron emission tomography (PET)
Mungkin bermanfaat karena prosedur ini dapat mengidentifikasi
seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan metabolisme
glukosa serta luas cedera.
7. Ekokardiogram transesofagus
Sangat sensitive dalam mendeteksi sumber kardioembolus potensial.
1.1.7 Patofisiologi

Faktor-faktor resiko stroke

Arterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artesis infark, fibrilasi, endokarditis arteriovenous

Penyumbatan pembuluh Perdarahan intraserebral


Trombosis serebral darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara Perembesan darah kedalam
Pembuluh darah oklusi parenkim otak
Emboli serebral
Iskemia jaringan otak Penekanan jaringan otak
Stroke
Edema dan kongesti (cerebro vaskuler accident) Infark otak, edema dan
jaringan sekitar herniasi otak
Defisit neurologis

Infark serebral Kehilangan Resiko Kerusakan terjadi pada Disfungsi bahasa


control volunteer peningkatan TIK lobus frontal kapasitas, dan komunikasi
memori atau fungsi
Penurunan Hemiplegi dan intelektual kortikal
perfusi Herniasi falk serebri dan Disartria,
hemiparesis
jaringan keforamen magnum disfasia/afasia,
serebral Kerusakan fungsi apraksia
Hambatan Kompresi batang otak kognitif dan efek
mobilitas fisik psikologis Kerusakan
Depresi saraf komunikasi
kardiovaskuler dan Lapang perhatian verbal
Koma terbatas, kesulitan dalam
pernapasan
pemahaman, lupa dan
kurang motivasi, frustasi,
Intake Kelemahan Kegagalan labilitas emosional,
nutrisi tidak fisik umum kardiovaskuler bermusuhan, dendam dan
adekuat dan pernapasan kurang kerjasama;
penurunan gairah seksual
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Kematian -Koping individu
tubuh tidak efektif
-Perubahan proses
pikir
-Penurunan gairah
Penurunan Disfungsi persepsi seksual
tingkat visual spasial dan -Gangguan psikologis
kesadaran kehilangan sensori -Perubahan peran
keluarga
-Kecemasan klien dan Kemampuan batuk Disfungsi
Resiko Perubahan
keluarga menurun, kurang kandung kemih
trauma persepsi
-Resiko penurunan mobilitas fisik, dan dan saluran
(cidera) sensori
pelaksanaan ibadah produksi sekret pencernaan

Keterangan :
Penekanan Resiko tinggi
Resiko bersihan Gangguan
jaringan setempat kerusakan
Infark serebral adala jalan nafas tak eliminasi urin
integritas kulit
efektif dan alvi
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo dan
tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung mendadak, pada saat
pasien sedang melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, di samping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat- obat
antikoagulan aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
mellitus.
6) Pengumpula data
a) Aktivitas dan istirahat
1. Data Subyektif:
Kesulitan dalam beraktivitas: kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis, mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
2. Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot (flaksid atau spastic),
paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum, gangguan penglihatan.
3. Kriteria hasil pemeriksaan Manual Mascle Testing (MMT)
1. Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.
2. Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
3. Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan.
4. Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan
gravitasi.
5. Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6. Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
b) Sirkulasi
1. Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung
,endokarditis bacterial), polisitemia.
2. Data obyektif:
Hipertensi arterial, disritmia, perubahan Elektrokardiogram (EKG),
pulsasi: kemungkinan bervariasi, denyut karotis, femoral dan arteri iliaka
atau aorta abdominal.
c) Integritas ego
1. Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
2. Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan,
kesulitan berekspresi diri
d) Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria, distensi abdomen, tidak adanya suara usus
(ileus paralitik)
e) Makan/ minum
1. Data Subyektif:
Nafsu makan hilang, nausea/vomitus, kehilangan sensasi lidah, pipi,
tenggorokan, disfagia, riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
2. Data obyektif:
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring),
obesitas (factor resiko)
f) Sensori neural
1. Data Subyektif:
Pusing/syncope (sebelum stroke/sementara selama Transient ischaemic

attack, nyeri kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid, kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati, penglihatan berkurang, sentuhan: kehilangan sensor pada sisi


kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama),

gangguan rasa pengecapan dan penciuman

2. Data obyektif:
Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif, ekstremitas: kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral), wajah: paralisis/parese (ipsilateral), afasia (kerusakan atau
kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/kesulitan berkata kata,
reseptif/kesulitan berkata kata komprehensif, global/kombinasi dari
keduanya, kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil, apraksia: kehilangan kemampuan menggunakan motorik,
reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
lateral
g) Nyeri/kenyamanan
1. Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
2. Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
h) Respirasi
Data Subyektif: Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas,
Timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara nafas
terdengar ronchi/aspirasi
i) Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik: masalah dengan penglihatan, perubahan persepsi
terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit, tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan
wajah yang pernah dikenali, gangguan berespon terhadap panas, dan
dingin/gangguan regulasi suhu tubuh, gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
j) Interaksi social
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
1.2.2 Diagnosa keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan yang muncul :
a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
b. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2) SDKI
Diagnoa 1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
Gangguan mobilitas fisik D.0054
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu lebih ekstremitas secara mandiri
Penyebab
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan musculoskeletal
12. Gangguan neuromuscular
13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori presepsi
Tanda dan gejala mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit menggerakan 1. Kekuatan otot menurun
ekstermitas 2. Rentang gerak (ROM) menurun
Tanda dan gejala minor
Subjektif Objektif
1. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
2. Enggan melakukan pergerakan 2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Merasa cemas saat bergerak 3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

SLKI
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Mobilitas fisik L.05042
Definisi
Kemampuan dalam pergerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Pergerakan 1 2 3 4 5
Ekstermitas
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak 1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
SLKI
Toleransi aktivitas L.05047
Definisi
Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Kemudahan dalam 1 2 3 4 5
melakukan aktivitas
sehari-hari
Kecepatan berjalan 1 2 3 4 5
Jarak berjalan 1 2 3 4 5
Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
bagian atas
Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
bagian bawah
Toleransi dalam 1 2 3 4 5
menaiki tangga
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
Dispnea saat 1 2 3 4 5
aktivitas
Dispnea setelah 1 2 3 4 5
aktivitas
Perasaan lemah 1 2 3 4 5
Aritmia saat aktivitas 1 2 3 4 5
Aritmia setelah 1 2 3 4 5
aktivitas
Sianosis
Meningkat Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburu Meningkat
k
Warna kulit 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5
EKG Iskemia 1 2 3 4 5

Intervensi Keperawatan
SIKI

Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular


Dukungan Ambulasi I.06171
Definisi
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah
Tindakan
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

Dukungan mobilisasi I.05173


Definisi
Memfasilitasi pasien untuk meningkatakan aktivitas pergerakan fisik
Tindakan
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi tolerasi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
- Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobiliasasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis, duduk ditempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur kekursi)

SDKI
Diagnosa 2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Defisit perawatan diri D.0109
Kategori: perilaku
Subkategori: kebersihan diri
Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penyebab
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskular
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
Tanda dan gejala mayor
Subjektif Objektif
1. Menolak melakukan perawatan diri 1. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri
kurang
Tanda dan gejala minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah satu atau lebih dari:
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan
4. Toileting
5. Berhias

SLKI
Defisit Perawatan Diri berhubungan
Perawatan diri L.11103
Definisi
Kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan mandi 1 2 3 4 5
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenakan
pakaian
Kemampuan makan 1 2 3 4 5
Kemampuan ke 1 2 3 4 5
toilet (BAB/BAK)
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan
melakukan
perawatan diri
Minat melakukan 1 2 3 4 5
perawatan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan mulut
SIKI
Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
Dukungan perawatan diri : mandi I.11352
Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
- Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
- Monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut,mulut, kulit, kuku)
- Monitor integritas kulit
Terapeutik
- Sediakan peralatan mandi (mis, sabun, sikat gigi, shampoo, pelembap kulit)
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
- Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
- Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
- Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif, (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, S.C and Bare, B.G, (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H.Y. Kuncara, Monica
Ester, Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M, (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai