Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS DENGAN HEMIPARESE

DI RUANG MARWAH

RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH BANYUWANGI

NAMA : AGUS HADI NURYANTO


NIM : 2019.04.068

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019/2020
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh. (Kamus
Keperawatan Sue Hinchliff)
Hemiparese dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus
yang abnormal. (www.google.com)
- Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
- Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
- Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 2001)
- Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
a. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem
vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta
bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan
trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai
trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema disekitarnya.
b. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Iskemia serebri
Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya menerima
sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran darah
serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak
faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain.
d. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan
ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan intraserebral dan
intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid atau didalam jaringan
otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh
darah mudah pecah.
C. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :

 Perokok.
 Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
 Tekanan darah tinggi.
 Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
 Transient Ischemic Attack ( TIAs)

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :


 Usia di atas 65.
 Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
 DM.
 Keturunan ( Keluarga ada stroke).
 Pernah terserang stroke.
 Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
 Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
D. Patofisiologi

Faktor-faktor resiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artesis infark, fibrilisasi,endokarditis arterioveneous

Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh Pendarahan intraserebral


darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara

Pembuluh darah oklusi Perembesan darah ke dalam


 Emboli serebral parenkim otak
Iskemik jaringan otak 
 Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti 
jaringan sekitar Stroke
Infark otak, edema dan
(cerebrovacular accident )
Defisist neurologis herniasi otak

Infark serebral Kehilangan 1. Resiko Kerusakan terjadi Disfungsi


kontrol peningkatan pada lobus frontal bahasa dan
volunter TIK kapasitas, memori, komunikasi
atau fungsi
2. penurunan intelektual kortika
perfunsi
Hemiplegia Disartria,
jaringan Herniasi falks
dan disfagia/afasia,
serebral hemiparesisi
serebri dan ke Kerusakan fungsi
oramen apraksia
kognitif dan efek
magnum
psikologis
4. kerusakan 
10. kerusakan
mobilitas Kompresi komunikasi
fisik batang otak Lapang perhatian verbal
terbatas, kesulitan
dalam pemahaman,
koma Depresi saraf lupa dan kurang
kardiovaskuler motivasi, frustasi,
dan pernafasan kurang kerjasama.
Disfungsi
kandung kemih
Intake nutrisi Kelemahan dan alvi
tidak adekuat fisik umum 11. kopong
Kegagalan
individu tidak
kardiovaskular
efektif
dan pernapasan
12. perubahan 8. gangguan
5. perubahan 7.ketidakmam
proses berpikir eliminasi uri
pemenuhan puan
dan alvi
nutrisi perawatan diri
kematian

Penurunan
tingkat Disfungsi
kesadaran presepsi visual
spasial dan
kehilangan
sensorik
9. resiko
trauma
12. perubahan
presepsi
sensorik

Penekanan jaringan 6. resiko tinggi


setempat kerusakan
intregritas kulit

E. Manifestasi Klinis
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL (2,7 hingga 3,3 mmol/L). keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Tanda-tanda
gangguan fungsi system saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit
kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan rasa ingin pingsan. Kombinasi semua gejala ini
(disamping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran.
Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi,
bergantung bagian otak yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA).
Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
F. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekstrasel
terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang
mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak.
G. Gangguan yang muncul :
a. Defisit Neurologis
1. Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan). Tidak
menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu sisi
tubuh, kesulitan menilai jarak.
2. Kehilangan penglihatan perifer. Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari
objek atau batas objek
3. Diplopia : penglihatan ganda.
b. Defisit Motorik
1. Hemiparese
kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
2. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
3. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4. Disartria
Kesulitas dalam membentuk kata
5. Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit Sensori
1. Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara
2. Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3. Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit Kognitif
1. Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah
2. Penurunan lapang perhatian
3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4. Alasan abstrak buruk
5. Perubahan penilaian
e. Defisit Emosional
1. Kehilangan control diri
2. Labilitas emosional
3. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
4. Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5. Perasaan isolasi
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Labolatorium
1. Hitung darah lengkap.
2. Kimia klinik.
3. Masa protombin.
4. Urinalisis.
b. Diagnostik
1. SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.
2. Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
3. EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls listrik dalam jaringan
otak.
4. Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
5. MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak.
6. X-Ray tengkorak
I. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif.
1. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
2. Mencegah peningkatan TIK.
3. Antihipertensi.
4. Deuritika.
5. Vasodilator perifer.
6. Antikoagulan.
7. Diazepam bila kejang.
8. Anti tukak misal cimetidine.
9. Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah
terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
10. Manitol : mengurangi edema otak.
b. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi
hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan
kehidupan klien.
c. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
1. Terapi wicara.
2. Terapi fisik.
3. Stoking anti embolisme.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
b. Keluhan Utama.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran
atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih
sadar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah
otak menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-
tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran
sampai koma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami
stroke.
f. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu
klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan
sebagaian sampai total.Meliputi :
1) mandi
2) makan/minum
3) bab / bak
4) berpakaian
5) berhias
6) aktifitas mobilisasi

g. Pemeriksaan Fisik Dan Observasi.

BI ( Breathing / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :


1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.
2) Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
3) Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
4) Catat jumlah dan irama nafas

B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan
Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi. TD biasanya
terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif >200 mmHg.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran, kualitas kesadaran merupakan parameter yang paling
mendasar dan paling penting.

B4 ( Bladder / Perkemihan ).

Tanda-tanda inkontinensia uri.

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.


Tanda-tanda inkontinensia alfi berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologis
yang luas.

B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda decubitus karena tirah


baring lama, kekuatan otot, disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena adanya lesi pada sisi otak yang berlawanan.

h. Sosial Interaksi.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan
dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan
kesembuhannya.

B. Diagnosa Yang Muncul.


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder
terhadap perdarahan otak .
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan
menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan
kelemahan secara umum.

C. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak Sekunder
Terhadap Hipoksia, Edema Otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami


peningkatan tekanan intra kranial .

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :


1) Peningkatan tekanan darah.
2) Nadi melebar.
3) Pernafasan cheyne stokes
4) Muntah projectile.
5) Sakit kepala hebat.

Intervensi.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
1) tekanan darah untuk melakukan tindakan lebih
2) nadi lanjut.
3) GCS
4) Respirasi
5) Keluhan sakit kepala hebat
6) Muntah projectile
7) Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat Meninggikan kepala dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah membantu drainage vena untuk
posisi dengan cepat. mengurangi kongesti vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid memperlambat
Masase karotid frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi sistemik
yang diikuti peningkatan sirkulasi
secara tiba-tiba.
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. Fleksi atau rotasi ekstrem leher
mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage vena
dari rongga intra kranial.
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan Aktifitas ini menimbulkan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem manuver valsalva yang merusak
panggul dan lutut. aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan
TIK.

4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak Mencegah konstipasi dan


feces jika di perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan
pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
1) Anti hipertensi. 1) Menurunkan tekanan
darah.
2) Anti koagulan. 2) Mencegah terjadinya
trombus.
3) Terapi intra vena pengganti cairan dan 3) Mencegah defisit cairan.
elektrolit.
4) Pelunak feces. 4) Mencegah obstipasi.
5) Anti tukak. 5) Mencegah stres ulcer.
6) Roborantia. 6) Meningkatkan daya tahan
tubuh.
7) Analgetika. 7) Mengurangi nyeri.
8) Vasodilator perifer. 8) Memperbaiki sirkulasi
darah otak.
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia

Tujuan :Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil
1) Tidak terjadi kontraktur sendi
2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan 2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus
latihan gerak aktif pada dan kekuatan otot serta memperbaiki
ekstrimitas yang tidak sakit fungsi jantung dan pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada 3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
ekstrimitas yang sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk
4. Berikan papan kaki pada digerakkan
ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.

Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam mengantisipasi
kekurangan dalam melakukan /merencanakan pemenuhan kebutuhan
perawatan diri. secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
melakukan aktivitas dan beri bantuan untuk berusaha terus-menerus
dengan sikap sungguh 3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien dan sangat tergantung dan meskipun
yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi bantuan yang diberikan bermanfaat
berikan bantuan sesuai kebutuhan. dalam mencegah frustasi, adalah
penting bagi klien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri-sendiri
untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan
4. Berikan umpan balik yang positif untuk kemandirian serta mendorong klien
setiap usaha yang dilakukannya atau untuk berusaha secara kontinyu
keberhasilannya 5. Memberikan bantuan yang mantap
5. Kolaborasi dengan ahli untuk mengembangkan rencana terapi
fisioterapi/okupasi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus

4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan


menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.

Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil
1) Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
2) Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1. Untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah, menelan dan reflek batuk akan diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada 2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan
waktu, selama dan sesudah makan karena gaya gravitasi
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan 3. Membantu dalam melatih kembali
membuka mulut secara manual dengan sensori dan meningkatkan kontrol
menekan ringan diatas bibir/dibawah muskuler
dagu jika dibutuhkan
4. Letakkan makanan pada daerah mulut 4. Memberikan stimulasi sensori (termasuk
yang tidak terganggu rasa kecap) yang dapat mencetuskan
usaha untuk menelan dan meningkatkan
masukan
5. Berikan makan dengan berlahan pada 5. Klien dapat berkonsentrasi pada
lingkungan yang tenang mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar
6. Mulailah untuk memberikan makan 6. Makan lunak/cairan kental mudah untuk
peroral setengah cair, makan lunak mengendalikannya didalam mulut,
ketika klien dapat menelan air menurunkan terjadinya aspirasi
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan 7. Menguatkan otot fasial dan dan otot
meminum cairan menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak
8. Anjurkan klien untuk 8. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
berpartisipasidalam program dalam otak yang meningkatkan nafsu
latihan/kegiatan. makan
9. Mungkin diperlukan untuk memberikan
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk cairan pengganti dan juga makanan jika
memberikan ciran melalui iv atau klien tidak mampu untuk memasukkan
makanan melalui selang segala sesuatu melalui mulut

5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan


neurologis.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat,
konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada kolon ( scibala ).
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien dan 1. Klien dan keluarga akan mengerti
keluarga pasien tentang penyebab penyebab dari konstipasi.
konstipasi. 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk makan 3. Diet seimbang tinggi kandungan
makanan yang mengandung serat. serat meransang peristalti dan
4. Bila klien mampu minum, berikan eliminasi reguler.
asupan cairan yang cukup (2L/hari) 4. Masukan cairan adekuat
jika tidak ada kontraindikasi. membantu mempertahankan
5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan konsistensi feses yang pada usus
keadaan klien. dan membantu eliminasi reguler.
6. Kolaborasi dengan tim dokter 5. Aktivitas fisik reguler membantu
dalam pemberian pelunak faces ( eliminasi dengan memperbaiki
laksatif, supositoria, enema ) tonus otot abdomen dan
meransang nafsu makan dan
peristaltik.
6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan
membantu eliminasi.

6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa
isyarat.
Kriteria Hasil :
Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien dapat
merespon secara verbal maupun isyarat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien 1. Membantu menentukan
tidak mengerti kata-kata atau kerusakanp pada area otak dan
masalah berbicara atau tidak menentukan kesulitan klien dengan
mengerti bahasa yang digunakan. sebagian atau seluruh proses
2. Bedakan afasia dengan disatria. komunikasi, klien mungkin
3. Lakukan metode percakapan yang mempunyai masalah dalam
baik dan lengkap, beri kesemoatan mengartikan kata-kata .
klien untuk mengklarifikasi. 2. Dapat menentukan pilihat
4. Katakan untuk mengikuti perintah intervensi yang sesuai dengan tipe
secara sederhana seperti tutup gangguan.
matamu dan lihat ke pintu. 3. Klien dapat kehilangan kemampuan
5. Ucapkan lansung kepada klien untuk memantau ucapannya,
berbicara pelan dan tengan, komunikasinya secara tidak sadar,
gunakan pertanyaan yang dengan melengkapi dapat
jawabannya “ tidak” dan “ya” dan merealisasikan pengertian klien
perhatikan respon klien. dan dapt mengklarifikasi
6. Kolaborasi : konsultasi dengan ahli percakapan.
terapi bicara. 4. Untuk mengikuti afasia reseptif.
5. Mengurangi kebingungan atau
kecemasan terhadap banyaknya
informasi. Memajukan stimulasi
komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Mengkaji kemampuan individual
dan sensorik motorik dan funsi
kognitif untuk mengidentifikasi
defisit dan kebutuhan terapi.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan
tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Salemba Medika; jakarta.
2. Kamus Keperawatan Sue Hinchliff
3. www.google.com
4. Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144
5. http://meliyanatandilawa.blogspot.co.id/2015/09/askep-hemiparese.html
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
HEMIPARESIS
OLEH

Nama : Karlina Ende Putri


Nim : PO714201151022

C.I LAHAN C.I INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR


PRODI DIV KEPERAWATAN MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai