BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal
bagian otak atau jaringan sekitar otak secara spontan (Smeltzer & Bare,
2010).
Stroke non hemorogik adalah stroke yang timbul akibat sumbatan pada
2. Etiologi
Stoke non hemorogik biasanya diakibatkan oleh salah satu dari tiga
yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain) dan hipoperfusi global
yaitu penurunan aliran darah ke area otak (Smeltzer & Bare, 2010).
1. Umur
tahun.
2. Jenis Kelamin
3. Ras
Kejadian stroke secara umum lebih tinggi pada orang bukan kulit
4. Riwayat keluarga
b. Dapat dirubah
1. Hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Penyakit Jantung
4. Patofisiologi
atau TIA. Jika baliran darah tidak pulih, jaringan otak akan mengalami
kerusakan atau infark yang tidak dapat diperbaiki dalam beberapa menit.
Tingkat infark tergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat
dapat diubah oleh masalah perfusi local, seperti stroke, atau masalah
cerebral harus turun menjadi dua pertiga dari normal (tekanan arteri rata-
rata 50 mmHg atau dibawah) sebelum otak tidak menerima aliran darah
yang dipasok oleh arteri dan edema yang terkena di jaringan sekitarnya
Ph. Dalam kondisi otak tidak dapat berfungsi dengna baik serta harus
segera mendapatkan intervensi yang cepat dan tepat. Dimana yang kita
ketahui bahwa otak memiliki peranana yang sangat penting bagi kinerja
Thrombosis serebral
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara
Pembuluh darah oklusi
Emboli serebral
Iskemik jaringan otak
Deficit neurologis
(Mutaqqin, 2008)
5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2010) manifestasi klinis pada pasien stroke non
hemorogik yaitu:
a. Kehilangan motoric
b. Kehilangan komunikasi
dipelajari sebelumnya.
c. Gangguan persepsi
6. Pemeriksaan Penunjang
c. CT-Scan
d. Angiografi Serebri
e. EEG
f. Ultrasonografi Doppler
g. MRI
h. X ray tengkorak
1. Pengkajian
f. Kualotas dan frekunsi nadi dan pernafasan, gas darah arteri sesuai
h. Volume cairan yang diminum atau diberikan dan volume urine yang
Ketika pasien mulai sadar, tanda keletihan dan konfusi ekstrem tampak
adanya ansietas, upaya upaya harus dilakukan pada interval sering untuk
keyakinan.
Bila terjadi lesi pada hemisfer domain, pasien juga mungkin mengalami
terhadap nyeri dan suhu), control motorik (gerakan ekstremitas atas dan
2. Diagnosa keperawatan
kognitif.
neuromuskuler/perseptual.
pemajanan
1. Definisi
2. Penyebab
darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak
b. Kehilangan memori
d. Gelisah
g. Tekanan arteri < 80 mmHg atau tekanan darah sistol < 100 mmHg
4. Intervensi Keperawatan
Table 2.1
Rencana keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC) RASIONAL
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Ketidakefektifan perfusi 1. Kaji status neurologis 1. Mengetahui kecendrungan
jaringan serebral b.d secara teratur dan tingkat kesadaran dan potensial
thrombosis, emboli, bandingkan degnan peningkatan TIK dan
atau hipoperfusi global. nilai standar ( misalnya mengetahui lokasi, luas, dan
Setelah dilakukan skala koma glascow). kemajuan/resolusi kerusakan
asuhan keperewatan SSP.
selama 3 x 24 jam 2. Kaji fungsi saraf 2. Untuk mengetahu status fungsi
diharapkan pasien dapat intracranial I-XII. saraf intracranial.
mempertahankan 3. Kaji fungsi saraf 3. untuk mengetahui sejauh mana
perfusi serebral adekuat serebrum. proses penyakit berpengaruh
dengan kriteri hasil: terhadap fungsi saraf serebrum.
NOC 4. Kaji fungsi sensorik 4. Untuk mengetahui fungsi
1. Nilai GCS dalam dan motoric. motoric dan sensorik pada
batas normal bagian otak.
2. Hasil TTV dalam
batas normal 5. Kaji rasa nyaman nyeri 5. Untuk mengetahui sejauh mana
3. Fungsi motoric dan rasa nyeri mempengaruhi
sensorik membaik proses penyembuhan penyakit.
4. Tidak ditemukan
PTIK 6. Pertahankan tekanan 6. Hipertensi atau hipotensi
5. Nilai saturasi darah klien dalam postural dapat menjadi factor
oksigen dalam rentang hasil yang pencetus. Hipotensi terjadi
batas normal yaitu ditentukan oleh dokter karena syok.
95-100 mmHg. utnuk mempertahankan
perusi serebral.
7. Batasi gerakan yang 7. Untuk mencegah terjadi nya
tidak dibutuhkan. resiko cidera yang dialami
pasien.
Kolaborasi :
11. Berikan oksigen 11. Dapat
tambahan sesuai meningkatkan/memperbaiki
indikasi. status kesehatan pasien sesuai
indikasi.
12. Berikan cairan sesuai 12. Menurunkan hipoksia yang
indikasi. Berikan cairan dapat menyebabkan
melalui IV. vasodilatasi serebral dan
tekanan
meningkat/terbentuknya
edema.
13. Lakukan pemeriksaan 13. Sebagai data penunjang untuk
penunjang CT Scan, menetukan intervensi yang
MRI,Pemriksaan darah, akan dilakukan.
dll.
14. Berikan obat-obatan 14. Pemberian obat sitikoline
neuroprotektan digunakan sebagai
(sitikoline). neuroproteksi untuk iskemik.
15. Berikan seperti warfarin 15. Digunakan untuk
atau heparin. meningkatkan/memperbaiki
16. Berikan Anti aliran darah serebral.
thrombolitik seperti 16. Yang dapat diberikan sebagai
activator (tPA). penghancur gumpalan pada
saluran pembuluh darah.
17. Berikan Anti hipertensi. 17. Dengan indikasi pada pasien
yangmengalami hipertensi.
Edukasi :
18. Berikan edukasi kepada 18. Untuk mencegah terjadinya
pasien dan keluarga stroke berulang.
tentang cara perawatan
diruma
5. Implementasi keperawatan
sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Nikmatur, 2009).
6. Evaluasi keperawatan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuwat pada tahap