Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMIPARESIS

Dosen Pembimbing :

Abbasiah, SKM., M.Kep

OLEH

Nama : Oktavia Dewi Putri


Nim : PO71201200024

C.I LAHAN C.I INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAMBI

PRODI DIV KEPERAWATAN JAMBI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh. (Kamus
Keperawatan Sue Hinchliff)
Hemiparese dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya
tonus yang abnormal. (www.google.com)
B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
a. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem
vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta
bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan
trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut
sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema disekitarnya.
b. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Iskemia serebri
Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya menerima
sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran
darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh
banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain.
d. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid
atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena
arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.
C. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :

 Perokok.
 Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
 Tekanan darah tinggi.
 Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
 Transient Ischemic Attack ( TIAs)

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :


 Usia di atas 65.
 Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
 DM.
 Keturunan ( Keluarga ada stroke).
 Pernah terserang stroke.
 Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
 Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
D. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artesis infark, fibrilisasi,endokarditis arterioveneous

Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah Pendarahan intraserebral


otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara

Pembuluh darah oklusi Perembesan darah ke dalam


 parenkim otak
Emboli serebral
Iskemik jaringan otak 

 Penekanan jaringan otak


Edema dan kongesti 
jaringan sekitar
Infark otak, edema dan
herniasi otak
Stroke
(cerebrovacular accident )
Defisist neurologis

Infark serebral Kehilangan Kerusakan terjadi Disfungsi


kontrol
1. Resiko
pada lobus frontal bahasa dan
volunter peningkatan
kapasitas, memori, komunikasi
TIK
atau fungsi
2. penurunan intelektual kortika
perfunsi
Hemiplegia Disartria,
jaringan Herniasi falks
dan disfagia/afasia,
serebral serebri dan ke
hemiparesisi Kerusakan fungsi apraksia
oramen
magnum kognitif dan efek
psikologis

4. kerusakan 10. kerusakan
Kompresi
mobilitas komunikasi
batang otak
fisik Lapang perhatian verbal
terbatas, kesulitan
dalam pemahaman,
koma lupa dan kurang
Depresi saraf
motivasi, frustasi,
kardiovaskuler
kurang kerjasama.
dan pernafasan
Disfungsi
kandung kemih
Intake nutrisi Kelemahan dan alvi
tidak adekuat fisik umum 11. kopong
Kegagalan individu tidak
kardiovaskular efektif
dan pernapasan
12. perubahan 8. gangguan
5. perubahan 7.ketidakmamp eliminasi uri
proses berpikir
pemenuhan uan perawatan dan alvi
nutrisi diri kematian

Penurunan
tingkat Disfungsi
kesadaran presepsi visual
spasial dan
kehilangan
sensorik
9. resiko
trauma
12. perubahan
presepsi
sensorik

Penekanan jaringan 6. resiko tinggi


setempat kerusakan
intregritas kulit
E. Manifestasi Klinis
Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi,
bergantung bagian otak yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic
attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah
menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
F. Komplikasi
a.  Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke otak tidak
adekuat
b.  Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan
ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang
mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak.
G. Gangguan yang muncul :
a. Defisit Neurologis
1. Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan). Tidak
menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu
sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2. Kehilangan penglihatan perifer. Kesulitan melihat pada malam hari, tidak
menyadari objek atau batas objek
3. Diplopia : penglihatan ganda.
b. Defisit Motorik
1. Hemiparese
kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
2. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
3. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4. Disartria
Kesulitas dalam membentuk kata
5. Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit Sensori
1. Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara
2. Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3. Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit Kognitif
1. Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah
2. Penurunan lapang perhatian
3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4. Alasan abstrak buruk
5. Perubahan penilaian
e. Defisit Emosional
1. Kehilangan control diri
2. Labilitas emosional
3. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
4. Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5. Perasaan isolasi
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Labolatorium
1. Hitung darah lengkap.
2. Kimia klinik.
3. Masa protombin.
4. Urinalisis.
b. Diagnostik
1. SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.
2. Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
3. EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls listrik dalam
jaringan otak.
4. Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.
5. MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak.
6. X-Ray tengkorak
I. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif.
1. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
2. Mencegah peningkatan TIK.
3. Antihipertensi.
4. Deuritika.
5. Vasodilator perifer.
6. Antikoagulan.
7. Diazepam bila kejang.
8. Anti tukak misal cimetidine.
9. Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah
terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
10. Manitol : mengurangi edema otak.
b. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan klien.
c. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
1. Terapi wicara.
2. Terapi fisik.
3. Stoking anti embolisme.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
b. Keluhan Utama.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran
atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih
sadar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh
darah otak menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-
tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran
sampai koma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah
mengalami stroke.
f. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu
klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari
bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
1) mandi
2) makan/minum
3) bab / bak
4) berpakaian
5) berhias
6) aktifitas mobilisasi
g. Pemeriksaan Fisik Dan Observasi.
BI ( Breathing / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :

1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks


batuk.
2) Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
3) Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
4) Catat jumlah dan irama nafas
B2 ( Blood / sirkulasi ).

Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan


Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi. TD biasanya
terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif >200 mmHg.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran, kualitas kesadaran merupakan parameter yang
paling mendasar dan paling penting.

B4 ( Bladder / Perkemihan ).

Tanda-tanda inkontinensia uri.

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.


Tanda-tanda inkontinensia alfi berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologis
yang luas.

B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda decubitus karena


tirah baring lama, kekuatan otot, disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena adanya lesi pada sisi otak yang berlawanan.

h.Sosial Interaksi.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang
pengobatan dan kesembuhannya.

B. Diagnosa Yang Muncul.


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder
terhadap perdarahan otak .
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan
dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan
kelemahan secara umum.

C. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak Sekunder
Terhadap Hipoksia, Edema Otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :

1) Peningkatan tekanan darah.


2) Nadi melebar.
3) Pernafasan cheyne stokes
4) Muntah projectile.
5) Sakit kepala hebat.
Intervensi.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
1) tekanan darah untuk melakukan tindakan lebih
2) nadi lanjut.
3) GCS
4) Respirasi
5) Keluhan sakit kepala hebat
6) Muntah projectile
7) Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat Meninggikan kepala dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah membantu drainage vena untuk
posisi dengan cepat. mengurangi kongesti vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid memperlambat
Masase karotid frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi sistemik
yang diikuti peningkatan sirkulasi
secara tiba-tiba.
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. Fleksi atau rotasi ekstrem leher
mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage vena
dari rongga intra kranial.
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan Aktifitas ini menimbulkan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem manuver valsalva yang merusak
panggul dan lutut. aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan
TIK.

4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak Mencegah konstipasi dan


feces jika di perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan
pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
1) Anti hipertensi. 1) Menurunkan tekanan
darah.
2) Anti koagulan. 2) Mencegah terjadinya
trombus.
3) Terapi intra vena pengganti cairan dan 3) Mencegah defisit cairan.
elektrolit.
4) Pelunak feces. 4) Mencegah obstipasi.
5) Anti tukak. 5) Mencegah stres ulcer.
6) Roborantia. 6) Meningkatkan daya tahan
tubuh.
7) Analgetika. 7) Mengurangi nyeri.
8) Vasodilator perifer. 8) Memperbaiki sirkulasi
darah otak.

2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia


Tujuan :Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil

1) Tidak terjadi kontraktur sendi


2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan 2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus
latihan gerak aktif pada dan kekuatan otot serta memperbaiki
ekstrimitas yang tidak sakit fungsi jantung dan pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada 3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
ekstrimitas yang sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk
4. Berikan papan kaki pada digerakkan
ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil

1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam mengantisipasi
kekurangan dalam melakukan /merencanakan pemenuhan
perawatan diri. kebutuhan secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
melakukan aktivitas dan beri bantuan untuk berusaha terus-menerus
dengan sikap sungguh 3. Klien mungkin menjadi sangat
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien ketakutan dan sangat tergantung dan
yang dapat dilakukan klien sendiri, meskipun bantuan yang diberikan
tetapi berikan bantuan sesuai bermanfaat dalam mencegah frustasi,
kebutuhan. adalah penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk mempertahankan
harga diri dan meningkatkan
pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri
4. Berikan umpan balik yang positif untuk dan kemandirian serta mendorong
setiap usaha yang dilakukannya atau klien untuk berusaha secara kontinyu
keberhasilannya 5. Memberikan bantuan yang mantap
5. Kolaborasi dengan ahli untuk mengembangkan rencana terapi
fisioterapi/okupasi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan
menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil

1) Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan


2) Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1. Untuk menetapkan jenis makanan
mengunyah, menelan dan reflek batuk yang akan diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi 2. Untuk klien lebih mudah untuk
pada waktu, selama dan sesudah menelan karena gaya gravitasi
makan 3. Membantu dalam melatih kembali
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan sensori dan meningkatkan kontrol
membuka mulut secara manual muskuler
dengan menekan ringan diatas
bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan 4. Memberikan stimulasi sensori
4. Letakkan makanan pada daerah mulut (termasuk rasa kecap) yang dapat
yang tidak terganggu mencetuskan usaha untuk menelan
dan meningkatkan masukan
5. Klien dapat berkonsentrasi pada
5. Berikan makan dengan berlahan pada mekanisme makan tanpa adanya
lingkungan yang tenang distraksi/gangguan dari luar
6. Makan lunak/cairan kental mudah
6. Mulailah untuk memberikan makan untuk mengendalikannya didalam
peroral setengah cair, makan lunak mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
ketika klien dapat menelan air 7. Menguatkan otot fasial dan dan otot
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan menelan dan menurunkan resiko
meminum cairan terjadinya tersedak
8. Dapat meningkatkan pelepasan
8. Anjurkan klien untuk endorfin dalam otak yang
berpartisipasidalam program meningkatkan nafsu makan
latihan/kegiatan. 9. Mungkin diperlukan untuk
memberikan cairan pengganti dan juga
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk makanan jika klien tidak mampu untuk
memberikan ciran melalui iv atau memasukkan segala sesuatu melalui
makanan melalui selang mulut

5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan


neurologis.
Tujuan :

Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi.

Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat, konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada kolon ( scibala ).

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien 1. Klien dan keluarga akan mengerti
dan keluarga pasien tentang penyebab dari konstipasi.
penyebab konstipasi. 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk 3. Diet seimbang tinggi kandungan
makan makanan yang serat meransang peristalti dan
mengandung serat. eliminasi reguler.
4. Bila klien mampu minum, 4. Masukan cairan adekuat
berikan asupan cairan yang membantu mempertahankan
cukup (2L/hari) jika tidak ada konsistensi feses yang pada usus
kontraindikasi. dan membantu eliminasi reguler.
5. Lakukan mobilisasi sesuai 5. Aktivitas fisik reguler membantu
dengan keadaan klien. eliminasi dengan memperbaiki
6. Kolaborasi dengan tim dokter tonus otot abdomen dan
dalam pemberian pelunak faces ( meransang nafsu makan dan
laksatif, supositoria, enema ) peristaltik.
6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.

6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
Tujuan :

Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa
isyarat.

Kriteria Hasil :

Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien dapat
merespon secara verbal maupun isyarat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien 1. Membantu menentukan
tidak mengerti kata-kata atau kerusakanp pada area otak dan
masalah berbicara atau tidak menentukan kesulitan klien
mengerti bahasa yang dengan sebagian atau seluruh
digunakan. proses komunikasi, klien
2. Bedakan afasia dengan disatria. mungkin mempunyai masalah
3. Lakukan metode percakapan dalam mengartikan kata-kata .
yang baik dan lengkap, beri 2. Dapat menentukan pilihat
kesemoatan klien untuk intervensi yang sesuai dengan
mengklarifikasi. tipe gangguan.
4. Katakan untuk mengikuti 3. Klien dapat kehilangan
perintah secara sederhana kemampuan untuk memantau
seperti tutup matamu dan lihat ucapannya, komunikasinya
ke pintu. secara tidak sadar, dengan
5. Ucapkan lansung kepada klien melengkapi dapat merealisasikan
berbicara pelan dan tengan, pengertian klien dan dapt
gunakan pertanyaan yang mengklarifikasi percakapan.
jawabannya “ tidak” dan “ya” 4. Untuk mengikuti afasia reseptif.
dan perhatikan respon klien. 5. Mengurangi kebingungan atau
6. Kolaborasi : konsultasi dengan kecemasan terhadap banyaknya
ahli terapi bicara. informasi. Memajukan stimulasi
komunikasi ingatan dan kata-
kata.
6. Mengkaji kemampuan individual
dan sensorik motorik dan funsi
kognitif untuk mengidentifikasi
defisit dan kebutuhan terapi.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Salemba Medika; jakarta.
2. Kamus Keperawatan Sue Hinchliff
3. www.google.com
4. Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144
5. http://meliyanatandilawa.blogspot.co.id/2015/09/askep-hemiparese.html

Anda mungkin juga menyukai