HEMIPARESIS
Dosen Pembimbing :
OLEH
A. Definisi
Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh. (Kamus
Keperawatan Sue Hinchliff)
Hemiparese dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya
tonus yang abnormal. (www.google.com)
B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
a. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem
vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta
bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan
trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut
sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema disekitarnya.
b. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Iskemia serebri
Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya menerima
sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran
darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh
banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain.
d. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid
atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena
arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.
C. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
Perokok.
Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
Transient Ischemic Attack ( TIAs)
Penurunan
tingkat Disfungsi
kesadaran presepsi visual
spasial dan
kehilangan
sensorik
9. resiko
trauma
12. perubahan
presepsi
sensorik
A. Pengkajian
a. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
b. Keluhan Utama.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran
atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih
sadar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh
darah otak menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-
tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran
sampai koma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah
mengalami stroke.
f. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu
klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari
bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
1) mandi
2) makan/minum
3) bab / bak
4) berpakaian
5) berhias
6) aktifitas mobilisasi
g. Pemeriksaan Fisik Dan Observasi.
BI ( Breathing / pernafasan).
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran, kualitas kesadaran merupakan parameter yang
paling mendasar dan paling penting.
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
B5 ( Bowel : Pencernaan )
h.Sosial Interaksi.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang
pengobatan dan kesembuhannya.
C. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak Sekunder
Terhadap Hipoksia, Edema Otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
1) tekanan darah untuk melakukan tindakan lebih
2) nadi lanjut.
3) GCS
4) Respirasi
5) Keluhan sakit kepala hebat
6) Muntah projectile
7) Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat Meninggikan kepala dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah membantu drainage vena untuk
posisi dengan cepat. mengurangi kongesti vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid memperlambat
Masase karotid frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi sistemik
yang diikuti peningkatan sirkulasi
secara tiba-tiba.
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. Fleksi atau rotasi ekstrem leher
mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage vena
dari rongga intra kranial.
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan Aktifitas ini menimbulkan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem manuver valsalva yang merusak
panggul dan lutut. aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan
TIK.
Kriteria hasil
Kriteria hasil
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam mengantisipasi
kekurangan dalam melakukan /merencanakan pemenuhan
perawatan diri. kebutuhan secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
melakukan aktivitas dan beri bantuan untuk berusaha terus-menerus
dengan sikap sungguh 3. Klien mungkin menjadi sangat
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien ketakutan dan sangat tergantung dan
yang dapat dilakukan klien sendiri, meskipun bantuan yang diberikan
tetapi berikan bantuan sesuai bermanfaat dalam mencegah frustasi,
kebutuhan. adalah penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk mempertahankan
harga diri dan meningkatkan
pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri
4. Berikan umpan balik yang positif untuk dan kemandirian serta mendorong
setiap usaha yang dilakukannya atau klien untuk berusaha secara kontinyu
keberhasilannya 5. Memberikan bantuan yang mantap
5. Kolaborasi dengan ahli untuk mengembangkan rencana terapi
fisioterapi/okupasi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan
menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan
Kriteria hasil
Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat, konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada kolon ( scibala ).
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien 1. Klien dan keluarga akan mengerti
dan keluarga pasien tentang penyebab dari konstipasi.
penyebab konstipasi. 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk 3. Diet seimbang tinggi kandungan
makan makanan yang serat meransang peristalti dan
mengandung serat. eliminasi reguler.
4. Bila klien mampu minum, 4. Masukan cairan adekuat
berikan asupan cairan yang membantu mempertahankan
cukup (2L/hari) jika tidak ada konsistensi feses yang pada usus
kontraindikasi. dan membantu eliminasi reguler.
5. Lakukan mobilisasi sesuai 5. Aktivitas fisik reguler membantu
dengan keadaan klien. eliminasi dengan memperbaiki
6. Kolaborasi dengan tim dokter tonus otot abdomen dan
dalam pemberian pelunak faces ( meransang nafsu makan dan
laksatif, supositoria, enema ) peristaltik.
6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa
isyarat.
Kriteria Hasil :
Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien dapat
merespon secara verbal maupun isyarat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien 1. Membantu menentukan
tidak mengerti kata-kata atau kerusakanp pada area otak dan
masalah berbicara atau tidak menentukan kesulitan klien
mengerti bahasa yang dengan sebagian atau seluruh
digunakan. proses komunikasi, klien
2. Bedakan afasia dengan disatria. mungkin mempunyai masalah
3. Lakukan metode percakapan dalam mengartikan kata-kata .
yang baik dan lengkap, beri 2. Dapat menentukan pilihat
kesemoatan klien untuk intervensi yang sesuai dengan
mengklarifikasi. tipe gangguan.
4. Katakan untuk mengikuti 3. Klien dapat kehilangan
perintah secara sederhana kemampuan untuk memantau
seperti tutup matamu dan lihat ucapannya, komunikasinya
ke pintu. secara tidak sadar, dengan
5. Ucapkan lansung kepada klien melengkapi dapat merealisasikan
berbicara pelan dan tengan, pengertian klien dan dapt
gunakan pertanyaan yang mengklarifikasi percakapan.
jawabannya “ tidak” dan “ya” 4. Untuk mengikuti afasia reseptif.
dan perhatikan respon klien. 5. Mengurangi kebingungan atau
6. Kolaborasi : konsultasi dengan kecemasan terhadap banyaknya
ahli terapi bicara. informasi. Memajukan stimulasi
komunikasi ingatan dan kata-
kata.
6. Mengkaji kemampuan individual
dan sensorik motorik dan funsi
kognitif untuk mengidentifikasi
defisit dan kebutuhan terapi.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
DAFTAR PUSTAKA