Anda di halaman 1dari 83

HSC 2018

kedokteran 2018

H E A LT H S T U D Y C L U B

WEEK 2
Le cture 1.2 : R a d io l o g y e m e r g e n c y i n non- tr aum a 1
Le cture 2.2 : D ist u r b an c e s in r e spi r ator y dr i ve - neur ologi c di seases 16
Le cture 3.2 : Dist u r b an c e s in g as e xchange 21
Le cture 4.2 : O x y g e n t he r apy 28
Le cture 5.2 : B r e at hin g s u ppo r t 34
Le cture 6.2 : E m e r g e n c y m a n ag e m e nt i n bur n i njur y 40
Le cture 7.2 : Tho r ac ic t r a u m a 48
Le cture 9.2 : D r u g ab u s e in o v e r d ose 54
Le cture 11.2 : E m e r g e n c y in d e r m atology 59
Le cture 1.3 : Dist r ib u t iv e sho c k and non haem or r hagi c hypovolem i c shock 64
Le cture 2.3 : Sho c k in p e d iat r ic s 67
Le cture 5.3 : Ne u r o g e n ic an d hae m or r hagi c hypovolem i c shock 72
Le cture 8.3 : Bu r n c a se d is c u ssio n 79

E M E RG E N CY | D . 1
HSC 2018 D1 WEEK 2 1

Lecture 1.2 - Non-contrast CT scan digunakan sebagai


pilihan awal dan berguna untuk melihat
Radiology Emergency in Non-Trauma
apakah pasien mengalami stroke dan juga
dr. Yana Supriyatna, Sp. Rad membedakan penyebab stroke tersebut
(iskemik atau haemorrhage), serta
Pemateri : Rizka, Editor : Prasetyo
identifikasi lesi struktural yang menyurapai
stroke seperti tumor, EDH/SDH dan abses.
- Hasil CT yang normal tidak langsung
Penyebab emergency dikategorikan berdasarkan
menindikasikan tidak adanya kenaikan
etiology nya menjadi ‘’CINTA’’:
tekanan intracranial.
C: Kelainan Congenital (e.g: congenital heart disease
(TOF) yang menyebabkan cyanosis). c. Tipe dan Tampakan Radiologis Stroke:
- Stroke ischemic/infarction (80%)
I: Infeksi/inflamasi (e.g: gastroenteritis, cholera yang
Adanya sumbatan arteri oleh thrombosis
menyebabkan dehidrasi karena diare dan vomitus. Pada
(obstruksi oleh plak yang terbentuk di
infeksi, akan menyebabkan demam tinggi (>39 C), bisa
arteri dalam otak) atau embolism (blood
juga menimbulkan kejang/febril convulsion dan septic
clot yang terbentuk dari bagian tubuh lain
shock.
dan terbawa sampai ke otak, biasanya
N: Neoplasma (e.g: tumor lysis syndrome & berasal dari jantung/cardiac origin) dan
hypercalcemia) mengakibtakan penurunan aliran darah ke
otak. Dalam 6 jam pertama, stroke iskemik
T: Trauma
sulit divisualisasikan, oleh karena itu
A: And others (e.g: degenerative diseases, membutuhkan MRI.
thrombus/emboli yang menyebabkan heart attack;  Ada tampakan hipodense pada
unconsciousness karena epilepsy, shock, stroke, brain hemisphere cerebral kanan karena
metastasis; colic yang disebabkan oleh renal/ureter adanya infark pada teritori MCA
stone, perforasi, ruptur aorta. (middle cerebral artery) kanan, lebih
spesifiknya di M1 yaitu cabang utama
A. HEAD Emergency
dari arteri cerebri media. Gambaran
- Stroke ischemic
hipodense ini menandakan bahwa
- Stroke hemorrhagic
stroke masih dalam fase akut karena
- Subarachnoid hematoma
adanya edema, volume mismatch, tidak
- Hypoxic-ischemic encephalopathy
tampaknya sulcus, dan menekan ke
1. Stroke Ischemic & Hemorrhagic
arah medial yang menyebabkan
a. Stroke adalah deficit neurologis fokal dengan
penyempitan ventrikel lateralis cornu
onset mendadak dan berlangsung > 24 jam.
anterior.
Stroke disebabkan oleh factor vaskuler seperti
pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan
pembuluh darah yang mevaskularisasi otak,
sehingga otak tidak mendaptkan oksigen dan
nutrisi yang cukup. 10-15% kasus stroke
didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA).
TIA atau Serangan iskemik otak sepintas (SOS)
adalah penurunan aliran darah yang
berlangsung sementara dan mengakibtakan
disfungsi neurologis yang berlangsung singkat
(<24 jam) dan tidak menghasilkan kerusakan
yang permanen.
b. Radiological Rules:
HSC 2018 D1 WEEK 2 2

 Terlihat adanya Lacunar infarctions,  Terlihat adanya ICH di ganglia basalis


bentuk bulat dan hipodense, >5mm, akibat hipertensi yang menunjukan
asimetrik dan terlokalisasi di Putamen. gambaran hematoma besar.
Di (1) CT Scan, lacunar infarction Hematoma ini menimbulkan tekanan ke
terlihat hitam, sedangkan di (2) MRI, sekitarnya yang terlihat sebagai
lacunar infarction akan terlihat putih. pergeseran garis tengah/struktur
mediana ke arah kontralateral dan bisa
menyebabkan injuri sekunder berupa
herniasi.

- Stroke hemorrhagic (20%)


Diakbitkan rupturnya pembuluh darah di
otak dan biasanya terkait dengan kondisi
hipertensi dan aneurysm (36%), other
(17%), dan Arteriovenous Malformation
(11%). Penumpukan darah di otak 2. Subarachnoid Hematoma
menybabkan peningkatan tekanan a. Karateristik:
intracranial dan disrupsi fungsi neuron dan - Spontaneous subarachnoid haemorrhage
glia karena sel-sel otak tidak mendaptkan (SAH) biasanya disebabkan oleh rupturnya
jumlah oksigen dan nutrisi yang cukup. aneurysm atau arteriovenous
 Pendarahan subarachnoid space malformation dan sering terjadi pada usia
(panah hijau) akan menunjukan <50 tahun tetapi bisa terjadi pada usia
gambaran garis-garis yang mengikuti berapapun.
sulcus. Pendarahan intraventricular - Aneurysm sering terbentuk di Circle of
(panah kuning) adalah pendarahan di Willis akibat aliran darah yang turbulen.
parenkim otak yang masuk ke ventricle. - Darah bebas karena rupturnya aneurysm
Pendarah intracerebral ditunujukan mengakibatkan iritasi pada meninges.
oleh panah warna merah. - 2/3 pasien biasanya mengalami nyeri
kepala sebelum perdarahan terjadi.
b. Radiological rules:
- Non-contrast CT sensitive pada 4-5 jam
pertama setelah kejadian.
- Perhatikan perdarahan akut yang akan
terlihat hiperense (densitas meningkat) di
cortical sulci, sisterna basal, fissura Sylvian,
sisterna cerebellar superior dan ventrikel
- MRI tidak sensitif dalam 48 jam pertama
tetapi dapat berguna 48 jam setelah onset
atau pada perdarahan ulang untuk melihat
adanya tumpukan hemosiderin.
HSC 2018 D1 WEEK 2 3

 Pada CT Scan SAH, terlihat adanya B. THORAX Emergency


sulcus yang hiperdense (multiple areas - Spontan Pneumothorax
of linear high-density) di sulcus cerebral - (Massive) Pleural Effusion
kanan (panah putih). Namun kondisi ini - Lung Collapse/Atelectasi
tetap dipengaruhi oleh banyaknya - Pulmonary Embolism
darah dan durasi waktu antara onset - Pulmonary Edema
perdarahan dengan waktu CT scan - Aortic Rupture/Dissection
dilakukan. - Pericardial Effusion
- Hyaline Membrane Disease

Pada kegawatdaruratan thorax, chest X-ray (CXR)


saja sudah cukup untuk melihat kelainan-kelainan,
namun beberapa kasus akan membutuhkan CT
Scan untuk melihat struktur yang tidak tampak
pada CXR.

1. (Massive) Pleural Effusion


a. Efusi pleura adalah kondisi dimana terdaptnya
cairan yang menumpuk di cavitas pleura.
b. Tampakan Radiologis
- Pada pemeriksaan Chest X-ray dengan
posisi erect atau berdiri, akan tampak
3. Hypoxic-Ischemic Encephalopathy opasitas yang homogen (terlihat putih
a. HIE adalah disfungsi/kerusakan otak yang semua, dan menandakan adanya cairan).
diakibatkan terganggunya aliran darah Kalo inhomogen akan terlihat ada corakan
cerebral dan kurangnya pasokan oksigen ke hitam dalam opasitasnya. Pada massive
otak. Penyebab HIE berbeda-beda pleural effusion, satu paru-
berdasarkan usia. Neonatal HIE sering paru/hemithorax akan terlihat putih
disebabkan karena intrapartum asphyxia, semua.
pada anak-anak bisa disebabkan karena - Biasanya sudut costophrenicus-nya
tenggelam, dan pada orang dewasa sering tumpul (efusi pleura moderat) dan
disebabkan Karena henti jantung atau tertutup (pada efusi pleura masif).
penyakit kardiovaskular lain. HIE lebih rentan - Ada Meniscus sign (concave) pada sisi
terjadi pada grey matter otak karena bagian yang mengalami efusi.
ini membutukan suplai oksigen yang sangat  CXR pada efusi pleura sinistra, tampak
tinggi untuk kebutuhan metabolismenya meniscus sign.
sehingga penurunan suplai oksigen akan
sangat berpengaruh.
b. Pada gambaran CT HIE, akan ada tampakan
edema yang luas sehingga ventrikel tampak
terjepit, penurunan atenuasi grey matter
sehingga white matter dan grey matter sulit
dibedakan, penurunan atenuasi ganglia
basalis secara bilateral, ada tampakan white
cerebellum sign dimana cerebellum dan
brainstem tampak lebih terlihat dibandingkan
korteks karena edema dan hipoatenuasi yang
meluas.
HSC 2018 D1 WEEK 2 4

 CXR pada efusi pleura moderat dextra, menandakan adanya infark pada sebagian
tanda panah menunjukan adanya paru.
meniscus sign dan sudut costophericus - Westermark’s sign: regional oligemia
menumpul. (coracan paru tidak tampak dan paernkim
tampak hiperlusen akibat tidak adanya
aliran darah ke daerah tersebut.
 Gambar 1: Hampton Hump

 CXR pada efusi pleura masif dextra,


sudut costophrenicus sudah tertutup.  Gambar 2: CXR dengan tampakan
hamptom hump, wastermark’s sign dan
fleischner’s sign.

 Gambar 3: Tampakan CT scan untuk


memvisualisasi lokasi emboli pada
2. Pulmonary embolism intraluminal a.segmentalis lobus
a. Pulmonary embolism adalah penyumbatan inferior dextra. Dengan CXR, akan sulit
pada arteri pulmonal yang disebabkan oleh untuk menemukan emboli, hanya bisa
emboli udara dan emboli dari pasein DVT. lihat akibar ambolus.
b. Trias dari pasien Pulmonary embolism adalah
dyspnea, nyeri dada, dan hemoptisis. Pasien
dengan PE juga bisa datang dengan atypicial
symptoms seperti: seizures, sinkop, nyeri
abdomen, demam, batuk produktif, wheezing,
penurunan kesadaran, flank pain, dan
delirium pada pasien lansia.
c. Tampakan Radiologis:
- Fleishner sign: pembesaran arteri
pulmonalis
- Hampton hump: terlihat bagian perifer
paru yang terbentuk seperti
wedge/segitiga dan tampak opaque yang
HSC 2018 D1 WEEK 2 5

3. Spontan Pneumothorax
a. Spontan pneumothorax adalah kondisi
4. Pulmonary edema
dimana adanya pneumothorax atau
a. Pulmonary edema adalah kondisi dimana
penumpukan udara di cavitas pleura tanpa
terdapat cairan di alveolus dan bisa
adanya trauma. Pneumothorax ini terjadi
disebabkan oleh congestive heart failure (bisa
akibat rupturnya bleb atau bulla (bleb adalah
karena gangguan katup ataupun
lesi cystic berisi udara di permukaan paru-
cardiomyopathy sehingga darah tidak bisa
paru).
diejeksikan sepenuhnya dari ventrikel kiri)
b. Kondisi ini merupakan kondisi yang berbahaya
maupun kerana sebab lain non-cardio seperti
dan emergency, sehingga perlu penanganan
pneumonia yang berlanjut menjadi Acute
segara agar tidak terjadi shock. Jika terjadi
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
tension pneumothorax, akan mengakibatkan
b. Tampakan radiologis:
kolaps paru dan menekan struktur
- Adanya opasitas inhomogen yang di mulai
mediastinum ke arah berlawanan secara
dari hilus dan berukurang di perifer dengan
progresif dikarenakan udara di cavitas pleura
butterfly sign atau bat wing sign (kanan
yang menekan. Hal ini bisa berujung ke shock
kiri hampir sama)
cardiogenic/obstruktif karena terdesaknya
jantung dan pembuluh darah, sehingga akan
mengakibatkan penurunan cardiac output.
c. Pasien dengan pneumothorax akan
mempunyai gejala seperti dyspneu, takikardi,
dan hipotensi. Apabila sudah terjadi tension
pneumothorax dapat terlihat distensi vena
jugular dan deviasi trakea.
d. Tampakan radiologis:
- Pada kasus spontan pneumothorax,
pemeriksaan dengan CXR akan
menunjukan ruangan di bagian perifer
paru-paru tampak radiolusen (hitam)
dibandingkan dengan paru.
- Pada tension pneumothorax, ada c. Tahapan pulmonary edema karena
tampakan pergeseran mediastinum, Congestive Heart Failure (CHF):
trakea, dan depresi diafragma. 1. Cephalisasi aliran darah pulmo
2. Edema jaringan interstitial
 Gambaran CXR pada tension ▪ Peningkatan interstitial markings
pneumothorax sinistra, sudah ▪ Adanya hipertensi vena pulmonal –
menggeser mediastinum ke sisi
tampak distensi vena pada hilus
berlawanan.
superior.
3. Edema alveolus
▪ Perihilas haze (berkabut di sekita hilum)
pada awal edema ruang udara.
▪ Air space filling (bisa difus atau seperti
patch)
▪ Tampakan batwing/butterfly

CXR pada edema pulmo cardiogenic dengan


tampakan batwing pattern.
HSC 2018 D1 WEEK 2 6

5. Lung collapse/atelectasis - Elevasi hemidiaphragm (pada bagian


a. Kolaps paru adalah kondisi dimana adanya yang kolaps)
penurunan volume paru baik sebgaian - Ada pergeseran trakea dan mediastinum
maupun kesuluruhan. Hal ini dapat terjadi - Ada pergeseran hilar
karena adanya obstruksi oleh benda asing - Tampakan herniasi melewati garis
maupun tumor sehingga udara tidak dapat tengah
masuk ke dalam alveolus maupun karena
adanya gangguan produksi surfaktan sehingga  Gambaran CXR pada kolaps paru lobus
superior dextra
alveolus tidak mengembang atau karena
hilangnya kontak antara pleura parietal dan
visceral seperti pada kasus pneumothorax.
b. Tampakan radiologis:
- Tampakan radiologis kolaps paru dan
atelectasis mirip namun dapat dibedakan
dari pemisahan pelura visceral dan
parietalis pada kolaps paru. Di atelectasis,
paru-paru terlihat mengecil tetapi tidak
telihat adanya pemisahan antara kedua
pleura visceral dan parietal.
- Pada efusi, adanya volume mismatch
sehingga mediastinum terdorong ke arah
kontralateral. Sedangkan pada kolaps
paru, mediastinum tertarik ke arah lesi  Tampakan radiologis CXR dan CT pada
(cth: lesi di bagian paru kiri, bagian paru kolaps paru2 kiri yang ditandai dengan
kanan tertarik ke bagian hemithorax volume loss, struktur mediastinum
sinistra (herniasi)). tertark ke sisi yang volume loss. Beda
- Terkadang kolaps/atelectasis sulit dengan efusi yang mediastinum
dibedakan dengan efusi dan pneumonia. terdorong ke sisi yang berlawanan
Pada efusi, tidak mungkin terjadi pada meskipun mereka sama2 homogen.
lobus superior, seharusnya homogen di
bawah. Pada pneumonia, sama sama
homogen tetapi pneumonia lebih sering
inhomogen walaupun bisa homogen juga.
- Corakan di kolaps/atelectasis lebih ramai
daripada pneumonia. Selain itu, ada juga
pergesran fisura dan penuruan
aerasi/udara.
c. Tanda Langsung (Radiologis):
- Pergeseran fissure interlobaris, fissure
minor/horizontalis (fisura ternagkat
karena paru kolaps).
- Penurunan aerasi sehingga tampak lebih
opak (karena udara tidak ada di paru
sehingga menimbulkan tekanan negative
jantung tertarik) 6. Hyaline membrane disease
- Adanya tampakan vasuklar dan bronkial a. HMD atau Respiratory Dsitress Syndrome
yang penuh (crowded). (RDS) adalah kondisi gangguan pernapasan
d. Tanda-tanda tidak langsung yang terjadi pada neonatus akibat
HSC 2018 D1 WEEK 2 7

penumocyte type II yang gagal memproduksi pericardium tidak memiliki waktu untuk
surfaktan sehingga tegangan permukaan beradaptasi.
alveoli tinggi dan paru kolaps. Kondisi ini c. Tampakan Radiologis:
biasanya terjadi pada bayi premature (<32 - Pericardial effusion bisa dilihat
minggu gestational age) yang dintandai menggunakan CXR dan di konfirmasi
dengan sulit bernafas beberapa jam setelah menggunakan USG dan CT Scan.
lahir, suara nafas grunting (suara - Cairan dapat terlihat walaupun jumlah
mendengkur) dan sianosis. masih sedikit
b. Tampakan radiologis: - Pembesaran jantung berbentuk globular
- Tampakan ground glass lungs (tampak (bulat) dan memberi tampakan water
lebih opak/hiperdense pada CT) bottle configuration.
- Biasanya terjadi bilateral dan simetris - Tampakan agak mirip dengan
- Dapat terlihat adanya air bronchogram cardiomegaly akan lebih mudah bila
(bronkus yang sehrusnya lusen tampak dikonfirmasi dengan USG dan CT.
lebih opak karena alveolus terisi materi  Tampakan CXR pada efusi pericardium
selain udara) terlihat bulat (water bottle
- Bisa terjadi tampakan white lung karena configuration)
paru sama sekali tidak terisi udara. Jika ada
gambaran white lung berarti sudah HMD
grade 4 (paling berat).

 Tampakan CXR pada HMD Grade 4


(white lung) dimana paru-paru menjadi
putih dan sudah tidak bisa dibedakan
kontrasnya dengan jantung.

 Konfirmasi dengan USG dan CT terlihat


jantung bewarna putih dan adanya
cairan di sekitarnya (abu-abu disekitar
warna putih di CT Scan)

7. Pericardial effusion
a. Kondisi dimana adanya jumlah cairan yang
abnormal pada spatium pericardii biasanya
disebabkan oleh proses infeksi pada
pericardium. Bila penumpukan cairan berjalan 8. Aortic aneurysm rupture/dissection
dengan akut akan disebut sebagai cardiac a. Aortic aneurism adalah kondisi dimana
tamponade dan manajemen nya adalah terjadinya pembesaran dinding aorta yang
pericardiocentesis. bisa terjadi baik di aorta ascnedens, arcus
b. Symptoms dari pericardial effusion seperti aorta, maupun aorta descendens.
dyspnea dan penurunan toleransi terhadap Pembesaran terjadi secara progresif dan bisa
aktivitas akan semakin berat bila spatium terjadi pembesaran mediastinum karena
pericardii terisi dengan cepat karena pembesaran aorta.
HSC 2018 D1 WEEK 2 8

b. Tampakan radiologis: - Invaginasi: abdomen x-ray, USG, contrast/air


- Mediastinal widening (aortic enema
enlargement) - Appendicitis: USG, CT, MRI (pregnancy),
- Calcium sign (pemisahan antara kalsifikasi abdomen x-ray
intima dengan batas luar jaringan lunak - Renal colic: abdomen x-ray, USG, contrast
aorta yang lebih dari 10 mm). urography, CT
- Bisa disertai efusi pleura kiri
- Untuk menentukan adanya dissecting atau 1. Acute appendicitis
tidak → gunakan CT-scan a. Pemeriksaan radiologi bisa menggunakan
- Bisa ada haemorrhage thorax dan nyeri USG, CT, MRI (untuk pasien yg sedang
dada → bisa dikenali oleh CT scan hamil), abdomen X-ray (sebenarnya kurang
baik, karena sulit terlihat).
~ Tampakan radiologis CT Scan dan CXR pada
b. Tampakan radiologis
aneurisma jantung.
1) Abdominal X-ray:
i. Kalsifikasi appendicolith di kuadran
kanan bawah (RLQ)
ii. Udara atau cairan bebas
iii. Small bowel ileus
iv. Penebalan dinding caecum
v. Hilangnya garis lemak peritoneal
vi. Distrosi garis psoas
vii. Hepatic flexure colonic spasm
 Tampakan radiology dengan X-ray pada
acute appendicitis terlihat adanya
appendicolith terkalsifikasi yang
berukuran besar di right lower quadrant
(RLQ)

C. ABDOMEN Emergency
- Appendicitis
- Invaginasi
- Large bowel obstruction
- Small bowel obstruction
- Pneumoperitoneum
- Urinary calculi  Tampakan abdominal X-ray pada
- Volvulus sentinel loop ileus dengan apendisitis
- Emphysematous cholecystitis ditemukan adanya air-fluid level.
- Toxic megacolon Sentinel loop adalah loop pada small
bowel yang beridstensi secara lical
Imaging berdasarkan diagnosis suspek:
dekat dengan lokasi inflamasi.
- Perforated (pneumoperitoneum): abdomen x-
ray (upright atau left lateral decubitus (LLD)), CT
- Small bowel obstruction: abdomen x-ray
(supine dan upright), CT (IV contrast)
- Large bowel obstruction: abdomen x-ray, CT,
contrast enema
HSC 2018 D1 WEEK 2 9

Tampakan CT Scan pada apendisitis


akut terlihat adanya intraluminal
appendicolith.

2) Barium contrast
- Non-filling
- Localized mucosal edema in caecal
pole
3) Ulstasound: obstructing appendicolith
- A blind ending (closed/tertutup) non-
2. Intussusception/Invaginasi
peristaltic
a. Pemeriksaan radiologi untuk invaginasi bisa
- Struktur tubular yang non-
menggunakan abdominal X-ray (supine and
compressible
upright), CT (dengan kontras IV), USG.
- Vasculature yang prominen
b. Intususepsi adalah kondisi dimana sebagian
- Ketebalan dinding >2mm atau total
usus mengalami invaginasi ke bagian lain
diameter >6mm
sehingga dapat mengobstruksi usus
Tampakan USG pada apendisitis akut c. Gejala klasik: nyeri abdomen yang hilang
terlihat adanya appendicolith yang timbul, mual, dan masa di kuadran kanan atas.
menyumbat dan ukuran appendix yang d. Tampakan radiologis:
membesar. (Kalo kata dokternya terlihat i. Dengan abdominal X-ray, adanya massa
seperti sosis). Pada potongan transversal jaringan lunak dengan obstruksi bowel
(gambar kecil) terlihat tampakan target proximal (terdapat air fluid level dan
sign. distensi lumen). Selain itu, ada tampakan
target sign dan crescent sign.
ii. Dengan barium contrast, terlihat
tampakan coiled-spring appearance and
beak-like narrowing.
iii. Dengan CT Scan, akan ada tampakan
multiple concentric rings.
iv. USG merupakan gold standard dan 100%
sensitive. Dengan USG, akan ada tampakan
bull’s eye appearance (transversal),
sandwich appearance (longitudinal) yang
menunjukan adanya usus di dalam usus.
4) CT Scan (sensitive dan spesifik tapi tidak
Selain itu, color Doppler juga bisa
rutin dilakukan):
digunakan untuk melihat suplai vasa.
- Intraluminal appendicolith
- Distensi lumen dengan dinding
menebal
- Ada inflamsi local yang tampak
dengan linear streak pada lemak yang
berdekatan
- Bisa terdapat abses
HSC 2018 D1 WEEK 2 10

Tampakan jejenual intussusception


dengan obstruksi pada usus halus bagian
proksimal menggunakan CT Scan.

3. Large bowel Obstruction (LBO)


a. Obstruksi usus besar atau ileus letak rendah
mempunyai ciri khas yaitu adanya distensi dan
air fluid level. Kondisi ini bisa disebabkan oleh
tumor (sigmoid ca), volvulus (sigmoid, caecal),
sumbatan feses, abses, dan striktur benign.
b. Pada kasus large bowel obstruction, dapat
Tampakan AXR pada intususepsi terlihat menggunakan abdomen x-ray, CT, contrast
adanya target sign (melingkar) dan enema.
crescent sign (arrowhead). c. Tampakan radiologis:
i. Pembesaran bagian perifer usus besar
tampak seperti bingkai lukisan (picture
frame appearance).
ii. Pola haustral tidak menyambung satu
dengan lainnya
iii. Distensi usus halus terlihat dengan katup
ileocaecal yang inkompeten
iv. Distensi caecal >8cm meningkatkan
kemungkinan perforasi
v. Penambahan kontras dapat membantu
unutk melihat batas obstruksi

Tampakan AXR dengan kontras barium


pada intususepsi, terlihat adanya coiled- Ada poin transisi pada sigmoid (panah).
spring appearance.
HSC 2018 D1 WEEK 2 11

Enema mendemonstrasikan letak lesi


obstruktif (panah).

Pada CT Scan, tampak massa jaringan ii. Abdominal X-ray posisi Upright:
lunak berbentuk anular yang - Step-ladder appearance (karena
mengobstruksi bagian tengah dari colon perbedaan udara dan cairan/
descenden. perbedaan air-fluid levels)
- Tortouise shell appearance (air fluid
level lebar)
- String of pearls sign

4. Small bowel obstruction


a. Kondisi dimana adanya obstruksi pada usus
halus yang bisa disebabkan oleh scar tissue,
hernia, atau kanker.
b. Pada small bowel obstruction, dapat
iii. CT-Scan berguna untuk menilai derajat
menggunakan abdominal X-ray, CT dan
obstruksi dan ada tidaknya kelainan extra
kontras enema
lumen.
c. Tampakan radiologis:
5. Pneumoperitoneum
i. Abdominal X-ray posisi Supinasi:
a. Pneumoperitoneum adalah kondisi dimana
- Distensi usus halus > 3 cm
adanya udara (hitam) dalam cavum
- Valvula conniventes menyilang dari
peritoneum. Biasnaya terjadi pada kasus ileus
satu dinding ke sebrangnya sehingga
yang mengalami perforasi dari usus sehingga
memberi tampakan tumpukan coin
menimbulkan pneumoperitoneum.
(stack of coins / coil of spring).
b. Pada kasus ini, bisa dilakukan abdomen x-ray
- Adanya dilatasi loops yang terletak di
(upright or left lateral decubitus (LLD)), CT.
sentral
c. Tampakan radiologis:
- Usus halus tampak saling bertumpukan
i. CXR erect:
membentuk tampakan hearring bone.
- Sensitive untuk melihat adanya udara
bebas di sub-diafragma (cupola’s sign)
HSC 2018 D1 WEEK 2 12

- Udara bebas dengan volume 1-2 mL


mungkin dapat terdeteksi

CXR menunjuka cupola sign, continuous 6. Renal/ureteric calculi


diaphragm, sub-diaphrgama (Bukan a. Pemeriksaan dapat menggunakan abdomen x-
Chilaiditi Syndrome). Chilaiditi syndrome ray, USG, contrast urography dan CT.
merupakan kondisi jarang dimana ada b. Pemeriksaan yang dilakukan adalah KUB
nyeri karena adanya transposisi suatu loop (Kidney, Ureter, Bladder) atau BNO (Blass,
pada usus besar (umumnya colon Nier, Overzicht). Dengan KUB bisa ditemukan
transverse) berada di antara diafragma kalkulus yang opasitas pada 70% kasus,
dan hepar. namun 30% kasus sisanya tidak terlihat.
Kalkulus dapat ditemukan pada transverse
process tip dan sacro-illiac joint. Namun harus
dibedakan dengan fecalith, phlebolith,
calcified lymph nodes karena warnanya sama-
sama putih.
c. Pemeriksaan IVP (Intravenous pyelography)
atau IVU (Intravenous urography) bisa
dilakukan dan akan menunjukan tampakan
delayed nephrogram dan
hidronephrosis/hidroureter.
d. Tampakan radiologis:

Cupola sign: terlihat adanya udara di


bawah hemidiaphragma kanan

ii. Abdominal x-ray:


- Left lateral decubitus (LLD): akan
tampak udara bebas mengisi bagian
lateral hepar
- Supinasi: dinding usus terlihat
mengalami delineasi (tampak lebih
tebal) karena adanya udara di sisi
dinding usus (riggler’s sign).
HSC 2018 D1 WEEK 2 13

 Formation of coffee bean sign: awal


(kiri) hingga akhir (kanan)

ii. Pemberian barium bisa di lakukan


apabila tidak ada suspek gangrene, dan
akan terlihat menyempit seperti paruh
burung.
iii. Pada CT scan akan tampak seperti
CT scan adalah test yang sensitive dan putaran berlipat lipat karena puntiran
spesifik. lengkung usus aferen dan eferen.

8. Cecal volvulus
a. Kondisi ini biasnaya terjadi pada pasien yang
berumur lebih muda dibandingkan dengan
sigmoid volvulus. Kondisi ini melibatkan
caecum dan sebagian colon ascending.
b. Tampakan Radiologi:
i. Lengkung usus yang mengalami distensi
membentuk huruf C terbalik (Kidney
Pada USG, ditemukan lesi hypoechoic dan bean sign), tampak di bagian tengah
belakangnya terdapat bayangan abdomen dan di kuadran kiri atas.
(posterior acoustic shadow) dapat Terdapat obstruksi dari proximal usus
dipastikan merupakan batu. halus.

7. Sigmoid volvulus
a. Kondisi obstruksi usus besar karena colon
sigmoid terpelintir di bagian sigmoid
mesocolon.
b. Tampakan radiologis:
i. Terlihat Coffee bean appearance pada
abdominal x-ray karena lengkuknagn
usus besar terkestensi kea rah superior
pelvis.
 Coffee bean sign
HSC 2018 D1 WEEK 2 14

9. Toxic Megacolon c. Tampakan Radiologis:


a. Merupakan kondisi yang jarang dan
mengancam nyawa dan bisa didefinisikan
dengan adanya dilatasi colon non-obstruktif
secara total atau segmental dan biasanya
berhubungan dengan toksisitas sistemik.
Namun kondisi ini seringkali berhubungan
dengan inflammatory bowel disease,
khususnya ulcerative colitis atau kondisi
apapun yang berujung pada inflamasi colon.
b. Tampakan radiologi:
i. Abdominal X-ray:
- Ukuran >8cm, mucosa tampak edem
(edematous mucosal islands).
- Pneumotosis coli (adanya udara di
dalam dinding colon yang mengalami
nekrosis)
- Ada udara bebas bila sudah terjadi
perforasi
ii. CT Scan:
- Colon tampak terdistensi dengan
dinding tipis berbentuk nodular.
- Ada tumpukan udara dan cairan intraluminal
- Kondisi ini kontraindikasi pemberian barium.

D. Emergency Ekstremitas
- Acute limb ischemia (ALI)
- Ehlers Danlos Syndrome (EDS)
10. Cholecystitis emphysematous 1. Acute limb ischemia
a. Merupakan bentuk langka dari cholecystitis a. ALI merupakan stage terakhir dari penyakit
akut dimana terajdinya infeksi akut dinding arteri perifer dimana terjadi penurunan aliran
gallbaldder yang disebabkan oleh gas-forming darah extrimitas bawah yang cepat
organisms (cth: Clostridium atau E.coli) dikarenakan oklusi/obstruksi arteri perifer
sehingga dinding gallbladder mengalami sehingga menganggu perfusi jaringan
nekrosis dan terbentukanya gas baik didalam ekstrimitas yang dapat berlanjut menjadi
lumen atau didalam dinding. gangrene.
b. Paling baik diperiksa dengan CT scan karena b. Tanda Khas ALI (6P): pallor, pain,
CT sangat sensitive dan spesifik dalam pulselessness, paraesthesia, paralysis,
mendeteksi gas didalam lumen gallbladder poikilothermia.
maupun di dindingnya. Jika c. CTA (CT Angiography) merupakan pmeriksaan
pneumoperitoneum sudah terjad, berarti gold standard
sudah terjadi perforasi.
HSC 2018 D1 WEEK 2 15

d. Kondisi ini harus segera di tangani. Jika tidak, b. Untuk pemeriksaannya, bisa menggunakan
maka pasien harus di amputasi. behind-the back prayer pose (reverse
Namaskar sign).

CT Angiography pada pasien ALI menunjukan


adanya vascular occlusion/stenosis sehingga
menyebabkan iskemia jaringan-organ dan
menuju ke nekrosis.

Tampakan Digital Substraction Angiography


(DSA) pada penderita ALI

c. Tampakan radiologis:

Tampakan USG pada pasien ALI

2. Ehlers Danlos Syndrome


a. EDS adalah kumpulan berbagai kelainan
kolagen (termasuk penyakit jaringan ikat yang
herediter) dimana pasien dengan penyakit ini
memiliki kulit yang sangat elastis, sendi yang
lebih bebas bergerak, dan vasa yang lebih
rawan pecah (biasanya ada aneurisme).
HSC 2018 D1 WEEK 2 16

Lecture 2.2
DISTURBANCES IN RESPIRATORY DRIVE –
NEUROLOGIC DISEASES
dr. Indarwati Setyaningsih, Sp.S (K)
Pemateri : Avicenna, Editor : Dinda

Waktu lekcer di inter, dokternya cuma nyampein sama


persis kayak yang ada di PPT aja. Jadi, tanda * itu
tambahan dari sumber yang kayanya juga dipake buat
bikin PPTnya. • Pusat pernapasan manusia ada di brainstem
INTRODUCTION (brainstem respiratory center), tepatnya di
pons dan medulla oblongata.
• Proses Bernapas* • Pusat pernapasan kita terdiri dari 3 respiratory
o Bernapas adalah suatu siklus yang groups yang terletak di brainstem itu tadi:
diawali oleh inspirasi dan diakhiri o Di dalam medulla oblongata
dengan ekspirasi. - Dorsal respiratory group
o Saat proses inspirasi, diafragma dan (DRG) di nucleus tractus
intercostal externa akan berkontraksi solitarius (terutama untuk
→ pengembangan kavum thorax → proses inspirasi).
tekanan intra-pleural dan alveolar - Ventral respiratory group
menurun → udara masuk. (VRG) di medulla (terutama
o Proses ekspirasi terjadi secara pasif untuk proses ekspirasi).
dengan relaksasi diafragma dan karena o Di dalam pons
sifat recoil dari paru. - Pontine respiratory group
• Definisi Respiratory Drive (untuk meregulasi intensitas
o Intensitas output dari pusat dan frekuensi dari sinyal
pernapasan (respiratory center) dan medulla)
menentukan output mekanis otot otot • Nantinya, respiratory groups ini akan
pernapasan (breathing effort). bergabung dengan spinal cord dan akan
• Komponen Respiratory Drive menginervasi otot otot intercostal yang
o Sistem control central neural digunakan dalam proses pernapasan.
o Sistem input sensoris • Lebih lanjut, di batang otak juga terdapat
*fungsinya → mengirim sinyal ke otak respiratory centers.
untuk meregulasi pola pernapasan o Di dalam pons terdapat:
yang bergantung pada kebutuhan - Pneumotaxic centre
metabolic tubuh. (membatasi inspirasi)
• Sistem efek muscular (efektor) - Apneustic centre
Komponen-komponen inilah yang nantinya akan (memperpanjang dan
mengoptimalkan fungsi paru kita mendorong pernapasan)
o Di dalam medulla oblongata terdapat:
PUSAT KONTROL PERNAPASAN - Rhythmicity centre
(mengatur ritme
pernapasan)
HSC 2018 D1 WEEK 2 17

• Terdiri dari :
o Carotid bodies (di bifurkasio a.
carotis communis) →
mengirim informasi ke pusat
pernapasan via CN IX.
o Aortic bodies (di arcus aorta)
→ mengirim informasi ke otak
*Tabel ini menjelaskan bahwa otot utama pernapasan
via CN X.
ialah : otot diafragma (n. phrenicus) dibantu dengan
• Berfungsi untuk mendeteksi tekanan
otot intercostal (n. intercostalis)
parsial oksigen di arteri (hypoxemia).
FEEDBACK TO THE RESPIRATORY CONTROL CENTER o Jadi, penurunan kadar oksigen
(PaO2) akan menstimulasi
1. Central Chemoreceptor
carotid dan aortic bodies
• Terletak di permukaan ventral dari
memicu peningkatan ventilasi
medulla
• Sensitive terhadap konsentrasi ion [H+] *pada individu yang sehat, pusat pernapasan
di CSF lebih sensitive pada peningkatan CO2 (dideteksi
o Jadi, CO2 dalam darah sangat oleh central chemoreceptor). Peningkatan O2
cepat berdifusi melewati blood- akan memicu pusat pernapasan hanya jika
brain-barrier (BBB), karena CO2 terdapat hypoxemia yang parah.
itu adalah molekul yang lipid-
3. Thoracic Receptor
soluble. Si CO2 ini juga akan
membentuk ion [H+] di dalam
CSF.
o Ketika terjadi peningkatan CO2
di CSF → peningkatan
konsentrasi ion [H+] → pH CSF
menjadi lebih asam.
o Nantinya, perubahan ini akan
mengaktivasi central
chemoreceptor → respon
peningkatan ventilasi
(hiperventilasi). • Terletak di → trakea, paru-paru, dan
o Peningkatan yang hanya sedikit pembuluh darah pulmo.
saja sudah bisa menimbulkan • Fungsi → Memberikan informasi ke
adanya peningkatan ventilasi. pusat pernapasan mengenai volume
2. Peripheral Chemoreceptor paru, peregangan saluran napas, dan
kongesti vascular.
• 2 tipe:
Slow adapting stretch spindles
o Membawa informasi mengenai
volume paru.
o Ada di dinding dada, upper
airways, dan terminal
bronchioles.
o Salah satu contohnya →
Hering-Breuer Reflex
(pulmonary stretch reflex) yang
berfungsi untuk mencegah
HSC 2018 D1 WEEK 2 18

over-inflating dari paru dengan impairment di level motor neuron,


cara mengirimkan impuls peripheral neuron, neuromuscular
inhibitorik ke pusat junction (NMJ), ataupun otot skeletal.
pernapasan. • Pasien dengan gangguan neurologis sentral
o Contoh lain → Juxta-capillary dapat terjadi gangguan central respiratory
receptors yang berfungsi dalam control (menyebabkan disfungsi respirasi)
merespon kongesti vascular • Ada 3 hal yang menyebabkan disfungsi respirasi
dan edema interstitial di paru pada gangguan neurologis :
dengan memberikan sinyal o Respiratory muscle impairment
untuk meningkatkan RR. - Pada tahap awal gangguan
Rapid adapting (irritant) neurologis, otak masih mampu
o Melapisi epitel dari upper mengakomodasi kelemahan
airways. otot pernapasan dan
o Merespon pada zat iritan mempertahankan tekanan O2
(debu, gas iritan) dan inflamasi dan CO2.
local. - Hal ini dipertahankan dengan
meningkatkan central
*Kedua tipe ini akan membawa
respiratory output
informasi ke pusat pernapasan via CN X
menimbulkan pernapasan yang
peningkatan laju pernapasan, volume
lebih cepat .
napas, produksi mucus ataupun
- Seiring dengan progresivitas
menstimulasi batuk
dari penyakit, akan terjadi
4. Cortical and Emotional Feedback respon hipoventilasi untuk
mencegah dyspnea/fatigue
(kelelahan).
- Namun, respon hipoventilasi ini
bisa menyebabkan → Low Vital
Capacity dan Impaired airway
clearance → Atelectastis dan
Hypoxemia.
o Kelemahan otot ekspirasi dan otot
bulbar
- Pada gangguan neurologis,
kelemahan otot ekspirasi lebih
• Jadi, feedback ini menjelaskan kalau
sering terjadi dibanding otot
stimulus emosi dan behavioral
inspirasi.
feedback dari korteks serebri dan
- Otot ekspirasi berfungsi →
hipotalamus → mempengaruhi
membersihkan secret
respiratory drive.
pernapasan saat batuk.
• *Korteks serebri mempunyai efek
- Gangguan neurologis juga
inhibitorik pada pernapasan. Kalau ada
mempengaruhi otot otot
kerusakan korteks, maka efek ini bisa
bulbar.
terganggu hiperventilasi
- Otot otot bulbar berfungsi →
RESPIRATORY DRIVE IN NEUROLOGIC DISEASE menelan, berbicara, dan airway
protection.
• Pasien dengan neuromuscular disease → bisa - Kelemahan otot otot bulbar
mengalami peningkatan dari respiratory drive dapat menyebabkan disartria,
o Neuromuscular disease → kumpulan disfonia, disfagia, tersedak,
dari penyakit dengan ciri khas adanya batuk yang tidak efektif, dan
HSC 2018 D1 WEEK 2 19

memiliki kecenderungan TIPE-TIPE POLA PERNAPASAN SESUAI LESI


terjadinya pneumonia aspirasi.
1. Cheyne-Stokes Respiration
- Kelemahan otot otot bulbar
dijumpai pada Parkinson
Disease (PD), Multiple Sclerosis
(MS), Amyotrophic Lateral • Ciri → hyperpnea bergantian dengan
Sclerosis (ALS), Guillain-Barre apnea (10-20 detik) (crescendo-
Syndrome (GBS), dan decresendo pattern).
Myasthenia Gravis (MG). • Memiliki brainstem respiratory reflex
o Sleep disorder yang intak (masih baik).
Pasien dengan gangguan neurologis, • Bisa terjadi pada :
kelemahan otot bulbar dan diafragma o Bilateral forebrain impairment
akan mengalami respiratory event (uremia, liver failure)
saat tidur (terutama saat fase REM). o Infark bilateral
Karena, pada fase REM: o Lesi karena adanya massa pada
- Pernapasan menjadi sangat prosensefalon dengan
ireguler dengan periode pergeseran pada diensefalon
hypopnea, apnea, dan • Pada penyakit neurologis, Chyne-Stokes
perubahan Volume Tidal, RR ditemukan di PD (Parkinson Disease)
yang berkelanjutan. • Selain itu, Cheyne-Stokes ini juga
- Pusat pernapasan menjadi ditemukan pada kondisi gagal jantung,
tidak terlalu responsive tapi disini tidak ada kelainan
terhadap perubahan PO2 dan prosensefalon.
PCO2. 2. Central Neurogenic Hyperventilation
Pasien ALS → bisa mengalami nocturnal
desaturation.
Pasien gangguan otot bulbar → bisa
• Ciri → hiperventilasi yang persisten.
mengalami hypopnea (pernapasan
dangkal dan lanbat) saat fase REM. • Lesi terletak di → brainstem
Pasien MS dan PD → bisa mengalami tegmentum (di upper pons atau batas
obstructive apnea saat tidur. pons-mesensefalon).
• Pernapasan cepat 40-50x/menit.
• ↑PO2, ↓PCO2, dan Respiratory
Alkalosis (penyakit pulmoner harus
dieksklusi dulu).
• Eksklusi adanya :
o Stimulating drugs (salicylates)
o Kondisi lain yang menstimulasi
respirasi (contoh: hepatic
failure, sepsis)
• Central hyperventilation ditemukan
pada → herniasi diensefalon akibat
efek masa, tumor, trauma kepala,
hypoxia cerebri yang severe, kurangnya
perfusi otak, dan infeksi pada CNS
HSC 2018 D1 WEEK 2 20

3. Apneustic Breathing

• Ciri → pause pada akhir inspirasi.


• Dikarenakan adanya → lesi pada bagian
tengah pons.
• Terdapat hilangnya pengaruh
pneumotaxic center dan vagal.
• Presentasi klinis: Sumber utama :
o Decerebrate posturing postur https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482414/
tubuh abnormal yang https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s
menandakan adanya 13054-020-2776-z
kerusakan yang parah di otak https://jnnp.bmj.com/content/66/1/5
o Fixed, dilated pupils
o Reflek kornea (-)
o Doll’s eye (-) Sumber tambahan :
o Oculocephalic reflex (-) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470309/
o Gag reflex (-) https://media.lanecc.edu/users/driscolln/RT127/Softc
o Coma atau stupor halk/regulation_of_Breathing/regulation_of_Breathing
o Quadriparesis 4.html
• Ditemukan pada → Parkinson Disease https://link.springer.com/article/10.1007/s10072-019-
dan Multiple Sclerosis 04163-0
*bisa juga disebabkan oleh adanya
Ketamine
4. Cluster breathing

• Ciri → kumpulan/kluster dari


pernapasan ireguler yang diikuti
dengan periode apnea yang berulang.
• Dikarenakan → lesi pada pons bawah
atau medulla.
• Ditemukan pada → Parkinson Disease.
5. Ataxic breathing

• Ciri:
o
Sudah completely irregular
dengan beberapa pernapasan
dalam DAN beberapa
pernapasan dangkal.
o Ada periode pause yang
ireguler dan random.
o Lajunya lambat.
• Dikarenakan lesi pada medulla.
• Ditemukan pada → Poliomyelitis.
HSC 2018 D1 WEEK 2 21

Lecture 3.2

DISTURBANCES IN GAS EXCHANGE

dr. Sumardi, Sp.PD-KP

Pemateri: Aditya K., Editor: Catherine

Halo pipol2, kembali lagi di HSC kuu . Jadi HSC ini


sebenernya pengulangan dari apa yang kita dapet di
A.3 dan B.1 tentang pertukaran gas yang terjadi di
alveolus beserta problem yang menyertainya. Titik
berat bahasan kita akan lebih di gagal napas /
respiratory failure. Terus kalau temen2 ngerjain timbul ➢ Selain ukurannya yang berubah, inget kalau
dan JLK tutorial skenario 2 harusnya udah khatam ttg lapisan mukosanya juga berubah ya. Di sistem
lecture ini. KALAU KALIAN MALES BACA, LANGSUNG pernapasan, keadaan mucus menjadi penting,
KE BAGIAN B-D AJA YA, KALAU MAU LEBIH terutama untuk pelumas/pelembap, yang
KOMPREHENSIF YA BACA DARI AWAL dihasilkan oleh sel goblet. Sesuai gambaran di
bawah ini, makin ke bawah, produksi selnya
A. INTRODUCTION
bakal makin sedikit, epitelnya makin mengecil
➢ Kita review materi A3 ya, jadi sistem pulmonal dan menipis.
memegang peran penting secara metabolik (Trakea: pseudostratified columnar,
dalam pertukaran gas, yaitu bronchioles: simplex columnar-cuboid, alveolus:
mengeluarkan/membuang CO2 dan simplex squamous)
mengambil O2 (oksigenasi darah, yang peran • Misal pada kasus asma, produksi
utamanya dipegang sama transporter mukusnya ini malah kebanyakan, jadi
oksigennya, yaitu Hemoglobin (Hb). bikin sumbatan, ventilasi terganggu,
pertukaran gas terganggu.
➢ Peran pertukaran gas ini menyangkut semua
komponen dari sistem pulmonalnya, mulai dari • Kalau jejasnya terjadi di alveolus bakal
traktus pernapasan (saluran napasnya), lebih mantap problemnya, soalnya
parenkim parunya (alveolus), hingga jaringan epitelnya yang paling tipis disini.
interstitialnya (misal: capillary bed, darah yang
di dalamnya ada Hb).

➢ Review lagi, di alveolar kita punya 2 komponen,


membran alveolar dan selulernya (liat gambar
di penjelasan berikutnya). Sebagai contoh, pada
➢ Mengenai tractus respiratory, intinya kalau emfisema, nanti luas permukaan alveolusnya
tubenya tersumbat (baik karena corpus akan berkurang, efeknya oksigenasi juga akan
alienum, plak, sputum, pus, tumor, dll) jadi bikin berkurang.
air flow nya terganggu, otomatis pertukaran gas
di aleveolusnya pun akan terganggu. ➢ Gambar skematik di bawah ini mau nunjukkin
situasi normal di alveolar capillary (kiri) dan
➢ Berikut merupakan gambaran perubahan ketika terjadi injury, terutama pada fase akut
tubenya, makin ke bawah, makin ga mulus. (kanan).
HSC 2018 D1 WEEK 2 22

B. RESPIRATORY FAILURE

➢ Intinya terjadi gangguan keseimbangan antara


sistem pulmonal dengan kebutuhan
metaboliknya (oxygenation imbalance),
gampangnya ada problem di demand-supply
oksigennya.

➢ Patokan normal PaO2 (tekanan parsial oksigen)


di kondisi ruangan adalah 90-95 mmHg.

➢ Kita mengenal 2 tipe respiratory failure, yaitu


respiratory failure tipe 1 (hypoxia) dan
respiratory failure tipe 2 (hypercapnia).

• Pada hipoksemia, dia intinya terjadi


➢ Kalau yang kiri jelas ya, intinya ada alveolar air
penurunan PaO2 (<80 mmHg) dengan
space yang bersih, membran basal intak dan
PaCO2 normal atau turun DAN/ATAU
kontinu, ada pneumocytus tipe I dan II,
saturasi oksigen (SpO2) <92%.
surfaktan, serta kapiler yang bekerja sesuai
fungsinya masing2. Bisa dilihat juga ada • Pada hiperkapnia, PaO2nya bisa turun,
makrofag alveolar yang bisa ada secara normal tapi yang penting terjadi kenaikan
di alveolus. Jadi clearancenya alveolar harus PaCO2 (>60 mmHg) DAN/ATAU
bagus agar pertukaran udaranya dapat penurunan volume tidal (misalnya
berlangsung dengan baik. terjadi pada kasus kelemahan otot2
dada).
➢ Dalam jejas fase akut (misal ARDS), terdapat
defek (sloughing) pada sel2 epitelnya, baik di ➢ TAPI, kasus yang ditemukan di emergensi
alveolus maupun di bronchial, serta terdapat biasanya campuran, hipoksemia sekaligus
penebalan membrane hyaline di daerah basal hiperkapnia, logikanya kan kalau oksigennya
dengan membran basalis yang menipis. rendah, CO2nya jadi naik secara relatif, dan
sebaliknya.
➢ Kalau ada injury, otomatis pathway inflamasi
teraktivasi. Ada neutrophil yang adhesi di ➢ Mengenai jangka waktunya, respiratory failure
daerah injury, marginasi dari jaringan juga bisa dibagi jadi 2, yaitu kronis (misal pada
insterstitium ke air space nya alveolus yang pasien COPD) dan akut (Acute Respiratory
terisi cairan edema yang kaya protein. Di dalam Failure, ARF, yang akan kita bakal bahas lebih
alveolusnya, makrofag alveolarnya akan lanjut), contohnya pada pasien covid.
mensekresi sitokin, IL-1, 8, dan 10, serta TNF-α
• Pada kasus kronis, biasanya ada
yang akan beraksi secara lokal untuk
menstimulasi kemotaksis dan mengaktifkan kompensasi di awal, misal dengan
neutrophil. Neutrofil yang teraktivasi akan hiperventilasi, mengatur ekskresi HCO3
(untuk mempertahankan pH), dsb,
melepaskan oksidan, protease, leukotriene,
dan molekul proinfalmasi lainnya. Maka terjadi namun lama2 bakal dekompensasi dan
muncul manifestasi2nya.
inflamasi lalala yeyeye.

➢ Cairan edema yang ada di alveolus itu juga bikin ➢ Walaupun dari tadi bahas sistem pulmonal, tapi
terinaktivasinya surfaktan, yang mana berarti inget kalau ARF itu bisa terjadi tanpa kelainan
peregangan alveolusnya gabisa bekerja paru (ARF ekstrapulmonal).
maksimal, gas exchangenya juga jadi terganggu.
• Pada peritoneal sepsis, lalalalala, jadi
rupture, intinya terjadi indirect injury
ke paru-paru, kek mediator2
inflamasinya tersirkulasi, masuk ke
paru, jadilah injury (bentukannya nanti
berupa ARDS).
HSC 2018 D1 WEEK 2 23

• Ada juga misalnya hepatopulmonary • Pada kondisi penurunan pulmonary blood


syndrome. Ini awalnya dari advance flow, akan terjadi masalah pada perfusinya
liver disease (misal pada sirosis), yang (Q turun → V/Q naik).
bikin vaskulernya pulmonal itu jadi • Contoh kasus V/Q mismatch lainnya bisa
terdilatasi, efeknya si Hb di RBCnya terdapat pada pneumonia, aspirasi (misal
makin sulit buat mengikat oksigen. pada pasien stroke → reflex batuknya
bermasalah → cairannya masuk ke paru →
➢ Kesimpulannya ada 3 penyebab dari ARF: ventilasinya bermasalah), lung edema, dsb.
• Murni pulmonar (primary pulmonal)
• Gangguan sistemik non-pulmonal ➢ Pada pasien anemia, bisa terjadi hipoksia
• Campuran, multifactorial relatif, karena anemia → RBCnya berkurang →
Hbnya berkurang → oksigenasinya bermasalah.
C. ARF TIPE I (HIPOKSEMIA) ➢ Selain ada masalah di V/Qnya, ada beberapa
mekanisme pathogenesis lain yang bisa
➢ Kondisi ini bisa ditemukan pada acute lung
menyebabkan terjadinya hipoksemia, yaitu:
injury atau juga bisa pada acute pulmonary
edema (baik kardial maupun non kardial). • Penurunan difusi oksigen di membrane
alveolar-capillary, karena adanya edema
• Di kasus kardial, biasa problemnya
interstitial, inflamasi (ex. lupus
adalah di pumping darahnya, misal
pneumonitis, toxic gas injury (akibat
pada AMI yang mengarah pada cardiac
ledakan tabung nitrogen), dsb)
failure. Intinya nanti darahnya balik,
gabisa terpompa → tekanannya naik → • Alveolar hypoventilation, gampangnya dia
cairannya terdorong ke alveolus. napasnya ga cukup gitu, problemnya bukan
di airwaynya. Intinya dari hipoventilasi ini,
• Di kasus non kardial, misal pada pasien
oksigennya ga keambil, CO2nya ga bisa
renal failure, terus hemodialisisnya
kebuang, jadi sebenernya dia awalnya
tertunda, dia nanti jadi hiperuremia +
hipoksemia, terus bisa berkembang jadi
gangguan kapiler → edema pulmonal.
hiperkapnia (thresholdnya oksigen lebih
Bisa juga terjadi pada fluid overload,
rendah)
trauma inhalasi, dsb.
• High altitude, karena makin tinggi, tekanan
➢ Masalah di hipoksemia ini adalah masalah oksigennya makin rendah, kalau tubuhnya
kemampuan sistem pulmonal untuk mencukupi ga bisa beradaptasi, dia bisa jadi
oksigenasi darah yang tersirkulasi melewati hipoksemia.
kapiler alveolar.
D. ARF TIPE 2 (HIPERKAPNIA)
➢ Sebenernya ada beberapa mekanisme
patofisiologis dari hipoksemia, tapi yang utama ➢ Kondisi hiperkapnia utamanya terjadi pada:
adalah tidak seimbangnya antara ventilasi • Obstruksi yang berat
alveolar dan perfusi pulmonal (V/Q mismatch) • Gagalnya sistem pernapasan pusat
(misal pada kasus stroke di medulla
• Ventilasi alveolar berfokus pada udara yang
oblongata)
masuk ke dan keluar dari alveolus,
sedangkan perfusi pulmonal berfokus pada • Neuromuscular respiratory failure
aliran darah (pulmonar) menuju kapiler (misal pada kasus DMD/Duchenne
alveolar (yang nanti akan mengalami muscular dysthrophy, otot dadanya
pertukaran gas). bisa distrofi → volume tidal berkurang
→ CO2 nya ga kebuang → hiperkapnia)
• Idealnya, udara yang masuk ke alveolus
*baca lecture 2.2 buat persaraf2an ini*
semuanya harus mengalami pertukaran
gas, atau V=Q (ratio V/Q =1) ➢ Selain itu, bila aliran udara dari dan ke airway
• Misal pada kasus atelektaksis, parunya nya gaada masalah (adekuat), masalah yang
kolaps, berarti ventilasinya bermasalah (V mungkin muncul adalah dari blood flownya
turun → V/Q turun). yang berkurang.
HSC 2018 D1 WEEK 2 24

• Jadi darah dari arteri pulmonalis itu kan ➢ Sekarang kita bakal bahas penyakit yang terlibat
mengandung banyak CO2, karena blood dalam pertukaran gas ya, kita tinjau dari 3
flownya bermasalah, CO2 di arteri komponen paru tadi.
pulmonalis ini ga sempet berdifusi.
• Efeknya di v. pulmonalis, yang masuk ke 1. AIRWAY OBSTRUCTION
jantung di left atrium dan akhirnya ke
seluruh tubuh masih dalam kondisi a. Benda asing
banyak CO2 → oksigenasinya • Ini bisa terjadi di trakea atau primary
bermasalah (jadi bisa PaO2nya ikutan broncus, tergantung besar bendanya.
rendah, inget penjelasan tadi ya, di • Berupa aspirasi dari material padat,
hiperkapnia itu intinya PaCO2nya naik, seperti makanan, darah, dsb.
PaO2 bisa jadi rendah). b. Mucous plug
• Sumbatannya disebabkan mukus,
➢ Blood flow yang berkurang ini salah satu biasanya pasien kesulitan untuk
penyebabnya adalah terjadinya deadspace mengeluarkan dahaknya.
ventilasi (Qnya bermasalah), yang bisa
• Kasusnya biasa terjadi di ruptur abses
disebabkan oleh:
paru, deep general anesthesia, dan
• Hypovolemia (pada kasus pendarahan,
paresis otot dinding dada.
diare berat)
c. Atelektasis
• Emboli paru
Kolapsnya lobus paru-paru
• Cardiac output yang rendah
d. Pneumothorax
• Tekanan regional pada airway yang Adanya udara yang terperangkap di
secara relatif lebih tinggi daripada pleural space yang membuat paru
tekanan regional perfusi yang berasal unilateral kolaps.
dari aliran pembuluh darah pulmonal e. Asma berat/status asmatikus
(intinya V/Qnya naik) • Obstruksi jalur napas yang reversible
atau dapat kembali, yang disebabkan
E. PENYAKIT PADA GAS EXCHANGE oleh inflamasi pada jalur napas.

➢ Ini sedikit mengulang penjelasan sebelumnya, • Pada status asmatikus, biasanya sudah
ada beberapa tipe ARF berdasarkan kondisi tidak merespon ketika diberi steroid
sistem alveolar-kapilernya, yaitu: umum dan sudah tidak bisa
dianamnesis.
• ARDS (acute respiratory distress
syndrome): problemnya ada di alveolus • Ada riwayat eksaserbasi berulang atau
yang terisi cairan, otomatis ventilasi kegawatdaruratan sebelumnya.
alveolarnya bermasalah. • Tampakan klinisnya biasanya sianosis
• Shunt: perfusinya baik, tapi tidak dan suara dada wheezing silent.
sempat terjadi difusi di darah, darahnya • SpO2 nya mencapai <85%.
tetep ngandung CO2 (V=0 → V/Q=0)
• Emboli: problemnya di aliran darah ada 2. COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
yang mengganjal → masalah perfusi Disease, PPOK: Penyakit Paru Obstruktif
Kronis)

• Merupakan inflamasi kronis pada bronkial


yang disebakan oleh inhalasi gas berbahaya
(ex. perokok, biomass, polusi udara, dll).
• Secara patologis, bisa ditemukan
destruksi/kerusakan pada dinding bronkus
hingga terminal bronkus.
• Merupakan penyakit progresif dengan
gejala terobstruksinya jalur napas dengan
HSC 2018 D1 WEEK 2 25

ekspirasi memanjang, bisa ditemukan suara


paru berupa wheezing, rales, maupun
crackles.
• Biasanya ada riwayat serangan dan
komorbid.

3. PARENCHYMAL LUNG DISEASE

a. Infeksi: ARDS, bakteri, virus, fungi, parasit

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ARDS


merupakan salah satu tipe dari ARF,
intinya ada respon inflamasi terhadap
infeksi → peningkatan permeablitias
vaskuler → keterlibatan neutrophil,
makrofag, vaskuler endotel, sitokin
imbalance → edema paru non kardial.

*Ini persis mekanisme jejas pada alveolar


yang di awal tadi, cuman disini ditambahin
kasus cytokine storm yang bisa terjadi pada
ARDS di pasien Covid.

b. Alveolar ventilation disturbance:


embolism

Sebenernya aku bingung, kan kalo emboli


masalahnya jadi bukan di ventilasi, tapi di
perfusi/blood flow-nya, tapi ya udah aku
ngikut ppt aja.

• Di kasus ini biasanya terjadi dyspnea yang


akut, jadi sebelumnya paru2nya normal,
tiba-tiba sesak.
• Biasanya diawali dari DVT (deep vein
thrombosis) dan terjadi pada lansia.
Thrombus yang terbentuk di vena (biasa di
kaki) akan lepas, mengikuti aliran darah ke
jantung → sampai pembuluh pulmonal →
menyumbat disana.
• Pada 14-16% pasien Covid parah (severe)
mengalami emboli paru ini.
• Berikut merupakan gambaran gangguan
pertukaran udara yang terjadi pada emboli
paru berdasarkan scintigraphy. Cara
interpretasinya, kalau dia lebih hitam gitu
berarti dia kerjanya mantap pol.

Berikut merupakan contoh hasil CXR


pasien ARDS:
HSC 2018 D1 WEEK 2 26

• Di gambar (a) warnanya lebih pudar gitu,


menandakan proses pertukaran gasnya ada
masalah.
• Model radiologis lainnya bisa pake contrast
3D scanning, yang bisa dilihat dari
gambaran berikut.
F. MANIFESTASI KLINIS DARI RESPIRATORY FAILURE

➢ Biasanya muncul gangguan status mental,


mulai dari agitasi hingga somnolen.

➢ Terdapat bukti peningkatan usaha pernapasan,


seperti:
• Nasal flaring (pernapasan cuping
hidung)
• Disini lumen pembuluh darahnya terwarnai • Penggunaan otot bantu pernapasan
gitu. Di kasus emboli, karena dia ada • Adanya retraksi intercostal/
sumbatan, kontrasnya juga ikut terhalang, suprasternal/supraklavikular (ini biasa
jadi muncul tampakan gambaran lebih digunakan untuk klasifikasi Jackson-nya
pudar di lumennya. gagal napas)
• Tachypnea/hyperpnea
4. INTERSTITIAL LUNG DISEASE • Pola pernapasan yang paradoxical atau
• Ini bisa berupa penyakit autoimun, seperti dyssynchronous
lupus, rheumatoid arthritis, maupun
➢ Ada tanda2 sianosis pada membran mukosa
collagen disease, seperti sarcoidosis,
(lidah, bibir), maupun kuku.
skerosis sistemik, IPF (Idiopathic pulmonary
fibrosis), dsb. ➢ Ada diaphoresis (abnormal sweating),
• Tampakan klinis dari penyakit ini, selain takikardia, hipertensi, dan tanda lain dari
masalah pernapasan umum yang bersifat dilepaskannya katekolamin.
kronis, ya sesuai dengan penyakitnya. Misal
pada RA, bisa ditemukan arthiris. Pada
sarcoidosis dan sclerosis sistemik, berarti G. MANAJEMEN
ada keterlibatan dari kulit, dsb
Aslinya ini ga dibahas lebih lanjut sama dokternya.
• Berikut merupakan salah satu gambaran
radiologis (CT Scan high definition) dari ➢ Secara farmakologis, basicnya hanya
interstitial lung disease. Bisa dilihat banyak mengembalikan airwaynya, contohnya dengan:
infiltrat di parunya. • Β2-agonis
• Agen antikolinergik
• Kortikosterid
• Preparasi theophylline

➢ Sebenernya yang lebih penting adalah


mengembalikan ventilasi dan/atau
HSC 2018 D1 WEEK 2 27

oksigenasinya (ini dibahas lebih lanjut di lecture


4.2 dan 5.2).

➢ Pemberian suplementasi oksigen dapat


menggunakan nasal kanul, air-entrainment face
mask (masker venturi), aerosol face mask,
reservoir face mask, maupun high flow nasal
cannula (HFNC) ventilation,

➢ Pemberian ventilasi tekanan positif non invasif


yang bisa diberikan antara lain menggunakan
continuous positive airway pressure (cPAP)
maupun bi-level positive airway pressure
(biPAP) .

H. KESIMPULAN

Kita review poin2 yang sudah aku jelasin ya.

➢ Jadi respiratory failure bisa berasal secara


primer langsung dari paru-paru ataupun
penyakit sistemik non-pulmonal lainnya.

➢ ARF hipoksik/hiperkapnik itu mencerminkan 2


fungsi utama dari paru. Mekanisme
patofisiologi utama dari ARF hipoksemia adalah
tidak seimbangnya ventilasi-perfusi,
sedangkan pada hiperkapnia, penyebab
umumnya adalah gagalnya menjaga
kecukupan dari ventilasi alveolar.

➢ Tampakan klinis dari ARF itu mencerminkan


efek multiorgan dari hipoksik dan hiperkapnik
asidosis, baik yang terjadi secara primer
maupun sekunder.

➢ Pada pasien dengan gejala hipoksemia, terapi


yang umum digunakan adalah pemberian
suplementasi oksigen (ya iya lah ya, tubuh
kurang O2 ya dikasih O2 dong :v)

➢ Pemberian ventilasi mekanis non-invasif ini bisa


menjadi pilihan terapi yang penting dalam
kedua jenis ARF sesuai dengan indikasi dan
kontraindikasi pasien.

➢ Terapi2 ini bertujuan agar kita tidak perlu


sampai intubasi dan menggunakan ventilasi
mekanis (yang invasif).

Oke, materiku cukup sekian ya, jadi sebenernya, asal


logika temen2 dari A3/B1 masih jalan, lecture ini
dibaca sekilas aja harusnya udah paham. Semangat
semuanya!!!!!!
HSC 2018 D1 WEEK 2 28

Lecture 4.2

OXYGEN THERAPY 2. Pulmonal Problem

dr. Juni Kurniawaty, M.Sc., Sp. An Saluran napas baik-baik saja, tapi parunya
bermasalah karena infeksi (pneumonia,
Pemateri : Ped, Editor : arumdalu COVID) atau edema. Hal ini menyebabkan
I. DEFINISI difusi paru-paru bermasalah jadi terapi
oksigen apapun gaakan bisa berguna. Jadi
Oxygen therapy adalah pemberian oksigen dalam penyebab utamanya di obati dulu misal
konsentrasi lebih tinggi dari udara sekitar dengan kasih antibiotik, antiviral. Tapi khusus
tujuan untuk terapi atau pencegahan gejala dan COVID yang udah parah, tetep dikasih
manifestasi dari hipoksemia. Hipoksemia adalah terapi oksigen yang tinggi agar bisa
kekurangan oksigen dalam darah yang bisa diukur melawan tekanan difusi paru.
melalui saturasi oksigen, blood gas analysis atau
secara klinis (pasien membiru).

Hipoksemia berbeda dari sesak nafas. Tidak semua


pasien hipoksemia mengalami sesak nafas dan tidak
semua pasien sesak nafas mengalami penurunan
oksigen. Contoh pasien sesak nafas tapi saturasi
masih 100%, atasi sesak nafas dengan bronkodilator
dulu. Jadi, terapi oksigen diberikan untuk pasien
yang hipoksemia bukan sesak nafas yaa.

J. ETIOLOGI HIPOKSEMIA Oxygen cascade:


Penyebab hipoksemia bisa dari hidung, mulut,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus, sampai alveolus.
Misal seperti pasien COVID-19 yang masih bisa
bicara tapi saturasinya turun karena masalahnya di
difusi oksigen. Penyebab utama hipoksemia:

1. Airway Obstruction

Bisa karena ada massa, benda asing, cairan,


lidah yang jatuh ke belakang saat
penurunan kesadaran. BUKA JALAN NAFAS
DULU karena apapun terapi oksigen yang Jika kita dapat PaO2 di arteri pasien hanya
digunakan gaakan masuk ke paru-paru. 50, kita lihat ada masalah di kapiler,
alveolus atau airway. Selesaikan
masalahnya terus kita berikan terapi
oksigen di awal agar PaO2 di arteri bisa
naik.

K. ASSESSING PASIEN

Evaluasi keadaan pasien, apakah pasien datang


dengan distress respirasi dengan tanda dan gejala
berikut:

a. Severe takipneu

b. Nafas stridor, menggunakan otot bantu


pernapasan

c. Tidak bisa bicara (fonasi)/ngos-ngosan


HSC 2018 D1 WEEK 2 29

d. Tidak bisa tidur terlentang Pemberian Positive Pressure Ventilation (PPV)

e. Umumnya datang dalam posisi duduk atau Diberikan sebelum pemberian intubasi dengan
indikasi sebagai berikut:
f. Tripod position (membungkuk dan tangan
kedepan) a. Respiratory arrest
g. Letargi dan terdapat penurunan kesadaran b. Pernapasan spontan yang tidak cukup
h. Respiratory paradoxical Tujuan pemberian PPV: menurunkan work of
breathing. Pada pasien yang sesak nafas, terapi
i. Cyanosis, penurunan SpO2
oksigen belum cukup dan delivery oksigen belum
j. Meningkatnya respons simpatis bagus, diharapkan jangan sesak nafas / bertambah
work of breathing nya. Karena nanti konsumsi
Contoh kasus:
oksigen oleh tubuh terlalu banyak dan berakhir
syok.

Teknik facemask ventilation: bisa 1 atau 2 tangan.

Pasien datang sinus rhythm, HR 107, saturasi 88, RR


16. Pertama, cek airway (adakah suara gurgling,
snoring). Kedua, cek suara nafas kedua paru
(adakah ronki, wheezing). Lalu, kita kasih terapi
oksigen bisa berupa nasal cannule atau NRM.
L. MANAJEMEN PASIEN

Berikut adalah algoritma penanganan distress


respirasi dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Manajemen Primer

Pasien datang dengan HR 137 dengan tekanan


darah sudah turun jadi 77/35, saturasi 62, RR 42.
Sudah mengganggu jantung dan muncul aritmia.
Kalau saturasi sudah terlalu rendah, tidak bisa
dengan nasal cannule. Mulai dari bag and mask
kasih oksigen 100%, lihat respons. Bisa juga
intubasi.
HSC 2018 D1 WEEK 2 30

b. Manajemen Sekunder Namun, umumnya oksigen tidak diberikan secara


tepat. Pada tahun 2008 di UK hospitals, ditemukan
bahwa kurang dari 1/3 pasien yang menerima
oksigen memiliki preskripsi tertulis. Hanya 10%
kasus yang pemberian oksigen mencapai target
saturasi pasien dan hanya 5% kasus dimana terapi
oksigen diindikasikan.

N. ADMINISTRASI OKSIGEN

Pada pasien distress respirasi, konsentrasi oksigen


yang tinggi harus diberikan segera dan harus
dicatat dalam rekam medis pasien. Terapi oksigen
hanya memperbaiki oksigenasi namun tidak
mengobati kausa utama hipoksemia.

M. PRESKRIPSI TARGET OKSIGEN

Pasien non-PPOK: target saturasi pasien adalah 94-


98%.

Pasien PPOK/TB: target saturasi pasien adalah 88-


92%. Normalnya saat kita bernapas, yang memicu
kita bernapas adalah CO2 dengan normal pCO2
sebesar 35-45 mmHg. Sedangkan pada pasien
PPOK/TB, pCO2 mereka sudah tinggi dan mereka
terbiasa pada kondisi tersebut (reduced sensitivity
to increased level of CO2). Sehingga yang memicu
mereka bernapas adalah keadaan hipoksia (PaO2 a. Jika saturasi masih >90%, bisa pakai low oxygen
yang rendah). Jadi kalau saturasi pasien COPD flow sekitar 2-3 liter. Hanya bisa memasukkan
sampai 100% bisa tidak muncul keadaan hipoksia, 24-50% karena pada nasal cannula tidak 100%
menutupi hidung kita.
pasien tidak bisa bernapas, nilai CO2 pasien ikut
naik karena respirasi intrasel. Pasien akhirnya b. Jika saturasi sudah 88-90%, bisa diberikan
berujung pada asidosis respiratorik dan gagal nafas. simple mask (bisa dikasih dirumah juga untuk
pasien COVID). FiO2 bisa 40-60%. Jika tanpa
Emergency oxygen therapy pada pasien PPOK yang
reservoir bed, pemberian terapi oksigen yang
sesak nafas
terlalu tinggi akan membuat mulut kering jadi
hanya bisa 5-10 L/menit.

c. Rebreathing mask dengan reservoir bed dimana


dia bisa memberikan keadaan agak lembab dan
oksigen bisa diberikan lebih banyak (sampai
15L). FiO2 bisa sampai 60-90%.

d. High-flow nasal cannula (HFNC) bisa sampai 70


L/menit. Ini yang kemarin membuat banyak
rumah sakit kehabisan oksigen karena pasien
COVID banyak menggunakan HFNC.
Keunggulannya HFNC adalah dengan high flow
oxygen, dia tetap bisa diberikan PEEP atau
positive end expiratory pressure.

Apa gunanya PEEP?


HSC 2018 D1 WEEK 2 31

Ketika kita ekspirasi normal, alveolus akan


kolaps. Namun ketika ada infeksi/edema paru,
saat sudah selesai ekspirasi dan akan inspirasi,
alveolus akan susah membuka (karena ada
kelengketan dari infeksi seperti pus). PEEP ini
berguna untuk menjaga si alveolus saat selesai
ekspirasi agar tidak kolaps.

Cara pemberian oksigen:

a. Sumber oksigen: oksigen dimampatkan bisa Apa itu FiO2?


dalam bentuk cair ataupun gas lalu dibawa
ke rumah sakit. FiO2 atau fractional inspired O2
concentration adalah persentase atau
konsentrasi oksigen yang kita hirup.
Normalnya, dari udara atmosfer ini kita
hanya menghirup 21% O2, sisanya
nitrogen, CO, dan lainnya. FiO2 kita pas
napas biasa itu 21%. Nah dengan
penggunaan nasal cannula, simple mask
ataupun alat-alat terapi oksigen yang lain
b. Dibagi menjadi 2 yaitu: membantu meningkatkan FiO2% nya
sampai angka tertentu. Dari tabel diatas
Low flow O2 therapy
bisa dilihat untuk alat-alat yang low flow
Low flow oxygen therapy digunakan untuk oxygen therapy (yang masih bisa ‘bocor’
meningkatkan kadar O2 sehingga kecepatan udaranya) rendah FiO2 nya, semakin rapat
aliran oksigen yang diberikan pada pasien tidak semakin tinggi FiO2.
lebih tinggi dari debit volume udara yang
2. Simple Mask (Masker Hudson):
dihirup pasien. Disini pasien masih
oksigen 6-10 L/menit
membutuhkan usaha untuk bernafas sendiri.
meningkatkan FiO2 30-60%.
Contohnya adalah nasal cannula, nasal
Kekurangan: lebih tidak nyaman,
catheter, simple mask, partial rebreather mask,
non-rebreather mask.

1. Nasal Cannula: hanya memberikan


oksigen 1 liter per menit dan
menaikkan FiO2 4% (maksimal
44%). Dalam pemeriksaan analisis
gas darah, diperhatikan jika O2 2
liter/menit, FiO2 menjadi 28-29% susah fonasi.
(lihat tabel). Keuntungan: pasien

bisa bicara, makan dengan


nyaman.
HSC 2018 D1 WEEK 2 32

3. Partial Rebreathing Mask: digunakan oleh pasien PPOK


karena ada tekanan sehingga bisa
menembus jalan nafasnya yang
sempit karena
remodelling/bronkokonstriksi.

4. Non-Rebreathing Mask (NRM):


Bisa memberikan terapi oksigen
sebanyak 10 L dan meningkatkan
FiO2 80%. Bedanya sama yang
partial rebreathing mask, ini CO2
nya tidak dihirup lagi karena ada

2. High-Flow Nasal Cannula (HFNC):


dipakai pada pasien COVID asal
pasien sadar penuh dan tidak ada
lidah jatuh kebelakang. Ada
mesinnya yang memberikan high-
flow dan memberikan PEEP sampai

katup nya, ada EV nya.

High flow O2 therapy

High flow O2 therapy berfungsi untuk 5 cm H2O.


mengganti fungsi pernapasan pasien dimana
debit volume udara yang diberikan setara
dengan kemampuan napas pasien pada
umumnya. Dapat diberikan pada pasien yang
tidak sadar. Contohnya adalah air entrainment
mask (Venturi), high flow nasal cannula,
mechanical ventilators (invasive vs non-
invasive), CPAP machines, resuscitation bags.

1. Venturi Mask: ada tekanan, air


entrainment port, jet orifice. Bisa
HSC 2018 D1 WEEK 2 33

3. Mechanical Ventilator: Non- Misal pasien PPOK, saturasi 88%: mulai nasal
Invasive Ventilation (NIV) bisa cannula atau venturi mask, kasih bronkodilator,
diberikan PEEP 15 – 20 cm H2O analisa gas darah. Cek pH nya apakah acidosis atau
yang bisa diberikan ketika banyak tidak. (silakan dibaca tabel algoritma nya yaa)
alveolus yang kolaps.
Q. DISKONTINYU TERAPI OKSIGEN

Oksigen harus selalu dievaluasi jumlahnya sama


kebutuhan pasien, apakah sudah mencukupi atau
kurang. Kalau pasien sudah bisa mempertahankan
saturasi pada atau diatas target saturasi, bisa
lakukan weaning (pengurangan bantuan) sampai
diskontinyu terapi oksigen. SELALU CATAT
PENGGUNAAN ALAT TERAPI O2 NYA APA SAJA &
BERAPA.

4. Mechanical Ventilator: Intubasi


(ET) → invasive. Biasanya
diberikan pada pasien yang SOAL
saturasi terlalu rendah, penurunan 1. A 23 y.o. man after a traffic accident had a
decrease in consciousness with GCS E2V2M2,
from airway exam he found gurgling and snoring
sounds, with RR 40/min, O2 saturation 88%, BP
135/90, HR 120/min. What is the most
appropriate oxygen therapy?
a. Venturi mask 6L/min
b. Bag and mask ventilation and
kesadaran. intubation
c. NRM 10L/min
O. MONITORING DAN MAINTENANCE TARGET d. Simple mask 6L/min
SATURASI e. RM 10L/min
2. A 20 y.o. woman came with complaints of
Peralatan delivery oxygen dan kecepatan aliran
shortness of breath no signs of COPD, BP
perlu disesuaikan agar sesuai range target.
128/95, pulse 130/min RR 40/min, oxygen
Penilaian klinis dibutuhkan bila ingin mulai atau saturation descends rapidly and there are signs
menambah terapi O2 karena penurunan saturasi. of respiratory distress and lethargy. What is
a. Cek pulse oximetry: lihat saturasi naik atau oxygen therapy required?
a. PPV with 100% oxygen bag valve mask
tidak. Kelebihan: portable bisa dibawa kemana-
b. Simple mask 6L
mana, non-invasive
c. NRM 10L
b. Cek kondisi klinis pasien apakah tadinya sadar d. Does not require oxygen therapy
menjadi tidak sadar → bisa lakukan bag and e. RM 10L
mask ventilation sampai intubasi

c. Cek hemoximetry: untuk analisa gas darah

P. ALGORITMA TERAPI OKSIGEN

Cek algoritma: https://bit.ly/AlgoritmaTerapiO2


HSC 2018 D1 WEEK 2 34

Panel 4 - Lecture 5.2 darah, sehingga PaO2 lebih rendah (<60 mmHg)
dan PaCO2 normal atau lebih rendah. Dapat
BREATHING SUPPORT
terjadi pada kasus pneumonia, ARDS, gagal
dr. Yunita Widyastuti, MKes, Sp.An, KAP, PhD jantung kongestif, dan emboli paru. Disebabkan
oleh:
Pemateri & Editor: Ion & Ivan a. V/P (Ventilasi/Perfusi) Mismatch →
Ketidakseimbangan antara oksigen yang
Pada materi ini, akan dijelaskan mulai dari proses
diventilasikan dengan kebutuhan perfusi
bernapas, gangguan proses bernapas, dan
jaringan. Kondisi ini paling umum
patofisiologinya. Fokus utama dari lecture kali ini adalah menyebabkan hipoksemia. Pemberian O2
cara melakukan assessment dan pertolongannya. 100% dapat memperbaiki kondisi pasien.
➢ Respirasi terdiri dari 3 fungsi: b. Shunt → Disebabkan oleh darah
• Ventilasi: bernapas atau proses masuknya terdeoksigenasi yang tidak bisa melepaskan
udara dari lingkungan luar ke dalam paru-paru. CO2 ketika melewati alveoli, sehingga
• Pertukaran gas: bercampur dengan darah teroksigenasi
hasil ventilasi. CO2 hanya melewati paru-
✓ Pertukaran udara dalam paru-paru antara
paru tanpa proses pertukaran gas.
alveoli dengan kapiler (difusi).
✓ Pertukaran udara antara kapiler dengan Ada hipoksemia persisten meskipun
jaringan tubuh (perfusi). inhalasi O2 100%. Dapat terjadi pada kasus
edema paru (kardiogenik atau non-
• Pemakaian O2 dalam respirasi seluler.
kardiogenik), pneumonia, dan atelektasis.
➢ Ventilasi paru merupakan hasil dari otot-otot
pernapasan yang bekerja. Proses ventilasi terdiri c. Hipoventilasi → depresi napas akibat
dari: depresi sistem saraf pusat (bisa
dikarenakan obat).
• Inspirasi: proses aktif, tekanan di dalam paru-
paru lebih rendah daripada tekanan udara luar 6. Kegagalan Ventilasi atau Hiperkapnea
sehingga udara dapat masuk. Mekanisme yang
terjadi dalam proses inspirasi: “Kesulitan melepaskan CO2”
✓ Tekanan pleura lebih negatif Gangguan mekanik pernapasan, seperti
✓ Volume paru menjadi lebih besar kelumpuhan otot pernapasan, gangguan recoil
(pergerakan diafragma dari bentuk dome- paru (pada pasien COPD), obstruksi
shaped menjadi mendatar) → tekanan paru pernapasan, sehingga ada peningkatan akut
menjadi lebih negatif
pCO2 (>50 mmHg) dan PaO2 normal atau
✓ Kontraksi dinding dada rendah, disertai respiratori asidosis. Dapat
• Ekspirasi: proses pasif, tekanan di dalam paru- terjadi pada kondisi COPD, asma, intoksikasi
paru lebih tinggi daripada tekanan udara luar akut, penyakit neuromuskular, sepsis, dan
sehingga udara terdorong keluar (akibat proses
hipoventilasi akibat obesitas.
recoil paru).
• Tekanan intrapleural paru-paru akan selalu S. Tanda dan Gejala
lebih negatif agar paru-paru tetap menempel
1. Tanda dan Gejala Hipoksemia
pada pleura dan tidak kolaps.
a. Dyspnea, iritabilitas (akibat perfusi
• Tekanan transpulmoner adalah selisih antara oksigen di otak menurun)
tekanan intrapulmoner dan intrapleural.
b. Kebingungan, somnolen/penurunan
R. Patofisiologi Kegagalan Respirasi kesadaran (akibat perfusi oksigen di
otak menurun)
5. Kegagalan Hipoksemia c. Takikardia, aritmia (bentuk
“Kesulitan memasukkan O2” kompensasi jantung memenuhi
kebutuhan O2 tubuh)
Gangguan kemampuan sistem pulmoner untuk d. Takipnea
menyediakan oksigen yang adekuat dalam e. Sianosis
HSC 2018 D1 WEEK 2 35

2. Tanda dan Gejala Hiperkapnea memasukkan O2 dan tidak bisa mengeluarkan


a. Pusing CO2 bersamaan).
b. Perubahan perilaku 3. Instabilitas kardiovaskuler pada pasien syok
c. Koma (perfusi pada paru-paru berkurang sehingga
d. Asterixis (tremor) tidak ada aliran darah yang mengambil O2 di
e. Papilloedema paru-paru).
f. Ekstremitas hangat
V. Penilaian Pasien Gangguan Respirasi
T. Indikasi Bantuan Ventilator
1. Status mental (menandakan perfusi O2 di otak
1. Cardiac/respiratory arrest. berkurang)

2. Takipnea/bradypnea yang mengindikasikan 2. ABC:


proses bernapas mulai tidak adekuat
a. Airway: jalur napas bersih/tersumbat?
(respiratory fatigue) menuju respiratory arrest.
Terdengar suara stridor [menandakan
3. Respiratori asidosis akut (diketahui dengan sumbatan saluran atas], wheezing
pemantauan pH darah pasien yang terindikasi [sumbatan saluran bawah], atau crackles?
gagal napas).
b. Breathing: RR, adanya usaha bernapas
4. Hipoksemia refraktori yang berlebihan (retraksi dari otot
pernapasan, hidung kembang kempis, atau
Kondisi dimana PaO2 tidak bisa dipertahankan
pernapasan paradoks [sumbatan saluran
>60 mmHg dengan fraksi O2 inspirasi (FiO2) = 1.0
atas/pada plica vocalis], pergerakan dada,
(ketika sudah diberikan usaha pemberian O2
kebutuhan O2 (apakah pemberian nasal
100% namun PaO2 tidak bisa >60 mmHg).
kanul meningkatkan saturasi O2 pasien?)
5. Ketidakmampuan untuk melindungi patensi c. Circulation: mekanisme kompensasi dari
jalan napas akibat penurunan kesadaran.
denyut nadi, tekanan darah, perfusi
6. Syok yang ditandai dengan usaha respirasi (akralnya dingin/hangat, WPK)
berlebihan.
3. Penilaian Respirasi:
7. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret a. Apakah pasien terventilasi baik?
saluran napas dengan kegagalan pertukaran gas
atau usaha respirasi berlebihan. → Jika iya, PaCO2 normal dan usaha
ventilasi normal.
8. Memiliki penyakit neuromuskular dengan
kapasitas vital <10-15 ml/kg. → jika tidak, ada peningkatan usaha untuk
bernapas (pasien terlihat lelah) yang bisa
9. Sebagai manajemen sementara untuk
menyebabkan kegagalan respirasi
menurunkan tekanan intrakranial
mendatang.
(hiperventilasi menyebabkan PaCO2 menurun
sehingga terjadi vasokonstriksi pada pembuluh b. Apakah pasien teroksigenasi dengan baik?
darah otak dan menurunkan tekanan
→ jika iya, PaO2 normal, tidak tampak
intrakranial).
sianosis, dan tidak pucat.
U. Indikasi Pemasangan Intubasi
→ Lakukan asesmen kebutuhan O2
1. Melindungi jalan napas pada pasien dengan (keperluan pemasangan nasal kanul)
trauma wajah, gangguan status mental (GCS <8
sehingga lidah jatuh ke belakang menutupi → Lihat gradien a-a (alveolar-arterial) O2
saluran napas), dan apnea rekuren (contohnya dan PaO2/FiO2 untuk menentukan adanya
pada pasien obesitas dengan sleep apneu gagal respirasi hipoksik. Nilai normal PaO2
disease). = FiO2 x 5. Misalnya: nasal kanul rata-rata
memiliki FiO2 30% maka seharusnya nilai
2. Kegagalan respirasi pada pasien hipoventilasi, PaO2-nya adalah 150%, sehingga pasien
hipoksik, atau keduanya (tidak bisa dengan pemberian FiO2 yang sudah 100%
HSC 2018 D1 WEEK 2 36

namun PaO2-nya masih 60% menunjukkan


pasien mengalami hipoksia.

W. Kriteria Pemasangan Bantuan Ventilasi

Analisis Gas Darah

Parameter Indikasi Nilai Normal


pH <7,25 7,35-7,45 2. Ventilasi Mekanik Non Invasif (Nasal
PaO2 (mmHg) <60 75-100 CPAP/SIMV-CPAP/Bi-PAP) → tidak
PaCO2 (mmHg) >50 35-45 memerlukan endotracheal tube
Analisis Fungsi Paru
3. Ventilasi Mekanik Invasif
Parameter Indikasi Nilai Normal
Z. Ventilasi Mekanik
RR (x/min) >35 10-20
Volume tidal <5 5-7 Ventilasi mekanik adalah alat medis berupa mesin
(ml/kgBB) yang berfungsi untuk memberi bantuan napas pada
Kapasitas vital (ml <15 65-75 pasien dengan gangguan pengembangan paru
Kekuatan inspirasi <20 75-100 akibat infeksi atau sebab lainnya. Pemberian
maksimum (cm
ventilasi mekanik bertujuan untuk menurunkan
HO2)
beban fungsi pernapasan pasien yang tidak dapat
X. Manajemen Gagal Napas memenuhi kebutuhan O2 dengan respirasi yang
adekuat. Tujuan utama pemberian ventilasi
1. ABC (bedakan antara kegagalan napas dan
mekanik adalah:
kegagalan sirkulasi. Keadaan kegagalan sirkulasi
membutuhkan prinsip CAB). 1. Koreksi Hipoksemia
2. Pastikan jalan napas adekuat dan paten. Ventilasi mekanik memberikan aliran oksigen
dengan FiO2 yang tinggi dan PEEP (Positive End
3. Pastikan suplemen O2 dan alat bantu ventilasi
memadai jika terindikasi. Expiratory Pressure) untuk mencegah
kolapsnya saluran napas dan meningkatkan
4. Bantu sirkulasi pasien jika dibutuhkan (misal: rekrutmen O2 pada alveoli.
pasien syok).
2. Membantu Ventilasi*
5. Penanganan spesifik sesuai kausa:
Meningkatkan RR dan volume tidal untuk
a. Infeksi: antimikroba dan kontrol sumber meningkatkan ventilasi, sehingga dapat:
infeksi.
a. Mengoreksi kondisi asidosis respirasi*
b. Obstruksi jalan napas: bronkodilator dan
glukokortikoid. b. Membantu mengambil alih ketika terjadi
disfungsi neuro dan/atau muskular.
c. Memperbaiki fungsi jantung: ventilasi
tekanan positif, diuretik, dan vasodilator. c. Memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
Pada gagal jantung diberikan morfin, yang meningkat.
inotropika, atau revaskularisasi. d. Dapat menjadi penanganan sementara
Y. Bantu Respirasi (Respiratory Support) untuk mengobati peningkatan tekanan
intrakranial akut (membuat kondisi
Diberikan sesuai indikasi untuk meningkatkan hiperventilasi).
saturasi oksigen pasien. Metode yang dapat
diberikan adalah: *dengan menghindari induksi cedera paru dan
hiperinflasi dinamik oleh ventilator.
1. Terapi oksigen (lecture 4.2)
3. Mengoptimalkan Fungsi Jantung

Menurunkan preload (darah yang kembali ke


jantung), afterload (tahanan yang dilawan
HSC 2018 D1 WEEK 2 37

jantung ketika memompa darah), dan Nice to know:


kebutuhan metabolik. Proses inspirasi yang
▪ Peak pressure = tekanan maksimum yang
terjaga oleh mesin akan menurunkan venous
dicapai pada jalan napas saat memberikan
return dan menurunkan beban kerja jantung.
volume tidal kepada pasien (cmH2O).
Cara kerja dari ventilator adalah memberikan
▪ Plateu pressure = tekanan yang dibutuhkan
tekanan positif ke dalam saluran napas untuk
untuk mempertahankan pengembangan paru
mengembangkan alveoli sehingga pertukaran gas
saat inspirasi (cmH2O).
tetap berlangsung. Ventilator disertai dengan
humidifier yang berfungsi menghangatkan udara Contoh:
napas dan memberi kelembaban ideal sehingga
Pada pasien COVID-19 yang memiliki edema
mencegah peradangan mukosa saluran napas.
interstitial, fibrosis, & infiltrat/sekret dalam alveoli,
Komponen ventilator adalah: monitor, filter,
proses difusinya terganggu dan menimbulkan
konektor, humidifier, endotracheal tube atau
ketidakseimbangan antara kebutuhan metabolik
masker.
tubuh dengan O2 yang ada (pasien mengalami
ARDS). Kondisi ini terjadi akibat pertambahan jarak
difusi udara dari alveoli ke kapiler darah. Pemberian
ventilator yang memberi tekanan positif pada
saluran napas membantu meningkatkan udara yang
masuk dan memudahkan proses pertukaran udara
pada alveoli dengan menekan dinding alveoli untuk
mengurangi jarak difusi tersebut.

Ventilasi mekanik memerlukan pipa penyalur:

Pada keadaan normal, inspirasi akan menciptakan ▪ Invasif: endotracheal tube, tracheostomy tube
tekanan udara dalam paru-paru negatif untuk
▪ Non-Invasif Ventilasi Mekanik (Non-invasive
menghirup udara, sedangkan ekspirasi Positive Pressure Ventilation): masker wajah
menciptakan tekanan positif untuk mengeluarkan
udara (garis merah pada grafik). Kontraindikasi pemasangan ventilasi mekanik:

Penggunaan mesin ventilasi menciptakan kondisi 1. Absolut: pneumothoraks yang belum


berkebalikan dikarenakan kerja otot pernapasan tertangani.
yang lebih pasif. Ketika inspirasi, tekanan udara
2. Relatif: pasien yang menolak pemasangan,
dalam paru-paru akan positif akibat dorongan
pemasangan sia-sia pada pasien paliatif
udara dari mesin sehingga proses pertukaran udara
(pemberian ventilasi tidak memperbaiki kondisi
di alveolus dapat terjadi. Tekanan positif membantu
pasien), terminasi rasa sakit dan penderitaan.
memasukkan udara ke dalam paru-paru dan
mengurangi usaha pasien bernapas sendiri. Ketika AA. Jenis Ventilasi Mekanik
ekspirasi, tekanan udara dibuat mendekati 0 untuk
1. Ventilasi Non-Invasif
mengeluarkan udara dan mencegah air trapping
(garis kuning pada grafik). Diberikan tanpa intubasi, hanya menggunakan
masker wajah/sungkup. Indikasi pemasangan
ventilasi non-invasif:

a. COPD eksaserbasi

b. Cardiogenic pulmonary edema

c. Obesity hypoventilation syndrome → sleep


apneu disease

d. Bisa dipertimbangkan pada pasien asma


dan non-cardiogenic hypoxemic respiratory
failure
HSC 2018 D1 WEEK 2 38

Jenis alat ventilasi non-invasif: Manfaat pemakaian ventilasi non-invasif:

a. CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) a. Menghindari komplikasi dari pemakaian


ventilasi invasif (contoh: ventilator-
associated pneumonia [VAP]).

b. Sangat bermanfaat untuk manajemen


pasien COPD dan gagal jantung kongestif
(menurunkan angka mortalitas).

2. Ventilasi Invasif

Ventilasi invasif diberikan dengan


intubasi/endotracheal tube/trakeostomi ketika
pasien tidak mampu mempertahankan dan
melindungi patensi saluran napas. Severe
b. Bi-PAP (Bi-Level Positive Airway Pressure) respiratory failure ditandai dengan penurunan
SpO2 dan RR bisa menjadi indikasi untuk
Tekanan inspirasi dan tekanan ekspirasi
pemasangan ventilator invasif. Karakteristik
dapat diatur (biasanya tekanan eskpirasi
ventilasi invasif:
diatur 12/5 cmH2O).
a. Mode

▪ Control Mechanical Ventilator (CMV)

Ventilator ini bersifat mandatory/wajib


pada setiap napas pasien dan dipicu sendiri
oleh ventilator, untuk memberikan
tekanan atau volume tertentu sesuai
kebutuhan yang ditetapkan. Kerja
pernapasan pasien digantikan sepenuhnya
oleh ventilator.

▪ Assist Control (A/C)

Ventilator bekerja sesuai besar volume


tidal pasien dan dapat dipicu dari ventilator
(independent) maupun pasien (support).
Setiap pernapasan yang dipicu pasien
bersifat mandatory. Jika pasien dapat
bernapas sendiri maka mesin menjadi
support, namun jika pasien tidak bernapas
sendiri maka mesin akan mengambil alih.
HSC 2018 D1 WEEK 2 39

Setiap napas dipicu oleh pasien, sedangkan


ventilator membantu memberikan
bantuan tekanan pernapasan. PSV
diberikan pada pasien yang masih dapat
bernapas dengan RR cukup akan tetapi
besar volume inspirasinya tidak memadai.

Level pressure support yang diatur untuk


diberikan akan mempengaruhi berapa
banyak bantuan pernapasan yang
diberikan. Misalnya: pasien diberikan 10x
Tanda panah pada gambar menunjukkan
pressure support, maka bantuan napas
penurunan tekanan yang menyebabkan
yang diberikan juga 10x.
terjadinya usaha inspirasi dari ventilator.
b. FiO2: 21-100%
▪ Synchronized Intermittent Mandatory
Ventilation with Volume Control (SIMV-VC) c. Rate: 0-35 (disesuaikan dengan kebutuhan
dan SpO2)

d. Volume Tidal: 4-10 cc/kgBB

e. Inspiratory flow rate: 60-120 L/menit

BB. Algoritma Bantuan Napas

Pernapasan mandatory akan diberikan


dengan koordinasi (sinkronisasi) dengan
usaha pasien. Di antara pernapasan
mandatory, pasien dapat bernapas secara
spontan.

Pasien dibiarkan bernapas sendiri dan


terkadang dibantu pernapasannya.
Ventilator akan selalu bekerja seirama *NIV/HFNC diberikan untuk pasien derajat sedang-
dengan napas pasien sehingga pola napas berat, prone position untuk derajat ringan-sedang.
pasien dan pola kerja ventilator sinkron
meskipun bergantian.

SIMV-VC dapat dikombinasi dengan


Pressure Support untuk memberikan
tekanan tertentu sesuai kebutuhan pasien.

▪ Pressure Support Ventilation (PSV)


HSC 2018 D1 WEEK 2 40

Lecture 6.2 PATOFIOSOLOGI


EMERGENCY MANAGEMENT IN BURN INJURY Jadii, luka bakar itu merupakan proses destruksi
koagulatif dari kulit atau membrane mukosa. Namanya
dr. Nurardhilah Vityadewi, Sp.BP(K)
juga luka bakar berarti dari panas, bahan kimia, atau
Pemateri : Sisil, Editor : dtk sinar radiasi. Thermal damage atau kerusakan termal
terjadi kalo panasnya diatas 48oC. Kalau terjadi
eksposur yang berlebihan, luka bakar bisa menjadi
Hewwu, aku rekomendasi sambil buka lecture Burn nekrosis. Perluasan nekrosis dipengaruhi oleh
Case Discussion (lecture setelah ini) buat tau temperature dan durasi kontak iritan.
sebenernya apa aja yang harus dipelajari untuk
manajemennya. Karena dokternya ada intro, jadi
lecture ini agak banyak (bukan aku yg banyak2in). Kalo BODY RESPONSE
mager, langsung ke bagian manajemen aja. Semangat
Tubuh merespon luka bakar dengan dua cara: lokal dan
km bisa km hebat km kuat<3
sistemik.

A. Local response
INTRODUCTION
• Luka bakar merupakan salah satu
kegawatdaruratan yang sering ditemukan pada
kasus emergensi. Namun, dengan manajemen
yang baik, maka prognosis dari pasien pun juga
akan meningkat dan fungsi tubuh dapat
kembali normal. Masalah yang ditemukan pada
luka bakar diantaranya kegawatdaruratan
airway (gangguan ventilasi) dan dermatologis
(alopecia, kehilangan kontur jari, sendi axila
yang menempel, dll).
• Mortality rate dari luka bakar sendiri
dipengaruhi oleh meningkatknya usia, luas luka
bakar, dan trauma inhalasi (dapat meningkat
sampai 40%). Jackson’s burn wound model ini menunjukkan
gambaran patofisiologi pada zona hasil luka bakar
sesuai derajat keparahannya.
ETIOLOGI
1. Zone of coagulation: kerusakan irreversible,
sudah terjadi nekrosis. Zona yang paling
dekat dengan sumber kerusakan.
2. Zone of stasis: terjadi iskemia karena
adanya perubahan dermal circulation.
Sudah terjadi kerusakan jaringan namun
masih reversible. Jika tidak diatangani, zona
ini dapat berubah menjadi nekrosis (zone of
coagulation).
3. Zone of hyperemia: perubahan reversible
pada peningkatan blood flow dan inflamasi
lokal.
Etiologi yang paling sering terjadi pada luka bakar
adalah api 55%, scalds (cairan panas: kuah makanan, air
mendidih), dan elektrik dan bahan kimia. Yang paling
sering mengalami luka bakar itu di usia produktif (15-64
tahun), terus kalo pada anak-anak etiologi yang paling
sering itu scalds karena bocil ceroboh terus ga sengaja
kepegang…
HSC 2018 D1 WEEK 2 41

B. Systemic response

Luka bakar dapat menghasilkan:

1. Peningkatan permeabilitas kapiler dan


kehilangan cairan intravascular
Jika luka bakar sudah ekstensif, sistem tubuh 2. Hypovolemia dan syok
lainnya akan memberikan respon sistemik 3. Peningkatan plasma viscosity dan pembentukan
terhadap luka bakar, mikrotrombosis
1. Cardiovascular: mengurangi kontraktilitas 4. Hemoglobinuria dan renal damage
myocardial, meningkatkan permeablitas 5. Peningkatan metabolic rate dan energy
kapiler, vasokontriksi periferan dan metabolism
splanchnic
2. Respiratory: bronkokonstriksi, ARDS
3. Metabolic: meningkatkan 3x basal
metabolic rate
4. Immunological: mengurangi respon imun

INTRAVASCULAR FLUID SHIFTING AND CAPILLARY


LEAKAGE

Jika terjadi luka bakar, barrier kapiler normal akan


terdisrupsi karena adanya mediator inflamasi
(histamine, serotonin, PGA, platelet products,
complements, kinin). Hal tersebut akan mengakibatkan
marginasi dari neutrophil, makrofag, dan limfosit yang
normalnya berada di intravascular jadi pindah ke
jaringan. Fungsi kulit ada macam2 ya, kalo ada luka bakar berarti
akan ada disfungsi kulit. Nantinya bisa menimbulkan
infeksi sekunder, hilangnya regulasi termal, fungsi
sebagai organ peraba, dll.

Dilatasi dari arteriol dan konstriksi venula →


meningkatkan permeabilitas kapiler → cairan
intravascular bocor ke interstitial space → edema~
HSC 2018 D1 WEEK 2 42

DEPTH OF BURN WOUND B. Recent concept – Konsep ini fokus ke struktur


kulit yang terkena
A. Traditional concept

Rangkumannya kakak~
Disini masih dibagi berdasarkan lapisan yang terkena:

1. Superficial: mengenai epidermis saja


Sunburn biasanya diiedentifikasi dengan adanya
eritema dan mild edema. Daerah yang terkena
teraba hangan (tender and warm), WPK cepat,
semua lapisan epidermis dan dermis intact
(tidak ada risiko infeksi sekunder) makanya
gausah pake topical antibiotic. Kalau lukanya
uncomplicated, bisa sembuh dalam 5-7 hari.

2. Partial thickness skin burn (ada dua, superficial


dermal dan deep dermal):
a. Superficial dermal: epidermis+ kurang
dari ½ dermis
b. Deep dermal: epidermis+ lebih dari ½
dermis SIZE AND EXTENT OF THE BURN WOUND
Biasanya susah buat diagnosis tepat dan akurat,
tapi hallmark yang terlihat itu adanya formasi Cara hitung luas luka bakar menggunakan RULE OF 9.
blister (melepuh) dan rasa sakit. Kalo bingung Rule of 9 ini nanti juga aplikasinya dibagi dua, anak dan
diagnosis, biasanya diperiksa lagi setelah blister dewasa diatas atau sama dengan 9 tahun dan anak
atau bullae-nya itu rupture dan dibuka dibawah 9 tahun. Inget ya serba 9!!
menggunakan pin prick test.
Pada anak dan dewasa diatas atau sama dengan 9
3. Full thickness: epidermis+dermis+subcutaneous tahun, anggota yang dibagi-bagi ini depan belakang
Warna luka bakar full thickness ini macem- totalnya 9%. Kecuali, area genital 1% jadi jangan lupa
macem, kenapa? Karena udah ada breakdown dimasukin juga kalo disuruh itung ya.
dari hemoglobin jadi warnanya ga merah (putih,
kuning, coklat). Lapisan kulit yang terlihat Notes: abdomen depan/belakang total 18%, total
biasanya waxy dan translusen dengan pembuluh depan belakang 36%. Kalau seandainya ada luka bakar
darah thrombosis sebagai patonomonic full ga ekstensif dan cuman “ceplok-ceplok”, itu diitung
thickness injury. menggunakan rule of palm, satu palm itu 1%
(diperkirain ajaa).
HSC 2018 D1 WEEK 2 43

MANAGEMENT
First time assessment:

1. Dicek apakah mild, moderate, severe burn.


Severe burn biasanya ada komplikasi seperti
fraktur atau kegagalan sistem lain.
2. Apakah pasien sadar? Biasanya pada severe
trauma ditemukan unconscious.

First aid: hal yang perlu dilakukan CITO

1. Stop burning process. Biar ga progresif luka


bakarnya, dipadamkan dulu apinya. teknik yang
dijelaskan dokternya, stop, drop, and roll. Orang
yang sedang terbakar ini dijatuhkan ke tanah
Anak dibawah 9 tahun, persenannya berbeda di kepala
atau permukaan datas dan disuruh rolling ke
jadi depan belakang 18% karena emang lebih besar dan tanah untuk mematikan api di pakaian dan
eksremitas bawah satu tungkai bukan 18% tapi 14%. badannya.
2. Cooling treatment. Daerah luka bakar dialiri
dengan air suhu kamar (dilarang keras pakai air
dingin karena akan menambah kedalaman
jaringan yang rusak)

Severe/complicated burns akan menggunakan


beberapa guideline, yang disini pakai EMSB (Emergency
Management of Severe Burn Course). Goals-nya ada
dua, life-saving dan limb/organ saving.

Lund and Browder Table – ini cuman diskimming sama Primary survey: ABCDE
dokternya boleh diskip… tp aku masukin ya:D

Airway rescusitation

1. Cari tanda trauma inhalasi dengan pemeriksaan:


a. Facial injury
b. Jelaga pada nostril atau sputum
c. Laryngoscope untuk cek edema dan
hiperemia, kalo perlu nanti diintubasi
d. Terdapat stridor sebagai manifestasi
klinis
2. Manajemen menggunakan ET lebih baik dari
trakeostomy
3. Do not forget: C-spine control untuk fiksasi biar
ga cedera
HSC 2018 D1 WEEK 2 44

Breathing resuscitation manajemen life-threatening condition


yaa
1. Do not forget: berikan O2 100% 15L/menit Disability – cek status neurologis
2. Cek apakah ada gangguan pada mechanical
ventilation → apakah ada eschar pada dinding 1. Cek status kesadaran menggunakan GCS (eye,
dada yang menghalangi ekspansi paru-paru? verbal, motion) atau AVPU (alert, verbal, pain,
Kalo iya, lakukan escharotomy pada dinding unresponse)
anterior 2. Lakukan pemeriksaan reflex pupil

Exposure and environmental control

1. Posisikan pasien dalam log roll maneuver


2. Lepaskan semua pakaian dan perhiasan jika
masih terpasang
3. Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior
3. Waspadai keracunan carbon monoksida. Pasien 4. Hitung luas luka bakar (% TBSA), kedalaman luka
akan terlihat ‘pink/cherry red’ dengan hasil bakar
normal pulse oximeter → Berikan O2 100%, jika 5. Jaga agar pasien tetap hangat. Kasih selimut
diperlukan pasang intubasi dan ventilasi buatan.
4. Smoke injury ditandai dengan adanya jelaga First Aid
pada nostrils atau sputum → Pasang nebulizer.
Jika diperlukanlakukan intubasi, ventilasi Fluid resuscitation
buatan, dan bronchial toilet.
Formula resusitasi yang digunakan menggunakan:

Circulation resuscitation 1. Baxter/Parkland formula. Menggunakan


kristaloid RL 4ml/kg/%luas luka bakar. Dimonitor
Hal yang perlu diperiksa: dengan target urine 50-70ml/jam untuk orang
dewasa.
1. Central pressure o Separuh kebutuhan cairan diberikan
2. Blood pressure
pada 8 jam pertama, sisanya diberikan
3. Waktu pengisian kapiler sentral dan perifer
16 jam selanjutnya.
(abnormal >2 detik berarti hipovolemia)
a. Tatalaksana sistemik:
2. Baxter formula dengan modifikasi. IVFD RL:
Jika pasien datang dengan keadaan shock
3ml/kg/%luas luka bakar + tetes maintenance
berikan dua IV line sebisa mungkin pada daerah untuk anak D5NS (4-2-1: 4ml/kg/jam untuk 10kg
yang tidak kena luka bakar: pertama, 2ml/kg/jam untuk 10kg selanjutnya,
o IVFD Ringer Lactate 20ml/kgBB dalam 1ml/kg/jam untuk 10kg selanjutnya).
15-30 menit. Resusitasi untuk first aid
shock dulu, belu perlu itung2an.
o Bila pasien syok, resusitasi dengan
metode Hartmann
o Jangan lupa untuk stop pendarahan
dan ambil sampel darah untuk cek CBC,
golongan darah, analisis kimia, analisis
gas darah, beta-HCG untuk wanita
hamil
b. Local/regional circulation compromise
o Lokal: full thickness skin burn
mengelilingi ekstremitas bisa
menyebabkan compartment syndrome
Kasus Dewasa dengan menggunakan Formula
(5P: pain, pallor, paresthesia,
pulselessness, and paralysis). First Baxter dengan modifikasi
elevation dan escharotomy di
esktrimitas dilakukan setelah
HSC 2018 D1 WEEK 2 45

5. Support

Prinsip pencegahan tetanus [dokternya ga terlalu


jelasin]

Kasus pada anak-anak, rumus Baxter dengan


modifikasi dan diberi tetes maintenance.

Monitoring Specific consideration


Hal-hal yang perlu dimonitor setelah diberikan cairan
first aid: A. Burn in pediatric
1. Airway
1. Vital sign (nadi, RR, BP, suhu badan) a. Lumen masih sempit sehingga ada
2. Urine output potensi obstruksi
o Dewasa 0,5-1,0 ml/kgBB/jam b. Leher masih pendek menyebabkan
o Anak-anak 1,0-2,0 ml/kgBB/jam soft tissue edema dari luka bakar
3. Suara napas sehingga berpotensi obstruksi
4. Severe burn (>40%) yang dipasang central 2. Fluid dynamics dan ukuran kompartemen
venour catheter tubuh berbeda dari orang dewasa
5. Penyesuaian terapi cairan setiap jamnya a. ECF lebih banyak proporsinya
o Deficiency cairan → + 10% b. Volume darah 80ml/kg dedangkan
o Overload cairan → - 10% dewasa 60-70ml/kg
6. Perhatikan! Myoglobinuria (hemochromagens) c. Renal tubular concentrating capacity
lebih rendah dari dewasa sehingga
berpotensi kehilangan cairan lebih
Analgetik diperlukan jika pasien sangat kesakitan. Yang banyak dan cepat daripada orang
biasanya dipakai yaitu morphine (0,05-0,1 mg/kgBB) dewasa
atau fenthanyl 1μg/Kg BB. d. Cerebral edema mungkin terjadi kalo
resusitasinya overload, diberi head
Lakukan pemeriksaan (test) untuk reasesmen seperti up position dalam 24 jam pertama
imaging, analisis darah, dan fungsi ginjal e. Jika dibutuhkan cairan lagi bisa
Pasang tube jika diperlukan, seperti NGT (perhatikan ditambah 5-10ml/kg atau naikan
stress ulcer), indwelling catheter untuk monitor urine 150% dari resusitasi cairan
output, dan central venous catheter. sebelumnya
B. Electrical injury
1. Low voltage (LV) vs high voltage (HV)
Secondary Survey 2. Destruksi LV bersifat lokal dan HV lebih
1. Periksa riwayat penyakit: ekstensif atau nyebar
- A – allergy 3. Perhatikan jika ada abnormalitas ritme
- M – medicine jantung:
- P – past illness a. LV immediate dan short time effect
- L – last meal b. HV bisa prolonged dan harus
- E – event (peristiwa saat trauma) dimonitor dengan ECG selama dua
2. Head to toe examination hari pertama
3. Tetanus 4. Perhatikan rhabdomyolisis ekstensif
4. Document and transfer (hanya HV)
HSC 2018 D1 WEEK 2 46

5. Perhatikkan tanda compartment


syndrome, akan butuh fasciotomy. Luka
bakar elektrik biasanya akan merusak
jaringan lebih dalam.
6. Perhatikkan kegagalan ginjal, taalaksana
dengan high urine output fluid therapy
(100ml/jam)
a. Tx: increased fluid management. Jika
diperlukan, 2 amp mannitol (25g) +
immediately 2 amp bicarbonate →
lanjutkan dengan mannitol (12,5g)
setiap pemberian 1 liter cairan
pengganti.
C. Chemical injury
1. Perhatikkan adanya destruksi progresif.
Biasanya akan tergantung kekuatan asam
dan basanya REFERRAL
2. Prinsip tatalaksana → DILUSI. Jangan
netralisir,,,kasih cairan netral ajah Di PPT ada tiga guideline yaitu: American Burn
3. Sekali lagi, diingatkan jangan netralisir Associatition-Advance Burn Life Support Course,
asam dengan basa dan sebaliknya Australian and New Zealand Burn Association, dan
yang dibahas dan digunakan itu menurut Asosiasi Luka
Bakar Indonesia.

Wound care

A. 1st degree, contoh epidermal/sunburn– tidak


ada treatment spesifik
B. 2nd degree – bersihkan dengan cairan isotonic.
Dressing menggunakan: kasa, Vaseline, foam,
kalsium alginate, dll
1. Kalo gaada infeksi primer atau luka
robekan, tidak perlu antibiotic ointment
2. MEBO ini dari minyak wijen, dipakai untuk
melembapkan dan fasilitasi proses healing
3. Penggunaan silver sulfadiazine (punya
fungsi antimicrobial) bisa digunakan tapi
pada kasus partial thickness ga terlalu
diperlukan. Full thickness mungkin
diperlukan karena bisa nembus jaringan
nekrotik.
4. Luka masih bisa dimanajemen secara
konservatif jadi ga perlu ada skin graft
C. 3rd degree – harus debridement, silver
sulfadiazine, dressing mengandung silver, dan
surgical treatment
D. Non-surgical treatment (aku cuman tulis yang
dibacain dosennya)
5. Antibiotik profilaksis
6. Ada bath shower (burn tank) untuk
memandikan pasien dengan luka bakar
E. Pada pasien yang dirawat karena luka bakar,
dapat dilakukan splinting untuk mencegah
keparahan kontraktur pada luka bakar.
HSC 2018 D1 WEEK 2 47

Basal metabolic rate pada pasien luka bakar dapat


meningkat 50-100% sehingga membutuhkan nutrisi
yang cukup. Peningkatan ini termasuk dikarenakan
adanya peningkatan produksi glukosa, resistensi insulin,
lipolisis, dan katabolisme protein otot. Metode untuk
memberi nutrisi dapat secara enteral atau parenteral.
Tube feeding memiliki keuntungan yang lebih banyak
daripada regular oral intake.

Document dan transfer untuk keperluan merujuk dan


rekam medis harus berisikan:

1. Diagnosis
2. Apakah ada trauma inhalasi? Apakah
diintubasi? Yang dipakai rumus Muir, semakin luas luka bakarnya
3. Trauma mayor lainnya? maka semakin tinggi kalori yang dibutuhkan.
4. Ada comorbid?
5. Onset kapan?
6. Terapi yang sudah diberikan?
Hehe oke sudah selesai! Kalo ada yang keliru boleh
hubungin akuuu aja semoga ga jadi pemateri sesat D:
General consideration of advance burn treatment:

1. Respiratory care
2. Pemberian cairan
3. Wound care dengan debridement
4. Pain control
5. Plastic surgery (jika membutuhkan skin
grafts)
6. Monitor apakah ada komplikasi: infeksi,
CV, respiratory
7. Massage dan physical therapu
8. Post-traumatic stress management

Cairan maintenance diberikan setelah cairan resusitasi


biasanya diberikan pada hari kedua dengan rumus:
HSC 2018 D1 WEEK 2 48

Lecture 7.2 o Cek ABC nya dulu: airwaynya patent ndak,


bernapas ndak, sirkulasinya bagaimana
Thoracic Trauma
o Diberikan PPV(?): agar udaranya dapat
dr. Haryo Aribowo, Sp.B-KBTKV keluar dari rongga thorax
TRAUMA THORAX
Pemateri : Steven, Editor : Daffa Malik
● Penyebabnya ada banyak, dibedakan menjadi:
Thoracic trauma (trauma toraks)
o trauma tumpul (blunt trauma)
Bagaimana kondisi/state dari kejadian trauma thorax:
o trauma tajam (penetrating trauma)
● Trauma thorax sering terjadi pada multi- o barotrauma → kerusakan alveoli karena
trauma. Pada pasien multi trauma cek cedera perubahan tekanan di dalam paru-paru. ex:
dari kepala - kaki, hingga terbukti tidak ada perubahan tekanan karena
cedera di area-area tersebut menyelam/diving, memanjat gunung, TAPI
PALING SERING di rumah sakit, yaitu karena
● Trauma thorax harus dapat dikenali pada saat pemberian ventilator mekanik (manuver
primary survey oksigenasi seperti bagging, penggunaan
● 15% kasus trauma thorax butuh dioperasi ventilator) bisa menyebabkan barotrauma
pada pasien yang kita tolong
● Sebagian besar masih dapat diatasi dengan
o trauma inhalasi: bisa menyebabkan
prosedur sederhana
kerusakan pada bagian luar tubuh seperti
● Trauma jenis ini sering menyebabkan kematian kulit, tapi kadang bisa bahayanya tuh
trauma ini tidak merusak bagian luar tubuh
Kasus pasien tapi merusak paru-paru. Misal:
orang menghirup uap/udara panas dari
ledakan. Lukanya mungkin cuma di
hidung/ujung bibir, tapi sebenarnya saluran
napasnya bisa sampai edema → obstruksi
jalan napas.
● Patofisiologi

o Hipoksia: setiap ada gangguan pada sistem


pernapasan dari atas-bawah (hidung, paru-
paru, dinding dada dll) akan membuat
gejala gangguan fungsi napas → hipoksia.
o Kalau oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh tidak adekuat, akan menyebabkan
perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Pasien ada trauma thorax. Penjelasan kasus dari o Perfusi yang tidak adekuat ini tidak
menggunakan oksigen, tapi malah
dokternya:
menggunakan CO2, sehingga CO2 tubuh
● Seorang pasien 45 tahun, dari daerah tinggi → terjadi asidosis. Kalau berat udah
Cangkringan, mengalami fraktur dan tertusuk bisa membuat gagal fungsi organ
linggis di bagian dada kanan, tembus sampai ke o 3 Hal di atas (yang digarisbawahi) harus
belakang. segera dikenali dan diatasi segera
● Apa yang membahayakan nyawa pasien? Hal- ● Tanda kegawatan
hal apa yang menyebabkan cedera? o Frekuensi napas meningkat (normal: 16-
o Abdomen, kepala, ekstremitas baik-baik 20x/menit). Kata dokternya bedain antara
saja yang frekuensi napas meningkat karena
panik/deg-deg an misal habis kecelakaan,
● (TANYA JAWAB) Apa yang dilakukan kalau
dengan frekuensi napas orang yang kondisi
ketemu pasien seperti ini?
gawat.
HSC 2018 D1 WEEK 2 49

▪ Kalo udah sampe >28x/menit, misal 3. Heimlich maneuver: menekan


32 atau 40x menit itu jelas ada epigastrium pasien dengan cukup
masalah di sistem kuat untuk mendorong udara di
kardiorespiratorinya lambung kembali ke esophagus,
▪ 24-28x/menit masih borderline, lalu balik ke tenggorokan, sehingga
bisa jadi ada kegawatan atau orang material yang menyumbat di jalan
tsb ketakutan napas bisa dimuntahkan pasien
o Ada tanda respiratory distress. Ex: napas 4. Definitive airway management →
dengan cuping hidung, ada retraksi dinding intubasi, cricothyroidotomy,
dada, penggunaan otot bantu pernapasan tracheostomy
o Pergeseran trakea: karena adanya tekanan B. Tension pneumothorax
berlebihan pada salah satu sisi
o Keluhan utama: sesak nafas yang semakin
dinding/rongga dada. Kalau ada kelainan di
memberat (progresif)
kiri, akan terdorong ke sebelah kanan, dan
o Tanda dan gejala:
sebaliknya. Pergeseran trakea susah dilihat
dengan mata telanjang, biasanya baru ▪ Instabilitas hemodinamik → kondisi
kelihatan setelah di radiologi (dilihat pre-shock atau shock
berdasarkan linea mediana atau proc. ▪ Tekanan vena jugularis meningkat
spinosus) ▪ Pergeseran/deviasi trakea
o Jejas, deformitas di dinding dada ▪ Ketinggalan gerak dinding dada
o Suara nafas abnormal ▪ Suara nafas menghilang
o Perkusi dada abnormal ▪ Perkusi hipersonor atau sonor
● Prioritas Evaluasi dalam Primary Survey meningkat
*note: bisa cek rekaman lecture, ada part yang
o Airway
isinya video gambar tension pneumothorax,
o Breathing
yang intinya: udara yang keluar ke cavum
o Circulation pleura karena alveoli bocor tidak bisa keluar lagi
o Cari kelainan yang mengancam nyawa. melewati alveoli - bronchus - trachea. Udara
Misal ada pasien kecelakaan motor, ada
yang menumpuk ini akan menyebabkan
tanda-tanda kakinya patah, frekuensi
peningkatan tekanan → tekanan tinggi →
napasnya sampe 32x/menit. Harusnya yang
mendesak daerah di sekitarnya termasuk paru.
ditolong dulu yang terkait sistem
pernapasannya, karena lebih mengancam Spatium interkostal akan sedikit melebar.
nyawa. Pemeriksaan tulang itu masuk ke Daerah hepar yang di bawahnya juga dapat
secondary survey. tertekan sedikit. Tapi yang paling parah adalah
o Cari kelainan-kelainan lain yang sering paru-paru sisi yang tension pneumothorax,
terjadi karena akan kolaps. Akhirnya tidak ada
● Kelainan yang Mengancam Nyawa pertukaran oksigen, sehingga pasien akan sesak
napas.
A. Sumbatan jalan nafas
Desakan ini juga dapat menekan area jantung,
o Jarang terjadi, tapi fatal sifatnya
sehingga darah yang masuk ke jantung
o Biasa terjadi pada anak-anak dan lansia, berkurang → darah yang dipompa jantung juga
jarang pada dewasa.
akan berkurang (Hukum Frank Starling) →
o Keluhan utama: sesak napas tekanan darah turun, gejala shock dan
o Tanda gejala: suara kasar/serak, gangguan hemodinamik
gelisah/panik, agitasi
o Pertolongan: ● Pada kasus tension pneumothorax:
1. Evakuasi manual o Pemeriksaan penunjang tidak dibutuhkan.
2. Suction Assessment cukup diambil dari
pemeriksaan fisik. Penundaan tatalaksana
HSC 2018 D1 WEEK 2 50

darurat dapat berakibat fatal (gabole


kelamaan intinya, langsung gas
penanganan awal setelah evaluasi fisik)
o Pertolongan:
1. Awal: dekompresi dengan jarum
(needle decompression)
secepatnya → SIC 2-3 linea mid-
clavicula, SIC 4-5 linea mid-axillaris
2. Definitif: setelah penanganan awal,
LANJUTKAN DENGAN pemasangan
chest tube dan dren toraks (WSD)
3. Tujuan dari dekompresi adalah
untuk menurunkan tekanan, dan
o Keluhan utama: sesak napas yang semakin
tujuan dari chest tube adalah untuk
memberat (progresif)
mengembalikan pengembangan
o Yang jadi masalah di sini adalah apabila
paru-paru. Jangan kebalik :)
ukuran lubang di dinding dada ukurannya
>¾ trakea, maka akan menyebabkan
gangguan udara masuk ke paru-paru
(lubangnya kebesaran dapat menyebabkan
pertukaran udaranya ga lewat trakea, tapi
lewat lubang di dinding dada)
o Tanda gejala:
▪ Sesak napas memberat
▪ Pernafasan tidak adekuat
▪ Suara di tempat luka → terdengar
aliran udara
▪ Mediastinal flutter
o Pemeriksaan penunjang tidak dibutuhkan.
Assessment cukup diambil dari
pemeriksaan fisik. Penundaan tatalaksana
darurat dapat berakibat fatal (gabole
kelamaan intinya, langsung gas
penanganan awal setelah evaluasi fisik)
o Pertolongan:
1. Awal: cover plastik, di plester di 3
sisi
2. Definitif: pemasangan chest tube
dan dren toraks (WSD),
pembedahan
C. Open pneumothorax (sucking chest wound)

o Adanya cedera dinding dada yang


menyebabkan adanya hubungan antara
udara luar dengan cavum pleura
HSC 2018 D1 WEEK 2 51

kalau kalian perhatikan, di gambar atas ini


kan yang plesternya ada di 3 sisi. kenapa sisi
ke-4 nda di plester dan dibiarkan terbuka?
Tujuannya adalah agar saat inspirasi, maka
harusnya udara yang disedot lewat lubang
tadi akan tertahan oleh plastik dan plester.
Lalu saat ekspirasi, maka udara di cavum
pleura bisa keluar lewat celah yang ke-4
yang tidak di plester

D. Flail chest dan kontusio paru Metode plester ini sudah mulai ditinggalkan
o Adalah adanya gerakan asinkronus di karena pasiennya jadi tambah sesak
dinding dada (tidak sesuai dengan proses
E. Tamponade cordis
bernapas) Ex: saat inspirasi dinding dada
yang cedera tidak mengembang, tapi malah o Adalah adanya tampon di daerah jantung.
mengempis ke dalam, dan sebaliknya. Biasanya terjadi karena trauma tumpul
o Syarat flail chest: yang menyebabkan perdarahan di dalam
1. Fraktur costae segmental cavum perikardium. adanya cairan di
2. Terjadi pada 2 costae atau lebih cavum perikardium secara mendadak
dalam jumlah banyak ini dapat
3. Terjadi pada costae yang berurutan
menyebabkan kompresi pada jantung.
o Keluhan utama: sesak nafas, nyeri sewaktu
Tekanan ini menyebabkan preload
bernafas
terbuang, lalu terulang lagi pengisian
o Tanda dan gejala: ventrikelnya, sehingga CO nya berkurang.
▪ Gerakan paradoxical dinding dada Hal ini disebut trias Beck.
▪ Batuk berdarah o Keluhan utama: sesak nafas memberat
progresif
o Tanda dan gejala (Trias Beck):
1. Tekanan vena jugularis meningkat
2. Hipotensi → keadaan pre-
shock/shock
3. Suara jantung jauh → muffled heart
sound
o Bisa dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaannya yaitu:
▪ Chest x-ray: water bottle sign
▪ Echocardiography

o Pemeriksaan penunjang: dapat ditunda,


asesmen diambil dari pemeriksaan fisik.
Penundaan tatalaksana darurat dapat
berakibat fatal
Sebenarnya yang melebar bukan
o Pertolongan: jantungnya, tapi cavum pericardium nya.
1. Awal: oksigenasi (intubasi jika Jantungnya justru akan terkompresi
diperlukan), agen analgetik, fiksasi
sementara dengan plaster
2. Pembedahan untuk fiksasi costa →
plating, clipping, wiring
HSC 2018 D1 WEEK 2 52

o Pertolongan: ● Pemasangan Chest Tube (tambahan)


1. Awal: pericardiocentesis

2. Definitif: operasi
F. Hematothorax masif

o Adanya darah di cavum pleura dalam


jumlah yang sangat banyak. Kata dokternya
hati-hati bedainnya sama tension 1. Di linea mid axillaris, SIC 5 kita buat
pneumothorax, kalau isinya darah sayatan, lalu dilatasi dengan klem
hematothorax, kalau isinya udara yang hingga menembus cavum pleura
tension pneumothorax 2. Pastikan dengan jari ada struktur
o Volume banyak ini: >20 cc/kg BB/jam apa yang menempel
o Keluhan utama: sesak nafas memberat 3. Baru kita masukkan chest tubenya
progresif ● WSD: Water Seal Drainage
o Tanda dan gejala:
▪ Instabilitas hemodinamik → kondisi
pre-shock/shock
▪ Tekanan vena jugularis menurun
▪ Perkusi pekak hingga redup
▪ Suara dasar vesikuler paru
menurun hingga hilang
o Boleh pemeriksaan penunjang, tapi harus
cepat melakukan tindakannya.
Pemeriksaan tersebut adalah Chest X-ray
o Penanganannya bergantung pada masalah
pasien:
1. Sirkulasi: resusitasi cairan, karena
pasien biasanya hypovolemic shock TANYA JAWAB:
karena perdarahan
Q: jadi kan untuk treatment dari pneumothorax
2. Breathing: pasang chest tube dan
dren toraks (WSD), biasanya pada itu kan dilakukan needle decompression. di
kasus ini paru pasien kolaps internet katanya bisa diberikan bius Lidokain,
sebenarnya bagaimana cara assess pasien ini
masih sempat atau tidak untuk di bius dulu
sebelum di needle decompression?

A: Dengan needle decompression kan meskipun


hanya 1x tentu sakit. Tapi setelah tusuk 1x kan
udah tidak sakit setelahnya. Kalau dibius dulu,
kan suntik nya pake jarum tuh, kan juga sakit
lagi. Cari jarum, obat, lalu nunggu kurang lebih
HSC 2018 D1 WEEK 2 53

5 menit supaya efek analgesiknya muncul, lalu


baru dilakukan tusukan itu menurut saya
(dokter) nya kelamaan. Mending sekali tusuk
aja, sekali sakit dan udaranya langsung
dikeluarkan saat itu. Tapi lain cerita kalau
pemasangan chest tube. Wajib dilakukan
minimal anestesi lokal, kalau tidak bakal sakit
sekali. Makanya pemasangan chest tube itu ada
waktu persiapan, dan tidak se darurat dengan
tindakan needle decompression.

Q: Kalau misal kita lakukan needle


decompression, apakah ada resiko perdarahan,
lalu darah masuk ke rongga paru?

A: kalau pengalaman saya needle


decompression itu hampir tidak pernah ada
perdarahan, karena kita nusuknya di tepi atas
kosta. Sedangkan pembuluh darah interkostalis
itu berada di sulkus kostarum tepi bawah kosta.
Jadi mestinya tidak akan menusuk apa-apa,
alias aman. Kalaupun ada darah, itu darah
biasanya bukan karena tusukan kita, tapi karena
traumanya.

Misal, ada udara/darah masuk ke dalam cavum


pleura, bisa kita pasang chest tube setelahnya,
untuk dikeluarkan kembali

Sekian ringkasan lecture dari aku, mohon maaf


apabila ada yang kurang lengkap atau kurang
pas. Apabila gambar dirasa kurang jelas bisa
langsung cek di ppt lecture yaa. Jangan lupa cek
video tension pneumothorax tadi misal
penasaran. Selamat belajar teman-teman :)
HSC 2018 D1 WEEK 2 54

Lecture 9.2 b. Opioid semisintetik: opiat yang


ditambahkan suatu gugus sehingga
DRUG ABUSE IN OVERDOSE efeknya menjadi 10x lebih kuat, yaitu
Dr.Med.dr. Untung Widodo, Sp.An oxycodone dan heroin.

Pemateri: Vina, Editor: Dean c. Opioid sintetik: opioid buatan


manusia, yaitu meperidine (petidin)
PENDAHULUAN dan methadone.

Secara harafiah, drug abuse diartikan sebagai Sejarah Singkat


penyalahgunaan obat, atau penggunaan obat yang
➢ Opioid sudah dikenal sejak 3000 SM pada
tidak sesuai indikasi medis DAN peraturan yang sah.
zaman Romawi dan Mesir kuno. Namun, dulu
Intinya, kalau dalam pemakaian obat ada 2 komponen
belum ada peraturan yang membatasi
di atas tadi baru bisa disebut penyalah-gunaan obat.
penggunaan opioid, kalau pun ada, tidak semua
Jika penggunaan obat tidak sesuai indikasi medis,
daerah memberlakukan peraturan itu. Kalau
namun obat tersebut tidak terdaftar dalam peraturan,
sekarang, hampir semua negara di dunia
kita tidak bisa bilang itu penyalah-gunaan obat (contoh:
membatasi penggunaan opioid.
orang yang sehat tapi minum parasetamol tidak disebut
sebagai penyalah-gunaan obat, karena parasetamol ➢ Pada tahun 1806, Sertüner, seorang ahli
tidak masuk ke daftar obat di peraturan tadi). farmakologi Jerman mengisolasi alkaloid yang
paling aktif, yaitu morfin (dari kata Morpheus
Obat yang sering disalahgunakan: golongan opioid, yang merupakan dewa mimpi).
antidepresan, sedative, psikostimulan (alkohol, ekstasi),
stimulan metabolisme, dan lainnya. ➢ Pada tahun 1874, heroin pertama kali
disintesis dari morfin.
Kasus penyalahgunaan obat dapat ditemukan di mana
saja (jaringan narkoba itu luas tapi tidak terdeteksi) dan ➢ Pada tahun 1914, penggunaan opioid di luar
dapat dilakukan siapa saja (berbagai kasta masyarakat). bidang medis dilarang di USA.

Overdosis obat dapat membahayakan jiwa seseorang. ➢ Di Indonesia:


Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk memahami
• Penggunaan obat ini baru dilarang di
topik ini, supaya dapat memberi pertolongan pada
Indonesia pada tahun 1927.
kasus overdosis (baik yang terpaparnya secara sengaja
• Setelah merdeka, pada tahun 1949,
maupun yang tidak).
MENKES melarang penggunaan opioid.
A. OPIOIDS • Pada tahun 1971, penggunaannya
Opium, berasal dari getah tumbuhan Papaver dilarang dalam Instruksi Presiden.
sominferum atau opium poppy. Insisi seedpod akan • Pada tahun 1997 dibuatlah UU
menghasilkan getah crude opium yang Antinarkotika dan UU Psikotropika.
mengandung 20 alkaloid, di antaranya morfin (10%) • UU Antinarkotika diperbaharui di
dan kodein (0,5%). Senyawa ini mempengaruhi tahun 2009. Yang diperbaharui adalah
kesadaran (mengantuk, nge-fly, euphoria) dan daftar obatnya, karena manusia men-
dapat menyebabkan adiksi penggunanya. sintesis zat baru yang sekarang masih
banyak beredar bebas di masyarakat
7. Opiate: opioid yang langsung dan belum masuk ke dalam daftar di
didapat dari opium poppy (di alam, undang-undang.
tidak ada campur tangan manusia),
• Definisi secara hukum:
yaitu morfin dan kodein.
✓ Psikotropika, menurut Pasal 1
8. Opioids: semua senyawa yang angka 1 UU No. 5 Tahun 1997
punya efek seperti opium. Bekerja tentang Psikotropika, adalah
dengan cara berikatan dengan zat atau obat, baik alami
reseptor opioid. Opioid terdiri dari: maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat
a. Opiate (morfin dan kodein)
psikoaktif melalui pengaruh
HSC 2018 D1 WEEK 2 55

selektif pada susunan saraf diekskresikan melalui urine (makanya


pusat yang menyebabkan dilakukan urine test untuk deteksi pengguna
perubahan khas pada aktivitas opioid) dan sedikit melalui empedu.
mental dan perilaku.
Efek Klinis Opioids
✓ Narkotika, menurut Pasal 1
angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 ➢ Efek klasik: Analgesia, euforia, sedasi, miosis
tentang Narkotika, adalah zat (pinpoint pupil), dan depresi nafas (biasanya
atau obat yang berasal dari kalau dosisnya besar) → nafas menjadi jarang
tanaman atau bukan tanaman, → hypoxemia → kematian.
baik sintetis maupun
➢ Pada kardiovaskuler: hipotensi, bradikardia
semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan ➢ Pada kulit: urtikaria/pruritus (biasanya pada
atau perubahan kesadaran, morfin), flush (kemerahan)
hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa ➢ Pada GIT: Nausea, vomitus, hipoperistaltik.
nyeri, dan dapat menimbulkan Mual muntah terjadi akibat opioid dosis tinggi
ketergantungan, yang masuk ke CNS dan menstimulasi reseptor mual-
dibedakan ke dalam golongan- muntah.
golongan sebagaimana ➢ Uropoetika: retensi urin, spasme ureter, dan
terlampir dalam Undang- lainnya.
Undang ini.
Farmakologi Opioids ➢ Muskuloskeletal:

➢ Absorbsi: paling baik melalui subcutis, • Chest wall rigidity (Kombinasi depresi
intramuskular, dan intravena. Dari GIT cepat, napas dan kekakuan otot dinding dada
namun perlu dosis tinggi untuk menghasilkan dapat menyebabkan pemberian napas
efek, karena setelah diabsorbsi di GIT, terjadi buatan (bagging) tidak optimal, karena
first pass effect (metabolism zat aktif menjadi oksigen tidak dapat masuk rongga
tidak aktif oleh hepar) → bioavailabilitas dada).
(jumlah zat aktifnya) rendah. • Kontraksi myoclonus (kejang berulang
seperti serangan epilepsy).
➢ Distribusi: variatif berikatan dengan protein
➢ Immunologi: histamine release →
plasma, lemak, otot, paru dan viscera
menyebabkan tekanan darah turun
berfungsi sebagai reservoir (tempat
(vasodilatasi) dan gatal-gatal. Ini utamanya
penyimpanan sementara, terutama di lemak).
ditemukan pada morfin dan petidin.
Tidak seluruh zat yang lolos first pass
metabolism akan masuk ke jaringan, karena zat Overdosis Opioid
tersebut berikatan dengan protein plasma
➢ Gejala Klinis:
darah. Distribusi opioid tergantung dari
obatnya, misal: Pinpoint pupil, mengantuk/lemas, napas
dangkal, menurun → apnea → gagal napas,
• Morfin → kelarutan dalam lipid kurang
penurunan kesadaran (koma).
baik → sulit diuptake CNS → lebih
lambat dan perlu dosis lebih besar
untuk menimbulkan efek.
• Fentanyl → larut dengan baik dalam
lipid → mudah diuptake CNS → lebih
cepat dan hanya perlu dosis kecil untuk
menimbulkan efek.
➢ Metabolisme dan Ekskresi: dimetabolisme di
hepar dan ginjal oleh Cytochrome P450,
CYP3A4, dan CYP2D6. Metabolitnya
dikonjugasikan dengan glukuronida dan
HSC 2018 D1 WEEK 2 56

➢ Terapi: ➢ Absorbsi: baik dari GIT (biasanya


diadministrasikan per-oral). Kemudian
• Amankan ABC (beri intubasi dan
berikatan dengan plasma protein dan volume
ventilasi mekanik, inotropik, dan
distribusinya besar. Metabolisme terjadi di
vasoaktif).
hepar oleh enzim Cytochrome P450 dan
• Karbon aktif untuk mengurangi metabolitnya diekskresikan lewat urin (deteksi
absorbsi opioid dari GIT. dengan urine test).
• Antidotum: Naloxone 0,1-0,4 mg iv.
➢ Waktu paruh: rata-rata 20 – 40 jam.
•Kemudian evaluasi kondisi klinis
(kesadaran, napas, pupil, dan lainnya). Overdosis Antidepresan
B. ANTIDEPRESAN
Overdosis antidepresan trisiklik menyebabkan
Berikut ini adalah jenis-jenis obat antidepresan dan tanda dan gejala sindrom antikolinergik atau
mekanismenya: toxidrome. Manifestasi klinis terjadi karena efek
simpatis yang teraktivasi, seperti:
➢ Antidepressan trisiklis: Amitriptyline dll
➢ Midriasis (ukuran pupil membesar),
➢ Monoamine oxidase inhibitor: Isocarboxacid dll
➢ mulut kering,
➢ Selective serotonine reuptake inhibitor (SSRI):
Citalopram. Escitalopram, fluvoxamine dll ➢ hipoperistaltik sampai ileus,

➢ Serotonin & Norepinephrine Reuptake inhibitor ➢ retensi urin,


(SNRI): Venlavaxine, Desvenlavaxine, dll
➢ demam,
➢ Atypical Antidepressan: Bupropion,
➢ flushing,
mirtazapine, reboxatine, nevazodone,
trazodone ➢ sinus takikardia,

Obat antidepresan meningkatkan kadar ➢ depressi CNS: letargi s/d koma, depresi nafas,
neurotransmitter seperti, serotonin dan kejang, vasodilatasi, hipotensi, bradikardia s/d
norepinefrin, di synaptic cleft. Kedua aritmia ventrikuler, shock, meninggal
neurotransmitter tersebut merupakan efektor saraf
Manajemen
post-synaptic. Hal ini akan menyebabkan efek
simpatis meningkat dan berlangsung terus ➢ Prevensi/kurangi absorbsi dari GIT dengan
menerus, memberi efek antidepresan, dan memberikan karbon aktif.
psikostimulan → orang menjadi lebih bugar dan
➢ Mempercepat eliminasi (dipacu
bersemangat (disalahgunakan sebagai doping).
metabolismenya di hepar, kemudian diberi
diuretik). Dapat dilakukan hemodialisis.

➢ Sodium bikarbonat (diberikan secara


terkendali untuk memperpendek QRS dan
menormalkan aritmia ventrikuler) → harus
dimonitor.

➢ Tindakan-tindakan supportif → Resusitasi:

• Airway management
• Breathing
• Circulation
• Drugs and Fluid
• Electrocardiography (ECG)
• Fibrillation treatment (yang arrhythmia
tadi)
HSC 2018 D1 WEEK 2 57

• G → tindakah ABC tadi diberikan Cara kerjanya adalah dengan menginhibisi reseptor
terukur, termonitor, dan pemberiannya re-uptake dari dopamin dan norepinefrin →
disesuaikan dengan kebutuhan pasien / meningkatkan efek simpatis → meningkatkan
hasil evaluasi kinerja dan intelektual (digunakan sebagai doping).
• H → brain resuscitation, misal korban
habis hipotensi, hipoksemia, terjadi
edema otak → harus resusitasi otak Semua obat-obatannya itu sintetis (tidak alami).
• I → intensive care, semua tadi Karena banyak sekali zat jenis baru yang disintesis,
dilakukan secara serentak dan intensif) makanya jadi semakin sulit dideteksi.
➢ Prinsipnya adalah amankan ABC, baru diberi Contoh obatnya: amfetamin dan derivatnya.
obat yang sudah ditulis di atas. Adapun senyawa yang mampu memberi efek
C. SEDATIVA menyerupai amfetamin → Ephedra, Cathine, dan
Cathinone, ada pula yang dari tumbuhan (biasa
Adalah obat yang menurunkan kesadaran, di digunakan sebagai nasal decongestant dan
antaranya ada opioid, benzodiazepine, propofol, bronchial inhaler).
haloperidol.
Berikut adalah derivate amfetamin yang sering
Overdosis Sedativa disalahgunakan!
➢ Stupor (kaku), koma, dan hipotensi

➢ Ukuran pupil sebagai penanda (pinpoint →


spesifik pada opioid; sedang atau biasa saja →
pada benzodiazepine)

➢ Komplikasi: encephalopathy dan aspirasi


pneumonia (akibat pusing, mual, muntah).

Manajemen

➢ Amankan ABC (life support)

➢ Kurangi absorbsi dari GIT


Overdosis Psikostimulan
➢ Lanjutkan dengan penanganan kausatif, beri
➢ Bingung, agitasi, tremor, cemas, hipertermia,
antidotum (opioid → Naloxone;
hipertensi, takikardia, kejang (bahkan bisa
benzodiazepine → Flumazenil).
koma dan meninggal).
➢ Percepat metabolisme dan eliminasi
➢ Efek yg lebih jarang: aritmia, edema paru,
D. PSIKOSTIMULAN edema otak, hepatotoksis, vasculitis
necroticans (kalau obatnya diadministrasikan
secara intravena), rhabdomyolisis (kalau
diadministrasikan secara intramuskular), DIC.

➢ Bahaya abuser amfetamin: tidak bisa tidur


beberapa hari, irritable dan paranoid (disebut
“tweaking”).

➢ Berikut adalah mekanisme bagaimana


amfetamin dapat menyebabkan sel otot akibat
deplesi ATP.
HSC 2018 D1 WEEK 2 58

Gambar menunjukkan hilangnya gigi maksila


anterior yang diasosiasikan dengan
penyalahgunaan amfetamin yang sudah kronis.

Manajemen

➢ Pasien dengan agitasi harus di”ringkus” dan


ditenangkan, kemudian beri obat penenang
(neuroleptika atau benzodiazepine), kemudian
amankan ABC, kelola hipertensi &
hipertermianya.

➢ Beri Life Support (bila agitasi parah,


lumpuhkan pasien dan bantu nafas dengan
intubasi & ventilator) & tingkatkan
eliminasinya, bisa dengan hemodialisis).

CATATAN: Untuk tabel obat-obatan yang sering


disalahgunakan bisa dilihat di slide supaya lebih jelas.
Dokternya suruh kita baca sendiri T_T (editor: vina
jangan nangis T_T)
HSC 2018 D1 WEEK 2 59

Lecture Karena pada keadaan S4 yang buruk akan


terjadi eksfoliasi yang progresnya cepat.
Emergency in Dermatology
Paling banyak ada pada anak – anak.
dr. Sri Awalia Febriana, M. Kes., Sp. KK, Ph. D
➢ Risk factor:
Pemateri : Nurul Izzah, Editor : Aulia Astagina
bayi baru lahir, bayi yang kecil
(premature), anak – anak atau dewasa
dengan gagal ginjal.
Halooo, maaf bgt ini lecture banyak bgtbgtbgt yang di
skip… Jadi aku nulisin yang dibahas aja ya hehehe~ kalo ➢ Pathogenesis:
mo lebih lengkap buka ppt ajaah Celah pada stratum granulosum →
Toxin (yang dikeluarkan oleh
Kasus Dermatology yang gawat darurat emang tidak
staphylococcus) mengakibatkan
terlalu banyak. Namun, biasanya lesinya tuh sedikit /
eksfoliasi pada stratum granulosum.
kecil padahal itu adalah tanda awalnya dan sebagai GP,
kita harus bisa meng diagnosis dari awal. Tanda Celah pemphigus vulgaris karena
klinisnya memang tidak mudah tapi itu jam terbang aja antibody atau pada SJS/TEN yang
nanti lama lama bisaaa~ disebabkan oleh obat.

15-20% ke primary care (cukup banyak sebenarnya…). ➢ Gejala:


Kalo di peripher, banyak kasus kulit tapi bukan yang Panas, nyeri tenggorokan, malaise
emergency. Namun, udah mulai sering ditemukan kasus (seperti infeksi staphylococcus dan
gawat karena awalnya misdiagnosis. Makanya, penting biasanya ada infeksi staphylococcus
buat bedain mana lesi kulit biasa atau yang gawat sebelumnya → batuk pilek)
takutnya dibiarin terus jadi parah oh no…
➢ Dermatologic findings :
Tanda-tanda lesi kulit akan menjadi Emergency

1. Demam dan ruam


2. Demam dan melepuh (blisters/denuding skin)
3. Ruam pada pasien immunocompromised seperti
pasien HIV, autoimmune, kanker. Tetapi, kalau ada
rash di pasien normal dan tambah banyak, bisa juga • Kemerahan muncul di area wajah,
itu emergency yaaa! muka, leher, selangkangan (di area
4. Purpura yang teraba (palpable purpura) lipatan karena disitu tipis dan
5. “Full body redness” lembab)
EMERGENCY CASES • Lesi awal akan meluas dalam waktu
48 jam.
Dibagi menjadi Infections (Bacterial and Viral) & Life • Skin tenderness
threatening drug eruptions. • Flaccid bullae dengan Nikolsky sign
Sering misdiagnosis apakah erupsi obat atau infeksi positive (sama dengan pemphigus
virus. Contohnya SJS/TEN itu bisa juga diakibatkan oleh vulgaris)
viral infection pada anak. • Nikolsky sign positive apabila ada
blister pada kulit normal setelah sisi
A. Infeksi Bakteri lateralnya ditekan dengan jari.
Biasanya ada pada proses
1. Staphylococcal Scalded Skin
munculnya blister.
Syndrome (S4)
• Lesi exfoliative yang khas : area
S4 merupakan infeksi kulit yang serius dan erythema profuse di sekitar mata
menyebabkan pengelupasan kulit yang dan mulut (karena biasanya infeksi
luas. Kenapa dia bisa menjadi emergensi?
HSC 2018 D1 WEEK 2 60

staphylococcus kan emang di ➢ Dermatologic and clinical findings:


hidung, mulu a.k.a batuk, pilek).

➢ Komplikasi :

• Mortality nya 3%, >50% pada • Edema dan eritema yang diffuse
dewasa, dan 100% dengan dewasa pada kulit → lalu berlanjut menjadi
yang punya penyakit. bullae → bullaenya menjadi warna
• Pada bayi, wajib ISOLASI. Pasien burgundy → gangrene. (Emang
bayi dengan S4 → mutlak isolasi. biasanya burgundy tuh awal dari
gangrene). Jadi kalo ada
• Identifikasi carrier staphylococcus.
edema/eritema/bullae memang
prosesnya lama baru jadi gangrene.
➢ Diagnosis : Tapi selalu dicari kemungkinan
Apabila kita mencurigai seseorang mereka untuk menjadi necrotizing
dengan S4, dilakukan kultur pada area fasciitis apalagi kalo pasiennya
faring/tempat lain, bukan dari kulit. memang punya factor resiko. (Jadi
sebagai GP, kalo ada pasien dengan
➢ Terapi : lesi kulit yang tadi dan ada factor
(kata dokternya nanti banyak dijelasin resiko, segera diinfokan ke
di lecture yang satunya di panel ini) pasiennya untuk selalu di pantau
dan kalau ada perburukan langsung
• Fluid replacement rujuk)
• Pengaturan elektrolit dan suhu • Anesthesia, crepitus, severe pain,
tubuh dan exudates
• Antibiotic / antiseptic topical • Shock dan kegagalan organ
• Gold treatment: Antibiotic sistemik ➢ Management:
• Steroid sistemik tidak efektif dan surgical debridement di jaringan yang
harusnya dihindari (biasanya terdampak
pembeerian steroid kalo
misdiagnosis TEN)

3. Meningococcemia (di skip banget karena


2. Necrotizing fascilitis kasusnya jarang~).

Nekrosis jaringan lemak subkutan akibat Kasusnya banyak di temukan di young adults
infeksi. dan anak anak.

➢ Ada 2 tipe: ➢ Etiologi:

• Tipe I: bakteri anaerob campuran, Neisseria meningitides (gram negative


gram negative aerobic bacilli dan diplococcus) melalui pernafasan
enterococci ➢ Factor resiko:
• Tipe II: Group A streptococci
Asplenia, defisiensi imun
➢ Faktor resiko:
➢ Dermatologic findings:
Diabetes, peripheral vascular disease,
immunosuppression (makanya • Maculopapular / petechiae di
meskipun sakitnya di kulit tetep permukaan akral, tubuh, dan
ditanyain Riwayat penyakitnya apa aja) ekstremitas bawah (nantinya akan
progresi menjadi purpura)
• Angular edge with “gun metal gray”
center
HSC 2018 D1 WEEK 2 61

• Keterlibatan mukosa bisa terjadi ➢ Infeksi herpes HSV 1 / HSV 2 (saat ini
dan bisa juga tidak mostly HSV 1) dan juga memiliki factor
➢ Clinical presentation: resiko barrier kulit yang terganggu.

• Flu like symptoms: demam, ➢ Banyak pada pasien yang mengalami


menggigil, dan malaise atopic dermatitis berat
• DIC, shock, kematian ➢ Dermatologic findings:

✓ Lesi nya vesikel kecil-kecil, ada


4. Rocky Mountain Spotted Fever (di skip juga yang sudah erosi, ada
sama dokternya!!! Dokternya bilang mungkin umbilicated vesicle.
kalo di Indonesia ada Jaya Wijaya Spotted Fever ✓ Punched out erosion
:D)

Kasusnya ditemukan di beberapa lokasi 6. Varicella infection (di skip dokternya, Cuma
tertentu aja. Disebabkan oleh Rickettsia dibaca aja judulnya~….)
Rickettsii yang dibawa oleh kutu (padahal hanya
60% orang yang sadar kalo digigit kutu)

➢ Clinical presentation:

• TRIAD: Demam, sakit kepala, dan


ruam (60%)
➢ Disebabkan oleh virus Varicella Zoster
•Bisa juga ada keterlibatan organ (VZV atau HSV3)
lain seperti shock, hepatic and
renal failure, mengismus, DIC ➢ Dermatologic findings:
➢ Dermatologic findings: • Primary: macula dan papule eritem
•Purpuric macules dan papules yang gatal → vesikel dengan cairan
jernih yang dikelilingi oleh red halos
Muncul di pergelangan tangan dan
(dew drops on a rose petal)
kaki dalam 2 minggu → meluas ke
telapak tangan dan kaki → ke •Zosternya mengikuti distribusi
tubuh dan wajah. dermatome. Lesi diseminata (> 20
vesikel di luar area dermatom
2-4 hari kemudian, kulitnya bisa
primer atau yang berdekatan)
hemorrhagic dan ada petechiae
dan/atau keterlibatan viseral
nya. Bagian yang digigit juga bisa
terlihat pada sekitar 10% pasien
muncul eskar
immunocompromised
➢ Management:
➢ Management:
idealnya harus diberikan treatment
• Pengobatan infeksi yang
dalam 5 hari setelah infeksi. Dikasih
mendasari: antibiotic (broad
DOXYCYCLINE (anak-anak juga)
spectrum sampe ketauan apa) dan
B. Infeksi Virus antiviral
• Pengobatan supportive dengan
5. Eczema Herpeticum
cairan dan elektrolit
C. Life Threatening Drug Eruptions

Alergi obat adalah respon abnormal yang


dimediasi secara imunologis pada orang yang
sensitive. Respon imunnya dijelaskan dengan
hipotesis hapten. (sebenernya di slide ada
gambar2 mekanisme imun tapi dokternya juga
next next next aja)
HSC 2018 D1 WEEK 2 62

➢ Faktor resiko: • NSAID


HIV (1000x more likely) dan • Obat penyebabnya di
immunosuppressive, orang tua (karena Indonesia mostly adalah
kebanyakan polypharmacy), genetic antibiotik
• Perbedaan SJS dan TEN
➢ Management: hanyalah keterlibatan organ
di stop obatnya yang bikin alergi dan dan BSA-nya.
supportive care • SJS: BSA <10%
• SJS/TEN overlap: BSA
➢ Jenisnya:
10-30%
7. Erosi maculopapular (tidak • TEN: BSA >30%
emergensi dan di skip) ➢ Dermatologic findings:

Harus dieksklusi dulu penyebab


lainnya seperti eksantema viral. Di
pastikan juga ini karena obat (jadi
abis minum obat muncul ruam dan
kalo ga minum obat ruamnya
membaik). Bisa dilakukan re- Foto: tampakan Dusky
challenge (obatnya di stop, terus Erytheme
dikasih lagi) dan dilihat reaksinya, • Temuan yang khas:
harusnya reaktivasi kalo emang mulainya hitam dulu (merah
alergi. kehitaman kalo orang
Indonesia) → Dusky
erytheme
8. Stevens-Johnson Syndrome • Ada area patchy2 nya, nanti
(SJS)/Toxic Epidermal Necrolysis yang berat erythemanya
(TEN) (Emergensi) akan mengelupas
(Epidermal detachment and
desquamation)
• Keterlibatan mukosa
erythema (dari awal
biasanya langsung kena
mukosanya). Pada SJS/TEN,
mukosa bibir yang paling
lama sembuhnya.
➢ Patofsiologi:
• Area lain cenderung lebih
Obat yang menyebabkan rekasi cepat daripada bibir. Di area
mukokutan. Obat yang yang lembab, kena gesekan,
menimbulkan reaksinya ialah: sembuhnya akan lebih lama.
• Skin tenderness
• Sulfonamides
➢ Clinical presentation: (beda tiap
• Anticonvulsants
orang yaa)
• Allopurinol
HSC 2018 D1 WEEK 2 63

• Prodrome: demam,
menggigil, malaise
• Stinging eyes, susah
menelan dan susah pipis
➢ Management:

• Kompres NaCl saja bisa


• Sebenernya harus masuk
Burn Unit ICU
• Koordinasi dengan spesialis
lain yang terlibat misalnya
matanya kena. Kebanyakan
Opthalmology. Bisa juga
urology dan THT.
• Sisstemik steroid (125-250
dosisnya) dan di tapering
dengan cepat (mostly di
Indonesia)
• IVIG (terlalu mahal di
Indonesia)
Yang membedakan dengan S4 → SJS/TEN lebih
banyak di badan, dan mulut lebih sering terkena

9. Acute Generalized
Excanthematous Pustulosis
(AGEP)

Alergi obat yang bentuknya


pustule-pustul. Pustulosis juga bisa
ada di PPG (Psoriasis Pustulosa
Generalisata)

Note: ada materi yang sama dokternya di


skip bahkan gadibaca judulnya ga aku
masukin yaaaa maaf kalo mau bacaa
langsung ppt ajaaa !!!
HSC 2018 D1 WEEK 2 64

Lecture 1.3 ➢ Shock Kardiogenik

DISTRIBUTIVE SHOCK AND NON Pada shock kardiogenik, masalah terdapat pada
pompanya yaitu jantung sehingga terdapat
HAEMORRHAGIC HYPOVOLEMIC SHOCK
penurunan dari CO meskipun tidak terdapat
dr. Doni Priambodo W, SpPD-KPTI masalah pada air (darah) maupun pipa (vasa).
Sebagai kompensasi dari penurunan CO, maka
Pemateri : jeijei, Editor : Salsabila C R
akan terjadi penyempitan pembuluh darah
yang menyebabkan peningkatan SVR.

SHOCK: DEFINISI & TIPE Etiologi Cardiac SVR


Output
Shock merupakan suatu keadaan penurunan perfusi
Hipovolemik ↓ ↑
jaringan yang bersifat signifikan dan sistemik, sehingga
Distributif ↑ ↓
mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan
Kardiogenik ↓ ↑
serta terganggunya proses pembuangan hasil sisa
metabolisme. Apabila tidak ditangani, kondisi ini dapat
menyebabkan rusaknya jaringan tubuh. Pada semua jenis shock, dapat ditemukan manifestasi
klinis sebagai berikut:
Untuk dapat lebih mudah memahami tipe-tipe shock,
maka pertama kita coba bayangkan sistem sirkulasi • Tekanan darah sistolik rendah
manusia itu sebagai sistem pompa air. Misal darah = air, • Takikardia
jantung = pompa air, dan vasa darah = pipa-pipa yang • Laju pernafasan abnormal
mengalirkan air ke kamar mandi, dapur, dsb.
• Urine output rendah
Ada beberapa tipe shock yang akan dibahas, antara lain: • Asidosis metabolic
• Hypoxemia
➢ Shock Hipovolemik
• Cutaneous vasoconstriction (kompensasi pada
Shock tipe ini terjadi karena berkurangnya shock hipovolemik dan kardiogenik)
preload yang disebabkan oleh penurunan • Cutaneous vasodilatation (shock distributive)
volume darah intravaskular, sehingga terjadi • Perubahan status mental: cemas, agitasi,
penurunan dari cardiac ouput (CO). Apabila kita letargi, etc.
gunakan analogi pompa air kita di atas, shock ini
disebabkan karena tidak adanya air (darah)
yang masuk ke pompa, meskipun pompa SHOCK DISTRIBUTIF
(jantung) dan pipanya (vasa) baik-baik saja. Dari semua tipe shock yang dibahas tadi, pada lecture
Sebagai kompensasi dari penurunan CO, maka ini akan difokuskan ke shock distributif. Diingat lagi ya
vasa darah akan menyempit dan menyebabkan teman-teman tipe shock ini disebabkan awalnya karena
peningkatan dari SVR. penurunan SVR, baru terjadi mekanisme kompensasi
➢ Shock Distributif dengan peningkatan CO (beda sama shock hipovolemik
dan kardiogenik, yang manaa awalnya terjadi
Pada shock distributif, tidak terdapat masalah penurunan CO). Macam-macam shock distributif antara
pada air (jumlah darah) dan pompanya lain:
(jantung), namun pipa (vasa) yang seharusnya
mengalirkan darah bocor di mana-mana. • Shock Septik dan Shock Anafilaksis: terjadi
Kebocoran pipa ini menyebabkan penurunan penurunan SVR karena vasodilatasi perifer yang
dari Systemic Vascular Resistance (SVR) yang disebabkan oleh terganggunya metabolisme sel
merupakan tanda awal dari shock distributif. karena mediator inflamasi.
Sebagai kompensasi dari tekanan perifer yang • Shock Neurogenik: penurunan SVR disebabkan
rendah, maka tubuh akan meningkatkan hilangnya tonus vaskuler dari nervus simpatis
Cardiac Output. atau sistem vagal yang terlalu kuat.
HSC 2018 D1 WEEK 2 65

Manifestasi klinis pada shock distributif antara lain:

• Demam
• Takikardia
• Clear lungs (apabila bukan disebabkan
pneumonia)
• Ekstremitas hangat
• Flat neck veins
• Oliguria

Selanjutnya akan kita bahas lebih dalam mengenai tipe


shock distributif, yaitu shock anafilaksis dan shock
septik.

A. SHOCK ANAFILAKSIS
Merupakan suatu tipe shock distributif yang
disebabkan karena reaksi hipersensitivitas sistem
imun.
• Suatu pasien dapat dikatakan mengalami
anafilaksis, apabila terjadi reaksi alergi yang
bersifat multisystem, generalisata, dan terjadi
secara cepat.
• Harus memiliki minimal 1 sign symptoms dari Untuk macam-macam pemicu dari anafilaksis bisa
sistem CARDIO/RESPI dan 1 sign symptoms dilihat di table bawah ini
dari KULIT/GASTROINTESTINAL. Misal:
✓ Habis disuntik obat tiba tiba tensi tidak
terukur (CARDIO) dan pasien muntah
muntah (GI)
✓ Habis makan sesuatu dia sesak nafas
(RESPI) dan timbul bentol (KULIT)
✓ Kalau hanya 1 gejala misal sesak terkena
debu, tidak termasuk anafilaksis.

Patofisiologi:

• Anafilaksis diklasifikasikan sebagai


hipersensitivitas tipe I. Antigen akan berikatan
dengan antibody IgE pada mast cells, yang
menyebabkan degranulasi dari sel mast serta Manajemen Shock Anafilaksis:
keluarnya mediator inflamasi.
• Berikan oksigen
• Reaksi tersebut akan menyebabkan banyak
• Pertahanakan patensi jalur nafas
symptoms, termasuk reaksi alergi seperti
• Menyingkirkan allergen yang memicu reaksi
gatal-gatal, hives, bengkak, dsb.
(misal kalau karena obat, stop obatnya)
• Shock anafilaksis terjadi ketiga reaksi alergi
• BERIKAN EPINEFRIN (PENTING, MANAJEMEN
terhadap antigen menyebabkan kolaps dari
UTAMA)
sistem sirkulasi dan suffocation akibat
✓ 0.3 - 0.5 mL 1:1.000 subkutan
pembengkakan bronchus dan trakea.
✓ 0.3 - 0.5 mL 1:10.000 IV
Untuk review tipe-tipe hipersensitivitas bisa dilihat di
table di bawah ini, tapi fokusin terutama ke tipe I yaw
HSC 2018 D1 WEEK 2 66

• Terapi resusitasi cairan dengan normal saline


untuk menjaga MAP ≥ 70 mmHg atau tekanan
darah sistolik ≥ 90 mmHg
• Berikan agen vasopressor apabila terapi
kristaloid tidak adekuat untuk menjaga cardiac
output
• Terapi farmakologi lain apabila diperlukan:
antihistamin, bronkodilator, kortikosteroids
• Monitor jantung
• Amati kemungkinan reaksi kambuh

B. SHOCK SEPTIK
Tidak ada shock yang menyebabkan kematian Patofisiologi:
setinggi septic shock. Sepsis merupakan disfungsi
organ yang mengancam nyawa karena disregulasi
reponse imun terhadap infeksi. Shock septik
adalah sepsis yang menyebabkan hipoperfusi
jaringan dan hipotensi persisten meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat.
Penyebabnya antara lain:
• Infeksi/sepsis: Gram (+/-), fungi, parasite →
pneumonia, peritonitis, meningitis, cholangitis,
pyelonephritis, necrotic tissue, pancreatitis,
gangrene, toxic shock syndrome, severe
malaria, etc. • Pelepasan mediator inflamasi yang
• Trauma: bukan infeksi. Khusus hanya 3 macam menyebabkan disrupsi dari endothelium
yang bisa menyebabkan septic shock yaitu mikrovaskular dan dilatasi arteri kulit serta
crush injuries, major fractures, dan major sekuestrasi darah di venula kulit dan vena-vena
burns. kecil.
Kriteria Klinis: • Reaksi di atas akan menyebabkan terjadinya 4
perubahan sirkulasi saat sepsis, yaitu:
• Sequential (Sepsis-Related) Organ Failure ✓ Peningkatan permeabilitas
Assessment (SOFA) score positif jika nilai lebih ✓ Koagulasi intravaskular
dari 2 ✓ Vasodilatasi
• Quick SOFA (qSOFA) positif jika ada 2 dari 3 ✓ Perdarahan
kriteria seperti pada table di bawah • Keempat hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dari pasien
sepsis.

Manajemen Shock Septik:

• Resusitasi cairan
• Terapi dan eliminasi sumber infeksi yang
mendasari, misal ada luka harus
didebridement, pemberian antibiotic, dsb
• Terapi suplementatif
• Perhatikan nutrisi
HSC 2018 D1 WEEK 2 67

Lecture 2.3 2. Afterload (tahanan yang harus di


lawan saat memompa darah), dan
SHOCK IN PEDIATRICS
3. Kontraktilitas myocard
dr. Desy Rusmawaningtyas, M.Sc., Sp.AK (kemampuan otot jantung
berkontraksi).
Pemateri : Afdina, Editor : Nindya

Harusnya dr. Nurnaningsih, Sp.AK, tapi digantikan oleh


dr. Desy Rusmawaningtyas, M.Sc., Sp.AK. Karena ini
lecture panel maka materinya saling tumpeng tindih,
jadi sebelum baca materi ini silakan baca materi syok
yang dewasa dulu yaa karena patfis nya sama

Pada kuliah ini kita diharapkan memahami definisi,


mekanisme, penyebab, dan management shock pada
anak khsusunya hypovolemic shock. Mengapa fokus ke • Cardiac output dan kandungan oksigen arteri
syok hipovolemik? Karena pada anak, syok yang paling (CaO2/O2 content) akan mempengaruhi delivery
sering terjadi) adalah syok hipovolemik dari oksigen (DO2). DIsiniliah titik krusial patofisiolgi
syok, karena pada dasarnya, syok adalah gangguan
INTRODUCTION delivery oksigen ke sel.
• Selain itu, Systemic vascular resistance (SVR) juga
• Secara garis besar, fungsi utama sistem
memegang peranan penting untuk menjaga
cardiovaskular adalah menyediakan O2 dan nutrisi
tekanan agar perfusi dapat terjadi dengan baik.
ke sel agar sel bisa bekerja (metabolisme) dan
menghasilkan energi. • Kandungan oksigen arteri (CaO2/o2 content)
menentukan seberapa banyak O2 dapat di delivery
• Apabila ada suatu hal yang menyebabkan kegagalan
ke jaringan. Arterial oxygen content ini dipengaruhi
supply O2 dan nutrisi ke sel, maka sel tidak
oleh jumlah Hb, saturasi oksigen (SatO2), dan
mendapatkan bahan bakar untuk bekerja (gagal
tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2).
memenuhi metabolic demand).
• Kalau dikatakan saturasi oksigen 95% itu berarti ada
• Jika ada sekumpulan sel tidak berfungsi, maka akan
95% Hb yang berikatan dengan oksigen.
ada suatu jaringan yang tidak berfungsi.
• Jika sekumpulan jairngan tidak berfungsi maka akan
terjadi kegagalan organ dan berakibat pada
kematian karena ada multi organ failure.
• Oksigen dari udara luar bisa sampai ke sel itu
merupakan hasil kolaborasi sistem respirasi,
cardiovaskuler, dan hematologi.
• Sistem kardiovaskuler memegang peranan dalam
mempertahankan cardiac output (CO) dan systemic
vascular resistance (SVR).
• Cardiac output merupakan hasil perkalian Heart • Dari penjelasan panjang diatas, dapat diringkas
Rate dengan Stroke Volume (CO = HR x SV). intinya parameter yang menentukan cukup atau
• Oleh karena itu, tanda awal syok adalah takikardi tidaknya delivery O2 (DO) ke sel adalah:
karena tubuh berusaha mengkompensasi 1. Cardiac output dan
penurunan stroke volume dengan menaikkan heart 2. Kandungan oksigen arteri
rate, agar cardiac output tetap normal. (CaO2/O2 content), dimana
• Stroke volume dipengaruhi oleh tiga komponen: CaO2/O2 content dipengaruhi
1. Preload (darah yang balik ke oleh:
jantung), ✓ Jumlah Hb,
HSC 2018 D1 WEEK 2 68

✓ Saturasi oksigen (SatO2), dan • Sedangkan pada metabolism anaerob, karena tidak
✓ Tekanan parsial oksigen dalam arteri ada O2 maka tidak terhadi fosforilasi oksidatif,
(PaO2), seperti rumus dibawah ini: sehingga O2 yang dihasilkan hanya 2 ATP dengan 32
kcal, dan juga ada zat sisa yaitu asam laktat.

DEFINISI SYOK

• Syok adalah kondisi patologis akibat adanya


gangguan akut pada fungsi sirkulasi yang
menyebabkan pengiriman O2 dan nutrisi ke sel
tidak memadai (perfusi inadekuat). Sehingga terjadi
keadaan supply<demand (kegagalan pemenuhan • Metabolisme anaerobic sangat tidak efisien karena
metabolic demand) yang menyebabkan gangguan menghasilkan energi yang sedikit yang
pada metabolisme jaringan, hipoksia sel, dan menyebabkan kegagalan metabolic, dan juga
kematian sel. menghasilkan sampah metabolism berupa asam
• Kegagalan pemenuhan metabolic demand tersebut laktat yang menyebabkan asidosis metabolic.
menyebabkan sel beralih dari proses metabolism Kegagalan metabolic dan asidosis metabolic
aerobic ke metabolisme anaerob. keduanya berujung pada kematian sel.

TANDA DAN GEJALA SYOK PADA ANAK

• Pada anak anak, tanda tanda awal syok umumnya


sulit dikenali (subtle symptoms).
• Tanda yang paling awal muncul dan cukup sensitive
untuk mengenali syok fase awal (kompensata)pada
anak adalah takikardia. Stroke volume anak
cenderung tetap, sehingga agar CO tidak berkurang,
kompensasi pertama kali yang dilakukan oleh tubuh
anak adalah meningkatkan HR basal (takikardi).
• Sedangkan tekanan darah merupakan indikator
• Metabolisme aerobic yang menggunakan O2 dan yang buruk untuk mengenali syok pada anak karena
glukosa, akan menghasilkan total 36 ATP dengan anak anak akan mengalami hipotensi setelah
417 kcal dari proses glikolisis dan fosforilasi kehilangan >40% volume darahnya. Berbeda
oksidatif (krebs cycle) dengan orang dewasa yang pada syok sepsis fase
awal sudah ditemukan tekanan darah yang
menurun. Sehingga hipotensi pada anak baru akan
muncul saat fase dekompensata.

FASE SYOK

Ada 3 fase syok:


3. Kompensata
HSC 2018 D1 WEEK 2 69

Merupakan fase awal syok, dapat ditemukan Manifestasi Klinis


tekanan darah masih normal, HR meningkat. Fase • Keluhan utama: rewel, tidak keluar urin, muntah,
ini sangat singkat, apabila gagal mengenali syok diare, trauma, blood loss
difase ini maka akan jatuh ke fase dekompensata. • Tanda dehidrasi: selaput lendir kering, menangis
4. Dekompensata tidak keluar air mata, turgor kulit menurun,
Merupakan fase akhir, terjadi apabila syok tidak membrane mukosa kering
segera ditangani. Dapat ditemukan tekanan
• Gejala khas: takikardia tanpa tanda gagal jantung
darah rendah dan sudah ada end-organ damage.
kongestif
Kekurangan oksigen di otak juga menyebabkan
pasien menjadi bingung dan disorientasi. Pada
Penyebab
fase ini jika pasien mendapatkan penanganan
yang tepat maka syok akan dapat tertangani
karena masih bersifat reversible.

Penyebab syok hipovolemik akibat pendarahan yang


paling sering adalah pendarahan GIT akibat varises
esophagus dan dengue shock syndrome (DSS).
Sedangkan penyebab non hemorrhagic paling sering
Pada gambar diatas terlihat pada fase
kompensasi, CO, tekanan darah dan resistensi
vaskuler di awal masih datar, dan baru akan
berubah saat fase dekompensata.
5. Irreversible
Terjadi apabila syok tidak ditangani, ditandai
dengan kerusakan organ dan cardiac arrest yang
berujung kematian.

JENIS SYOK
adalah diare.
Jenis dan penyebabnya ada beberapa macam, yaitu
Pada kondisi hemorrhagic, misalnya saat terjadi trauma
syok hipovolemik, syok distributif, syok kardiogenik, dan
maka sirkulasi pada organ non vital akan dikorbankan
syok obstruktif. Disini yang dibahas hanya syok
seperti ginjal, GIT, dan kulit. Pada tahap awal akan
hipovolemik aja karena yang tersering pada anak.
terjadi kompensasi melalui 3 sistem:
1. Baroreseptor : hipovolemia yang terjadi akan
SYOK HYPOVOLEMIK
menyebabkan preload turun, sehingga SV akan
Definisi menjadi turun dan akhirnya CO juga turun. Maka
• Penurunan volume intravaskular yang baroreseptor akan meningkatkan pulse pressure.
menyebabkan pengiriman oksigen ke sel tidak 2. Neural reflex : selain meningkatkan HR tubuh juga
mencukupi (perfusi inadekuat) akan mengkompensasi dengan meningkatkan
SVR dengan cara aktivasi respon saraf simpatis
HSC 2018 D1 WEEK 2 70

yang akan menyebabkan vasokonstriksi Laboratory Test


pembuluh darah dan peningkatan HR.
3. Respon hormonal : aktivasi sistem renin yang
menyebabkan retensi natrium dan air sehingga
mengurangi cairan yang keluar dari tubuh.

Progresi Syok pada Anak

Intinya, gejala yang paling awal muncul adalah takikardi


atau peningkatan HR kemudian terjadi respon • Analisa gas darah/ Arterial blood gas analysis untuk
baroreseptor terhadap pulse pressure, dan terjadi mendeteksi apakah sudah terjadu metabolic
mekanisme shunting aliran darah dari organ noncritical. asidosis atau belum
Apabila ketiga progresi tersebut terlalui dan belum ada
• Hb dan Hct untuk memperkirakan seberapa banyak
penanganan, maka akan berlanjut pada penurunan CO
darah yang hilang
dan kemudian diikuti penurunan SBP.

Manajemen
Pada kasus pendarahan, hal yang perlu diwaspadai:
✓ Lokasi pendarahan : eksternal atau internal, 3 Goals Manajemen Syok:
apakah akibat trauma atau bukan akibat trauma 1. Memaksimalkan delivery oksigen
missal spontan bleeding 2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut
✓ Anatomical : vasa yang rusak apakah arteri, vena, 3. Melakukan esusitasi cairan
atau kapiler Tujuan keseluruhan manajemen:
✓ Timing : akut atau kronis ✓ Untuk menghentikan perdarahan
✓ Koagulasi dan Fibrinolysis : apakah proses ✓ Untuk mengganti volume yang hilang
koagulasi baik, apakah ada penyakit terkait
koagulasi dan fibrinolysis Management syok hipvolemik akibat non-pendarahan:
✓ Assessment : assessment harus teliti dan • Larutan kristaloid isotonik biasanya diberikan
berdasarkan bukti klinis untuk pengisian intravaskular selama syok
✓ Management : penanganan harus sesegera hypovolemik (contohnya: NaCl 0,9% dan RL)
mungkin agar prognosis baik
Klasifikasi Management syok hipovolemik akibat pendarahan:
Klasifikasi pendarahan pada pasien anak ditentukan • Tujuan utamanya adalah: menghentikan
berdasarkan berat badan dan usia. Volume darah pada pendarahan
anak sekitar 5-8% berat badan. Jadi dihitung dulu usia • Ketika perdarahan dapat divisualisasikan, maka
anak berapa, berat badan berapa, baru hitung volume dilakukan tekanan langsung, tourniquet, dan
darahnya berapa, lalu klasifikasikan blood loss nya ligasi operatif
berapa persen berdasarkan gejala yang muncul. • Jika pendarahan internal, misalnya seperti
perdarahan gastrointestinal yang tidak dapat
dilakukan penekanan langsung, maka dikontrol
HSC 2018 D1 WEEK 2 71

melalui alat endoskopi atau dengan angiografi o Pada pasien anak <30 kg: perbandingan
dan embolisasi. 30:20:20 mL/kg PRBCs, FFP, dan
• Pada perut terdistensi dan nyeri, curigai adanya trombosit
pendarahan internal seperti hepar/lien sehingga
memerlukan bedside USG dan konsultasi bedah
segera.

Tatalaksana

1. Airway
a. Lakukan intubasi untuk melindungi dan
mempertahankan airway. Tetapi intubasi
ini tidak dilakukan di awal syok melainkan
saat kondisi pasien tidak kunjung stabil
setelah diberikannya cairan
2. Breathing End Point and Monitoring
a. Selalu berikan 100% oksigen di awal
• End point sebenarnya dari terapi cairan pada syok
b. Monitor saturasi
adalah normalisasi delivery oksigen
3. Circulation
• Perfusi adekuat ditunjukkan dengan output urin
a. Pasang IV line
>0,5 sampai 1 mL/kg/jam
o Anak >6 tahun: Jika vena perifer tidak
• Tekanan Vena Sentral (CVP); adalah tekanan di
dapat diakses setelah dilakukan >3x
vena cava superior, yang mencerminkan preload
penusukan atau >90 detik, segera
akhir diastolik ventrikel kanan.
lakukan intraosseus access atau kateter
vena sentral (CVC) o Rentang CVP normal adalah 2-7 mm Hg (3
hingga 9 cm H2O)
o Anak <6 tahun: langsung intraosseus
o CVP >12-15 mm Hg: pemberian cairan berisiko
access
b. Masukkan volley catether: untuk menyebabkan overload cairan
memantau cardiac output (CO)
Complications of Resuscitation
c. Monitor hemodinamik secara berkala dan
sering • Edema pulmo, banyak terjadi pada kasus resusitasi
4. Hentikan pendarahan Dengue Shock Syndrome
a. Jika ditemukan trauma dada: segera • Hemodilusi
lakukan pemasangan chest tube untuk • Hospital-acquired infection, akibat percobaan
suction access IV Line yang berulang
b. Jika ada luka luar akibat trauma dapat
difokuskan dengan tekanan manual
5. Gantikan cairan yang hilang
a. Cairan awal: segera berikan kristaloid
isotonic (RL, NaCl 0,9%) : 20 mL/kg
b. Transfusi darah: Jika terjadi pendarahan
yang massif, dan tersedia darah maka
berikan transfusi setelah pemberian cairan
kristaloid
c. Protokol terbaru merekomendasikan:
o Pada pasien anak >30 kg: rasio 1: 1: 1
unit packed red blood cells (PRBCs):
Fresh frozen plasma (FFP): trombosit
HSC 2018 D1 WEEK 2 72

Lecture 5.3 - Cardiac Output (CO) dipengaruhi oleh → Stroke


NEUROGENIC AND HAEMORRHAGIC Volume (SV) dan Heart Rate (HR)
HYPOVOLEMIC SHOCK - Stroke Volume (SV) dipengaruhi oleh →
dr. Indarwati Setyaningsih, Sp.S (K) preload, afterload, dan, kontraktilitas
Pemateri : Avicenna, Editor : Dinda

A. DEFINISI

Shock → kegagalan sistem sirkulasi untuk


mempertahankan perfusi yang adekuat dari organ-
organ vital.

Diagram ini menjelaskan bahwa proses shock itu: Diagram ini menjelaskan kalau :

- Hypoxia yang terjadi di tingkat seluler akan - Oxygen Delivery (DO2) ialah total oksigen yang
menyebabkan → metabolisme sel yang dikirim ke jaringan setiap menitnya
tadinya aerob berubah menjadi anaerob - DO2 dipengaruhi oleh → CO (Cardiac Output)
- Karena metabolism anaerob ini menghasilkan dan CaO2 (Arterial O2 content)
produk sampah (laktat), maka akan terjadi o O2 content → kandungan oksigen dalam
akumulasi zat tersebut → kematian sel darah yang terdiri dari oksigen terikat
hemoglobin dan oksigen yang terlarut
B. KONSEP SHOCK dalam plasma
- Cara mengoreksi setiap factor tersebut :
o HR → menambahkan Inotropes
(Dopamine, Dobutamine, Norepinephrine,
Epinephrine)
o SV → menambahkan cairan
o Hb → transfuse
o SO2 dan PaO2 → perbaiki status pulmoner

C. STAGES OF SHOCK
1. Initial stage
- Jarang sekali terdeteksi, karena secara
Gambar di atas menjelaskan kalau:
klinis belum tampak adanya tanda dan
- Tekanan darah dipengaruhi oleh → Cardiac gejala
Output (CO) dan Systemic Vascular Resistence - Namun, sudah terjadi adanya perubahan di
(SVR) tingkat sel
HSC 2018 D1 WEEK 2 73

2. Compensatory Stage 4. Irreversible Stage


Tubuh masih dapat melakukan fungsi - Usaha tubuh untuk melakukan kompensasi
kompensasi untuk mempertahankan perfusi sudah gagal
- Darah mengumpul dan mengendap, terjadi
thrombosis vasa vasa kecil
- Hipoksia jaringan dan anoxia (bentuk
ekstrem hypoxia)
- Akumulasi dari asam laktat → kematian sel

D. JENIS-JENIS SYOK

Diagram ini menjelaskan bahwa, terdapat 3


cara tubuh untuk melakukan fungsi kompensasi
jika terjadi penurunan CO:
Yang akan dibahas disini yang warna merah*
a. Stimulasi Sistem Saraf Simpatik → release
dari epinephrine dan norepinephrine → 1. Hypovolemic Shock
vasokonstriksi → peningkatan SVR a. Definisi
(Systemic Vascular Resistance) - Shock yang disebabkan oleh
b. Sekresi Renin oleh ginjal → Angiotensin → berkurangnya volume intravascular
Aldosterone → ADH → Peningkatan (bisa karena cairan ekstraselular
volume darah maupun darah).
c. Mempertahankan Tekanan Hidrostatik → - Tubuh akan mengompensasi dengan
cairan kembali ke dalam kapiler cara meningkatkan tonus simpatis →
peningkatan HR, kontraktilitas, dan
Tujuan dari semua mekanisme ini adalah →
vasokonstriksi perifer
mempertahankan tekanan darah
- Semakin volume berkurang, tekanan
3. Progressive Stage darah akan semturun → delivery
- Banyak ditemukan di setting klinis oksigen ke organ vital berkurang →
- Sudah mulai mengarah ke fase metabolism berubah menjadi anaerob
dekompensasi → lactic acidosis
- Tekanan darah mulai turun (Systole b. Tipe
<80mmHg → tanda bahaya) Dibagi jadi 2
- Tanda tanda lain: i. Medical (Tidak ada kehilangan cairan
o Tachycardia secara absolut. Jadi, tidak kelihatan
o Tachypnea kehilangan cairannya)
o Urine output ↓ o Cholera
o Suhu ↓ o Diabetik Ketoasidosis
o Kulit pucat o Heat Stroke
- Disini banyak dilakukan tindakan untuk ii. Surgical (Ada bentuk keluarnya dari
mencegah pasien untuk jatuh dalam stage volume intravaskuler)
berikutnya (irreversible stage) dan o Truma mayor
berusaha untuk dikembalikan ke fase o Luka bakar
shock yang sebelumnya o Operasi besar
HSC 2018 D1 WEEK 2 74

c. Determinan Prinsip :

1. Kenali shock
2. Identifikasi penyebab shock →
hemorrhagic/non-hemorrhagic
3. Terapi → STOP BLEEDING (perbaiki
volume yang hilang)
a. Oksigen → memanipulasi O2 di
plasma
-Hal yang penting adalah di → preload b. Cairan Intravaskular →
Preload → derajat peregangan serabut meningkatkan vol. sirkulasi.
miokardium yang terjadi sesaat Cara alternatif → elevasi kaki 30
sebelum kontraksi. Peregangan ini derajat yang akan meningkatkan
bergantung pada volume darah yang venous return (Passive Leg Raising)
meregangkan ventrikel pada akhir c. Kristaloid → 1-2L / 10-15 menit.
diastolic. 4. Monitor → Tekanan darah, nadi,
Dengan meningkatkan preload → kesadaran, sirkulasi perifer (WPK),
peningkatan stroke volume → urine output
meningkatkan CO 2. Distributive Shock
- Maka, nantinya, penanganan shock a. Tipe
hypovolemic itu di preloadnya → - Neurogenic shock (spinal and pain)
resusitasi yang dibahas di lekcer ini*
d. Tanda-tanda - Septic shock
- Takikardia - Anaphylactic shock
- Akral dingin b. Patofisiologi
- Kesadaran ↓ - Terjadi karena tonus vascular yang
- Tekanan darah ↓ inadekuat
- Takipnea - Jadi, adanya vasodilatasi arteriole yang
- Gejala lain → denyut nadi lemah, pucat, berlebihan menyebabkan penurunan
haus yang ekstrim, oligouria SVR → hipotensi → perfusi peripheral
e. Kelas/Derajat yang inadekuat
I II III IV
Darah <750 750- 1500- >2000 Neurogenic Shock
hilang (cc) 1500 2000
Darah <15 15-30 30-40 >40 - Tipe shock yang paling jarang
hilang (%)
- Dikarenakan → trauma spinal cord yang
Nadi <100 >100 >120 >140
TD N N ↓ ↓ menyebabkan hilangnya reflex
Tekanan N ↓ ↓ ↓ autonomy dan refleks motor dibawah
Nadi
level dari injury secara tiba tiba
Respirasi 14-20 20-30 30-40 >35
Produksi >30 20-30 5-15 Tak ada - Jadi, karena system saraf simpatisnya
urin rusak akibat trauma → penurunan
(ml/jam)
input adrenergic ke pembuluh darah
Kesadaran Agak gelisah Gelisah Bingung
gelisah & & letargi dan jantung → dinding pembuluh darah
bingung akan relaksasi dengan tidak terkontrol
Cairan kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid
Pengganti + darah + darah
→ peripheral vascular resistance (PVR)
f. Penanganan akan turun secara tiba tiba →
- A → Airway + cervical control vasodilatasi dan hipotensi
- B → Breathing + Oksigenasi - Penyebab utama
- C → Circulation + Kontrol Perdarahan o Kecelakaan motor (38.5%)
o Kekerasan (24.5%)
HSC 2018 D1 WEEK 2 75

o Terjatuh (21.8%) - Tanda pada pasien yang tidak sadar :


o Olahraga (7.2%) o pernapasan diafragma
o Lainnya (7.9%) → penyakit vascular, o neurological shock (Tekanan darah
tumor, infeksi, spondylosis, penyakit dan HR rendah)
perkembangan o spinal shock (flaccid arefleksia)
- Epidemiologi o fleksi ekstremitas atas (hilangnya
o Kebanyakan pada usia dewasa muda innervasi ekstensor di bawah C5)
(16-30 tahun) o merespon sakit hanya di atas
o Laki laki 4x lebih mungkin untuk clavicula
terkena Spinal Cord Injury (SCI) o priapism (ereksi berkepanjangan)
daripada perempuan

Spinal Cord Injury (SCI)

a. Etiologi
- Terjadi karena adanya → spinal cord
yang terpotong atau terkompresi oleh
adanya pembengkakan
- Hal ini akan mengarah pada →
gangguan di neuronal pathway →
penurunan kekuatan, sensasi, dan
mobilitas
- Bisa berupa injury yang
complete/incomplete
b. Tipe
- Cervical (40%) paling banyak
- Dorso lumbar (35%)
- Thoracic (10%)
- Lumbar (3%)
- Lainnya (14%)
c. Sign and symptoms
Lokasi dari SCI bergantung pada lokasi
yang terkena
Manifestasi klinis Spinal Shock:
- Paralisis yang bersifat flaccid di bawah
level dari injury
- Hilangnya sensasi sentuhan dan
poropriosepsi
- Hipotensi dan bradycardia
- Hilangnya aktivitas refleks di bawah d. Pemeriksaan radiologis
level dari injury → menyebabkan - Harus dilakukan secara menyeluruh →
retensi urin, paralisis usus, dan ileus keutuhannya, alignmentnya, tulang,
- Hilangnya control suhu, vasodilatasi kartilago, jaringan lunak, jarak antar
- Tidak mampu untuk menggigil → spinal cord
menyebabkan pasien sulit untuk - Perhatikan adanya SCIWORA (Spinal
menyimpan panas Cord Injury without Radiographic
- Tidak mampu untuk berkeringat → Abnormality)
menyebabkan pasien tidak bisa o Kondisi dimana terdapat symptoms
melakukan pendinginan secara normal dari traumatic myelopathy
di lingkungan yang panas (komplikasi setelah mengalami
HSC 2018 D1 WEEK 2 76

trauma spinal) tanpa adanya fraktur dapat digerakan dengan mudah →


atau instabilitas dari spinal cord stabilisasi posisi
yang terlihat dari radiografi (jadi, f. Prognosis
pemeriksaan radiologinya bisa aja Tatalaksana beerbeda berdasarkan
terlihat normal) setiap fase
o Lebih banyak terjadi pada anak anak 1. Fase akut (<3 hari)
dan di bagian cervical - Spinal shock (hilangnya tonus simpatis
o Bisa menjadi indikasi dilakukan MRI setinggi lesi ke bawah → bisa
e. Treatment menyebabkan hipotensi dan bradikardi)
1. Airway - Lesi C3,C4,C5 → bisa menyebabkan
- Pasien dengan kesadaran normal, gag respiratory arrest
reflex intak, jalan napas bebas → diberi 2. Fase intermediet (3 hari – 3 bulan)
oksigen suplemen dengan cara - Up regulation dari reseptor asetilkolin
konservatif dan dimonitor dengan ketat - Pemakaian suksinilkolin tidak
- Dilihat apakah perlu intubasi dianjurkan pada 1 hari – 1 tahun pasca
2. Breathing trauma
- Dilihat apakah ada → paralisis - Hiperkalemia pasca penggunaan
abdominal, intercostal, diafragma, dan suksinilkolin sampai kadar kalium 10
otot otot asesoris pernapasan mmol/L → menyebabkan henti jantung
- Masalah yang mungkin timbul: 3. Fase kronis (>3 bulan)
o Gagal napas - Tetraparese – plegia
o Atelectasis - Hipotensi postural
o Hipoventilasi - Gangguan respirasi
o Ventilation-perfusion mismatching - Gangguan ginjal dan elektrolit
3. Circulation - Kehilangan control suhu tubuh
- Spinal shock (hilangnya tonus simpatis - Ulkus decubitus dan thromboemboli
setinggi lesi ke bawah → bisa - Aspek fungsional dan psikososial
menyebabkan hipotensi dan bradikardi) - Lain lain
- Bradikardia
- Terputusnya cardiac accelator nerves
(T1-T4) → menyebabkan cardiac arrest
yang dapat terjadi akibat stimulasi
penderita (memindahkan pasien,
suction trakea)
- Hipotensi
o Karena adanya vasodilatasi perifer
o Intervensi → cairan, vasopressor
(ephedrine, dopamine, dobutamine,
phenylephrine)
4. C-Spine control
- Lakukan inline stabilization →
melakukan prosedur stabilisasi pada
cervical
- Memastikan kepala berada dalam Pain Shock
posisi netral (hidung sejajar dengan
- Definisi → nyeri sebagai penyebab dari
pusar – hidung, tidak fleksi maupun
shock
ekstensi)
- Dikarenakan adanya → vasovagal reflex
- Jika pasien mengeluhkan sakit yang
sangat parah atau kepala/leher tidak
HSC 2018 D1 WEEK 2 77

- Pasien memiliki sensitivitas terhadap


nyeri yang berbeda beda
- Paling banyak pada dewasa muda
- Prespitator → ketakutan, emosi, nyeri
- Gejala → mual, diaphoresis,
penglihatan “graying out”, rasa tidak
nyaman pada epigastrium, kepala
terasa ringan, pingsan
- Contoh → saat injeksi, trauma, operasi,
dll
- Patofisiologi:
Terdapat 2 respon hemodinamik yang
terjadi:
o Respon cardio-inhibitorik → HR
turun, kontraktilitas turun → CO
turun
o Respon vasodepressor →
vasodilatasi

- Hal yang berkontribusi dalam pain


shock ialah :
o Resistensi perifer → dikoreksi
dengan vasopressor
o Kontraktilitas → dikoreksi dengan
inotropes
o Heart rate

- Pemilihan terapi disesuaikan dengan


hal yang ingin diperbaiki
- Jika ingin memperbaiki vasodilatasi →
noradrenaline, phenylephrine
- Jika ingin memperbaiki kontraktilitas
→ adrenaline, ephedrine, dobutamine,
isoprenaline
HSC 2018 D1 WEEK 2 78
HSC 2018 D1 WEEK 2 79

Lecture 8.3
Burn Case Discussion
dr. Rianto Noviady Ramli, Sp.B, SpBP-RE
Pemateri : tissa, Editor : tissa juga (gadeng agung)

Punten materi perdana maapin kalo kebanyakan


omong. Tapi jujyur cukup straightforward kok, jangan
lupa baca lecture lain yang di panel ini jugaa ya. Kalo
bingung line aja soalnya chatku sepi :))

(editor: ANJAYYYYYYYYYYYYYY, yak jadi guys untuk D1


ini pemateri dan editor bertukar peran, tissa yang
mbuat materi + ngedit, aing yang bacot aja Bisa aja ini pasiennya karena ledakan jatoh terus patah
AHAHAHAHAHA, langsung cekidot ajaaaaaa) tulang tapi ke miss jadi ga diapa2in kan kasian. Yauda yu
ke ABCDEnya ya
KASUS
Anda adalah seorang dokter umum yang sedang
bertugas di IGD. Anda menangani seorang pasien A. Airway
perempuan, 35 tahun dengan riwayat luka bakar Sama dengan prinsip emergency pada umumnya. Tapi
disebabkan oleh ledakan gas LPG yang terjadi 1 jam pada kasus luka bakar, yang penting perlu dilihat juga
yang lalu. itu apakah ada trauma inhalasi. Trauma inhalasi adalah
cedera pada jalan napas karena menghirup asap atau
Pasien terlihat lemas dan kesakitan dengan luka bakar lidah api yang menyebabkan inflamasi, edema, karena
pada lokasi pada gambar tercantum. Pada tangan kanan edema ahkirnya membengkak dan bisa menutupi jalan
pasien merasakan kesemutan (parasthesia). nafas. Hal ini bahaya kalo ke skip karena ya nanti gabisa
napas,,,,

Pada trauma inhalasi bisa ditemukan hal-hal sebagai


berikut
 Pada kasus ini, kan pasien terkena ledakan LPG,
berarti kemungkinan di dapur alias ruangan
tertutup (enclosed space), yang lebih
memungkinkan untuk terjadinya trauma inhalasi.
 Bisa juga karena ledakan → kaget → refleks
menarik nafas → malah menghirup uap panas atau
jilatan api yang menyebabkan trauma inhalasi
 Luka bakar juga bisa terjadi pada daerah wajah,
1. Buatlah penilaian awal (early assessment)! maupun rambut-rambut wajah termasuk rambut
2. Apa yang harus dipertimbangkan untuk kejadian hidung, sehingga kalo dilihat rambut hidungnya
yang mengancam kondisi akut (ancaman awal - terbakar bisa menjadi clue kalau uap panasnya
survei primer)? Dan tindakan apa yang Anda melewati rongga hidung alias masuk jalan
lakukan untuk mengatasinya? pernapasan.
(2 nomer ini kujadiin satu ya soalnya nyambung dah  Kehilangan suara atau suara serak juga bisa
jawabannya drpd pusing) menjadi pertanda bahwa kemungkinan adanya
inflamasi/edema pada daerah plica vocalis atau
Untuk early assessment itu meliputi ABCDE alias perioral. Tapi ini harus dipastiin ya terjadi sesudah
primary survey, jangan karena udah jelas luka bakar kejadian. Siapatau emang lagi serak aja bukan
langsung di skip ke first aid, karena realistisnya kasus- karena edema,,
kasus di emergency itu sangat mungkin multi-trauma.  Adanya distress napas
HSC 2018 D1 WEEK 2 80

 Adanya penurunan kesadaran yang disebabkan karena bersifat life-threatening. Nanti ketemu lagi
hypoxia escharotomy yang lain.
Note: Untuk luka bakar listrik atau kimia mungkin
lebih jarang untuk kemungkinan trauma inhalasi. Kemudian penggunaan non-rebreather mask dan diberi
oxygen.
Dari beberapa hal diatas, bila ada minimal 3 hal terjadi,
ada kemungkinan besar trauma inhalasi. Penegakkan (Tambahan: Escharotomy merupakan prosedur
diagnosis trauma inhalasi dapat dilakukan dengan gold dilakukannya insisi longitudinal sampe ke lapisan
standardnya yaitu bronchoscopy karena dapat melihat subkutan lemak, karena dinsisi, otomatis tekanan pada
upper dan lower airway, dibandingkan dengan kompartemen (anggota gerak) bisa turun yang ahkirnya
laringoscopy yang melihat sampai plica vocalis aja. Tapi mencegah terjadi nya compartment syndrome)
dr. Rianto dan dr. Awalia sempat membahas kalau di
emergency mungkin belum pasti ada bronchoscopy,
jadi dipake yang ada dulu aja (laringoscope) yang
penting kecurigaan trauma inhalasinya dipastikan,
jangan di skip.

Bila sudah ditegakkan diagnosis trauma inhalasinya,


dapat ditatalaksana dengan intubasi menggunakan ET (
endotracheal tube a.k.a intubasi). ET ini bertujuan
untuk menjaga patensi saluran nafas tadi yang bisa
tersumbat karena adanya sumbatan yang disebabkan
oleh edema. Sebenernya pemasangan ET ini dilakukan
bahkan kalau memang masih ragu-ragu trauma inhalasi
dan bingung ato gatau ini iya ato engga trauma
inhalasinya. Prinsipnya better safe than sorry sih karena
kalau di skip ET → ternyata memang inflamasi/edema
yang semakin parah → nantinya malah gabisa dipasang (ini gambar escharotomy)
ET → airway tertutup & pasien gabisa napas. Pokoknya
amankan dulu airwaynya, kalo ternyata bukan trauma
inhalasi dan pasien stabil setelah ABCDE nanti bisa
dilepas. C. Circulation
Menilai sirkulasi pasien baik atau tidak, sampai distal
Jangan lupa C spine control juga tapi ini masuk prinsip tidak, kecepatan denyut nadi, tekanan darah, sirkulasi
cek airway pada umumnya ya. perifer ke semua eksremitas, CRT semua jari.

B. Breathing Nah di pasien ini kan ada keluhan paresthesia,


Inspeksi area thorax, frekuensi napas, gerakan inspirasi- kemungkinan karena adanya luka bakar type full
ekspirasi, ada atau tidaknya gangguan ekspansi dada. thickness di lengan bawah (forearm). Disini bisa terjadi
compartment syndrome yang mengganggu sirkulasi
Pada pasien luka bakar, yang perlu diperhatikan adalah lengan kanan sehingga menyebabkan sensasi
adanya luka bakar melingkar di daerah thorax yang bisa kesemutan itu.
menyebabkan kesulitan ventilasi terutama luka bakar
yang dermal/full thickness burn. Bisa menyebabkan (Tambahan: Compartment syndrome tu jadi emergensi
dinding dada tidak bisa berkembang sepenuhnya saat ya guys, karena adanya luka bakar nyebabin edema
inspirasi → kegagalan napas. Hal ini bisa ditatalaksana pada kompartemen, tekanan pada kompartemen
dengan escharotomy. Untuk escharotomy berkaitan meningkat nih jadinya cairan kan yang harusnya balik ke
dengan kesulitan napas dilakukan saat itu juga ya kapiler masih tetap bertahan di jaringan, akibat nya
HSC 2018 D1 WEEK 2 81

pada jaringan terjadi ischemia yang mengarah pada 4. Luas luka bakar ini sifatnya sebagai tools
necrosis) estimasi alias kira-kira, jadi kalo emang bingung
aduh ini ga persis setengah lengan, aduh ini di
Ini ditatalaksananya juga dengan escharotomy, tapi depan tapi belakangnya juga kena dikit,,
karena kondisi paresthesia itu termasuk limb- JANGAN BINGUNG YAA cocokin aja sebisanya.(
threatening dibandingkan tadi yang di thorax bersifat 5. Oke satu lagi note dari dr. Rianto biasanya
life-threatening, tatalaksana escharotomy disini bisa epidermal burns itu ga dimasukin perhitungan
dilakukan setelah ABCDE selesai dilakukan atau bahkan (contohnya sunburn). Jadi dari dermal-mid
setelah dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitasnya dermal-full thickness gitu yang diperhitungkan
karena membutuhkan ruang opearsi atau OK. Kalau untuk resusitasi karena epidermis biasanya ga
dalam keadaan menunggu fasilitas, yang dilakukan vasodilatasi yang sampe butuh diresusitasi.
adalah elevasi lengan lebih tinggi dari letak jantung.

Pokoknya semua yang tipenya full thickness dicek ada


gangguan sirkulasi atau tidaa. Kemudian periksa untuk
pendarahan/hemorrhage control untuk luka terbuka.

Prinsipnya, cari apakah ada shock sirkulasi atau tidak,


apakah sirkulasi pasien baik atau tidak. Bila perlu
resusitasi cairan → diberi cairan, tapi nanti tidak masuk
perhitungan untuk resusitasi luka bakar ya karena
itungannya beda.

D. Disability
Menilai kesadaran pasien menggunakan AVPU scale
dan refleks pupil.
 Awake Ini kayanya buat teori ada di lekcer sebelumnya y ga
 Verbal sih jadi aku skip ke jawabannya aja ya buat luas luka
 Pain bakar di kasus ini.
 Unresponsive
AVPU scale dilakukan karena lebih cepat daripada GCS, 1. Bagian depan kepala dan leher = 4,5%
dan refleks pupil untuk memeriksa apakah ada 2. Bagian depan dada dan perut = 18%
lateralisasi disebabkan oleh hematoma epidural. 3. Lengan kanan (atas dan bawah) = 9%
4. Lengan kiri (atas) = 4,5%
E. Exposure 5. Kedua paha (depan dan belakang) = 9%+9% = 18%
Menghitung luas luka bakar. 6. Genital = 1%
1. Buka pakaian dan semua perhiasan pasien. 7. Total = 55%
Ini biar keliatan semua luka bakarnya, kemudian
supaya tidak membahayakan pasien lebih lanjut
misalnya luka bakar kimiawi yang nempel di 3. Hitung resusitasi cairan luka bakar 24 jam pertama
pakaian akan menyebabkan kontak dengan agen berdasarkan kasus! (Catatan: Berat badan pasien 60
perusak kulit jauh lebih lama. kg), dan jelaskan cara pemberiannya!
2. Pastikan pasien tetap hangat karena rawan
hipotermia, terutama pasien anak-anak. Pakek rumus baxter ya
3. Tips menghitung luas luka bakar: difoto aja pake 3% x BB x Luas Luka Bakar
hp atau digambar di lembar status pasien = 3% x 60 x 55 = 9900 mL
(gambarnya diagram seperti yang di awal kasus
tadi). Setelah itu pasien diselimutin lagi supaya Pemberiannya dalam 24 jam pertama dibagi menjadi 2
tidak nyamannya ga lama-lama.
HSC 2018 D1 WEEK 2 82

1. 8 jam awal 4950 mL 7. Bagaimana caramu merawat luka?


Perlu diperhatikan juga ini pasien kan datang 1  Luka bakar derajat 2: dibersihkan dengan kassa
jam setelah kejadian, berarti resusitasinya udah steril tebal
ketinggalan 1 jam, dan 4950 mL ini harus habis  Luka bakar derajat 3: diberikan salep silver
dalam waktu 8 jam pertama setelah kejadian, sulfadiazine setiap hari
jadi untuk cairan per jamnya dibagi 7 yaa. Kalo
misal pasien datengnya 4 jam setelah kejadian
berarti per jam nya dibagi 4. Semoga ngerti
soalnya susah dijelaskan dengan kata2 kalo
bingung bisa telpon aku di 0815981
2. 16 jam berikutnya 4950 mL lagi
3. Pada pasien anak ditambah rumus cairan
maintenance dan diberikan bersamaan 
4. Inget jangan digabung sama resusitasi pas (Gambar diatas ini derajat dari masing masing
shock sirkulasi tadi luka bakar)

4. Perawatan medis apa yang Anda berikan di UGD? Ini di luar pertanyaannaya sih tapi dibahas juga karena
Nomer 4 sama 5 sekalian lanjut yang di tabel awal ada di tabel. Untuk secondary survey itu ada:
tadi ya, yang bagian first aid: analgesia, tests, tubes. 1. AMPLE History: Allergies, Medications, Past
 Analgesia untuk nyeri medical history, Last meal, Events surrounding
Biasanya morphine, tapi termasuk analgesik yang time of injury/Environment.
pengawasannya ketat jadi alternatifnya mungkin 2. Head to toe examination
fentanyl. Luka bakar full thickness kata dr. Rianto 3. Tetanus toxoid
itu ga sakit tapi malah mati rasa, tapi selain itu Udah belom, terakhir kapan, dsb.
sakit puol jd dikasih ya obat nyeri. 4. Document & transfer
 Obat-obatan untuk mencegah stress ulcer pada Termasuk pasien sudah menerima tindakan &
GIT → omeprazole, ranitidin obat apa saja.
5. Apa yang perlu dipantau setelah resusitasi? 5. Support
 Tanda-tanda vital (denyut nadi, RR, tekanan
darah, suhu tubuh) Terakhir: pokoknya kalo mau rujuk, pasien harus dalam
 Tes darah lengkap kondisi stabil ABCDEnya terutama. Karena
 bHCG pada pasien wanita (bila relevan) kalo gagal napas/shock/dsb di perjalanan
 Tes penunjang lain bila perlu, misal ada susp berarti jadi tanggung jawab yang merujuk.
fraktur bisa di cek radiologi. Syuda seperti itu duluu.
 Pemasangan NGT bila gerakan usus
berkurang/hilang (Uhuyyyy mangat ollll cbt D.1 and skripsinyaaaaa)
 Urine output untuk monitor hasil resusitasi
Dewasa min. 0.5 cc/kgBB/jam
Anak min 1 cc/kgBB/jam
Bila kurang atau lebih bisa disesuaikan, antara
ditambah 10% kebutuhan cairan atau dikurangi
10% kebutuhan cairan.

6. Apa diagnosis lengkapnya?


Luka bakar dengan luas total 55% dengan
kedalaman full thickness pada paha kanan kiri dan
lengan kanan bawah = 18% + 4,5% = 22,5% dan
dengan kedalaman mid dermal 32,5%.

Anda mungkin juga menyukai