kedokteran 2018
H E A LT H S T U D Y C L U B
WEEK 2
Le cture 1.2 : R a d io l o g y e m e r g e n c y i n non- tr aum a 1
Le cture 2.2 : D ist u r b an c e s in r e spi r ator y dr i ve - neur ologi c di seases 16
Le cture 3.2 : Dist u r b an c e s in g as e xchange 21
Le cture 4.2 : O x y g e n t he r apy 28
Le cture 5.2 : B r e at hin g s u ppo r t 34
Le cture 6.2 : E m e r g e n c y m a n ag e m e nt i n bur n i njur y 40
Le cture 7.2 : Tho r ac ic t r a u m a 48
Le cture 9.2 : D r u g ab u s e in o v e r d ose 54
Le cture 11.2 : E m e r g e n c y in d e r m atology 59
Le cture 1.3 : Dist r ib u t iv e sho c k and non haem or r hagi c hypovolem i c shock 64
Le cture 2.3 : Sho c k in p e d iat r ic s 67
Le cture 5.3 : Ne u r o g e n ic an d hae m or r hagi c hypovolem i c shock 72
Le cture 8.3 : Bu r n c a se d is c u ssio n 79
E M E RG E N CY | D . 1
HSC 2018 D1 WEEK 2 1
CXR pada efusi pleura moderat dextra, menandakan adanya infark pada sebagian
tanda panah menunjukan adanya paru.
meniscus sign dan sudut costophericus - Westermark’s sign: regional oligemia
menumpul. (coracan paru tidak tampak dan paernkim
tampak hiperlusen akibat tidak adanya
aliran darah ke daerah tersebut.
Gambar 1: Hampton Hump
3. Spontan Pneumothorax
a. Spontan pneumothorax adalah kondisi
4. Pulmonary edema
dimana adanya pneumothorax atau
a. Pulmonary edema adalah kondisi dimana
penumpukan udara di cavitas pleura tanpa
terdapat cairan di alveolus dan bisa
adanya trauma. Pneumothorax ini terjadi
disebabkan oleh congestive heart failure (bisa
akibat rupturnya bleb atau bulla (bleb adalah
karena gangguan katup ataupun
lesi cystic berisi udara di permukaan paru-
cardiomyopathy sehingga darah tidak bisa
paru).
diejeksikan sepenuhnya dari ventrikel kiri)
b. Kondisi ini merupakan kondisi yang berbahaya
maupun kerana sebab lain non-cardio seperti
dan emergency, sehingga perlu penanganan
pneumonia yang berlanjut menjadi Acute
segara agar tidak terjadi shock. Jika terjadi
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
tension pneumothorax, akan mengakibatkan
b. Tampakan radiologis:
kolaps paru dan menekan struktur
- Adanya opasitas inhomogen yang di mulai
mediastinum ke arah berlawanan secara
dari hilus dan berukurang di perifer dengan
progresif dikarenakan udara di cavitas pleura
butterfly sign atau bat wing sign (kanan
yang menekan. Hal ini bisa berujung ke shock
kiri hampir sama)
cardiogenic/obstruktif karena terdesaknya
jantung dan pembuluh darah, sehingga akan
mengakibatkan penurunan cardiac output.
c. Pasien dengan pneumothorax akan
mempunyai gejala seperti dyspneu, takikardi,
dan hipotensi. Apabila sudah terjadi tension
pneumothorax dapat terlihat distensi vena
jugular dan deviasi trakea.
d. Tampakan radiologis:
- Pada kasus spontan pneumothorax,
pemeriksaan dengan CXR akan
menunjukan ruangan di bagian perifer
paru-paru tampak radiolusen (hitam)
dibandingkan dengan paru.
- Pada tension pneumothorax, ada c. Tahapan pulmonary edema karena
tampakan pergeseran mediastinum, Congestive Heart Failure (CHF):
trakea, dan depresi diafragma. 1. Cephalisasi aliran darah pulmo
2. Edema jaringan interstitial
Gambaran CXR pada tension ▪ Peningkatan interstitial markings
pneumothorax sinistra, sudah ▪ Adanya hipertensi vena pulmonal –
menggeser mediastinum ke sisi
tampak distensi vena pada hilus
berlawanan.
superior.
3. Edema alveolus
▪ Perihilas haze (berkabut di sekita hilum)
pada awal edema ruang udara.
▪ Air space filling (bisa difus atau seperti
patch)
▪ Tampakan batwing/butterfly
penumocyte type II yang gagal memproduksi pericardium tidak memiliki waktu untuk
surfaktan sehingga tegangan permukaan beradaptasi.
alveoli tinggi dan paru kolaps. Kondisi ini c. Tampakan Radiologis:
biasanya terjadi pada bayi premature (<32 - Pericardial effusion bisa dilihat
minggu gestational age) yang dintandai menggunakan CXR dan di konfirmasi
dengan sulit bernafas beberapa jam setelah menggunakan USG dan CT Scan.
lahir, suara nafas grunting (suara - Cairan dapat terlihat walaupun jumlah
mendengkur) dan sianosis. masih sedikit
b. Tampakan radiologis: - Pembesaran jantung berbentuk globular
- Tampakan ground glass lungs (tampak (bulat) dan memberi tampakan water
lebih opak/hiperdense pada CT) bottle configuration.
- Biasanya terjadi bilateral dan simetris - Tampakan agak mirip dengan
- Dapat terlihat adanya air bronchogram cardiomegaly akan lebih mudah bila
(bronkus yang sehrusnya lusen tampak dikonfirmasi dengan USG dan CT.
lebih opak karena alveolus terisi materi Tampakan CXR pada efusi pericardium
selain udara) terlihat bulat (water bottle
- Bisa terjadi tampakan white lung karena configuration)
paru sama sekali tidak terisi udara. Jika ada
gambaran white lung berarti sudah HMD
grade 4 (paling berat).
7. Pericardial effusion
a. Kondisi dimana adanya jumlah cairan yang
abnormal pada spatium pericardii biasanya
disebabkan oleh proses infeksi pada
pericardium. Bila penumpukan cairan berjalan 8. Aortic aneurysm rupture/dissection
dengan akut akan disebut sebagai cardiac a. Aortic aneurism adalah kondisi dimana
tamponade dan manajemen nya adalah terjadinya pembesaran dinding aorta yang
pericardiocentesis. bisa terjadi baik di aorta ascnedens, arcus
b. Symptoms dari pericardial effusion seperti aorta, maupun aorta descendens.
dyspnea dan penurunan toleransi terhadap Pembesaran terjadi secara progresif dan bisa
aktivitas akan semakin berat bila spatium terjadi pembesaran mediastinum karena
pericardii terisi dengan cepat karena pembesaran aorta.
HSC 2018 D1 WEEK 2 8
C. ABDOMEN Emergency
- Appendicitis
- Invaginasi
- Large bowel obstruction
- Small bowel obstruction
- Pneumoperitoneum
- Urinary calculi Tampakan abdominal X-ray pada
- Volvulus sentinel loop ileus dengan apendisitis
- Emphysematous cholecystitis ditemukan adanya air-fluid level.
- Toxic megacolon Sentinel loop adalah loop pada small
bowel yang beridstensi secara lical
Imaging berdasarkan diagnosis suspek:
dekat dengan lokasi inflamasi.
- Perforated (pneumoperitoneum): abdomen x-
ray (upright atau left lateral decubitus (LLD)), CT
- Small bowel obstruction: abdomen x-ray
(supine dan upright), CT (IV contrast)
- Large bowel obstruction: abdomen x-ray, CT,
contrast enema
HSC 2018 D1 WEEK 2 9
2) Barium contrast
- Non-filling
- Localized mucosal edema in caecal
pole
3) Ulstasound: obstructing appendicolith
- A blind ending (closed/tertutup) non-
2. Intussusception/Invaginasi
peristaltic
a. Pemeriksaan radiologi untuk invaginasi bisa
- Struktur tubular yang non-
menggunakan abdominal X-ray (supine and
compressible
upright), CT (dengan kontras IV), USG.
- Vasculature yang prominen
b. Intususepsi adalah kondisi dimana sebagian
- Ketebalan dinding >2mm atau total
usus mengalami invaginasi ke bagian lain
diameter >6mm
sehingga dapat mengobstruksi usus
Tampakan USG pada apendisitis akut c. Gejala klasik: nyeri abdomen yang hilang
terlihat adanya appendicolith yang timbul, mual, dan masa di kuadran kanan atas.
menyumbat dan ukuran appendix yang d. Tampakan radiologis:
membesar. (Kalo kata dokternya terlihat i. Dengan abdominal X-ray, adanya massa
seperti sosis). Pada potongan transversal jaringan lunak dengan obstruksi bowel
(gambar kecil) terlihat tampakan target proximal (terdapat air fluid level dan
sign. distensi lumen). Selain itu, ada tampakan
target sign dan crescent sign.
ii. Dengan barium contrast, terlihat
tampakan coiled-spring appearance and
beak-like narrowing.
iii. Dengan CT Scan, akan ada tampakan
multiple concentric rings.
iv. USG merupakan gold standard dan 100%
sensitive. Dengan USG, akan ada tampakan
bull’s eye appearance (transversal),
sandwich appearance (longitudinal) yang
menunjukan adanya usus di dalam usus.
4) CT Scan (sensitive dan spesifik tapi tidak
Selain itu, color Doppler juga bisa
rutin dilakukan):
digunakan untuk melihat suplai vasa.
- Intraluminal appendicolith
- Distensi lumen dengan dinding
menebal
- Ada inflamsi local yang tampak
dengan linear streak pada lemak yang
berdekatan
- Bisa terdapat abses
HSC 2018 D1 WEEK 2 10
Pada CT Scan, tampak massa jaringan ii. Abdominal X-ray posisi Upright:
lunak berbentuk anular yang - Step-ladder appearance (karena
mengobstruksi bagian tengah dari colon perbedaan udara dan cairan/
descenden. perbedaan air-fluid levels)
- Tortouise shell appearance (air fluid
level lebar)
- String of pearls sign
8. Cecal volvulus
a. Kondisi ini biasnaya terjadi pada pasien yang
berumur lebih muda dibandingkan dengan
sigmoid volvulus. Kondisi ini melibatkan
caecum dan sebagian colon ascending.
b. Tampakan Radiologi:
i. Lengkung usus yang mengalami distensi
membentuk huruf C terbalik (Kidney
Pada USG, ditemukan lesi hypoechoic dan bean sign), tampak di bagian tengah
belakangnya terdapat bayangan abdomen dan di kuadran kiri atas.
(posterior acoustic shadow) dapat Terdapat obstruksi dari proximal usus
dipastikan merupakan batu. halus.
7. Sigmoid volvulus
a. Kondisi obstruksi usus besar karena colon
sigmoid terpelintir di bagian sigmoid
mesocolon.
b. Tampakan radiologis:
i. Terlihat Coffee bean appearance pada
abdominal x-ray karena lengkuknagn
usus besar terkestensi kea rah superior
pelvis.
Coffee bean sign
HSC 2018 D1 WEEK 2 14
D. Emergency Ekstremitas
- Acute limb ischemia (ALI)
- Ehlers Danlos Syndrome (EDS)
10. Cholecystitis emphysematous 1. Acute limb ischemia
a. Merupakan bentuk langka dari cholecystitis a. ALI merupakan stage terakhir dari penyakit
akut dimana terajdinya infeksi akut dinding arteri perifer dimana terjadi penurunan aliran
gallbaldder yang disebabkan oleh gas-forming darah extrimitas bawah yang cepat
organisms (cth: Clostridium atau E.coli) dikarenakan oklusi/obstruksi arteri perifer
sehingga dinding gallbladder mengalami sehingga menganggu perfusi jaringan
nekrosis dan terbentukanya gas baik didalam ekstrimitas yang dapat berlanjut menjadi
lumen atau didalam dinding. gangrene.
b. Paling baik diperiksa dengan CT scan karena b. Tanda Khas ALI (6P): pallor, pain,
CT sangat sensitive dan spesifik dalam pulselessness, paraesthesia, paralysis,
mendeteksi gas didalam lumen gallbladder poikilothermia.
maupun di dindingnya. Jika c. CTA (CT Angiography) merupakan pmeriksaan
pneumoperitoneum sudah terjad, berarti gold standard
sudah terjadi perforasi.
HSC 2018 D1 WEEK 2 15
d. Kondisi ini harus segera di tangani. Jika tidak, b. Untuk pemeriksaannya, bisa menggunakan
maka pasien harus di amputasi. behind-the back prayer pose (reverse
Namaskar sign).
c. Tampakan radiologis:
Lecture 2.2
DISTURBANCES IN RESPIRATORY DRIVE –
NEUROLOGIC DISEASES
dr. Indarwati Setyaningsih, Sp.S (K)
Pemateri : Avicenna, Editor : Dinda
• Terdiri dari :
o Carotid bodies (di bifurkasio a.
carotis communis) →
mengirim informasi ke pusat
pernapasan via CN IX.
o Aortic bodies (di arcus aorta)
→ mengirim informasi ke otak
*Tabel ini menjelaskan bahwa otot utama pernapasan
via CN X.
ialah : otot diafragma (n. phrenicus) dibantu dengan
• Berfungsi untuk mendeteksi tekanan
otot intercostal (n. intercostalis)
parsial oksigen di arteri (hypoxemia).
FEEDBACK TO THE RESPIRATORY CONTROL CENTER o Jadi, penurunan kadar oksigen
(PaO2) akan menstimulasi
1. Central Chemoreceptor
carotid dan aortic bodies
• Terletak di permukaan ventral dari
memicu peningkatan ventilasi
medulla
• Sensitive terhadap konsentrasi ion [H+] *pada individu yang sehat, pusat pernapasan
di CSF lebih sensitive pada peningkatan CO2 (dideteksi
o Jadi, CO2 dalam darah sangat oleh central chemoreceptor). Peningkatan O2
cepat berdifusi melewati blood- akan memicu pusat pernapasan hanya jika
brain-barrier (BBB), karena CO2 terdapat hypoxemia yang parah.
itu adalah molekul yang lipid-
3. Thoracic Receptor
soluble. Si CO2 ini juga akan
membentuk ion [H+] di dalam
CSF.
o Ketika terjadi peningkatan CO2
di CSF → peningkatan
konsentrasi ion [H+] → pH CSF
menjadi lebih asam.
o Nantinya, perubahan ini akan
mengaktivasi central
chemoreceptor → respon
peningkatan ventilasi
(hiperventilasi). • Terletak di → trakea, paru-paru, dan
o Peningkatan yang hanya sedikit pembuluh darah pulmo.
saja sudah bisa menimbulkan • Fungsi → Memberikan informasi ke
adanya peningkatan ventilasi. pusat pernapasan mengenai volume
2. Peripheral Chemoreceptor paru, peregangan saluran napas, dan
kongesti vascular.
• 2 tipe:
Slow adapting stretch spindles
o Membawa informasi mengenai
volume paru.
o Ada di dinding dada, upper
airways, dan terminal
bronchioles.
o Salah satu contohnya →
Hering-Breuer Reflex
(pulmonary stretch reflex) yang
berfungsi untuk mencegah
HSC 2018 D1 WEEK 2 18
3. Apneustic Breathing
• Ciri:
o
Sudah completely irregular
dengan beberapa pernapasan
dalam DAN beberapa
pernapasan dangkal.
o Ada periode pause yang
ireguler dan random.
o Lajunya lambat.
• Dikarenakan lesi pada medulla.
• Ditemukan pada → Poliomyelitis.
HSC 2018 D1 WEEK 2 21
Lecture 3.2
B. RESPIRATORY FAILURE
➢ Cairan edema yang ada di alveolus itu juga bikin ➢ Walaupun dari tadi bahas sistem pulmonal, tapi
terinaktivasinya surfaktan, yang mana berarti inget kalau ARF itu bisa terjadi tanpa kelainan
peregangan alveolusnya gabisa bekerja paru (ARF ekstrapulmonal).
maksimal, gas exchangenya juga jadi terganggu.
• Pada peritoneal sepsis, lalalalala, jadi
rupture, intinya terjadi indirect injury
ke paru-paru, kek mediator2
inflamasinya tersirkulasi, masuk ke
paru, jadilah injury (bentukannya nanti
berupa ARDS).
HSC 2018 D1 WEEK 2 23
• Jadi darah dari arteri pulmonalis itu kan ➢ Sekarang kita bakal bahas penyakit yang terlibat
mengandung banyak CO2, karena blood dalam pertukaran gas ya, kita tinjau dari 3
flownya bermasalah, CO2 di arteri komponen paru tadi.
pulmonalis ini ga sempet berdifusi.
• Efeknya di v. pulmonalis, yang masuk ke 1. AIRWAY OBSTRUCTION
jantung di left atrium dan akhirnya ke
seluruh tubuh masih dalam kondisi a. Benda asing
banyak CO2 → oksigenasinya • Ini bisa terjadi di trakea atau primary
bermasalah (jadi bisa PaO2nya ikutan broncus, tergantung besar bendanya.
rendah, inget penjelasan tadi ya, di • Berupa aspirasi dari material padat,
hiperkapnia itu intinya PaCO2nya naik, seperti makanan, darah, dsb.
PaO2 bisa jadi rendah). b. Mucous plug
• Sumbatannya disebabkan mukus,
➢ Blood flow yang berkurang ini salah satu biasanya pasien kesulitan untuk
penyebabnya adalah terjadinya deadspace mengeluarkan dahaknya.
ventilasi (Qnya bermasalah), yang bisa
• Kasusnya biasa terjadi di ruptur abses
disebabkan oleh:
paru, deep general anesthesia, dan
• Hypovolemia (pada kasus pendarahan,
paresis otot dinding dada.
diare berat)
c. Atelektasis
• Emboli paru
Kolapsnya lobus paru-paru
• Cardiac output yang rendah
d. Pneumothorax
• Tekanan regional pada airway yang Adanya udara yang terperangkap di
secara relatif lebih tinggi daripada pleural space yang membuat paru
tekanan regional perfusi yang berasal unilateral kolaps.
dari aliran pembuluh darah pulmonal e. Asma berat/status asmatikus
(intinya V/Qnya naik) • Obstruksi jalur napas yang reversible
atau dapat kembali, yang disebabkan
E. PENYAKIT PADA GAS EXCHANGE oleh inflamasi pada jalur napas.
➢ Ini sedikit mengulang penjelasan sebelumnya, • Pada status asmatikus, biasanya sudah
ada beberapa tipe ARF berdasarkan kondisi tidak merespon ketika diberi steroid
sistem alveolar-kapilernya, yaitu: umum dan sudah tidak bisa
dianamnesis.
• ARDS (acute respiratory distress
syndrome): problemnya ada di alveolus • Ada riwayat eksaserbasi berulang atau
yang terisi cairan, otomatis ventilasi kegawatdaruratan sebelumnya.
alveolarnya bermasalah. • Tampakan klinisnya biasanya sianosis
• Shunt: perfusinya baik, tapi tidak dan suara dada wheezing silent.
sempat terjadi difusi di darah, darahnya • SpO2 nya mencapai <85%.
tetep ngandung CO2 (V=0 → V/Q=0)
• Emboli: problemnya di aliran darah ada 2. COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
yang mengganjal → masalah perfusi Disease, PPOK: Penyakit Paru Obstruktif
Kronis)
H. KESIMPULAN
Lecture 4.2
dr. Juni Kurniawaty, M.Sc., Sp. An Saluran napas baik-baik saja, tapi parunya
bermasalah karena infeksi (pneumonia,
Pemateri : Ped, Editor : arumdalu COVID) atau edema. Hal ini menyebabkan
I. DEFINISI difusi paru-paru bermasalah jadi terapi
oksigen apapun gaakan bisa berguna. Jadi
Oxygen therapy adalah pemberian oksigen dalam penyebab utamanya di obati dulu misal
konsentrasi lebih tinggi dari udara sekitar dengan kasih antibiotik, antiviral. Tapi khusus
tujuan untuk terapi atau pencegahan gejala dan COVID yang udah parah, tetep dikasih
manifestasi dari hipoksemia. Hipoksemia adalah terapi oksigen yang tinggi agar bisa
kekurangan oksigen dalam darah yang bisa diukur melawan tekanan difusi paru.
melalui saturasi oksigen, blood gas analysis atau
secara klinis (pasien membiru).
1. Airway Obstruction
K. ASSESSING PASIEN
a. Severe takipneu
e. Umumnya datang dalam posisi duduk atau Diberikan sebelum pemberian intubasi dengan
indikasi sebagai berikut:
f. Tripod position (membungkuk dan tangan
kedepan) a. Respiratory arrest
g. Letargi dan terdapat penurunan kesadaran b. Pernapasan spontan yang tidak cukup
h. Respiratory paradoxical Tujuan pemberian PPV: menurunkan work of
breathing. Pada pasien yang sesak nafas, terapi
i. Cyanosis, penurunan SpO2
oksigen belum cukup dan delivery oksigen belum
j. Meningkatnya respons simpatis bagus, diharapkan jangan sesak nafas / bertambah
work of breathing nya. Karena nanti konsumsi
Contoh kasus:
oksigen oleh tubuh terlalu banyak dan berakhir
syok.
a. Manajemen Primer
N. ADMINISTRASI OKSIGEN
3. Mechanical Ventilator: Non- Misal pasien PPOK, saturasi 88%: mulai nasal
Invasive Ventilation (NIV) bisa cannula atau venturi mask, kasih bronkodilator,
diberikan PEEP 15 – 20 cm H2O analisa gas darah. Cek pH nya apakah acidosis atau
yang bisa diberikan ketika banyak tidak. (silakan dibaca tabel algoritma nya yaa)
alveolus yang kolaps.
Q. DISKONTINYU TERAPI OKSIGEN
Panel 4 - Lecture 5.2 darah, sehingga PaO2 lebih rendah (<60 mmHg)
dan PaCO2 normal atau lebih rendah. Dapat
BREATHING SUPPORT
terjadi pada kasus pneumonia, ARDS, gagal
dr. Yunita Widyastuti, MKes, Sp.An, KAP, PhD jantung kongestif, dan emboli paru. Disebabkan
oleh:
Pemateri & Editor: Ion & Ivan a. V/P (Ventilasi/Perfusi) Mismatch →
Ketidakseimbangan antara oksigen yang
Pada materi ini, akan dijelaskan mulai dari proses
diventilasikan dengan kebutuhan perfusi
bernapas, gangguan proses bernapas, dan
jaringan. Kondisi ini paling umum
patofisiologinya. Fokus utama dari lecture kali ini adalah menyebabkan hipoksemia. Pemberian O2
cara melakukan assessment dan pertolongannya. 100% dapat memperbaiki kondisi pasien.
➢ Respirasi terdiri dari 3 fungsi: b. Shunt → Disebabkan oleh darah
• Ventilasi: bernapas atau proses masuknya terdeoksigenasi yang tidak bisa melepaskan
udara dari lingkungan luar ke dalam paru-paru. CO2 ketika melewati alveoli, sehingga
• Pertukaran gas: bercampur dengan darah teroksigenasi
hasil ventilasi. CO2 hanya melewati paru-
✓ Pertukaran udara dalam paru-paru antara
paru tanpa proses pertukaran gas.
alveoli dengan kapiler (difusi).
✓ Pertukaran udara antara kapiler dengan Ada hipoksemia persisten meskipun
jaringan tubuh (perfusi). inhalasi O2 100%. Dapat terjadi pada kasus
edema paru (kardiogenik atau non-
• Pemakaian O2 dalam respirasi seluler.
kardiogenik), pneumonia, dan atelektasis.
➢ Ventilasi paru merupakan hasil dari otot-otot
pernapasan yang bekerja. Proses ventilasi terdiri c. Hipoventilasi → depresi napas akibat
dari: depresi sistem saraf pusat (bisa
dikarenakan obat).
• Inspirasi: proses aktif, tekanan di dalam paru-
paru lebih rendah daripada tekanan udara luar 6. Kegagalan Ventilasi atau Hiperkapnea
sehingga udara dapat masuk. Mekanisme yang
terjadi dalam proses inspirasi: “Kesulitan melepaskan CO2”
✓ Tekanan pleura lebih negatif Gangguan mekanik pernapasan, seperti
✓ Volume paru menjadi lebih besar kelumpuhan otot pernapasan, gangguan recoil
(pergerakan diafragma dari bentuk dome- paru (pada pasien COPD), obstruksi
shaped menjadi mendatar) → tekanan paru pernapasan, sehingga ada peningkatan akut
menjadi lebih negatif
pCO2 (>50 mmHg) dan PaO2 normal atau
✓ Kontraksi dinding dada rendah, disertai respiratori asidosis. Dapat
• Ekspirasi: proses pasif, tekanan di dalam paru- terjadi pada kondisi COPD, asma, intoksikasi
paru lebih tinggi daripada tekanan udara luar akut, penyakit neuromuskular, sepsis, dan
sehingga udara terdorong keluar (akibat proses
hipoventilasi akibat obesitas.
recoil paru).
• Tekanan intrapleural paru-paru akan selalu S. Tanda dan Gejala
lebih negatif agar paru-paru tetap menempel
1. Tanda dan Gejala Hipoksemia
pada pleura dan tidak kolaps.
a. Dyspnea, iritabilitas (akibat perfusi
• Tekanan transpulmoner adalah selisih antara oksigen di otak menurun)
tekanan intrapulmoner dan intrapleural.
b. Kebingungan, somnolen/penurunan
R. Patofisiologi Kegagalan Respirasi kesadaran (akibat perfusi oksigen di
otak menurun)
5. Kegagalan Hipoksemia c. Takikardia, aritmia (bentuk
“Kesulitan memasukkan O2” kompensasi jantung memenuhi
kebutuhan O2 tubuh)
Gangguan kemampuan sistem pulmoner untuk d. Takipnea
menyediakan oksigen yang adekuat dalam e. Sianosis
HSC 2018 D1 WEEK 2 35
Pada keadaan normal, inspirasi akan menciptakan ▪ Invasif: endotracheal tube, tracheostomy tube
tekanan udara dalam paru-paru negatif untuk
▪ Non-Invasif Ventilasi Mekanik (Non-invasive
menghirup udara, sedangkan ekspirasi Positive Pressure Ventilation): masker wajah
menciptakan tekanan positif untuk mengeluarkan
udara (garis merah pada grafik). Kontraindikasi pemasangan ventilasi mekanik:
a. COPD eksaserbasi
2. Ventilasi Invasif
A. Local response
INTRODUCTION
• Luka bakar merupakan salah satu
kegawatdaruratan yang sering ditemukan pada
kasus emergensi. Namun, dengan manajemen
yang baik, maka prognosis dari pasien pun juga
akan meningkat dan fungsi tubuh dapat
kembali normal. Masalah yang ditemukan pada
luka bakar diantaranya kegawatdaruratan
airway (gangguan ventilasi) dan dermatologis
(alopecia, kehilangan kontur jari, sendi axila
yang menempel, dll).
• Mortality rate dari luka bakar sendiri
dipengaruhi oleh meningkatknya usia, luas luka
bakar, dan trauma inhalasi (dapat meningkat
sampai 40%). Jackson’s burn wound model ini menunjukkan
gambaran patofisiologi pada zona hasil luka bakar
sesuai derajat keparahannya.
ETIOLOGI
1. Zone of coagulation: kerusakan irreversible,
sudah terjadi nekrosis. Zona yang paling
dekat dengan sumber kerusakan.
2. Zone of stasis: terjadi iskemia karena
adanya perubahan dermal circulation.
Sudah terjadi kerusakan jaringan namun
masih reversible. Jika tidak diatangani, zona
ini dapat berubah menjadi nekrosis (zone of
coagulation).
3. Zone of hyperemia: perubahan reversible
pada peningkatan blood flow dan inflamasi
lokal.
Etiologi yang paling sering terjadi pada luka bakar
adalah api 55%, scalds (cairan panas: kuah makanan, air
mendidih), dan elektrik dan bahan kimia. Yang paling
sering mengalami luka bakar itu di usia produktif (15-64
tahun), terus kalo pada anak-anak etiologi yang paling
sering itu scalds karena bocil ceroboh terus ga sengaja
kepegang…
HSC 2018 D1 WEEK 2 41
B. Systemic response
Rangkumannya kakak~
Disini masih dibagi berdasarkan lapisan yang terkena:
MANAGEMENT
First time assessment:
Lund and Browder Table – ini cuman diskimming sama Primary survey: ABCDE
dokternya boleh diskip… tp aku masukin ya:D
Airway rescusitation
5. Support
Wound care
1. Diagnosis
2. Apakah ada trauma inhalasi? Apakah
diintubasi? Yang dipakai rumus Muir, semakin luas luka bakarnya
3. Trauma mayor lainnya? maka semakin tinggi kalori yang dibutuhkan.
4. Ada comorbid?
5. Onset kapan?
6. Terapi yang sudah diberikan?
Hehe oke sudah selesai! Kalo ada yang keliru boleh
hubungin akuuu aja semoga ga jadi pemateri sesat D:
General consideration of advance burn treatment:
1. Respiratory care
2. Pemberian cairan
3. Wound care dengan debridement
4. Pain control
5. Plastic surgery (jika membutuhkan skin
grafts)
6. Monitor apakah ada komplikasi: infeksi,
CV, respiratory
7. Massage dan physical therapu
8. Post-traumatic stress management
D. Flail chest dan kontusio paru Metode plester ini sudah mulai ditinggalkan
o Adalah adanya gerakan asinkronus di karena pasiennya jadi tambah sesak
dinding dada (tidak sesuai dengan proses
E. Tamponade cordis
bernapas) Ex: saat inspirasi dinding dada
yang cedera tidak mengembang, tapi malah o Adalah adanya tampon di daerah jantung.
mengempis ke dalam, dan sebaliknya. Biasanya terjadi karena trauma tumpul
o Syarat flail chest: yang menyebabkan perdarahan di dalam
1. Fraktur costae segmental cavum perikardium. adanya cairan di
2. Terjadi pada 2 costae atau lebih cavum perikardium secara mendadak
dalam jumlah banyak ini dapat
3. Terjadi pada costae yang berurutan
menyebabkan kompresi pada jantung.
o Keluhan utama: sesak nafas, nyeri sewaktu
Tekanan ini menyebabkan preload
bernafas
terbuang, lalu terulang lagi pengisian
o Tanda dan gejala: ventrikelnya, sehingga CO nya berkurang.
▪ Gerakan paradoxical dinding dada Hal ini disebut trias Beck.
▪ Batuk berdarah o Keluhan utama: sesak nafas memberat
progresif
o Tanda dan gejala (Trias Beck):
1. Tekanan vena jugularis meningkat
2. Hipotensi → keadaan pre-
shock/shock
3. Suara jantung jauh → muffled heart
sound
o Bisa dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaannya yaitu:
▪ Chest x-ray: water bottle sign
▪ Echocardiography
2. Definitif: operasi
F. Hematothorax masif
➢ Absorbsi: paling baik melalui subcutis, • Chest wall rigidity (Kombinasi depresi
intramuskular, dan intravena. Dari GIT cepat, napas dan kekakuan otot dinding dada
namun perlu dosis tinggi untuk menghasilkan dapat menyebabkan pemberian napas
efek, karena setelah diabsorbsi di GIT, terjadi buatan (bagging) tidak optimal, karena
first pass effect (metabolism zat aktif menjadi oksigen tidak dapat masuk rongga
tidak aktif oleh hepar) → bioavailabilitas dada).
(jumlah zat aktifnya) rendah. • Kontraksi myoclonus (kejang berulang
seperti serangan epilepsy).
➢ Distribusi: variatif berikatan dengan protein
➢ Immunologi: histamine release →
plasma, lemak, otot, paru dan viscera
menyebabkan tekanan darah turun
berfungsi sebagai reservoir (tempat
(vasodilatasi) dan gatal-gatal. Ini utamanya
penyimpanan sementara, terutama di lemak).
ditemukan pada morfin dan petidin.
Tidak seluruh zat yang lolos first pass
metabolism akan masuk ke jaringan, karena zat Overdosis Opioid
tersebut berikatan dengan protein plasma
➢ Gejala Klinis:
darah. Distribusi opioid tergantung dari
obatnya, misal: Pinpoint pupil, mengantuk/lemas, napas
dangkal, menurun → apnea → gagal napas,
• Morfin → kelarutan dalam lipid kurang
penurunan kesadaran (koma).
baik → sulit diuptake CNS → lebih
lambat dan perlu dosis lebih besar
untuk menimbulkan efek.
• Fentanyl → larut dengan baik dalam
lipid → mudah diuptake CNS → lebih
cepat dan hanya perlu dosis kecil untuk
menimbulkan efek.
➢ Metabolisme dan Ekskresi: dimetabolisme di
hepar dan ginjal oleh Cytochrome P450,
CYP3A4, dan CYP2D6. Metabolitnya
dikonjugasikan dengan glukuronida dan
HSC 2018 D1 WEEK 2 56
Obat antidepresan meningkatkan kadar ➢ depressi CNS: letargi s/d koma, depresi nafas,
neurotransmitter seperti, serotonin dan kejang, vasodilatasi, hipotensi, bradikardia s/d
norepinefrin, di synaptic cleft. Kedua aritmia ventrikuler, shock, meninggal
neurotransmitter tersebut merupakan efektor saraf
Manajemen
post-synaptic. Hal ini akan menyebabkan efek
simpatis meningkat dan berlangsung terus ➢ Prevensi/kurangi absorbsi dari GIT dengan
menerus, memberi efek antidepresan, dan memberikan karbon aktif.
psikostimulan → orang menjadi lebih bugar dan
➢ Mempercepat eliminasi (dipacu
bersemangat (disalahgunakan sebagai doping).
metabolismenya di hepar, kemudian diberi
diuretik). Dapat dilakukan hemodialisis.
• Airway management
• Breathing
• Circulation
• Drugs and Fluid
• Electrocardiography (ECG)
• Fibrillation treatment (yang arrhythmia
tadi)
HSC 2018 D1 WEEK 2 57
• G → tindakah ABC tadi diberikan Cara kerjanya adalah dengan menginhibisi reseptor
terukur, termonitor, dan pemberiannya re-uptake dari dopamin dan norepinefrin →
disesuaikan dengan kebutuhan pasien / meningkatkan efek simpatis → meningkatkan
hasil evaluasi kinerja dan intelektual (digunakan sebagai doping).
• H → brain resuscitation, misal korban
habis hipotensi, hipoksemia, terjadi
edema otak → harus resusitasi otak Semua obat-obatannya itu sintetis (tidak alami).
• I → intensive care, semua tadi Karena banyak sekali zat jenis baru yang disintesis,
dilakukan secara serentak dan intensif) makanya jadi semakin sulit dideteksi.
➢ Prinsipnya adalah amankan ABC, baru diberi Contoh obatnya: amfetamin dan derivatnya.
obat yang sudah ditulis di atas. Adapun senyawa yang mampu memberi efek
C. SEDATIVA menyerupai amfetamin → Ephedra, Cathine, dan
Cathinone, ada pula yang dari tumbuhan (biasa
Adalah obat yang menurunkan kesadaran, di digunakan sebagai nasal decongestant dan
antaranya ada opioid, benzodiazepine, propofol, bronchial inhaler).
haloperidol.
Berikut adalah derivate amfetamin yang sering
Overdosis Sedativa disalahgunakan!
➢ Stupor (kaku), koma, dan hipotensi
Manajemen
Manajemen
➢ Komplikasi :
• Mortality nya 3%, >50% pada • Edema dan eritema yang diffuse
dewasa, dan 100% dengan dewasa pada kulit → lalu berlanjut menjadi
yang punya penyakit. bullae → bullaenya menjadi warna
• Pada bayi, wajib ISOLASI. Pasien burgundy → gangrene. (Emang
bayi dengan S4 → mutlak isolasi. biasanya burgundy tuh awal dari
gangrene). Jadi kalo ada
• Identifikasi carrier staphylococcus.
edema/eritema/bullae memang
prosesnya lama baru jadi gangrene.
➢ Diagnosis : Tapi selalu dicari kemungkinan
Apabila kita mencurigai seseorang mereka untuk menjadi necrotizing
dengan S4, dilakukan kultur pada area fasciitis apalagi kalo pasiennya
faring/tempat lain, bukan dari kulit. memang punya factor resiko. (Jadi
sebagai GP, kalo ada pasien dengan
➢ Terapi : lesi kulit yang tadi dan ada factor
(kata dokternya nanti banyak dijelasin resiko, segera diinfokan ke
di lecture yang satunya di panel ini) pasiennya untuk selalu di pantau
dan kalau ada perburukan langsung
• Fluid replacement rujuk)
• Pengaturan elektrolit dan suhu • Anesthesia, crepitus, severe pain,
tubuh dan exudates
• Antibiotic / antiseptic topical • Shock dan kegagalan organ
• Gold treatment: Antibiotic sistemik ➢ Management:
• Steroid sistemik tidak efektif dan surgical debridement di jaringan yang
harusnya dihindari (biasanya terdampak
pembeerian steroid kalo
misdiagnosis TEN)
Nekrosis jaringan lemak subkutan akibat Kasusnya banyak di temukan di young adults
infeksi. dan anak anak.
• Keterlibatan mukosa bisa terjadi ➢ Infeksi herpes HSV 1 / HSV 2 (saat ini
dan bisa juga tidak mostly HSV 1) dan juga memiliki factor
➢ Clinical presentation: resiko barrier kulit yang terganggu.
Kasusnya ditemukan di beberapa lokasi 6. Varicella infection (di skip dokternya, Cuma
tertentu aja. Disebabkan oleh Rickettsia dibaca aja judulnya~….)
Rickettsii yang dibawa oleh kutu (padahal hanya
60% orang yang sadar kalo digigit kutu)
➢ Clinical presentation:
• Prodrome: demam,
menggigil, malaise
• Stinging eyes, susah
menelan dan susah pipis
➢ Management:
9. Acute Generalized
Excanthematous Pustulosis
(AGEP)
DISTRIBUTIVE SHOCK AND NON Pada shock kardiogenik, masalah terdapat pada
pompanya yaitu jantung sehingga terdapat
HAEMORRHAGIC HYPOVOLEMIC SHOCK
penurunan dari CO meskipun tidak terdapat
dr. Doni Priambodo W, SpPD-KPTI masalah pada air (darah) maupun pipa (vasa).
Sebagai kompensasi dari penurunan CO, maka
Pemateri : jeijei, Editor : Salsabila C R
akan terjadi penyempitan pembuluh darah
yang menyebabkan peningkatan SVR.
• Demam
• Takikardia
• Clear lungs (apabila bukan disebabkan
pneumonia)
• Ekstremitas hangat
• Flat neck veins
• Oliguria
A. SHOCK ANAFILAKSIS
Merupakan suatu tipe shock distributif yang
disebabkan karena reaksi hipersensitivitas sistem
imun.
• Suatu pasien dapat dikatakan mengalami
anafilaksis, apabila terjadi reaksi alergi yang
bersifat multisystem, generalisata, dan terjadi
secara cepat.
• Harus memiliki minimal 1 sign symptoms dari Untuk macam-macam pemicu dari anafilaksis bisa
sistem CARDIO/RESPI dan 1 sign symptoms dilihat di table bawah ini
dari KULIT/GASTROINTESTINAL. Misal:
✓ Habis disuntik obat tiba tiba tensi tidak
terukur (CARDIO) dan pasien muntah
muntah (GI)
✓ Habis makan sesuatu dia sesak nafas
(RESPI) dan timbul bentol (KULIT)
✓ Kalau hanya 1 gejala misal sesak terkena
debu, tidak termasuk anafilaksis.
Patofisiologi:
B. SHOCK SEPTIK
Tidak ada shock yang menyebabkan kematian Patofisiologi:
setinggi septic shock. Sepsis merupakan disfungsi
organ yang mengancam nyawa karena disregulasi
reponse imun terhadap infeksi. Shock septik
adalah sepsis yang menyebabkan hipoperfusi
jaringan dan hipotensi persisten meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat.
Penyebabnya antara lain:
• Infeksi/sepsis: Gram (+/-), fungi, parasite →
pneumonia, peritonitis, meningitis, cholangitis,
pyelonephritis, necrotic tissue, pancreatitis,
gangrene, toxic shock syndrome, severe
malaria, etc. • Pelepasan mediator inflamasi yang
• Trauma: bukan infeksi. Khusus hanya 3 macam menyebabkan disrupsi dari endothelium
yang bisa menyebabkan septic shock yaitu mikrovaskular dan dilatasi arteri kulit serta
crush injuries, major fractures, dan major sekuestrasi darah di venula kulit dan vena-vena
burns. kecil.
Kriteria Klinis: • Reaksi di atas akan menyebabkan terjadinya 4
perubahan sirkulasi saat sepsis, yaitu:
• Sequential (Sepsis-Related) Organ Failure ✓ Peningkatan permeabilitas
Assessment (SOFA) score positif jika nilai lebih ✓ Koagulasi intravaskular
dari 2 ✓ Vasodilatasi
• Quick SOFA (qSOFA) positif jika ada 2 dari 3 ✓ Perdarahan
kriteria seperti pada table di bawah • Keempat hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dari pasien
sepsis.
• Resusitasi cairan
• Terapi dan eliminasi sumber infeksi yang
mendasari, misal ada luka harus
didebridement, pemberian antibiotic, dsb
• Terapi suplementatif
• Perhatikan nutrisi
HSC 2018 D1 WEEK 2 67
✓ Saturasi oksigen (SatO2), dan • Sedangkan pada metabolism anaerob, karena tidak
✓ Tekanan parsial oksigen dalam arteri ada O2 maka tidak terhadi fosforilasi oksidatif,
(PaO2), seperti rumus dibawah ini: sehingga O2 yang dihasilkan hanya 2 ATP dengan 32
kcal, dan juga ada zat sisa yaitu asam laktat.
DEFINISI SYOK
FASE SYOK
JENIS SYOK
adalah diare.
Jenis dan penyebabnya ada beberapa macam, yaitu
Pada kondisi hemorrhagic, misalnya saat terjadi trauma
syok hipovolemik, syok distributif, syok kardiogenik, dan
maka sirkulasi pada organ non vital akan dikorbankan
syok obstruktif. Disini yang dibahas hanya syok
seperti ginjal, GIT, dan kulit. Pada tahap awal akan
hipovolemik aja karena yang tersering pada anak.
terjadi kompensasi melalui 3 sistem:
1. Baroreseptor : hipovolemia yang terjadi akan
SYOK HYPOVOLEMIK
menyebabkan preload turun, sehingga SV akan
Definisi menjadi turun dan akhirnya CO juga turun. Maka
• Penurunan volume intravaskular yang baroreseptor akan meningkatkan pulse pressure.
menyebabkan pengiriman oksigen ke sel tidak 2. Neural reflex : selain meningkatkan HR tubuh juga
mencukupi (perfusi inadekuat) akan mengkompensasi dengan meningkatkan
SVR dengan cara aktivasi respon saraf simpatis
HSC 2018 D1 WEEK 2 70
Manajemen
Pada kasus pendarahan, hal yang perlu diwaspadai:
✓ Lokasi pendarahan : eksternal atau internal, 3 Goals Manajemen Syok:
apakah akibat trauma atau bukan akibat trauma 1. Memaksimalkan delivery oksigen
missal spontan bleeding 2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut
✓ Anatomical : vasa yang rusak apakah arteri, vena, 3. Melakukan esusitasi cairan
atau kapiler Tujuan keseluruhan manajemen:
✓ Timing : akut atau kronis ✓ Untuk menghentikan perdarahan
✓ Koagulasi dan Fibrinolysis : apakah proses ✓ Untuk mengganti volume yang hilang
koagulasi baik, apakah ada penyakit terkait
koagulasi dan fibrinolysis Management syok hipvolemik akibat non-pendarahan:
✓ Assessment : assessment harus teliti dan • Larutan kristaloid isotonik biasanya diberikan
berdasarkan bukti klinis untuk pengisian intravaskular selama syok
✓ Management : penanganan harus sesegera hypovolemik (contohnya: NaCl 0,9% dan RL)
mungkin agar prognosis baik
Klasifikasi Management syok hipovolemik akibat pendarahan:
Klasifikasi pendarahan pada pasien anak ditentukan • Tujuan utamanya adalah: menghentikan
berdasarkan berat badan dan usia. Volume darah pada pendarahan
anak sekitar 5-8% berat badan. Jadi dihitung dulu usia • Ketika perdarahan dapat divisualisasikan, maka
anak berapa, berat badan berapa, baru hitung volume dilakukan tekanan langsung, tourniquet, dan
darahnya berapa, lalu klasifikasikan blood loss nya ligasi operatif
berapa persen berdasarkan gejala yang muncul. • Jika pendarahan internal, misalnya seperti
perdarahan gastrointestinal yang tidak dapat
dilakukan penekanan langsung, maka dikontrol
HSC 2018 D1 WEEK 2 71
melalui alat endoskopi atau dengan angiografi o Pada pasien anak <30 kg: perbandingan
dan embolisasi. 30:20:20 mL/kg PRBCs, FFP, dan
• Pada perut terdistensi dan nyeri, curigai adanya trombosit
pendarahan internal seperti hepar/lien sehingga
memerlukan bedside USG dan konsultasi bedah
segera.
Tatalaksana
1. Airway
a. Lakukan intubasi untuk melindungi dan
mempertahankan airway. Tetapi intubasi
ini tidak dilakukan di awal syok melainkan
saat kondisi pasien tidak kunjung stabil
setelah diberikannya cairan
2. Breathing End Point and Monitoring
a. Selalu berikan 100% oksigen di awal
• End point sebenarnya dari terapi cairan pada syok
b. Monitor saturasi
adalah normalisasi delivery oksigen
3. Circulation
• Perfusi adekuat ditunjukkan dengan output urin
a. Pasang IV line
>0,5 sampai 1 mL/kg/jam
o Anak >6 tahun: Jika vena perifer tidak
• Tekanan Vena Sentral (CVP); adalah tekanan di
dapat diakses setelah dilakukan >3x
vena cava superior, yang mencerminkan preload
penusukan atau >90 detik, segera
akhir diastolik ventrikel kanan.
lakukan intraosseus access atau kateter
vena sentral (CVC) o Rentang CVP normal adalah 2-7 mm Hg (3
hingga 9 cm H2O)
o Anak <6 tahun: langsung intraosseus
o CVP >12-15 mm Hg: pemberian cairan berisiko
access
b. Masukkan volley catether: untuk menyebabkan overload cairan
memantau cardiac output (CO)
Complications of Resuscitation
c. Monitor hemodinamik secara berkala dan
sering • Edema pulmo, banyak terjadi pada kasus resusitasi
4. Hentikan pendarahan Dengue Shock Syndrome
a. Jika ditemukan trauma dada: segera • Hemodilusi
lakukan pemasangan chest tube untuk • Hospital-acquired infection, akibat percobaan
suction access IV Line yang berulang
b. Jika ada luka luar akibat trauma dapat
difokuskan dengan tekanan manual
5. Gantikan cairan yang hilang
a. Cairan awal: segera berikan kristaloid
isotonic (RL, NaCl 0,9%) : 20 mL/kg
b. Transfusi darah: Jika terjadi pendarahan
yang massif, dan tersedia darah maka
berikan transfusi setelah pemberian cairan
kristaloid
c. Protokol terbaru merekomendasikan:
o Pada pasien anak >30 kg: rasio 1: 1: 1
unit packed red blood cells (PRBCs):
Fresh frozen plasma (FFP): trombosit
HSC 2018 D1 WEEK 2 72
A. DEFINISI
Diagram ini menjelaskan bahwa proses shock itu: Diagram ini menjelaskan kalau :
- Hypoxia yang terjadi di tingkat seluler akan - Oxygen Delivery (DO2) ialah total oksigen yang
menyebabkan → metabolisme sel yang dikirim ke jaringan setiap menitnya
tadinya aerob berubah menjadi anaerob - DO2 dipengaruhi oleh → CO (Cardiac Output)
- Karena metabolism anaerob ini menghasilkan dan CaO2 (Arterial O2 content)
produk sampah (laktat), maka akan terjadi o O2 content → kandungan oksigen dalam
akumulasi zat tersebut → kematian sel darah yang terdiri dari oksigen terikat
hemoglobin dan oksigen yang terlarut
B. KONSEP SHOCK dalam plasma
- Cara mengoreksi setiap factor tersebut :
o HR → menambahkan Inotropes
(Dopamine, Dobutamine, Norepinephrine,
Epinephrine)
o SV → menambahkan cairan
o Hb → transfuse
o SO2 dan PaO2 → perbaiki status pulmoner
C. STAGES OF SHOCK
1. Initial stage
- Jarang sekali terdeteksi, karena secara
Gambar di atas menjelaskan kalau:
klinis belum tampak adanya tanda dan
- Tekanan darah dipengaruhi oleh → Cardiac gejala
Output (CO) dan Systemic Vascular Resistence - Namun, sudah terjadi adanya perubahan di
(SVR) tingkat sel
HSC 2018 D1 WEEK 2 73
D. JENIS-JENIS SYOK
c. Determinan Prinsip :
1. Kenali shock
2. Identifikasi penyebab shock →
hemorrhagic/non-hemorrhagic
3. Terapi → STOP BLEEDING (perbaiki
volume yang hilang)
a. Oksigen → memanipulasi O2 di
plasma
-Hal yang penting adalah di → preload b. Cairan Intravaskular →
Preload → derajat peregangan serabut meningkatkan vol. sirkulasi.
miokardium yang terjadi sesaat Cara alternatif → elevasi kaki 30
sebelum kontraksi. Peregangan ini derajat yang akan meningkatkan
bergantung pada volume darah yang venous return (Passive Leg Raising)
meregangkan ventrikel pada akhir c. Kristaloid → 1-2L / 10-15 menit.
diastolic. 4. Monitor → Tekanan darah, nadi,
Dengan meningkatkan preload → kesadaran, sirkulasi perifer (WPK),
peningkatan stroke volume → urine output
meningkatkan CO 2. Distributive Shock
- Maka, nantinya, penanganan shock a. Tipe
hypovolemic itu di preloadnya → - Neurogenic shock (spinal and pain)
resusitasi yang dibahas di lekcer ini*
d. Tanda-tanda - Septic shock
- Takikardia - Anaphylactic shock
- Akral dingin b. Patofisiologi
- Kesadaran ↓ - Terjadi karena tonus vascular yang
- Tekanan darah ↓ inadekuat
- Takipnea - Jadi, adanya vasodilatasi arteriole yang
- Gejala lain → denyut nadi lemah, pucat, berlebihan menyebabkan penurunan
haus yang ekstrim, oligouria SVR → hipotensi → perfusi peripheral
e. Kelas/Derajat yang inadekuat
I II III IV
Darah <750 750- 1500- >2000 Neurogenic Shock
hilang (cc) 1500 2000
Darah <15 15-30 30-40 >40 - Tipe shock yang paling jarang
hilang (%)
- Dikarenakan → trauma spinal cord yang
Nadi <100 >100 >120 >140
TD N N ↓ ↓ menyebabkan hilangnya reflex
Tekanan N ↓ ↓ ↓ autonomy dan refleks motor dibawah
Nadi
level dari injury secara tiba tiba
Respirasi 14-20 20-30 30-40 >35
Produksi >30 20-30 5-15 Tak ada - Jadi, karena system saraf simpatisnya
urin rusak akibat trauma → penurunan
(ml/jam)
input adrenergic ke pembuluh darah
Kesadaran Agak gelisah Gelisah Bingung
gelisah & & letargi dan jantung → dinding pembuluh darah
bingung akan relaksasi dengan tidak terkontrol
Cairan kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid
Pengganti + darah + darah
→ peripheral vascular resistance (PVR)
f. Penanganan akan turun secara tiba tiba →
- A → Airway + cervical control vasodilatasi dan hipotensi
- B → Breathing + Oksigenasi - Penyebab utama
- C → Circulation + Kontrol Perdarahan o Kecelakaan motor (38.5%)
o Kekerasan (24.5%)
HSC 2018 D1 WEEK 2 75
a. Etiologi
- Terjadi karena adanya → spinal cord
yang terpotong atau terkompresi oleh
adanya pembengkakan
- Hal ini akan mengarah pada →
gangguan di neuronal pathway →
penurunan kekuatan, sensasi, dan
mobilitas
- Bisa berupa injury yang
complete/incomplete
b. Tipe
- Cervical (40%) paling banyak
- Dorso lumbar (35%)
- Thoracic (10%)
- Lumbar (3%)
- Lainnya (14%)
c. Sign and symptoms
Lokasi dari SCI bergantung pada lokasi
yang terkena
Manifestasi klinis Spinal Shock:
- Paralisis yang bersifat flaccid di bawah
level dari injury
- Hilangnya sensasi sentuhan dan
poropriosepsi
- Hipotensi dan bradycardia
- Hilangnya aktivitas refleks di bawah d. Pemeriksaan radiologis
level dari injury → menyebabkan - Harus dilakukan secara menyeluruh →
retensi urin, paralisis usus, dan ileus keutuhannya, alignmentnya, tulang,
- Hilangnya control suhu, vasodilatasi kartilago, jaringan lunak, jarak antar
- Tidak mampu untuk menggigil → spinal cord
menyebabkan pasien sulit untuk - Perhatikan adanya SCIWORA (Spinal
menyimpan panas Cord Injury without Radiographic
- Tidak mampu untuk berkeringat → Abnormality)
menyebabkan pasien tidak bisa o Kondisi dimana terdapat symptoms
melakukan pendinginan secara normal dari traumatic myelopathy
di lingkungan yang panas (komplikasi setelah mengalami
HSC 2018 D1 WEEK 2 76
Lecture 8.3
Burn Case Discussion
dr. Rianto Noviady Ramli, Sp.B, SpBP-RE
Pemateri : tissa, Editor : tissa juga (gadeng agung)
Adanya penurunan kesadaran yang disebabkan karena bersifat life-threatening. Nanti ketemu lagi
hypoxia escharotomy yang lain.
Note: Untuk luka bakar listrik atau kimia mungkin
lebih jarang untuk kemungkinan trauma inhalasi. Kemudian penggunaan non-rebreather mask dan diberi
oxygen.
Dari beberapa hal diatas, bila ada minimal 3 hal terjadi,
ada kemungkinan besar trauma inhalasi. Penegakkan (Tambahan: Escharotomy merupakan prosedur
diagnosis trauma inhalasi dapat dilakukan dengan gold dilakukannya insisi longitudinal sampe ke lapisan
standardnya yaitu bronchoscopy karena dapat melihat subkutan lemak, karena dinsisi, otomatis tekanan pada
upper dan lower airway, dibandingkan dengan kompartemen (anggota gerak) bisa turun yang ahkirnya
laringoscopy yang melihat sampai plica vocalis aja. Tapi mencegah terjadi nya compartment syndrome)
dr. Rianto dan dr. Awalia sempat membahas kalau di
emergency mungkin belum pasti ada bronchoscopy,
jadi dipake yang ada dulu aja (laringoscope) yang
penting kecurigaan trauma inhalasinya dipastikan,
jangan di skip.
pada jaringan terjadi ischemia yang mengarah pada 4. Luas luka bakar ini sifatnya sebagai tools
necrosis) estimasi alias kira-kira, jadi kalo emang bingung
aduh ini ga persis setengah lengan, aduh ini di
Ini ditatalaksananya juga dengan escharotomy, tapi depan tapi belakangnya juga kena dikit,,
karena kondisi paresthesia itu termasuk limb- JANGAN BINGUNG YAA cocokin aja sebisanya.(
threatening dibandingkan tadi yang di thorax bersifat 5. Oke satu lagi note dari dr. Rianto biasanya
life-threatening, tatalaksana escharotomy disini bisa epidermal burns itu ga dimasukin perhitungan
dilakukan setelah ABCDE selesai dilakukan atau bahkan (contohnya sunburn). Jadi dari dermal-mid
setelah dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitasnya dermal-full thickness gitu yang diperhitungkan
karena membutuhkan ruang opearsi atau OK. Kalau untuk resusitasi karena epidermis biasanya ga
dalam keadaan menunggu fasilitas, yang dilakukan vasodilatasi yang sampe butuh diresusitasi.
adalah elevasi lengan lebih tinggi dari letak jantung.
D. Disability
Menilai kesadaran pasien menggunakan AVPU scale
dan refleks pupil.
Awake Ini kayanya buat teori ada di lekcer sebelumnya y ga
Verbal sih jadi aku skip ke jawabannya aja ya buat luas luka
Pain bakar di kasus ini.
Unresponsive
AVPU scale dilakukan karena lebih cepat daripada GCS, 1. Bagian depan kepala dan leher = 4,5%
dan refleks pupil untuk memeriksa apakah ada 2. Bagian depan dada dan perut = 18%
lateralisasi disebabkan oleh hematoma epidural. 3. Lengan kanan (atas dan bawah) = 9%
4. Lengan kiri (atas) = 4,5%
E. Exposure 5. Kedua paha (depan dan belakang) = 9%+9% = 18%
Menghitung luas luka bakar. 6. Genital = 1%
1. Buka pakaian dan semua perhiasan pasien. 7. Total = 55%
Ini biar keliatan semua luka bakarnya, kemudian
supaya tidak membahayakan pasien lebih lanjut
misalnya luka bakar kimiawi yang nempel di 3. Hitung resusitasi cairan luka bakar 24 jam pertama
pakaian akan menyebabkan kontak dengan agen berdasarkan kasus! (Catatan: Berat badan pasien 60
perusak kulit jauh lebih lama. kg), dan jelaskan cara pemberiannya!
2. Pastikan pasien tetap hangat karena rawan
hipotermia, terutama pasien anak-anak. Pakek rumus baxter ya
3. Tips menghitung luas luka bakar: difoto aja pake 3% x BB x Luas Luka Bakar
hp atau digambar di lembar status pasien = 3% x 60 x 55 = 9900 mL
(gambarnya diagram seperti yang di awal kasus
tadi). Setelah itu pasien diselimutin lagi supaya Pemberiannya dalam 24 jam pertama dibagi menjadi 2
tidak nyamannya ga lama-lama.
HSC 2018 D1 WEEK 2 82
4. Perawatan medis apa yang Anda berikan di UGD? Ini di luar pertanyaannaya sih tapi dibahas juga karena
Nomer 4 sama 5 sekalian lanjut yang di tabel awal ada di tabel. Untuk secondary survey itu ada:
tadi ya, yang bagian first aid: analgesia, tests, tubes. 1. AMPLE History: Allergies, Medications, Past
Analgesia untuk nyeri medical history, Last meal, Events surrounding
Biasanya morphine, tapi termasuk analgesik yang time of injury/Environment.
pengawasannya ketat jadi alternatifnya mungkin 2. Head to toe examination
fentanyl. Luka bakar full thickness kata dr. Rianto 3. Tetanus toxoid
itu ga sakit tapi malah mati rasa, tapi selain itu Udah belom, terakhir kapan, dsb.
sakit puol jd dikasih ya obat nyeri. 4. Document & transfer
Obat-obatan untuk mencegah stress ulcer pada Termasuk pasien sudah menerima tindakan &
GIT → omeprazole, ranitidin obat apa saja.
5. Apa yang perlu dipantau setelah resusitasi? 5. Support
Tanda-tanda vital (denyut nadi, RR, tekanan
darah, suhu tubuh) Terakhir: pokoknya kalo mau rujuk, pasien harus dalam
Tes darah lengkap kondisi stabil ABCDEnya terutama. Karena
bHCG pada pasien wanita (bila relevan) kalo gagal napas/shock/dsb di perjalanan
Tes penunjang lain bila perlu, misal ada susp berarti jadi tanggung jawab yang merujuk.
fraktur bisa di cek radiologi. Syuda seperti itu duluu.
Pemasangan NGT bila gerakan usus
berkurang/hilang (Uhuyyyy mangat ollll cbt D.1 and skripsinyaaaaa)
Urine output untuk monitor hasil resusitasi
Dewasa min. 0.5 cc/kgBB/jam
Anak min 1 cc/kgBB/jam
Bila kurang atau lebih bisa disesuaikan, antara
ditambah 10% kebutuhan cairan atau dikurangi
10% kebutuhan cairan.