Anda di halaman 1dari 107

LEMBAR JUDUL

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA


CALON JAMAAH HAJI BEKASI KLOTER 34 dan 54
TAHUN 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH
Anik Alfiyani
NIM : 11141030000023
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2017M
ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA


iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


iv

LEMBAR PENGESAHAN
v

KATA PENGANTAR
Assalamulaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunianya telah
memberikan kenikmatan berupa Ilmu Pengetahuan, kesehatan, dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat beriring salam
tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW uswatun hasanah bagi
seluruh ummatnya.Pada perjalanan penulisan laporan penelitian ini tidak terlepas dari
dukungan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Terkait hal tersebut penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI


yang telah memberikan beasiswa kepada saya sehingga saya bisa menjalani
pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku dosen pembimbing 1 dan dr. Hadianti,
Sp.PD, KPTI, selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan
waktunya serta memberikan bimbingan, koreksi dan arahan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dan juga mendapatkan banyak
pengetahuan tambahan.
5. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM, selaku dosen penguji 1 dan dr. Fika
Ekayanti, M.Med.Ed, selaku dosen penguji 2 yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing, mengoreksi dan memberikan saran untuk penelitian ini.
6. Ibu Sukasih selaku pimpinan urusan haji dan umrah kantor wilayah
Kementerian Agama kota Bekasi yang telah memfasilitasi penulis dalam
melakukan penelitian di Islamic Center Bekasi.
vi

7. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab modul


riset angkatan 2014 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian.
8. Pimpinan pengajian ibu-ibu warga villa Pamulang mas dan ibu Endang
Ramawati yang telah mengizinkan penulis dan membantu melakukan uji
validitas kuesioner.
9. Panitia pelaksana pertemuan kloter yaitu ibu Sugini dan ibu Yaya yang telah
membantu penulis untuk melakukan penelitian di Islamic Center Bekasi serta
calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 yang bersedia meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner dan diukur tekanan darahnya.
10. Kedua orang tua penulis Bapak Misruh dan Ibu Sumikah atas segala doa,
dukungan, motivasi dan segala hal yang telah diberikan kepada penulis.
11. Kakak, kakak ipar dan adik penulis Wilda Khoiriyah, S.Pd, Amin Pamuji, S.Pdi
dan Mohammad Feironika yang telah memberikan dukungan moral kepada
penulis dalam penyelesaian penelitian.
12. Teman kelompok penelitian, Mufidatun Nafisah, Irfany Fauziah Samad,
Saudail Ghomim dan Nisa Uzlifatul Jannah atas kerja sama, waktu, saran,
masukan serta semangat dukungan dalam penyelesaian penelitian.
13. Teman-teman CSSMoRA angkatan 2014 dan PSKPD angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian penelitian.
14. Khadziyatul Fildah Rusdina, mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2013
yang telah memberikan dukungan, saran, semangat dan membantu penulis
menyelesaikan penelitian.
15. Teman sekamar, St. Rafidah Ali yang banyak memberikan dukungan, saran,
dan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian.
16. Teman, kakak, dan adik di FKIK yang tidak penulis sebutkan satu per-satu yang
telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis terutama mengenai
penelitian dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian.
vii

Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini
semoga mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penelitian ini telah dibuat
dengan sebaik-baiknya dan penulis sangat terbuka dengan segala saran dan kritik dari
pembaca. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun masyarakat
dan terkhusus dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Ciputat, 12 Oktober 2017

Penulis
viii

ABSTRAK

Anik Alfiyani. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Analisis Faktor Risiko
Hipertensi pada Calon Jamaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 tahun 2017.
Latar Belakang : Hipertensi adalah penyakit terbanyak kedua sebesar 11% pada
jamaah haji Indonesia. Penyebab hipertensi terbanyak adalah faktor keturunan sebagai
salah satu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan gaya hidup sebagai faktor risiko
yang dapat diubah.Tujuan: Mengetahui fakor-faktor yang berhubungan dengan
riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sampel dalam penelitian ini sebesar
119 responden dengan consecutive sampling namun data yang diperoleh dalam
penelitian ini sebesar 67 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
pengukuran tekanan darah, analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil: Calon
jamaah haji Bekasi yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 23 orang (34,3%) dan
yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 44 orang (65,7%). Faktor risiko yang
berhubungan dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan
54 adalah faktor keturunan (p value= 0,002), faktor gaya hidup yang terdiri dari
kebiasaan minum minuman berkafein (p value= 0,036), dan kebiasaan konsumsi
daging kambing (p value=0,002). dan faktor risiko yang tidak berhubungan dengan
riwayat hipertensi adalah usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, konsumsi asin,
konsumsi lemak, merokok, olahraga, stress, penggunaan minyak jelantah, konsumsi pil
KB dan konsumsi MSG. Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan riwayat
hipertensi adalah genetik, kebiasaan minum minuman berkafein, dan kebiasaan
konsumsi daging kambing. Karena sampel target tidak terpenuhi sehingga penelitian
ini tidak dapat digeneralisir dan hanya berlaku pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34
dan 54 tahun 2017.
Kata Kunci: Hipertensi, Calon jamaah haji, gaya hidup, keturunan
ix

ABSTRACT

Anik Alfiyani. Medical Study Program and Doctor Profession. Analysis Risk Factors
of hypertension for candidate Hajj Pilgrims Bekasi fly group 34 and 54 in 2017.
Background: Hypertension is the second most common disease of 11% in Indonesian
pilgrims. The most common cause of hypertension is heredity as one of the
unmodifiable risk factors and lifestyle as a modifiable risk factor. Objective: To know
factors that related with history of hypertension in Hajj pilgrims Bekasi fly group 34
and 54 in 2017. Method: This study used cross sectional design. The sample in this
research is 119 respondents with consecutive sampling. but the data obtained in this
study amounted to 67 respondents. Data was collected using questionnaire and blood
pressure measurement, data analysis using chi-square test. Results: candidate hajj
pilgrims of Bekasi who have a history of hypertension as many as 23 people (34.3%)
and who have not history of hypertension as many as 44 people (65.7%). Risk factors
associated with history of hypertension in Bekasi pilgrims fly group 34 and 54 were
heredity (p value = 0.002), lifestyle factors consisting of caffeinated drinking habits (p
value = 0.036), and consumption habits of goat meat (p value = 0.002). and risk factors
unrelated to a history of hypertension were age, sex, recent education, salty
consumption, fat consumption, smoking, exercise, stress, use of cooking oil, birth
control pills and MSG consumption. Conclusion: Factors that related to history of
hypertension are genetic, caffeinated drinking habits, and consumption habits of goat
meat. Because the target sample is not obtained, so this research can not be generalized
and only applies to candidates for Bekasi pilgrims fly group 34 and 54 in 2017.
Keywords: Hypertension, candidate pilgrims, lifestyle, genetic
x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Hipotesis .............................................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 6
2.1 Kerangka/Landasan teori ..................................................................................... 6
2.1.1.Karakteristik Jamaah Haji Indonesia .............................................................. 6
2.1.2 Istitha’ah kesehatan Jamaah haji ..................................................................... 6
2.1.3 Hipertensi ......................................................................................................... 14
2.2 Kerangka Teori .................................................................................................. 34
2.3 Kerangka Konsep .............................................................................................. 35
2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 39
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 39
xi

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 39


3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 39
3.3.1 Populasi dan Sampel yang diteliti............................................................... 39
3.3.2 Jumlah Sampel .............................................................................................. 39
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ........................................................................... 41
3.3.4 Kriteria sampel ............................................................................................... 41
3.4 Alur Penelitian ................................................................................................... 42
3.5 Cara Kerja Penelitian ......................................................................................... 43
3.6 Manajemen Data ................................................................................................ 44
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 44
3.6.2 Pengolahan Data dan Analisis Data .............................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 46
4.1 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................................... 46
4.1.1 Uji Validitas ................................................................................................... 46
4.1.2 Uji Reabilitas ................................................................................................. 46
4.2 Analisis Univariat .............................................................................................. 47
4.2.1 Karakteristik Responden ................................................................................ 47
4.2.2 Distribusi calon jamaah haji yang memiliki hipertensi .............................. 48
4.2.3 Gambaran kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji yang
memiliki riwayat hipertensi ........................................................................ 49
4.2.4 Gambaran dukungan keluarga terhadap pengendalian hipertensi pada
calon jamaah haji dengan riwayat hipertensi ........................................... 51
4.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 52
4.3.1 Faktor risiko hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan
54 berdasarkan karakteristik responden dan hubungan antara
karakteristik responden dengan kelompok yang memiliki riwayat
hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi..................................... 52
4.3.2 Faktor risiko hipertensi berdasarkan gaya hidup responden dan
hubungan antara gaya hidup dengan kelompok yang memiliki
riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi .................... 54
4.4 Pembahasan .................................................................................................. 57
4.4.1 Karakteristik Responden ................................................................................ 57
xii

4.4.2 Kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji yang memiliki
riwayat hipertensi ......................................................................................... 60
4.4.3 Pengawasan Keluarga terhadap pengendalian hipertensi pada calon
jamaah haji dengan riwayat hipertensi ...................................................... 60
4.4..4 Risiko Hipertensi berdasarkan Gaya Hidup Responden .......................... 61
4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 68
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 68
5.2 Saran ............................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70
LAMPIRAN ............................................................................................................... 77
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII…………………………….21


Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi berdasarkan American Society of
Hypertension And International Society of Hypertension 2013……...21
Tabel 2.3 Dosis obat antihipertensi menurut JNC VIII………………………….29
Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup menurut JNC VII…………………………….32
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
Dan tekanan darah……………………………………………………48
Tabel 4.2 Distribusi riwayat hipertensi pada calon jamaah haji…………………49
Tabel 4.3 Distribusi hasil pengukuran tekanan darah pada calon jamaah haji
yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki
riwayat hipertensi…………………………………………….............49
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan
penggunaan obat……………………………………………………..50
Tabel 4.5 Kategori kepatuhan penggunaan obat pada responden dengan
riwayat hipertensi…………………………………………………….50
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga……..51
Tabel 4.7 Kategori dukungan keluarga terhadap responden hipertensi………....52
Tabel 4.8 Hubungan karakteristik responden dengan riwayat hipertensi
dan tidak memiliki riwayat hipertensi………………………………..53
Tabel 4.9 Hubungan gaya hidup dengan riwayat hipertensi dan tidak memiliki
riwayat hipertensi……………………………………………………54
xiv

DAFTAR SINGKATAN

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar


SISKOHATKES : Sistem informasi kesehatan haji Indonesia
LVH : Left Ventrikel Hipertrofi
AHA : Ameican Heart Association
JNC : Joint National Committee
CO : Cardiac Output
CJ : Curah Jantung
TPR : Total Peripheral Resistence
TOD : Target Organ Damage
LDL : Low Dencity Lipoprotein
HDL : High Dencity Lipoprotein
ACE-I : Angiotensin Converting Enzim-Inhibitor
ARB : Angiotensin Reseptor Blocker
DASH : Dietary Approach to Stop Hypertension
CHEP : Canadian Hypertension Education Program
IMT : Indeks Massa Tubuh
MSG : Monosodium Glutamat
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat etik penelitian…………………………………………………..77


Lampiran 2 Lembar persetujuan responden……………………………………….78
Lampiran 3 Kuesioner penelitian…………………………………………………80
Lampiran 4 Prosedur pengumpulan data………………………………………….86
Lampiran 5 Dokumentasi pengambilan data…………………………………… ..89
Lampiran 6 Daftar riwayat hidup……………………………………………….....91
xvi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
sistem kardiovaskular yang mana patofisiologinya multifaktor dan tidak bisa
diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal. Dikatakan hipertensi jika tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg secara persisten. 1 Angka kejadian hipertensi di Indonesia masih
termasuk tinggi. Menurut Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi berada di
daerah Bangka Belitung (30,9%), kemudian Kalimantan Selatan (30,9%), Kalimantan
Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), dan Banten (23,0%). Sedangkan prevalensi
Hipertensi yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%,
yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada
0,1% yang minum obat sendiri. Dan ada responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7% sehingga prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. 2

Tingginya angka hipertensi di Indonesia menyebabkan angka hipertensi pada


jamaah haji Indonesia juga masih tinggi. Berdasarkan data dari sistem informasi
kesehatan haji Indonesia (SISKOHATKES) tahun 2012, dari jamaah haji lansia yang
di embarkasi didapatkan penyakit yang terbanyak berdasarkan hasil pemeriksaan akhir
adalah hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu sebesar 40,12%. 3 Dan menurut data
laporan kinerja pusat kesehatan haji 2016 berdasarkan pelayanan kesehatan kloter
ketika di Arab Saudi hipertensi menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi
saluran nafas atas yaitu sebesar 11%.4 dan hal ini perlu diketahui oleh tenaga kesehatan
haji dengan baik.

Hipertensi berdasarkan etiologi dikategorikan menjadi dua yaitu hipertensi


primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau sering disebut sebagai
hipertensi esensial merupakan hipertensi yang paling sering ditemui yaitu 90-95% dari

1
2

keseluruhan total penderita hipertensi. Hipertensi esensial merupakan penyakit yang


tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Sehingga membuat penderita hipertensi
esensial sulit mengetahui pemicu tingginya tekanan darah tinggi. Terdapat beberapa
kemungkinan penyebab hipertensi esensial atau sering disebut sebagai faktor risiko
hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi esensial adalah faktor keturunan dan gaya
hidup tertentu, tetapi selain faktor risiko tersebut masih ada lagi beberapa faktor risiko
yang bisa menyebabkan seseorang menderita hipertensi yang secara garis besar dibagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor risiko yang bisa diubah yang terdiri dari
kegemukan, sindrom resistensi insulin/sindrom metabolik, kurangnya aktivitas fisik,
merokok, sensitivitas natrium, kalium rendah, konsumsi minuman beralkohol
berlebihan dan stress, serta faktor risiko yang tidak dapat diubah yang terdiri dari ras,
usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin.5

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiharto menyebutkan bahwa


faktor-faktor yang terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi grade II pada
masyarakat kabupaten karanganyar yaitu peningkatan umur, riwayat keluarga,
konsumsi asin, konsumsi lemak jenuh dengan frekuensi sering, penggunaan jelantah,
tidak biasa olahraga, olahraga tidak ideal, obesitas dan penggunaan pil KB selama 12
tahun berturut-turut. 6 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari di kabupaten
Rembang menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi terdiri dari peningkatan usia,
riwayat keluarga, merokok, dan obesitas.7 Sedangkan menurut Irza yang merupakan
faktor risiko hipertensi adalah usia, jenis kelamin, konsumsi rokok, obesitas, konsumsi
natrium, konsumsi lemak, riwayat keluarga dan riwayat penyakit komplikasi.32

Karena hipertensi merupakan penyakit yang sifatnya idiopatik, jadi pasien


hipertensi perlu untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang menjadi pencetus dirinya
terkena hipertensi. Untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi seperti penyakit
kardiovaskular yang masih sering ditemui sekarang. Menurut Pusat Data dan Informasi
kesehatan kemenkes tahun 2015 menunjukkan bahwa penyakit penyebab wafat
terbanyak pada Jamaah haji di arab Saudi tahun 2015 adalah penyakit kardiovaskular
sebanyak 41,59%,8 dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 53%.
3

penyakit kardiovaskular bisa terjadi karena komplikasi dari hipertensi kronik atau
karena hipertensi yang tidak terkontrol. Karena hipertensi juga merupakan penyakit
multifaktorial yang dapat menyebabkan beberapa komplikasi diantaranya left ventrikel
hipertrofi (LVH). LVH terjadi pada 15-20% pasien hipertensi. Secara signifikan LVH
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif,
menurunnya fraksi ejeksi ventrikel kiri, kejadian serebrovaskular, aritmia ventrikel dan
kematian mendadak. Komplikasi diatas akar utamanya adalah hipertensi kronik atau
juga bisa karena hipertensi yang tidak terkontrol. Oleh karena itu,untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dari penyakit hipertensi perlu penatalaksanaan yang baik sejak
dini mulai dari modifikasi diet, latihan aerobik teratur, pengendalian berat badan dan
konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur.9 Dan Hipertensi
merupakan faktor risiko mayor terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskular.1

Agar hipertensi tidak menjadi komplikasi perlu dilakukan pencegahan-


pencegahan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah pengontrolan terhadap
faktor risiko yang dapat diubah dalam hal ini seperti gaya hidup penderita. Sebelum
mengontrol faktor risiko perlu diketahui dari penderita hipertensi mengenai faktor
risiko apa saja yang memungkinkan dirinya terkena hipertensi. Karena terkadang
penderita hipertensi tidak mengetahui faktor penyebab dirinya terkena hipertensi. Oleh
karena banyaknya faktor risiko terjadinya hipertensi dan untuk mencegah terjadinya
komplikasi hipertensi penderita perlu mengetahui faktor risiko apa saja yang melekat
pada dirinya supaya dapat mencegah komplikasi melalui modifikasi faktor risiko
membuat peneliti ingin mengetahui Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Calon
Jamaah Haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017 supaya calon jamaah haji mengerti
faktor risiko apa saja yang menyebabkan dirinya terkena hipertensi sehingga dapat
dilakukan pengontrolan faktor pencetus supaya tidak menjadi komplikasi dan selalu
terkontrol tekanan darahnya dan dapat menjalankan ibadah hajinya dengan khusyu’.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
ditekankan peneliti adalah:
Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada calon
jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017?

1.3 Hipotesis
Faktor yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji
Bekasi kloter 34 dan 54 adalah usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi di
keluarga/genetik dan gaya hidup yang terdiri dari kebiasaan konsumsi asin, konsumsi
makanan berlemak, merokok, minum minuman berkafein, konsumsi pil KB, tidak
olahraga, dan konsumsi daging kambing.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34
dan 54 tahun 2017

1.4.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah:

Mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya hipertensi dan


faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada calon jamaah
haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017

1.5 Manfaat Penelitian


 Bagi penulis
1. Menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian
3. Menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa pembelajaran
di pre-klinik ini
5

4. Sebagai bekal edukasi untuk dikemudian hari menjadi dokter


ketika mendapatkan pasien hipertensi

 Bagi calon jamaah haji


1. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan riwayat
hipertensi pada calon jamaah haji kelompok yang memiliki
riwayat hipertensi sehingga dapat dijadikan bekal untuk
mengontrol hipertensinya melalui kontrol faktor risiko
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat
hipertensi
2. untuk mencegah terjadinya hipertensi bagi calon jamaah haji
kelompok yang tidak memiliki riwayat hipertensi

 Bagi kantor wilayah Kementerian Agama kota Bekasi


Dapat digunakan sebagai tambahan informasi terkait faktor
risiko hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
sehinggan dapat dijadikan bekal edukasi bagi calon jamaah haji
yang memiliki riwayat hipertensi supaya dapat mengontrol
hipertensinya melalui kontrol faktor risiko dan bekal edukasi
bagi calon jamaah haji yang tidak memiliki riwayat hipertensi
supaya mencegah terjadinya hipertensi dengan cara
menghindari faktor risiko
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka/Landasan teori
2.1.1. Karakteristik Jamaah Haji Indonesia
Karakteristik jamaah haji Indonesia tahun 2016 yaitu sebagai berikut: 4

1.laki-laki 45%, wanita 55%


2. usia >61 tahun berjumlah 28%, 51-60 tahun 34%, 41-50 tahun 26%, dan <40 tahun
12%
3. jumlah jamaah haji regular 156.186 dan yang resiko tinggi berjumlah 104.030
(67%), dengan rincian jamaah haji bergelang hijau (yaitu jamaah haji usia diatas 60
tahun tanpa penyakit berjumlah 8.530/8,20%), jamaah haji bergelang kuning ( yaitu
jamaah haji usia dibawah 60 tahun dengan penyakit berjumlah 50.231/48,30%), dan
jamaah haji bergelang merah ( Jamaah haji usia diatas 60 tahun dengan penyakit
berjumlah 45.267/ 43,50%)
(masukin kriteria jamaah haji berdasarkan hasil pemeriksaan dan pemeriksaan
kesehatan untuk jamaah haji)

2.1.2 Istitha’ah kesehatan Jamaah haji


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 15 tahun
2016 tentang Istitha’ah kesehatan jamaah haji BAB I pasal I bahwa jamaah haji adalah
warga Negara Indonesia, beragama islam, dan telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.53 syarat wajib
haji sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 97 yaitu sebagai
berikut:56

ِِ ‫اسِ ِح ُّج ِ ۡٱلِ ََب ۡي‬ ُۢ


ِ‫ت‬ َ ‫ِو َمنِدَ َخلَ ِهۥُِ َكانَ ِ َء ِام ٗن ۗا‬
ِ ِ َّ‫ِو ِ َّّلِلِِ َعلَىِٱلن‬ َ َۖ ‫ت ِ َّمقَا ُم ِ ِإ ۡب َٰ َر ِه‬ٞ َ‫فِي ِِه ِ َءا َٰ َيتُ ِ َبيِ َٰن‬
َ ‫يم‬
ِ ِ٧٩َِِ‫يِ َع ِنِ ۡٱل َٰ َعلَ ِمين‬ َِّ ِ‫ِو َمنِ َكفَ َرِفَإ ِ َّن‬
َ َِ‫ٱّلِل‬
ٌّ ِ‫غن‬ َ ‫يٗل‬ ۚ ٗ ‫س َِب‬َ ِ‫عِ ِإلَ ۡي ِه‬ َِ ‫طا‬َ َ ‫ٱست‬ ۡ ِ‫َم ِن‬
Artinya : “Disana terdapat tanda-tanda yang jelas, (diantaranya) maqam Ibrahim.
Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (diantara) kewajiban manusia

6
7

terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang
yang mampu mengadakan perjalanan kesana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban)
haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
alam.” (Q.S. Ali Imran:97)

Dalam ayat tersebut terdapat kata manistatho’a ilaihi sabila yang berarti bagi yang
sanggup mengadakan perjalanan kesana, menurut tafsir Al-Mishbah dikatakan bahwa
yang memiliki kewajiban berhaji adalah yang sanggup mengadakan perjalanan sebagai
syarat wajib melaksanakan haji, dan dalam tafsir tersebut juga disebutkan bahwa
makna sanggup dalam hal ini selain sanggup secara material juga sanggup dalam hal
sehat jasmani dan ruhani. 57

 Syarat status kesehatan calon jamaah haji Indonesia53

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 15 tahun


2016 tentang Istitha’ah kesehatan jamaah haji BAB II pasal 6 sampai 16 disebutkan
bahwa dalam rangka istitha’ah kesehatan haji perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan
dimana bagi calon jamaah haji harus melewati 3 rangkain pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan yang pertama berdasarkan pasal 6 ayat 2 yaitu dilakukan oleh tim
penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota di puskesmas dan atau rumah sakit pada
saat jamaah haji mendaftar untuk mendapatkan nomor porsi. Pada pemeriksaan tahap
pertama akan didapatkan kriteria jamaah haji resiko tinggi dan tidak risiko tinggi dan
hasilnya akan dikeluarkan oleh dokter yang memeriksa serta dicatat dalam formulir I.53

Yang disebut jamaah haji risiko tinggi menurut buku pedoman pemeriksaan
jamaah haji tahun 2010 yaitu jamaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara
epidemiologi berisiko sakit dan atau mati dalam perjalanan ibadah haji, yang
meliputi:54
8

1. Jamaah haji lanjut usia


2. Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh dibawa
keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku
3. Jamaah haji wanita hamil
4. Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau
penyakit tertentu lainnya.
Tahap pemeriksaan kesehatan tahap pertama meliputi:12
a. Anamnesis
Daftar pertanyaan Anamnesis terdiri dari identitas pasien dan riwayat
kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi: tanda vital, postur tubuh, pemeriksaan fisik dari
kepala sampai ekstremitas
c. Pemeriksaan penunjang
Terdiri dari: laboratorium darah lengkap, gula darah sewaktu, golongan
darah, rhesus, kimia darah, urin lengkap, EKG, rontgen dan lain sebagainya
d. Diagnosis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang akan
didapatkan diagnosis jamaah haji risiko tinggi dan non risiko tinggi, kemudian
bagi yang memiliki penyakit tertentu dilakukan pengobatan (early diagnosis
and prompt treatment) serta pengendalian faktor risiko dan pembinaan
kesehatan masa tunggu
e. Penetapan tingkat risiko kesehatan
Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi jamaah haji dengan kriteria:
a. berusia 60 tahun atau lebih, dan/atau

b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial


menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji, misalnya:
9

1.penyakit degeneratif, diantaranya Alzheimer dan demensia;

2.penyakit metabolik, diantaranya diabetes mellitus, dislipidemia, dan


hiperkolesterolemia;

3. penyakit kronis, diantaranya sirosis hepatis, keganasan, penyakit paru


obstruktif kronis (PPOK), Chronic kidney desease (gagal ginjal kronik), gagal
jantung dan hipertensi

4. penyakit imunologis, diantaranya asma, sindrom lupus eritematosus,


HIV/AIDS;

5. penyakit bawaan, diantaranya kelainan katup jantung , kista ginjal, diabetes


mellitus tipe I; dan

6. penyakit jiwa, diantaranya skizofrenia dan gangguan gangguan bipolar

c. memiliki faktor risiko kesehatan yang potensial menyebabkan


ketidakmampuan menjalankan rukun dan wajib haji dan mengancam
keselamatan Jamaah haji, antara lain:

1. penyakit kardiovaskular

2. penyakit metabolik

3. penyakit paru/saluran nafas

4. penyakit ginjal

5. penyakit hipertensi

6. penyakit keganasan seperti kanker

Bagi jamaah haji yang tergolong kedalam risiko tinggi harus dilakukan
perawatan dan pembinaan kesehatan atau dapat di rujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan lain untuk tatalaksana selanjutnya

f. Rekomendasi/saran/rencana tindak lanjut


10

Setelah calon jamaah haji melakukan pemeriksaan tahap pertama


selanjutnya semua calon jamaah haji melakukan pembinaan kesehatan masa
tunggu.
Untuk calon jamaah haji wanita usia subur harus diinformasikan
mengenai ketentuan surat keputusan bersama (SKB) mentri agama dan mentri
kesehatan yang dianjurkan untuk mengikuti KB (program keluarga
berencana) untuk pengaturan kehamilannya agar jamaah tersebut dapat
berangkat ke tanah suci.
Hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama ditulis dalam BKJH (buku
kesehatan jamaah haji) atau pencatatan elektronik melalui siskohatkes.
Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama selanjutnya yaitu
Pembinaan kesehatan masa tunggu (pembinaan menuju ISTITHA’AH)
Dilakukan setelah calon jamaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan tahap
pertama. Pembinaan kesehatan masa tunggu dimaksudkan agar tingkat risiko
kesehatan calon Jamaah haji dapat ditingkatkan menuju ISTITHA’AH.
Pembinaan kesehatan masa tunggu dilakukan kepada Jamaah haji yang telah
memperoleh nomor porsi sampai pada waktu ditentukan kuota
keberangkatannya. Pelaksanaan pembinaan kesehatan haji perlu dikelola oleh
tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota.
Secara umum, kegiatan pembinaan kesehatan haji diklasifikasikan
meliputi:

1. Kegiatan pembimbingan kesehatan haji yang terdiri dari: konseling kesehatan,


peningkatan kebugaran jasmani, pemanfaatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat dan kunjungan rumah

2. kegiatan penyuluhan kesehatan haji, yang meliputi penyuluhan tentang


gerakan masyarakat hidup sehat pada Jamaah haji, kegiatan fisik meliputi
latihan fisik dan olahraga serta healthy nutrition, penyebarluasan informasi,
pemanfaatan media massa.
11

pemeriksaan tahap 2 sebagaimana tercantum dalam pasal 6 ayat 3 bahwa


yang melakukannya adalah tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota
atau puskesmas atau rumah sakit pada saat pemerintah sudah menetapkan
kepastian keberangkatan jamaah haji pada tahun berjalan. Hasil dari
pemeriksaan kesehatan tahap 2 dalam pasal 9 disebutkan mengenai penetapan
istitha’ah kesehatan jamaah haji. Dalam pasal tersebut ditetapkan jema’ah haji
sebagai berikut: 53

a. memenuhi istitha’ah kesehatan jamaah haji yaitu memiliki kemampuan


mengikuti proses ibadah haji tanpa bantuan obat, alat dan atau orang lain
dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup
b. memenuhi istitha’ah kesehatan jamaah haji dengan pendampingan yaitu
jamaah haji dengan kriteria sebagai berikut:
1. berusia 60 tahun atau lebih dan/atau;
2. menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam kriteria tidak memenuhi
syarat istitha’ah sementara dan atau tidak memenuhi syarat istitha’ah.

c. tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji untuk sementara, yaitu


dengan kriteria sebagai berikut:
1. tidak memiliki sertifikat internasional (ICV) yang sah;
2. menderita penyekit tertentu yang berpeluang sembuh, antara lain tuberculosis
sputum BTA positif, tuberculosis multidrug resistence, diabetes mellitus tidak
terkontrol, hipertiroid, HIV-AIDS dengan diare kronik, stroke akut,
perdarahan saluran cerna, anemia gravis;
3. Suspek dan/ konfirmasi penyakit menular yang berpotensi wabah;
4. Psikosis akut;
5. Fraktur tungkai yang membutuhkan imobilisasi;
6. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis; atau
7. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang
dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu
12

d. Tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji, yaitu dengan kriteria:


1. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa, antara lain: penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) derajat IV, gagal jantung stadium IV, chronic
kidney disease dtadium IV dengan peritoneal dialysis/ hemodialysis regular,
AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik, stroke hemoragic luas;
2. Gangguan jiwa berat, antara lain: skizofrenia berat, demensia berat dan
retardasi mental berat;
3. Jamaah dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, antara lain:
keganasan stadium akhir, tuberculosis totally drugs resistence (TDR), sirosis
atau hepatoma decompensate.

Pemeriksaan kesehatan tahap kedua meliputi:55

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. pemeriksaan penunjang

4. hasil dan rekomendasi dokter spesialis

5. penetapan diagnosis

6. penetapan istitha’ah kesehatan jamaah haji

Bagi Jamaah haji yang ditetapkan sebagai memenuhi syarat istitha’ah,


memenuhi syarat istitha’ah dengan pendampingan dan tidak memenuhi syarat
istitha’ah sementara dilakukan pemberian vaksinasi meningitis meningokokus sesuai
ketentuan dan pemberian sertifikat vaksinasi/ICV setelah divaksin. Bagi Jamaah haji
yang tidak memenuhi syarat istitha’ah akan ditunda keberangkatannya selanjutnya dan
dilakukan pembinaan khusus.

Penandaan gelang bagi Jamaah haji


13

Tujuannya untuk mengidentifikasi Jamaah haji secara aktif, sehingga Jamaah


haji dapat memahami kondisi kesehatannya dan dapat melakukan kegiatan preventif
dan pengendalian faktor risiko kesehatan yang Jamaah haji secara proaktif. Tanda
gelang yang ditetaokan yaitu:

1. gelang berwarna merah, untuk Jamaah haji usia diatas 60 tahun dengan penyakit

2. gelang berwarna kuning, yaitu untuk jamaah haji usia dibawah 60 tahun dengan
penyakit

3. gelang berwarna hijau, yaitu jamaah haji usia diatas 60 tahun tanpa penyakit

4. untuk jamaah haji dibawah 60 tahun dan tidak memiliki penyakit, maka tidak
diberikan gelang

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap 2 selanjutnya yaitu dilakukan


pembinaan kesehatan masa keberangkatan (pembinaan dalam rangka pemantapan
istiha’ah kesehatan) meliputi:

1. kegiatan pembimbingan kesehatan haji yang terdiri dari, konseling kesehatan,


peningkatan kebugaran jasmani, pemanfaatan kesehatan berbasis masyarakat,
kunjungan rumah, bimbingan manasik

2. kegiatan penyuluhan kesehatan haji, yang terdiri dari penyuluhan, penyebarluasan


informasi, dan pemanfaatan media massa.

3. pembinaan terpadu Jamaah haji

Pemeriksaan yang terakhir yaitu pemeriksaan tahap 3, yang berdasarkan pasal


15 bertujuan untuk menetapkan status kesehatan jamaah haji apakah layak terbang atau
tidak layak terbang. Jamaah haji yang ditetapkan tidak layak terbang yaitu jamaah haji
dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional
dan/ status kesehatan internasional.54
14

Menurut peraturan kesehatan internasional dalam buku pedoman pemeriksaan


jamaah haji menyebutkan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang melarang
seseorang untuk keluar masuk antar Negara yaitu sebagai berikut:55

1. Penyakit karantina yang meliputi:


a. Pes (plague)
b. Kolera (cholera)
c. Demam kuning (yellow fever)
d. Cacar (small pox)
e. Tifus bercak wahabi (typhus xanthomaticus infectiosa/ louse borne typhus)
f. Demam balak-balik (louse borne relapsing fever)
g. Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian

2. Penyakit menular yang menjadi perhatian WHO, yang meliputi:


a. Tuberculosis paru dengan BTA positif
b. Kusta tipe multi basiler
c. SARS (severe acute respiratory syndrome)
d. Avian influenza (A1)
e. Influenza A baru (H1N1)
f. Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian
Kriteria yang tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan yaitu
sebagai berikut:
1. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian atau
penerbangan
2. Usia kehamilan

2.1.3 Hipertensi
2.1.3.1 Pengertian Hipertensi
hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau
tenang.10
15

Menurut buku Ilmu penyakit dalam UI dari definisi hipertensi yang paling
penting ialah tekanan darah harus persisten diatas atau sama dengan 140/90 mmHg.
Persistensi diatas 140/90 mmHg harus terbukti, sebab bisa saja peningkatan tekanan
darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan peningkatan diurnal dari
tekanan darah yang normal sesuai siklus sikardian (pagi sampai siang tekanan darah
meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi masih dalam batas variasi
normal).1

2.1.3.2.Epidemiologi Hipertensi
Menurut American heart association (AHA), penduduk amerika yang berusia
>20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,
sekitar 90-95% merupakan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).10

Menurut analisis Kearney dkk, memperlihatkan bahwa peningkatan angka


kejadian hipertensi sungguh luar biasa: pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia
menderita hipertensi, atau sekitar 1 milyar orang dan dua pertiga penderita hipertensi
ada di Negara berkembang. Jumlah tersebut diprediksikan akan terus meningkat, pada
tahun 2025 yang akan datang, penderita hipertensi diprediksi akan meningkat menjadi
29% atau sekitar 1,6 miliar orang diseluruh dunia.11

Data penelitian RISKESDAS 2013 menunjukkan bahwa hipertensi menempati


urutan ke 6 dalam daftar penyakit tidak menular di Indonesia. data prevalensi hipertensi
di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 25,8%,
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan selatan (29,6), jawa barat
(29,4%), provinsi Banten (23,0%) dan DKI Jakarta berdasarkan pengukuran
didapatkan prevalensi sebesar 20,00%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
dari kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga
atau minum obat sebesar 9,5%. Jadi ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar
0,7%. Jadi, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%.2
16

2.1.3.3.Epidemiologi Hipertensi pada Jamaah Haji Indonesia


berdasarkan data dari sistem informasi kesehatan haji Indonesia
(SISKOHATKES) tahun 2012, jamaah haji lansia yang di embarkasi penyakit yang
terbanyak berdasarkan hasil pemeriksaan akhir adalah hipertensi esensial (hipertensi
primer) yaitu sebesar 40,12%. 12

Menurut artikel yang dirilis oleh kementerian kesehatan RI yang diterbitkan


pada 15 juni 2016 mengutip data dari SISKOHATKES per juni 2016 dengan cakupan
125.050 jamaah (81,47%) jumlah jamaah haji resiko tinggi sebanyak 58.739 jamaah
(46,97%) dengan Jamaah haji hipertensi esensial sebanyak 42,18% dari yang risiko
tinggi tersebut.3

Menurut kemenkes RI dalam laporan kinerja pusat kesehatan haji tahun


anggaran 2016 penyakit penyebab wafat terbanyak adalaha kardiovaskular (53%),
kemudian pernafasan (27%). Dari data hasil layanan kesehatan di kloter tahun 2016
bahwa penyakit terbanyak yang diderita jamaah haji yaitu infeksi saluran nafas atas
sebanyak 49% kemudian hipertensi sebanyak 11%.4

2.1.3.4 Etiologi Hipertensi


Secara umum hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Disebut hipertensi primer jika tidak diketahui sebabnya. Bila diketahui sebabnya
disebut hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder antara lain: 1

 Penyakit: penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive


sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer,
penyakit renovaskular, penyakit tiroid.
 Obat-obatan : prednison, fludokortison, triamsinolon, amfetamin/anorektik,
antivaskular endothelin growth faktor agents, estrogen pada kontrasepsi oral,
calcineurin inhibitors (siklosporin, tacrolimus), dekongestan
(phenylpropsnolsmine dan analognya), erythropoiesis stimulating agents
(erythropoietin, darbepoietin), NSAIDs, COX-2 inhibitors, venlavaxine,
bupropion, bromokriptin, buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamine,
metokloperamid.
17

 Makanan : sodium, etanol, licorice.


 Obat jalanan yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut: cocaine, cocain
withdrawal, epheda alkaloids, herbal ecstasy, phenylpropanolamine analogs,
nicotine withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
ketamin, ergot-containing herbal products.

2.1.3.5.Faktor Risiko Hipertensi


Secara garis besar faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu faktor risiko
yang dapat dirubah dan faktor risiko yang tidak dapat dirubah.5
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yaitu sebagai berikut:
1. Ras
Suku berkulit hitam lebih tinggi terkena hipertensi. Di amerika, penderita
hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita berkulit
putih.5 Biasanya menimpa ras kulit hitam di usia yang lebih muda. Warga afrika-
amerika jauh lebih peka terhadap natrium daripada orang kulit putih, dan menu
makanan mereka cenderung tinggi natrium, sehingga risiko menjadi berlipat
ganda.13
2. Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia
seseorang, risiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Penyakit tekanan
darah tinggi lebih lazim diderita pria dewasa muda dan paruh baya daripada
wanita dikelompok usia yag sama. Namun, usia 60 tahun atau lebih justru lebih
13
cenderung diderita kaum wanita. Semakin tua seseorang, tubuhnya juga
semakin sensitif terhadap natrium sehingga tubuhnya akan menahan natrium
didalam tubuh sehingga terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah.5

3. Riwayat keluarga

Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orang tuanya mengidap
hipertensi, memiliki risiko 25% menderita hipertensi juga. Jika kedua orang tua
18

5
hipertensi, 60% keturunnya mengalami hipertensi. Hipertensi yang lebih
banyak dijumpai pada kembar identik daripada kembar nonidentik.14

4. Jenis kelamin
Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya.
Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia
55 tahun atau yang mengalami menopause.5 Pada Umumnya Insidens hipertensi
pada pria lebih tinggi darpada wanita. Namun pada usia pertengahan dan lebih
tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun,
insidens pada wanita lebih tinggi. 15

Yang kedua yaitu faktor risiko yang dapat dirubah/dapat dikendalikan,


yaitu biasanya berupa gaya hidup yang terdiri dari:

1. Kegemukan
Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk
menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya, darah yang
mengalir kedalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri
mendapatkan tekanan lebih besar. Tak hanya itu, kelebihan berat badan
membuat frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat
sehingga menyebabkan retensi natrium dan air. Lemak jenuh dan lemak trans
yang masuk kedalam tubuh karena konsumsi yang berlebihan menyebabkan
penumpukan lemak didalam pembuluh darah, akibatnya arteri menyempit dan
perlu tekanan yang lebih besar untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.5
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
Obesitas lebih tinggi dibandingkan yang berat badannya normal. Makin besar
ukuran tubuh, makin banyak pula darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh sehingga volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah meningkat sehingga tekanan arteri meningkat.14
2. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah vasodilator artinya, olahraga dapat
mengembangkan pembuluh darah dan juga mengoptimalkan otot jantung
19

untuk beradaptasi dan bekerja lebih efisien dalam memompa darah.


Kebiasaan bermalas-malasan meningkatkan risiko serangan jantung karena
otot jantung tidak bekerja secara efisien dan perlu bekerja lebih keras untuk
13
memompa darah. Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung
menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap
kontraksi.5

3. Merokok
Zat-zat kimia tembakau seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap
rokok membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.5
Selain itu juga zat yang terkandung didalam rokok dapat merusak
lapisan dinding arteri berupa plak yang menyebabkan penyempitan pembuluh
darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan darah.13
Nikotin juga dapat meningkatkan kerja hormon epinefrin sehingga
membuat vasokonstriksi pembuluh darah. Karbonmonoksida dalam rokok
dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan
oksigen ke jaringan tubuh.14
4. Sensitivitas natrium
Beberapa orang yang sensitif terhadap natrium akan menahan natrium
didalam tubuhnya sehingga terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah.
Umur juga berpengaruh terhadap sensitifitas terhadap natrium. 5Makin tua
seseorang makin sensitive terhadap natrium.13 Asupan natrium dan garam
tergolong faktor risiko yang kontroversial, tergantung dari sensitivitas
individu terhadap natrium. Natrium merupakan bentuk mineral atau elektrolit
yang berpengaruh terhadap tekanan darah.14

5. Kalium rendah
Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium
didalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium didalam tubuh
tidak bisa dikeluarkan sehingga risiko hipertensi meningkat.5
20

6. Konsumsi minuman beralkohol meningkat


Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol. Risiko
hipertensi meningkat 2 kali lipat jika mengkonsumsi alkohol 3 gelas atau
lebih. Tetapi hubungan antara alkohol dengan hipertensi masih belum jelas.
5
Ada yang mengatakan bahwa alkohol dapat meningkatkan tekanan darah,
sementara konsumsi dalam jumlah secukupnya dapat menurunkan tekanan
darah. 13banyak penelitian juga membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain termasuk pembuluh darah.14
7. .Stress
Saat stress terjadi pelepasan hormon epinefrin atau adrenalin. Aktivitas
hormon ini meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika stress
berkepanjangan, peningkatan tekanan darah menjadi permanen. 14
Stress mempercepat produksi senyawa berbahaya, meningkatkan
kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah dan tidak lama
kemudian meningkatkan tekanan darah serta meningkatkan serangan jantung
dan stroke. 13

2.1.3.6 Gejala dan Tanda Hipertensi


Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki gejala dan tanda. gejala
yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas ditengkuk, atau kepala
berat. Namun, gejala tersebut tidak bisa dijadikan patokan ada tidaknya
hipertensi pada diri seseorang. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah
dengan melakukan pengecekan tekanan darah.
Seorang pasien biasanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami
hipertensi hingga ditemukan kerusakan dalam organ, seperti terjadinya
penyakit jantung coroner, stroke atau gagal ginjal. Karena itu, mengetahui
nilai tekanan darah sendiri secara teratur sangat penting meski selalu merasa
dalam kondisi sehat.
21

2.1.3.7 Klasifikasi Hipertensi


TABEL 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII1

Klasifikasi Tekanan Tekanan


tekanan darah darah sistol darah diastole
(mmhg) (mmhg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi grade I 140-159 90-99
Hipertensi grade 160 atau >160 100 atau >100
II

TABEL 2.2 klasifikasi hipertensi berdasarkan American Society of Hypertension and


International Society of Hypertension 2013 yaitu sebagai berikut:16

Klasifikasi sistolik Diastolic


Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90-99
I
Hipertensi derajat 160-179 Dan/atau 100-109
II
Hipertensi derajat >=180 Dan/atau >=110
III
Hipertensi sistolik >=140 Dan <90
terisolasi
 Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab1
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
22

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, walaupun


dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan
pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi. Penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
misalnya pil KB.
 Berdasarkan bentuk hipertensi1
Hipertensi diastolik (diastolik hypertension), hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), hipertensi systolik (isolated systolic
hypertension).

2.1.3.8 Patogenesis Hipertensi


Menurut buku ilmu penyakit dalam UI terdapat 4 faktor yang
mendominasi terjadinya hipertensi, yaitu:1
1) peran volume intravaskular
menurut Kaplan, tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara
cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral
resistence/ tahanan total perifer) yang masing-masing dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
23

Tekanan darah tinggi/Hipertensi

Curah jantung
X Resistensi perifer

vasokonstriksi
preload Kontraktilitas dan
denyut jantung
Sistem renin
angiotensin aldosteron
Volume cairan
Sistem saraf simpatis

Retensi natrium Faktor


genetik

Asupan
natrium
berlebih

2) peran kendali saraf otonom


yang lebih berperan terhadap terjadinya hipertensi yaitu sistem saraf simpatis
yang aktivasinya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
24

Faktor genetik, gaya hidup,


diet, stress kejiwaan, stess fisik
akut

Aktivasi sistem saraf simpatis

Kadar katekolamin

Denyut
jantung Curah Hipertensi Agregasi
jantung platelet

3) peran renin angiotensin aldosteron (RAA)


renin angiotensin aldosteron berperan dalam autoregulasi tekanan darah dengan
cara sebagai berikut
25

Aktivasi reflex Tekanan di


baroreseptor Tekanan arteri renalis
darah/volume
intravaskular
Baroreseptor
Aktivasi saraf renal
simpatis

Stimulasi
beta1-
adrenergik

Sekresi renin

Angiotensin I

Angiotensin II

Vasokonstriksi Aldosterone
sistemik Retensi Na/H2O

Tekanan darah/volume
intravaskular
26

4) peran dinding vaskular pembuluh darah


paradigma baru tentang hipertensi dimulai dengan disfungsi endotel, lalu
berlanjut menjadi disfungsi vaskular, lalu berakhir dengan TOD. Mungkin
hipertensi lebih cocok menjadi salah satu gejala dari sindrom penyakit yang
disebut sebagai “the atherosclerotic syndrome” atau “the hypertension
syndrome” karena dalam gejala hipertensi sering dijumpai gejala-gejala lain
seperti disfungsi endotel. Ketika terjadi aterosklerosis maka hemodinamik
tekanan darah makin berubah, hipertensi makin meningkat.

2.1.3.9 .Diagnosis Hipertensi


Menurut buku ilmu penyakit dalam UI cara menegakkan diagnosis hipertensi
dilakukan dengan cara:1

1. anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Terdiri dari, tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol
total serum, kolesterol LDL, HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat
serum, kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin dan hematocrit, urinalisis
(uji carik celup serta sedimen urin) elektrokardiogram.1

2.1.3.10 Tatalaksana Hipertensi


A. Terapi farmakologis
Secara umum, terapi farmakologis pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat I yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan
menjalani pola hidup sehat dan dengan pasien hipertensi derajat >=2.16
27

Prinsip terapi hipetensi untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisir efek samping
yaitu sebagai berikut:16

 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal


 Berikan obat generik (non paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
 Berikan obat pada pasien lanjut usia (diatas usia 80 tahun) seperti 55-80 tahun
dengan memperhatikan komorbid
 Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzim inhibitors (ACE-I)
dengan angiotensin reseptor blocker (ARB)
 Berikan edukasi menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur
28

Guidline JNC VII algoritma pengobatan hipertensi yaitu sebagai berikut:1

Perubahan gaya hidup

Belum mencapai tekanan darah target (<140/90


mmHg) (<130/80 mmHg untuk pasien dengan
diabetes atau penyakit ginjal kronik)

Pilihan obat awal

Tanpa indikasi Dengan indikasi


yang berarti yang berarti

Hipertensi stadium I Hipertensi stadium II Obat-obat untuk indikasi


(tekanan darah sistolik 140-159 (tekanan darah sistolik yang berarti
atau tekanan darah diastolic 90- >=160 atau tekanan darah Obat antihipertensi lain
99 mmHg) diastolic >=100 mmHg) (diuretic, ACEI, ARB, BB,
Diuretic tiazid diberikan untuk Kombinasi dua obat CCB) bila perlu
sebagian besar kasus dipakai untuk sebagian
besar kasus (biasanya
Penggunaan ACEI, ARB, BB,
diuretic tipe tiazid dan
CCB, dapat dipertimbangkan
CWI atau ARB atau BB
atau diberikan dalam bentuk
atau CCB)
kombinasi

Belum mencapai
Optimalisasi dosis atau berikan obat tekanan darah target
tambahan hingga tekanan darah target
tercapai
Pertimbangkan konsultasi dengan dokter
spesialis hipertensi
29

Tabel 2.3 Dosis obat antihipertensi menurut JNC VIII17

Obat antihipertensi Dosis inisial Target dosis Jumlah dosis


harian (mg) (mg) perhari
ACE inhibitors
1. captopril 50 150-200 2
2. enalapril 5 20 1-2
3. lisinopril 10 40 1
Angiotensin reseptor
blockers
1. eprosartan 400 600-800 1-2
2. candesartan 4 12-32 1
3. losartan 50 100 1-2
4. valsartan 40-80 160-320 1
5. irbesartan 75 300 1
B-Blockers
1. atenolol 25-50 100 1
2. metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium channel blockers
1. amlodipin 2,5 10 1
2. diltiazem extended 120-180 360 1
release
3. nitrendipin 10 20 1-2
Diuretic tiazid
1. bendroflumethiazid 5 10 1
2. chlortalidone 12,5 12,5-25 1
3. hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
4. indapamide 1,25 1,25-2,5 1
30

B. Tatalaksana non farmakologis


Pada hipertensi derajat I dapat dilakukan penerapan pola hidup sehat
selama 4-6 bulan untuk menurunkan tekanan darah.16
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan guidelines yaitu:16
 Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat
lebih selain penurunan tekanan darah seperti menghindari diabetes dan
dyslipidemia
 Mengurangi asupan garam. Di Negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada masakan cepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi oada pasien hipertensi
derajat >=2. Dianjurkan konsumsi garam tidak melebihi 2gr/hari.
 Olahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur 30-60 menit perhari,
minimal 3 hari/minggu. Bagi pasien yang tidak memiliki waktu untuk
olahraga dianjurkan untuk berjalan kaki, bersepeda, menaiki tangga sebagai
aktifitas rutin di kantornya.
 Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol >2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas perhari bagi wanita dapat meningkatkan tekanan darah.
 Berhenti merokok.
Pengobatan hipertensi bisa dilakukan dengan cara modifikasi gaya
hidup baik pada pasien hipertensi maupun pre-hipertensi. Penerapan gaya
hidup sehat harus dilakukan semua individu baik dengan tujuan mengobati,
mengontrol, maupun mencegah terjadiya hipertensi. Komponen modifikasi
gaya hidup yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut:18
1. Mempertahankan bobot badan yang sehat.
2. Menerapkan perilaku makan sehat dengan cara menerapkan diet
DASH (dietary approaches to stop hypertension) dan mengurangi
konsumsi natrium (garam) dalam makanan. Diet DASH
31

menganjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti


produk susu rendah lemak, ikan, ayam, kacang-kacangan sekaligus
mengurangi konsumsi daging merah, gula, atau minuman yang
mengandung gula. Penerapan diet DASH yang benar mampu
menurunkan tekanan darah sebesar 8-14 mmHg. Membatasi
konsumsi natrium dapat dilakukan dengan cara menghindari
konsumsi makanan kemasan dan tidak menambahkan garam
berlebihan saat proses memasak atau saat makan di meja makan.
Anjuran konsumsi natrium dari makanan bagi penderita hipertensi
sebesar 2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida perhari.
Konsumsi 2 sendok makan garam dapur masih dianggap aman
untuk orang Indonesia.
3. Melakukan aktifitas fisik. Cukup dengan melakukan aktifitas fisik
sedang minimal 30 menit perhari dan dilakukan secara teratur
hampir setiap hari dalam seminggu. Contoh aktifitas sedang adalah:
berjalan cepat, bersepeda, dan berkebun.
4. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi minuman
beralkohol.
32

Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup menurut JNC VII19

Modifikasi Rekomendasi Rata-rata penurunan


tekanan darah
Menurunkan berat badan Pertahankan berat badan ideal 5-20 mmHg/10 kg
(IMT= 18,5-24,9 kg/m2)
Menerapkan diet DASH Konsumsi makanan kaya buah, 8-14 mmHg
sayur, dan produk makanan
rendah lemak dengan
mengurangi makanan yang
mengandung lemak jenuh dan
lemak total
Diet rendah garam Mengurangi konsumsi 2-8 mmHg
makanan bersodium tidak lebih
dari 100 mmol per hari (2,4 gr
sodium atau 6 gr sodium
klorida)
Aktivitas fisik Melakukan aktivitas aerobic 4-9 mmHg
teratur seperti jalan cepat
(minimal 30 menit perhari,
hampir setiap hari dalam
seminggu)
Mengurangi konsumsi Membatasi konsumsi tidak 2-4 mmHg
alkohol lebih dari 2 minuman (contoh:
bir, wine, atau winsky) per hari
pada laki-laki, dan tidak lebih
dari 1 kali perhari pada
perempuan, dan lebih sedikit
lagi pada orang gemuk
33

2.1.3.11 Komplikasi Hipertensi


Komplikasi hipertensi yang tidak diobati sampai mencapai target akan
menimbulkan terjadinya penyakit-penyakit berikut:1

 gagal jantung
 iskemia dan infark miokard
 stroke iskemik
 aneurisma dan diseksi aorta
 stroke hemoragik
 Nefrosklerosis dan gagal ginjal
 Retinopati

2.1.3.12 Pencegahan Hipertensi


Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan cara merubah gaya hidup
(lifestyle modification) karena sifat penyakit hipertensi yaitu sebagai penyakit yang
tidak bisa disembuhkan atau penyakit seumur hidup. Rekomendasi gaya hidup yang
dianjurkan untuk pasien hipertensi menurut CHEP 2011 yaitu sebagai berikut:1

 Menurunkan asupan garam sampai dibawah 1500 mg/hari


 Diet sehat sehari-hari dengan mengkonsumsi buah-buahan,
sayurran, makanan rendah lemah, makanan kaya serat, protein
tanaman,
 Olahraga teratur dengan frekuensi 4-7 kali per minggu ,
intensitas moderate yaitu dengan waktu sekitar 30-60 menit
dengan tipe aktivitas kardirespi seperti berjalan, jogging,
bersepeda, berenang yang non mompetitif
 Tidak mengkonsumsi alcohol, atau membatasi alcohol dengan
kadar <= 2 teguk perhari
 Mempertahankan berat badan ideal dengan IMT 18,5-24,9
kg/m2, mengusahakan lingkar perut pada kisaran laki-laki
<=102 cm (asia <90 cm), dan wanita <88 cm (asia <80 cm)
 Tidak merokok
34

2.2 Kerangka Teori

genetik Gaya hidup Lingkungan Layanan


kesehatan

Riwayat Dukungan
hipertensi Konsumsi Konsumsi Sering stress keluaraga jarak ke
di keluarga garam, lemak dan minum buruk fasilitas
makanan berlebih, minuman kesehatan
asin, MSG morokok dan berkafein untuk
Pengawasan
Sodium dan Pil KB menggunakan kontrol
terhadap
intraseluler yang minyak hipertensi
pola hidup
meningkat mengandung jelantah dalam Penyempitan jauh
sehat tidak
estrogen masakan pembuluh ada
Rasio antara darah
Kepatuhan
potassium kontrol
dan sodium Munculnya
menurun
rendah plak didalam
pembuluh
darah
Retensi air Tidak Konsumsi
olahraga Daging
kambing
Pengembangan
pembuluh
Kandungan
darah tidak
protein tinggi
optimal dan
jantung kurang
adaptasi Metabolisme
tubuh
Kurang efisien meningkat
dan perlu
bekerja lebih
keras dalam Aliran darah
memompa sistemik
darah meningkat

HIPERTENSI
35

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Genetik: Riwayat hipertensi keluarga

Lingkungan: dukungan keluarga


Kelompok yang
Gaya hidup: kebiasaan konsumsi memiliki riwayat
makanan asin, makanan berlemak, hipertensi dan tidak
konsumsi MSG, penggunaan minyak memiliki riwayat
jelantah dalam masakan, minum hipertensi
minuman berkafein, konsumsi daging
kambing, kebiasaan olahraga, sering
stress, kebiasaan merokok

Layanan kesehatan: kepatuhan


pengobatan
36

2.4 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat ukur dan Skala kategori


cara penguku
pengukuran ran
1. responden TD >= 140/90 Sphygmomano Ordinal Normal
hipertensi mmHg yang meter dan
(<120/<80)
diukur dengan kuesioner
posisi duduk -pre-hipertensi
dan posisi
(120-139/80-89)
manset setinggi
jantung - hipertensi grade 1
dan/atau
(140-159/90-99)
memiliki
riwayat -hipertensi grade 2
hipertensi
(>=160/>=100)
sebelumnya1,6,19

2. usia Usia responden Kuesioner Ordinal 1. < 40 tahun


sejak tanggal 2. 41-50 tahun
lahir sampai 3. 51-60 tahun
ulang tahun 4. >60 tahun
terakhir4,6

3. Konsumsi Kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Sering (>=


makanan
konsumsi 1 kali
asin
makanan asin perhari)
pada 2. Sedang (1-
responden6 6 kali
dalam
seminggu)
3. Jarang (<=
3 kali
dalam
sebulan)
37

4. Tidak
pernah

4. merokok Konsumsi Kuesioner Nominal 1. Ya


rokok yang
2. Tidak
dihisap setiap
hari oleh
responden7,24
5. Aktivitas Kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Jarang (1
fisik
responden kali
dalam seminggu)
melakukan 2. Sedang (3-
olahraga secara 5 kali
rutin6,25 seminggu)
3. Sering (1
kali sehari)
4. Tidak
pernah
6. stress Keadaan Kuesioner Nominal 1. Ya
ketegangan
2. tidak
karena
banyaknya
pikiran6
7. Konsumsi Kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Sering (>3
minyak
mengkonsumsi kali dalam
jelantah
makanan yang seminggu)
mengandung 2. Jarang (1-2
atau digoreng kali dalam
menggunakan seminggu)
minyak 3. Tidak
pernah
jelantah6

8. Konsumsi Riwayat Kuesioner Nominal 1. Ya


pil KB penggunaan pil
38

KB pada 2. Tidak
responden6
9. Konsumsi Kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Sering
MSG
mengkonsumsi (>1= kali
makanan yang sehari)
mengandung 2. Jarang (3-6
bumbu kali
penyedap perminggu
(MSG)25 atau 1-2
kali
perminggg
u atau <3
kali
perbulan)
3. Tidak
pernah

10. Konsumsi Kebiasaan Kuesioner Ordinal 1. Sering (>=


minuman
mengkonsumsi 1 kali
berkafein
minuman yang sehari)
mengandung 2. Sedang (3-
kafein seperti 6 kali
kopi26 dalam
semingggu)
3. Jarang (1-2
kali dalam
seminggu)
4. Tidak
pernah
39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi descriptive dengan
metode pengumpulan data secara potong lintang (cross sectional), yaitu peneliti
akan melakukan pengukuran variabel dalam satu saat tertentu yakni
pengukuran variabel subyek dilakukan satu kali saja.20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Oktober 2016 sampai Agustus
2017. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2017 dan 10
Agustus 2017 di Islamic Center Bekasi

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi dan Sampel yang diteliti
A. Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh calon jamaah haji kota Bekasi
tahun 2017
B. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah calon jamaah haji kota bekasi
kloter 34 dan 54 tahun 2017
C. Sampel adalah calon jamaah haji kota Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017 yang
datang pada saat pertemuan kloter di Islamic Center Bekasi

3.3.2 Jumlah Sampel


Karena penelitian ini bersifat descriptive analitik, maka perhitungan
sampelnya perlu diketahui dengan perhitungan sampel deskriptif analitik
tidak berpasangan yaitu sebagai berikut: 21
(𝑍𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2 2
n =[ ]
𝑃1−𝑃2

n = besar sampel
Z𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼
Z𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽
𝛼 = tingkat kemaknaan

39
40

𝛽 = power penelitian
P = proporsi total = (P1 - P2)/2
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q =1-P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2

Diketahui :
Zα = 1,96
Zβ = 1,282
P1 = 0,224432
P2 = 0,033
P = 0,0957
Q = 0,9043
Q1 = 0,7756
Q2 = 0,967

dengan menggunakan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, kesalahan tipe II
10% dan P2 sebesar 0,033, maka besar sampel yang diperlukan :

(1,96 √2 𝑥 0,0957𝑥 0,9043 + 1,282 √ 0,2244𝑥0,7756+0,033 𝑥 0,967 2


n1 = n2 = [ ]
0,2244−0,033

n 1 = n2 = 53,290396 sampel
n total = 106,580 sampel

untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel
ditambahkan dengan menggunakan rumus :

𝑛 106,580
n’ = (1−𝑓) = (1−0,1)
= 118,423= 119 sampel
41

n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out


n = besar sampel yang dibutuhkan
f = prediksi drop out = 10%

jadi, jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 119 orang.
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Untuk memenuhi besar sampel yang dibutuhkan, pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan cara pemilihan sampel
tidak berdasarkan peluang (non-probability sampling) dengan
teknik consecutive sampling (berurutan) yaitu semua subyek yang
datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.20

3.3.4 Kriteria sampel


a. Kriteria inklusi
 Semua Calon jamaah haji yang datang pada saat pengambilan
data
 Calon jamaah haji yang setuju menjadi sampel, mengisi lembar
persetujuan penelitian, bersedia di wawancara dan diperiksa
tekanan darahnya serta mengisi kuesioner dengan lengkap
42

3.4 Alur Penelitian

1. Persiapan
Pembuatan kuesioner
penelitian

2. Melakukan uji
validitas kuesioner

3. Identifikasi Perizinan ke pihak


responden kemenag Bekasi

 Penjelasan penelitian
4. Persetujuan
 Pengisian lembar
penelitian
persetujuan

Tidak setuju setuju

Pengukuran 5. Pengisian identitas


tekanan darah dan kuesioner

6. Sortir data

Tidak memenuhi Memenuhi kriteria


kriteria

7. Analisis data
43

3.5 Cara Kerja Penelitian


1. persiapan penelitian
pembuatan kuesioner diadaptasi dari setyanda dkk (2015),
Indrawati dkk (2009), Kartikasari (2012), Pusparani (2016), Sugiharto
(2007) dan mutmainah dkk yang dimodifikasi untuk kepentingan
penelitian
2. uji validitas kuesioner
perizinan untuk mengambil data untuk dilakukan uji validitas
terhadap kuesioner yang telah dibuat. Validasi kuesioner dilakukan
pada 14 responden yaitu warga villa pamulang mas
3. identifikasi responden
sebelum mengidentifikasi responden peneliti terlebih dahulu
meminta izin kepada pihak kementerian agama Bekasi untuk
melakukan pengambilan data kemudian mengidentifikasi responden
yang terdiri dari calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 yang
merupakan populasi terjangkau dari penelitian ini
4. informed consent
 memberikan penjelasan kepada responden mengenai penelitian
yang akan dilakukan
 melakukan pengisian lembar persetujuan kuesioner jika setuju
mengikuti penelitian
5. pengisian identitas dan kuesioner dan pengukuran tekanan darah
setelah responden setuju mengikuti penelitian, responden mengisi
identitas dan kuesioner kemudian diukur tekanan darahnya
6. sortir data
kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan disortir oleh
peneliti apakah memenuhi kriteria atau tidak memenuhi kriteria
7. analisis data
kuesioner yang telah memenuhi kriteria penelitian kemudia
dilakukan analisis menggunakan SPSS versi 22.0
44

3.6 Manajemen Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari responden yang
terdiri dari calon jamaah haji yang datang saat pengambilan data di Islamic Center
Bekasi.

Pengumpulan data dimulai pada tanggal 3 Agustus 2017 dan tanggal 10


Agustus 2017. responden yang diambil yaitu calon jamaah haji yang bersedia mengisi
kuesioner dan bersedia diukur tekanan darahnya. Dalam mengambil data tersebut
instrumen yang digunakan pertama kali yaitu kertas informed consent yaitu peneliti
bertemu langsung dengan responden untuk meminta persetujuan menjadi sampel
penelitian dan melakukan tanya jawab mengenai riwayat hipertensi dan riwayat
diagnosis hipertensi oleh dokter sebelumnya. Selanjutnya, responden diberi kuesioner
dengan wawancara terpimpin dan sebagian ada yang mengisi sendiri kuesionernya
kemudian diukur tekanan darahnya untuk mengetahui status tekanan darah responden
dengan sfigmomanometer dan stetoskop saat bertemu dengan peneliti untuk
mengetahui apakah responden memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) atau normal.

Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling.

3.6.2 Pengolahan Data dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut ini beberapa tahap yang
dilakukan dalam pengolahan data, yaitu:
3.6.2.1 Coding data
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa
kategori.
3.6.2.2 Editing data
Mengecek konsistensi data dan juga kelengkapannya.
3.6.2.3 Entry data
Melakukan pemasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam
program SPSS.
45

3.6.2.4 Analisis data


Melakukan analisis univariat dan bivariat untuk melihat frekuensi
atau distribusi data dan hubungan antar variabel dependent dengan
independent menggunakan SPSS versi 22.0
46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reabilitas


Penelitian ini menggunakan instrumen atau alat ukur berupa kuesioner dan
pengukuran tekanan darah menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Uji
instrument kuesioner dilakukan pada 14 sampel yang merupakan warga villa Pamulang
Mas. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari penelitian orang lain yang
dimodifikasi untuk kepentingan penelitian.6 24 25 7 26

4.1.1 Uji Validitas


Uji validitas untuk pengukuran yaitu pernyataan tentang derajat
kesesuaian hasil pengukuran sebuah alat ukur (instrumen) dengan apa yang
sesungguhnya ingin diukur oleh peneliti. Pengukuran yang valid adalah
pengukuran dari alat ukur yang dibuat dengan metodologi yang benar dan
27
implementasi pengukuran yang benar pula. Pada penelitian ini didapatkan
nilai untuk korelasi r product-moment (r table) sebesar 0,532. Nilai ini
didapatkan berdasarkan jumlah sampel dan tingkat signifikan yang dipilih
yaitu 14 respon dan 5%.28
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki total 49 item
pertanyaan. Berdasarkan uji korelasi yang telah dilakukan didapatkan 27 item
pertanyaan valid, 20 item pertanyaan tidak valid, dan 2 item pertanyaan
konstan yang konstan. Nilai r Hitung didapatkan hasil yang bervariasi dari
0,049-0,911. Dari 20 item pertanyaan yang tidak valid tetap digunakan dalam
kuesioner penelitian karena dari pertanyaan yang diajukan dijawab oleh
responden dengan jawaban yang kurang bervariasi dan pilihan jawaban yang
diberikan berupa ‘ya’ dan ‘tidak’.
4.1.2 Uji Reabilitas
Alat ukur (instrumen) yang baik untuk penelitian harus
27
mengukur dengan benar (valid) dan konsisten (andal,reliabel). Reliabilitas
merupakan indeks yang menggambarkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

46
47

dipercaya atau diandalkan. Suatu pengukuran disebut andal jika memberikan


nilai yang sama atau hampir sama bila pemeriksaan dilakukan berulang-ulang.
28
Pengukuran reliabelitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai
cronbach’s alpha. Dari 49 item pertanyaan didapatkan hasil cronbach’s alpha
bervariasi dari 0,857-0,879 sehingga item pertanyaan dapat dinyatakan sangat
reliabel. 29
4.2 ANALISIS UNIVARIAT
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik data penelitian
dengan menggunakan statistik deskriptif yang dilakukan pada variabel penelitian
meliputi karakteristik responden, riwayat hipertensi pada responden dan hasil
pengukuran tekanan darah responden, perilaku kontrol berobat pada responden yang
memiliki riwayat hipertensi, dan dukungan keluarga untuk kontrol tekanan darah pada
responden yang memiliki riwayat hipertensi.
4.2.1 Karakteristik Responden
Jumlah responden yang termasuk dalam kriteria pada penelitian
ini sebanyak 93 calon jamaah haji yang terdiri dari kloter 34 dan 54. Terdapat
26 responden yang tidak dimasukkan kedalam penelitian karena tidak mengisi
kuesioner secara lengkap sehingga total responden pada penelitian adalah 67
calon jamaah haji. Karakteristik responden yang diamati oleh peneliti adalah
jenis kelamin, usia, pendidikan dan hasil pengukuran tekanan darah.
Sebagaimana tabel di bawah ini :
48

Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan hasil
pengukuran tekanan darah pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54 Tahun 2017

Jumlah
Variabel Kategori
N (67) Persentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 30 44,8
Perempuan 37 55,2
Usia < 40 th 2 3,0
41-50 th 18 26,9
51-60 th 22 32,8
>60 th 25 37,3
Pendidikan SD 8 11,9
SMP 13 19,4
SMA 13 19,4
D3 7 10,4
S1 19 28,4
S2 7 10,4
hasil Normal 28 41,8
pengukuran
tekanan darah
Pre-Hipertensi 27 40,3
Hipertensi 12 17,9

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden yang mengisi kuesioner


adalah calon jamaah haji usia berkisar antara 36-83 tahun dengan frekuensi terbanyak
responden dalam rentang usia >60 tahun. Karakteristik responden menurut jenis
kelamin terlihat bahwa perempuan lebih banyak yaitu 37 orang (55,2%) daripada
laki-laki sebanyak 30 orang (44,8%). Karakteristik responden menurut pendidikan
terakhir terbanyak yaitu lulusan S-1 sebanyak 19 orang (28,4%). Karakteristik
responden menurut hasil pengukuran tekanan darah paling banyak yaitu normal
sebanyak 28 orang (41,8%).
4.2.2 Distribusi calon jamaah haji yang memiliki hipertensi
Pada penelitian ini responden diambil dari calon jamaah haji Bekasi
kloter 34 dan 54 baik responden yang menderita hipertensi ataupun bukan
penderita hipertensi berdasarkan riwayat penyakit hipertensi sebelumnya.
Berikut dapat dilihat di tabel :
49

Tabel 4.2 distribusi riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34
dan 54 tahun 2017
Kategori Riwayat hipertensi Jumlah Persentase (%)
Penderita Hipertensi 23 34,3%
Bukan-Penderita Hipertensi 44 65,7%
Total 67 100

berdasarkan tabel dapat dilihat jumlah responden calon jamaah haji yang
memiliki riwayat hipertensi adalah 23 orang (34,3%) dan responden calon
jamaah haji yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 44 orang (65,7%)
Tabel 4.3 distribusi hasil pengukuran tekanan darah pada calon jamaah haji yang
memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi
Variabel Memiliki riwayat Tidak memiliki Jumlah
hipertensi riwayat hipertensi
N (23) % N (44) %
Tekanan Darah
Normal 4 17,4 24 54,5 28
Pre-hipertensi 12 52,2 15 34,1 27
Hipertensi 7 30,4 5 11,4 12
Berdasarkan 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki riwayat
hipertensi hasil pengukuran tekanan darah terbanyak yaitu pre-hipertensi (52,2%) dan
yang tidak memiliki riwayat hipertensi hasil pengukuran tekanan darah terbanyaknya
yaitu normal (54,5%).
4.2.3 Gambaran kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji yang
memiliki riwayat hipertensi
Kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji yang memiliki riwayat
hipertensi dinilai dari 5 item pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya diberi skor
1 untuk jawaban positif dan 0 untuk jawaban negatif serta jawaban tidak diberi skor 1
untuk jawaban positif dan 0 untuk jawaban negative sehingga didapat skor minimal 0
dan maksimal 5
50

Tabel 4.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan penggunaan obat


pada responden yang memiliki riwayat hipertensi

Jumlah
Variabel kategori N Persentase
(23) (%)
1. Ambil semua ya 22 95,7%
obat yang
diresepkan
tidak 1 4,3%
2. Meminum ya 21 91,3%
obat
Hipertensi
tidak 2 8,7%
3. Mengkonsumsi ya 21 91,3%
obat menurut
resep
tidak 2 8,7%
4. membawa ya 16 69,6%
obat ketika
bepergian
tidak 7 30,4%
5. lupa minum ya 18 21,7%
obat hipertensi
tidak 5 78,3%

Kepatuhan penggunaan obat pada responden yang memiliki riwayat hipertensi


dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah jika skor total 1-2, sedang jika skor total 3 dan
tinggi jika skor total 4-5.5
Tabel 4.5 kategori kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji dengan
riwayat hipertensi

Kategori kepatuhan Jumlah %


rendah 2 8,7%
sedang 5 21,7%
tinggi 16 69,6%
Total 23 100

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa sebanyak 2 calon jamaah haji yang
memiliki riwayat hipertensi memiliki kepatuhan penggunaan obat rendah (8,7%), 5
calon jamaah haji dengan riwayat hipertensi memiliki kepatuhan penggunaan obat
51

sedang (21,7%) dan 16 calon jamaah haji yang memiliki riwayat hipertensi memiliki
kepatuhan penggunaan obat tinggi (69,6%).
4.2.4 Gambaran dukungan keluarga terhadap pengendalian hipertensi pada
calon jamaah haji dengan riwayat hipertensi
Pengawasan keluarga terhadap pengendalian hipertensi pada calon jamaah
haji dengan riwayat hipertensi dinilai dari 5 item pertanyaan dengan 2 pilihan
jawaban yaitu ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0 sehingga didapat skor
minimal 0 dan skor maksimal 5
Tabel 4.6 distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga pada calon
jamaah haji yang memiliki riwayat hipertensi

Variabel Kategori N %
(23)
1. keluarga ya 20 87,0%%
tahu jika
responden
menderita
hipertensi
tidak 3 13,0%
2. ingatkan ya 16 69,6%
minum
obat
tidak 7 30,4%
3. antar ya 15 65,2%
berobat
tidak 8 34,8%
4. perhatikan ya 19 82,6%
makanan
yang
dikonsumsi
tidak 4 17,4%
5. ingatkan ya 18 78,3%
olahraga
tidak 5 21,7%

Dukungan keluarga pada calon jamaah haji yang memiliki riwayat hipertensi
dikategorikan menjadi tiga yaitu dukungan rendah dengan skor 1-2, dukungan
sedang dengan skor 3, dan dukungan tinggi dengan skor 4-5
52

Tabel 4.7 kategori dukungan keluarga pada calon jamaah haji dengan riwayat hipertensi

Kategori pengawasan Jumlah %


keluarga
rendah 4 17,4%
sedang 3 13,0%
baik 16 69,6%
Total 23 100
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh sebanyak 4 calon jamaah haji dengan
riwayat hipertensi memiliki pengawasann yang rendah (17,4%), 3 calon jamaah haji
dengan riwayat hipertensi memiliki pengawasan sedang (13,0%) dan 16 calon jamaah
haji memiliki pengawasan yang baik (69,6%).

4.3 ANALISIS BIVARIAT


Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis korelasi
variabel independen dan dependen. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji Fisher karena menganalisis variabel bebas nominal dan variabel
bebas nominal yang tidak berpasangan.46 Hasil dari penelitian ini tidak memenuhi
untuk uji Chi Square karena nilai frekuensi harapan setiap analisis kurang dari 5.
Uji Fisher dinyatakan bermakna jika nilai p value <0,05.
4.3.1 Faktor risiko hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
berdasarkan karakteristik responden dan hubungan antara karakteristik
responden dengan kelompok yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak
memiliki riwayat hipertensi
Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, profil tekanan darah, riwayat hipertensi di keluarga
responden sebagaimana pada tabel berikut:
53

Tabel 4.8 proporsi risiko hipertensi dan hubungan karakteristik dengan riwayat
hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter
34 dan 54 tahun 2017

No. Variabel Memiliki Tidak memiliki Jumlah


riwayat riwayat P
hipertensi hipertensi
N (23) % N (44) %

1. usia 0,595
<60 tahun 13 56,5 29 65,9 42
>60 tahun 10 43,5 15 34,1 25
2. Jenis 1,000
kelamin
Laki-laki 10 33,3 20 66,7 30
perempuan 13 35,1 24 64,9 37
3. Riwayat 0,002
hipertensi
di keluarga
ya 13 61,9 8 38,1 21
tidak 10 21,7 36 78,3 46
4. Pendidikan 0,609
terakhir
rendah 13 56,5 21 47,7 34
tingggi 10 43,5 23 52,3 33
5. Hasil 0,004
pengukuran
tekanan
darah
Normal 4 17,4 24 54,5 28
Hipertensi 19 82,6 20 45,5 39
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui proporsi riwayat hipertensi berdasarkan
usia lebih banyak terjadi pada calon jamaah haji yang berusia <60 tahun (56,5%)
Dengan nilai p value=0,595. Proporsi riwayat hipertensi menurut jenis kelamin lebih
banyak pada calon jamaah haji perempuan (35,1%) dibanding laki-laki dengan nilai p
value=1,000. Proporsi riwayat hipertensi menurut ada tidaknya riwayat hipertensi di
keluarga pada responden lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat
hipertensi di keluarga sebesar 61,9% dengan nilai p value=0,002. Proporsi riwayat
hipertensi menurut tingkat pendidikan terakhir lebih banyak pada responden yang
54

berpendidikan rendah sebesar 56,5% dengan nilai p value=0,609. Proporsi riwayat


hipertensi menurut hasil pengukuran tekanan darah lebih banyak responden yang hasil
pengukuran tekanan darahnya tinggi sebesar 82,6% dibandingkan yang normal dengan
nilai p value= 0,004

4.3.2 Faktor risiko hipertensi berdasarkan gaya hidup responden dan hubungan
antara gaya hidup dengan kelompok yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak
memiliki riwayat hipertensi
Gaya Hidup Responden dinilai dengan item pertanyaan kebiasaan
konsumsi makan asin, dan frekuensi konsumsi makanan asin, kebiasaan
konsumsi makanan berlemak dan frekuensi konsumsi makanan berlemak,
kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman berkafein dan frekuensi
minuman berkafein, kebiasaan olahraga dan frekuensi olahraga, seringnya
memiliki gejala stress, kebiasaan penggunaan minyak jelantah, kebiasaan
konsumsi pil KB, kebiasaan konsumsi bumbu penyedap dan frekuensi konsumsi
bumbu penyedap, dan kebiasaan konsumsi daging kambing sebagaimana seperti
tabel berikut:
Tabel 4.9 Proporsi Kejadian Hipertensi berdasarkan gaya hidup dan hubungan gaya
hidup dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
No. Variabel Memiliki Tidak memiliki Jumlah P
riwayat riwayat
hipertensi hipertensi
N (23) % N (44) %
1. Kebiasaan 0,587
konsumsi asin
ya 17 37,0% 29 63,0% 46
tidak 6 28,6% 15 71,4% 21
2. Frekuensi 1,000
makan asin
sering 7 35,0% 13 65,0% 20
sedang 4 33,3% 8 66,7% 12
3. Frekuensi 0,477
makan asin
jarang 6 42,9% 8 57,1% 14
Tidak konsumsi 6 28,6% 15 71,4% 21
4. Kebiasaan 0,587
konsumsi
55

No. Variabel Memiliki Tidak memiliki Jumlah P


riwayat riwayat
hipertensi hipertensi
N (23) % N (44) %
makanan
berlemak
ya 17 37,0% 29 63,0% 46
tidak 6 28,6% 15 71,4% 21
5. Frekuensi 1,000
makan
berlemak
sering 3 30,0% 7 70,0% 10
sedang 6 31,6% 13 68,4% 19
6. Frekuensi 0,318
makan
berlemak
jarang 8 47,1% 9 52,9% 17
Tidak konsumsi 6 28,6% 15 71,4% 21
7. Kebiasaan 0,542
merokok
ya 0 0,0%% 2 100% 2
tidak 23 35,4% 42 64,6% 65
8. Kebiasaan 0,036
minum
minuman
berkafein
ya 5 18,5% 22 81,5% 46
tidak 18 35,4% 22 64,6% 21
9. Frekuensi 0,342
minum
minuman
berkafein
sering 1 8,3% 11 91,7% 12
sedang 4 26,7% 11 73,3% 15
10. Kebiasaan 0,547
olahraga
ya 19 25,0% 12 75,0% 16
tidak 4 37,3% 32 62,7% 51
11. Frekuensi 0,339
kebiasaan
olahraga
sering 3 33,3% 6 66,7% 9
sedang 3 15,0% 17 85,0% 20
56

No. Variabel Memiliki Tidak memiliki Jumlah P


riwayat riwayat
hipertensi hipertensi
N (23) % N (44) %
12. Frekuensi 0,165
kebiasaan
olahraga
jarang 10 45,5% 12 54,5% 22
Tidak pernah 3 18,8% 13 81,3% 16
10. Memiliki gejala 1,000
stress (tertekan,
murung dll)
ya 7 35,0% 13 65,0% 20
tidak 16 34,0% 31 66,0% 47
11. Kebiasaan 0,172
penggunaan
minyak jelantah
jarang 4 66,7% 2 33,3% 6
Tidak pernah 19 31,7% 41 68,3% 60
12. Kebiasaan 1,000
konsumsi pil
KB
ya 0 0,0%% 1 100,0% 1
tidak 23 34,8% 43 65,2% 66
13. Kebiasaan 1,000
konsumsi MSG
ya 12 35,3% 22 64,7% 34
tidak 11 33,3% 22 66,7% 33
14. Frekuensi 0,139
konsumsi MSG
sering 5 23,8% 16 76,2% 21
sedang 7 53,8% 6 46,2% 13
15. Kebiasaan 0,002
konsumsi
daging kambing
ya 4 17,4 26 59,1 30
Tidak 19 82,6 18 40,9 37

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh bahwa proporsi kejadian hipertensi


berdasarkan gaya hidup adalah: lebih banyak pada calon jamaah haji yang
mengkonsumsi makanan asin (37,0%) dengan frekuensi jarang (42,9%) namun
57

konsumsi asin dan frekuensi konsumsi asin tidak berhubungan dengan riwayat
hipertensi dengan masing-masing nilai p value= 0,587, 1,000 dan 0,477, lebih banyak
pada responden yang mengkonsumsi makanan berlemak (37,0%) dengan frekuensi
jarang (42,9%) namun mengkonsumsi makanan berlemak dan frekuensi konsumsi
makanan berlemak tidak berhubungan dengan riwayat hipertensi dengan masing-
masing nilai p value= 0,587, 1,000 dan 0,318, lebih banyak pada responden yang tidak
merokok (35,4%) dengan nilai p value 0,542, lebih banyak pada responden yang tidak
minum minuman berkafein (35,4%) dengan frekuensi tidak konsumsi sebanyak
(78,3%) namun terdapat hubungan antara minum minuman berkafein dengan riwayat
hipertensi dengan nilai p value= 0,036 tetapi frekuensi minum minuman berkafein
tidak berhubungan dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value= 0,342, lebih banyak
pada responden yang tidak olahraga (37,3%) dengan proporsi frekuensi terbanyak
jarang (45,5%) dengan nilai p value= 0,547, 0,339 dan 0,165, lebih banyak pada
responden yang memiliki gejala stress sebesar (35,0%) namun tidak terdapat hubungan
antara stress dengan riwayat hipertensi dengan p value= 1,000, lebih banyak pada
responden yang menggunakan minyak jelantah dengan frekuensi jarang (66,7%)
namun tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi minyak jelantah dengan
riwayat hipertensi dengan nilai p value= 0,172 , tidak menggunakan pil KB (34,8%)
dengan p value 1,000, mengkonsumsi MSG (35,3%) dengan frekuensi sedang (53,8%)
namun tidak terdapat hubungan antara konsumsi MSG dan frekuensi konsumsi MSG
dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value= 1,000 dan 0,139, dan tidak
mengkonsumsi daging kambing (51,4%) namun terdapat hubungan antara konsumsi
daging kambing dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value= 0,002.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Karakteristik Responden
4.4.1.1 Umur Responden
Pada penelitian ini proporsi kejadian hipertensi paling banyak dialami
oleh responden yang berusia <60 tahun dan tidak terdapat hubungan antara peningkatan
usia dengan riwayat hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Martiningsih yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan derajat
58

hipertensi dengan p value=0,061.48 Hal tersebut berbeda dengan penelitian Aisyiah31


dan Irza32 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor usia dengan
hipertensi dan resiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Sejalan dengan
bertambahnya umur hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, lebih dari
setengah orang yang berusia 60-69 tahun dan tiga perempat dari orang yang berusia 70
tahun mengalami peningkatan terjadinya hipertensi.19 individu yang berumur >60
tahun 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg
karena pengaruh degenerasi pada orang yang bertambah usianya. 30

Umur merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Arteri kehilangan
elastisitas atau kelenturan seriring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
33
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Hasil penelitian
Krummel juga menyatakan semakin bertambahnya umur hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah.34 dalam penelitian ini peningkatan umur bukan
merupakan faktor risiko, hal ini dimungkinkan bahwa terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kejadian hipertensi pada responden yaitu faktor genetik dan gaya hidup
tertentu.

4.4.1.2 Jenis Kelamin


Pada penelitian ini proporsi kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh
responden perempuan daripada laki-laki. Namun setelah dilakukan analisis bivariat
tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan riwayat hipertensi. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlyna Nur Syahrini dkk yang
menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
hipertensi dengan nilai p value= 0,16140 dan penelitian yang dilakukan oleh Martati
Siringoringo dkk dengan nilai p value=0,737.47 Dalam penelitian ini didapatkan
kecenderungan riwayat hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan, hal ini sesuai
dengan teori bustan yang menyatakan bahwa perempuan lebih banyak yang menderita
hipertensi daripada laki-laki, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
32
pada perempuan. Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah,
berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak pada peningkatan
59

tekanan darah pada perempuan.33 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kurniasih yang menyebutkan bahwa jenis kelamin penderita hipertensi lebih
35
banyak terjadi pada wanita (76,7%). Dan penelitian Rustiana juga menyebutkan
bahwa gambaran faktor risiko jenis kelamin pada pasien hipertensi di wilayah kerja
puskesmas ciputat timur 2014 lebih dominan pada jenis kelamin perempuan (67,2%).
36
Dalam buku yang ditulis oleh Nurrahmani mengatakan bahwa laki-laki memiliki
risiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal. Sedangkan diatas 50 tahun
hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan. 30

4.4.1.3 Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga


Proporsi kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh responden yang
memiliki riwayat hipertensi di keluarganya. Dan setelah dilakukan analisis bivariat
didapatkan adanya hubungan antara riwayat keluarga menderita hipertensi dengan
riwayat hipertensi pada responden (p value=0,002). Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap
sodium. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial terdapat
riwayat hipertensi di keluarga.34 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kartikasari yang menyebutkan bahwa riwayat keluarga terbukti merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p=0,000. 25Dan penelitian yang dilakukan Aris
Sugiharto juga menyebutkan bahwa riwayat keluarga merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi dengan nilai p=0,0001.6 Dan penelitian yang dilakukan oleh
Rustiana juga menyebutkan bahwa responden yang memiliki riwayat hipertensi di
keluarga presentasenya lebih besar yaitu (58,2%) dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki riwayat hipertensi di keluarganya (41,8%).36

4.4.1.4 Pendidikan terakhir responden


Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan bahwa proporsi riwayat
hipertensi cenderung terjadi pada responden pendidikan terakhirnya S-1, namun hasil
analisis bivariat didapatkan tidak adanya hubungan antara pendidikan terakhir dengan
riwayat hipertensi (p value= 0,255). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
60

oleh Martati Siringoringo yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p value=0,855.47 Hal ini
dimungkinkan bahwa faktor yang mempengaruhi riwayat hipertensi pada calon jamaah
haji Bekasi merupakan faktor genetik dan gaya hidup tertentu.

4.4.1.5 Hasil pengukuran tekanan darah responden


Berdasarkan analisis univariat didapatkan bahwa proporsi hasil pengukuran
tekanan darah pada responden yang memiliki riwayat hipertensi cenderung hipertensi
dibandingkan normal dan menurut hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara
hasil pengukuran tekanan darah dengan riwayat hipertensi (p value=0,004). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum pada lansia di Jember
yang menyatakan bahwa sebagian besar hasil pengukuran tekanan darah responden
hipertensi yaitu hipertensi grade 1 sebesar 48%.45

4.4.2 Kepatuhan penggunaan obat pada calon jamaah haji yang memiliki
riwayat hipertensi

Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan 16 calon jamaah haji yang


memiliki riwayat hipertensi memiliki kepatuhan penggunaan obat tinggi (69,6%). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah dkk mengenai hubungan
antara kepatuhan penggunaan obat dengan penurunan tekanan darah didapatkan bahwa
pasien hipertensi di RS Daerah Surakarta mayoritas (69,6%) memiliki tingkat
kepatuhan penggunaan obat yang tinggi. Tingginya kepatuhan berpengaruh pada
peningkatan tercapainya tekanan darah optimum dan penurunan komplikasi hipertensi.
Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor
social-ekonomi, faktor sitem kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor terapi dan
37
faktor pasien. Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan
mempengaruhi keberhasilan terapi (18,03%).

4.4.3 Pengawasan Keluarga terhadap pengendalian hipertensi pada calon


jamaah haji dengan riwayat hipertensi
Berdasarkan analisis univariat didapatkan 16 calon jamaah haji yang memiliki
riwayat hipertensi memiliki pengawasan keluarga yang baik. Adanya pengawasan
keluarga dalam pengendalian hipertensi merupakan bentuk dukungan keluarga agar
61

responden tetap dalam kondisi sehat. Fungsi keluarga menurut Andika harus
memberikan kenyamanan emosional anggota dan membantu anggota dalam
membentuk identitas. Oleh karena itu penting adanya dukungan keluarga kepada
responden untuk mencegah terjadinya hipertensi yang lebih parah dengan cara
menganjurkan olahraga, memperhatikan makanan yang tidak banyak garam dll. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dalyoko dkk bahwa terdapat hubungan antara
pengawasan keluarga dengan upaya pengendalian hipertensi (p=0,016) pada lansia di
posyandu lansia Wilayah kerja puskesmas Mojosongo Boyolali.38
4.4..4 Risiko Hipertensi berdasarkan Gaya Hidup Responden

Berdasarkan analisis univariat didapatkan bahwa kejadian hipertensi lebih


banyak pada calon jamaah haji yang mengkonsumsi makanan asin (37,0%) dengan
frekuensi jarang (42,9%). Namun setelah dilakukan analisis bivariat didapatkan tidak
adanya hubungan antara konsumsi makanan asin dan frekuensi konsumsi makanan asin
antara sering dengan sedang dan jarang dengan tidak pernah dengan riwayat hipertensi
(p value= 0,587, 1,000 dan 0,477 ).Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rustiana bahwa pasien hipertensi yang mengkonsumsi asin masih tinggi (69,7%).
36
dan penelitian yang dilakukan oleh Estiningsih menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan antara konsumsi makanan tinggi natrium dengan kejadian hipertensi dengan
nilai p value= 0,471.49 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Indrawati
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi
asin terhadap kejadian hipertensi (p=0,001) dan jika dilihat dari nilai OR (adjusted)
ternyata kebiasaan makan asin sering atau jarang tidak berbeda besar risiko terhadap
kejadian hipertensi setelah dikontrol dengan status ekonomi, jenis kelamin, umur,
pendidikan, wilayah tinggal, minuman berkafein dan bumbu penyedap.24 Ketika
sesorang mengkonsumsi garam dan makanan asin berlebih maka kadar natrium
didalam tubuh akan meningkat sehingga akan meretensi air dan menyebabkan volume
intravaskular meningkat sehingga memicu terjadinya hipertensi.5 hal ini dimungkinkan
bahwa faktor yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada penelitian ini adalah
faktor genetik dan gaya hidup lain dibandingkan dengan konsumsi asin.
62

Berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan berlemak proporsi kejadian


hipertensi lebih banyak pada calon jamaah haji yang mengkonsumsi makanan
berlemak (37,0%) dengan frekuensi jarang (42,9%). Namun setelah dilakukan analisis
bivariat didapatkan tidak adanya hubungan antara konsumsi lemak dan frekuensi
konsumsi lemak antara sering dengan sedang dan jarang dengan tidak pernah dengan
hipertensi (p value=0,587 , 1,000 dan 0,318). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ismuningaih dan Estiningsih yang menyebutkan bahwa tidak adanya
hubungan antara konsumsi lemak dengan tekanan darah (p=0,150 dan 0,676)49,50 dan
penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari yang menyebutkan bahwa konsumsi lemak
bukan merupakan faktor risiko hipertensi (p value=0,050).7 berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sugiharto yang menyebutkan bahwa kebiasaan konsumsi lemak
jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi (p=0,022).6 Konsumsi lemak yang
berlebih akan menimbulkan munculnya plak didalam pembuluh darah sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan tekanan arteri perifer
meningkat yang pada akhirnya akan terjadi hipertensi.5 hal ini dimungkinkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada responden adalah faktor
genetik dan gaya hidup lain.

Berdasarkan kebiasaan merokok proporsi kejadian hipertensi lebih banyak


pada calon jamaah haji yang tidak merokok (35,4%) dan setelah dilakukan analisis
bivariat tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan riwayat
hipertensi dengan p value=0,542. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
South dkk bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup merokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,447).39 Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan
Setiawan juga menyebutkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi merupakan
bukan perokok (80%) dan setelah dilakukan anlisis multivariat didapatkan nilai
signifikansi (p=0,057) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku
merokok dengan kejadian hipertensi. 39 Hasil penelitian Riskesdas 2007 menyebutkan
bahwa faktor merokok yang berisiko terhadap hipertensi adalah yang pernah merokok,
sedangkan calon jamaah haji yang sebagian besar berjenis-kelamin perempuan
63

mengaku tidak pernah merokok sehingga proporsi hipertensi lebih banyak pada
40
responden yang tidak merokok. Kandungan nikotin didalam rokok akan
mengaktivasi pelepasan norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang akan
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah, hal ini akan terjadi bila
seseorang mengkonsumsi rokok ≥ 1 batang perhari kurang lebih selama 1 tahun.30 Hal
ini dimungkinkan bahwa faktor yang berhubungan dengan riwayat hipertensi adalah
faktor genetik dan gaya hidup lain.

Berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman berkafein proporsi kejadian


hipertensi lebih banyak pada calon jamaah haji yang tidak minum minuman berkafein
(35,4%) dengan frekuensi tidak konsumsi sebanyak (78,3%). Namun setelah dilakukan
analisis bivariat didapatkan adanya hubungan antara minum minuman berkafein
dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value=0,036. Namun frekuensi minum
minuman berkafein tidak berhubungan dengan hipertensi dengan nilai p value= 0,342.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Rachmawati dan Dian
Daniati yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara minum kopi dengan kejadian
hipertensi (p value=0,000).51 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati dkk yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi
kopi dengan kejadian hipertensi (p=0,457). 41dan juga penelitian yang dilakukan oleh
Erlyna dkk yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi minuman berkafein dengan kejadian hipertensi (P=0,950).42

Berdasarkan kebiasaan olahraga proporsi kejadian hipertensi lebih banyak pada


calon jamaah haji yang tidak olahraga (37,3%) dengan proporsi frekuensi terbanyak
jarang (45,5%). Namun setelah dilakukan analisis bivariat didapatkan tidak adanya
hubungan antara olahraga dan frekuensi olahraga antara sering dengan sedang dan
jarang dengan tidak pernah dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value=0,547,
0,339 dan 0,165. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparto yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan olahraga dengan
kejadian hipertensi dengan nilai p value= 0,117 dan 0,102.52 Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arga bahwa responden yang jarang atau tidak pernah
64

olahraga memiliki tekanan sistolik rata-rata 136,76 dan tekanan sistolik maksimal 180
mmHg sedangkan responden yang berolahraga memiliki tekanan sistolik maksimal 150
mmHg.34 dan penelitian Aris Sugiharto juga menyebutkan bahwa olahraga tidak ideal
merupakan faktor risiko hipertensi (p=0,043).6 menurut penelitian Tirka dan Sudana
juga menyebutkan bahwa kasus hipertensi lebih banyak terjadi pada responden yang
kurang melakukan aktivitas fisik (47,7%). 42Olahraga adalah sebuah vasodilator yang
dapat mengembangkan pembuluh darah dan mengoptimalkan otot jantung untuk
beradaptasi dan bekerja lebih efisien dalam memompa darah. Seseorang yang malas
berolahraga akan meningkatkan terjadinya hipertensi karena otot jantung tidak bekerja
secara efisien dan perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah.13

Berdasarkan seringnya bergejala stress proporsi kejadian hipertensi lebih


banyak pada calon jamaah haji stress (35,0%) daripada yang tidak stress. Namun
setelah dilakukan analisis bivariat tidak didapatkan hubungan antara gejala stress
dengan riwayat hipertensi dengan p value= 1,000. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Suparto yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara
stress kejiwaan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p value=0,177.52 Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiharto yang menyebutkan bahwa stress
merupakan faktor risiko hipertensi (p=0,008).6 Penelitian yang dilakukan oleh Hesti
Rahayu juga menyebutkan bahwa stress memiliki hubungan bermakna dengan kejadian
hipertensi.36 Penelitian Suheni menyebutkan bahwa responden yang mengalami stress
memiliki faktor risiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi daripada
responden yang tidak mengalami stress.36 menurut buku Nurrahmani disebutkan bahwa
stress akan memicu aktivitas saraf simpatis sehingga akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan meningkatkan tekanan
darah.30

Berdasarkan kebiasaan konsumsi minyak jelantah proporsi kejadian hipertensi


lebih banyak pada calon jamaah haji yang menggunakan minyak jelantah dengan
frekuensi jarang (66,7%). Namun setelah dilakukan analisis bivariat tidak didapatkan
hubungan antara penggunaan minyak jelantah dengan riwayat hipertensi (p value=
65

0,172). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiharto yang
menyebutkan bahwa minyak jelantah terbukti sebagai faktor risiko hipertensi
(p=0,0001).6 penggunaan minyak jelantah dalam masakan akan meningkatkan kadar
kolesterol didalam darah sehingga akan meningkatkan risiko terbentuknya
aterosklerosis yang akan meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi.6 Hal ini
dimungkinkan bahwa terdapat faktor lain yang berhubungan dengan riwayat hipertensi
yaitu faktor genetik dan gaya hidup lain.

Berdasarkan kebiasaan konsumsi pil KB proporsi kejadian hipertensi lebih


banyak pada calon jamaah haji yang tidak menggunakan pil KB. Namun setelah
dilakukan analisis bivariat tidak didapatkan hubungan antara konsumsi pil KB dengan
riwayat hipertensi dengan nilai p value=1,000. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suparto yang menyebutkan bahwa penggunaan konstrasepsi estrogen
42
memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi (p=0,001) dan penelitian
yang dilakukan oleh Aris Sugiarto yang menyebutkan bahwa penggunaan pil KB >12
tahun merupakan faktor risiko hipertensi (p=0,012).6 dan penelitain yang dilakukan
oleh Zahidah dkk menyebutkan bahwa proporsi tekanan darah tinggi lebih banyak pada
responden yang menggunakan alat kontrasepsi pil (47,1%). hal ini dimungkinkan
bahwa dari 23 responden yang memiliki riwayat hipertensi mengaku tidak pernah
mengkonsumsi pil KB. Kontrasepsi oral yang berisi estrogen dan progesteron akan
meningkatkan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron sehingga menyebabkan retensi
natrium sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan sistemik sehingga
akan memicu peningkatan tekanan darah.30 Hal ini dimungkinkan bahwa yang
berhubungan dengan riwayat hipertensi pada responden adalah faktor genetik dan gaya
hidup lain.

Berdasarkan kebiasaan konsumsi MSG proporsi hipertensi lebih banyak pada


calon jamaah haji yang mengkonsumsi MSG (35,3%) dengan frekuensi sedang
(53,8%). Namun setelah dilakukan analisis bivariat didapatkan bahwa tidak adanya
hubungan antara konsumsi MSG dan frekuensi konsumsi MSG dengan riwayat
hipertensi dengan nilai p value= 1,000 dan 0,139. Hal ini berbeda dengan penelitian
66

yang dilakukan oleh Indrawaty yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara konsumsi bumbu penyedap (MSG) dengan kejadian hipertensi
(p=0,008) dan OR yang menyebutkan bahwa tidak berbeda besar risiko antara yang
mengkonsumsi bumbu penyedap dengan frekuensi sedang atau jarang.24 MSG dalam
bahasa kimianya monosodium klorida atau natrium klorida merupakan penyebab atau
faktor risiko hipertensi karena ion natriumnya. Jadi, sekalipun tidak mengkonsumsi
garam, kadar ion natrium akan tetap tinggi karena konsumsi MSG dan akan memicu
terjadinya hipertensi.43 Namun dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara
konsumsi MSG dengan riwayat hipertensi karena dimungkinkan bahwa faktor yang
berhubungan dengan riwayat hipertensi adalah faktor genetik dan gaya hidup lain.

Berdasarkan kebiasaan konsumsi daging kambing proporsi kejadian hipertensi


lebih banyak pada calon jamaah haji yang tidak mengkonsumsi daging kambing
(51,4%). Namun setelah dilakukan analisis bivariat didapatkan adanya hubungan
antara konsumsi daging kambing dengan riwayat hipertensi dengan nilai p value=
0,002. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afid M.D dan Nurmasitoh
yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah rata-rata antara sebelum
dan sesudah mengonsumsi sate daging kambing baik tekanan darah sistol maupun
diastole (p=0,000) dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa konsumsi daging
kambing dapat meningkatkan tekanan darah sistol dan diastole secara akut pada orang
dewasa muda yang normotensi. dan penelitian yang dilakukan oleh Siti juga
menyebutkan bahwa konsumsi daging kambing merupakan pencetus terjadinya
hipertensi.45
67

4.5 KETERBATASAN PENELITIAN


a. Jumlah sampel yang tidak memenuhi populasi target menyebabkan penelitian
ini tidak bisa di generalisasi dan hanya berlaku pada calon Jamaah Haji kota
Bekasi Kloter 34 dan 54
b. Pengambilan Data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh calon
jamaah haji ada yang mengisi sendiri dan ada yang di wawancara sehingga
memungkinkan terjadinya recall bias dan bersifat subyektif
c. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
untuk mengukur faktor risiko kejadian hipertensi berdasarkan status gizi
d. Pengukuran Tekanan darah dilakukan oleh peneliti dibantu teman peneliti
hanya dilakukan sekali sehingga masih memungkinkan terjadinya bias
68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


5.1 SIMPULAN
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelompok riwayat hipertensi dan
tidak ada riwayat hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi kloter 34 dan 54
tahun 2017 adalah faktor genetik/riwayat keturunan hipertensi (p value 0,002)
faktor gaya hidup berupa kebiasaan minum minuman berkafein (p value=0,036)
dan kebiasaan konsumsi daging kambing (p value=0,002). Dan faktor-faktor
yang tidak berhubungan dengan kelompok riwayat hipertensi dan tidak ada
riwayat hipertensi adalah usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, kebiasaan
konsumsi makanan asin, makanan berlemak, pil KB, olahraga, merokok,
menggunakan minyak jelantah dalam masakan, sering memiliki gejala stress
kejiwaan dan konsumsi MSG. Adanya faktor-faktor risiko yang cenderung
dimiliki oleh responden yang memiliki riwayat hipertensi memiliki prosentase
lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi seperti:
1. riwayat hipertensi di keluarga
2. Kebiasaan konsumsi makanan asin
3. kebiasaan konsumsi makanan berlemak
4. tidak biasa olahraga
5. menggunakan minyak jelantah
6. kebiasaan konsumsi MSG

68
69

5.2 SARAN
 Bagi Tempat pemeriksaan kesehatan untuk calon jamaah haji (puskesmas,
rumah sakit kabupaten dan rumah sakit rujukan)
1. Melakukan pemeriksaan secara detail mengenai faktor-faktor risiko terkait
dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji dan memberikan edukasi
mengenai cara mengontrol tekanan darah yang benar dan minum obat
secara teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi
2. Melakukan edukasi kepada seluruh calon jamaah haji baik yang memiliki
riwayat hipertensi maupun tidak untuk melaksanakan gaya hidup sehat dan
olahraga rutin
 Bagi kantor wilayah Kementerian Agama kota Bekasi

1. Perlu dilakukan kerjasama antarsektoral dengan kementerian kesehatan


terkait pedoman pembinaan calon jamaah haji

2. Perlunya untuk menambahkan bimbingan haji terkait penyakit kronik dan


cara pencegahan terhadap timbulnya penyakit kronik

 Bagi peneliti selanjutnya


1. Perlunya revisi tentang kuesioner dan melakukan modifikasi pertanyaan-
pertanyaan yang kurang valid
2. Penelitian lanjut tentang deteksi faktor risiko penyakit-penyakit kronik dan
perilaku pengobatan pada jamaah haji perlu di lanjutkan baik pada resiko
tinggi maupun tidak
3. Penelitian dengan subyek yang lebih heterogen agar hasilnya dapat di
generalisasi untuk populasi umum
 Bagi tenaga kesehatan haji Indonesia
Perlunya untuk memperhatikan kondisi kesehatan jamaah haji yang memiliki
risiko tinggi terutama yang memiliki hipertensi agar memperhatikan gaya
hidup, aktivitas, minum obat teratur, cukup istirahat serta mendatangi tenaga
kesehatan jika ada keluhan
70

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. jakarta: Interna
Publishing; 2014. 2259-2281 p.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;88–90.

3. Kementerian Kesehatan RI. petugas haji perlu cermati jamaah haji RISTI. 2016;
Available from: www.depkes.go.id

4. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Kinerja 2015. 2015; Available from:


http://palembang.go.id/tampung/dokumen/lakip2014/lakip_2014.pdf

5. Sutomo, Budi. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. I. Wahyu H, editor. Tangerang:


PT Agro Media Pustaka; 2009. 20-22 p.

6. Sugiharto A. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi


Kasus di Kabupaten Karanganyar). Tesis.Universitas Diponegoro Semarang;
2007.

7. Nurarima A. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan


Kidul, Kabupaten Rembang. Media Medika Muda. 2012. 1-26 p.

8. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin-Haji-2015 prevalensi cardiovaskular pada


jamaah haji 2015.pdf. Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI.
2015;1–6.

9. Probosuseno, Uyainah A, Rustika, Lutfi S H, Fajar MY, Idris F, et all. Buku


Prosiding Temu Ilmiah Nasional Haji dan Umrah 2016. In Jakarta: Interna
Publishing; 2016. p. 17.

10. Kemenkes.RI. Pusdatin Hipertensi. Infodatin [Internet]. 2014;(Hipertensi):1–7.


Available from:
71

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjIzfDJsYPKAhVSA44KHUmSDasQFggZMA
A&url=http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infoda
tin/infodatin-hipertensi.pdf&usg=AFQjCNHWLiHieCeL1Ksg4Tr_yx

11. Tedjasukmana P. Tata Laksana Hipertensi. Cdk. 2012;39(4):251–5.

12. Kemenkes.RI. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. 2013;13.

13. Kowalski R. terapi hipertensi: program 8 minggu menurunkan tekanan darah


tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami. I. Astuti
R, editor. Bandung: Qanita; 2010. 40-43 p.

14. Marliani L dan TH. 100 Questions & Answers Hipertensi. I. Dulhalim, editor.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007. 11 p.

15. Tambayong J. Patofisiologi untuk Keperawatan. I. Monica Ester, editor. Jakarta:


EGC; 2000. 95 p.

16. Soenarta AA, Erwinanto, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, Hersunarti N,
et al. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2015;1:1–2.

17. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C,


Handler J, et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults. Jama [Internet]. 2014;311(5):507. Available from:
http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?doi=10.1001/jama.2013.284427

18. Prasetyaningrum YI. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. I. Diah A, editor.


Jakarta: Fmedia; 2014. 20-25 p.

19. Verdecchia P, Angeli F, Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, et al. How


can we use the results of ambulatory blood pressure monitoring in clinical
practice? Hypertension [Internet]. 2016;11(3):102–7. Available from:
72

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17452760%5Cnhttp://www.ncbi.nlm.nih
.gov/pubmed/26668021%5Cnhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.
fcgi?artid=PMC4741044%5Cnhttp://cjasn.asnjournals.org/cgi/doi/10.2215/CJ
N.08530815%5Cnhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/

20. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta:


Sagung Seto; 2010. 97-118 p.

21. Dahlan M.S. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang


Kedokteran dan Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009. 81-82 p.

22. Iwan, Ariawan. Sampel Untuk Estimasi Proporsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; 20 p.

23. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta:


Sagung Seto; 2010. 84-88 p.

24. Setyanda, G.o.Y., Sulastri, D., Lestari Y. Artikel Penelitian Hubungan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada Laki- Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 2015;4(2):434–40.

25. Indrawati L. Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin


dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biomedis dan Farmasi. 2009;4(19):174–84.

26. Pusparani ID. Gambaran Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Skripsi. Jakarta: UIN
Jakarta;2016. 1-78 p.

27. Murti B. Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Matrikulasi Program Studi


Doktoral. 2011;1–19.

28. Tantur S. Panduan Penelitian untuk Skripsi Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Diandra; 2017. 20-23 p.
73

29. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta:


Sagung Seto; 2010. 33-41 p.

30. Nurrahmani. Stop Hipertensi. Jakarta: Familia; 2012.

31. Aisyiah FN. Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten / Kota Dengan
Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera.Skripsi. Bogor:IPB; 2009.

32. Irza S. Analisis faktor risiko hipertensi pada masyarakat nagari bungo tanjung,
sumatera barat [Internet]. 2009. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14464/1/09E02696.pdf

33. Staessen JA, Wang J, Bianchi G, Birkenhäger WH. Essential hypertension.


Lancet. 2003;361(9369):1629–41.

34. Krummel DA. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. USA: Saunders Co;
2004.

35. Kurniasih I, Setiawan, Riza M. Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di


Puskesmas Srondol Semarang Periode Bulan September – Oktober 2011. Jurnal
Kedokteran Muhammdaiyah. 2013;1(2):54–9.

36. Rustiana. Gambaran Faktor Resiko Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas


Ciputat Timur Tahun 2014. Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta;2014.

37. De Geest S, Sabaté E. Adherence to long-term therapies: Evidence for action.


Eur J Cardiovasc Nurs. 2003;2(4):323.

38. Dalyako DAP. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya Pengendalian


Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Mojosongo Boyolali. Skripsi.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta;
2010.

39. Suoth M, Bidjuni H, Malara RT. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
74

Hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa


Utara. ejournal keperawatan (e-Kp). 2014;2(1):1–10.

40. Syahrini EN, Susanto HS, Udiyono A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
[Internet]. 2012;1(2):315–25. Available from:
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

41. Rachmawati YD. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.

42. Mei P, Shinta P, Tirka W, Sudhana IW. Prevalensi dan Gambaran Faktor Risiko
Hipertensi pada Usia Dewasa di Wilayah Kerja Tabanan II Periode Mei
2012.Jurnal Kedokteran. 2012;

43. Ramadhan AJ. Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan Pembuluh
Darah. Pangambaraan.K.S. editor.Jogjakarta: Diva Press; 2010. 108-109 p.

44. Afid, M.D N. Efek konsumsi daging kambing terhadap tekanan darah.Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2016;10(1):85–90.

45. Widyaningrum S. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia (Studi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember).
Skripsi. Jember: Universitas Jember; 2012.

46. Rosidi A, handarsari E, Mahmudah M. Hubungan kebiasaan cuci tangan dan


sanitasi makanan dengan kejadian diare pada anak SD Negeri Podo 2 kecamatan
kedungwuni kebupaten pekalongan. J Kesehat Masyarakat Indonesia. 2010; 6: 76-84.

47. Siringoringo M,Hiswani,Jemadi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


hipertensi pada lansia di desa Sigaol Simbolong Kabupaten Simosir tahun
2013.Departemen epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat USU;2013.
75

48. Martiningsih. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya


hipertensi primer pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Bima ditinjau dari
perspektif keperawatan self-care orem.Tesis.Depok:Universitas Indonesia;2011.

49. Estiningsih HS. Hubungan indeks massa tubuh dan faktor lain dengan kejadian
hipertensi pada kelompok usia 18-44 tahun di kelurahan Sukamaju Depok rahun 2012.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia; 2012.

50. Ismuningsih R. Pengaruh konsumsi lemak terhadap tekanan darah penderita


hipertensi rawat jalan di rumah sakit PKU Muhammadiyan Surakarta. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta;2013.

51. Rachmawati R, Dian Daniyati. Hubungan kebiasaan minum kopi terhadap tingkat
hipertensi.Jurnal ners community. 2016;07 (2): 149-161.

52. Suparto. Faktor risiko yang paling berperan terhadap hipertensi pada masyarakat di
Kecamatan Jatipuro kabupaten Karanganyar tahun 2010. Tesis. Surakarta: Universitas
Negeri Surakarta; 2010.

53. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 15 tahun 2016 tentang
Istithaah Kesehatan Jamaah Haji [Online].; 2016 [ sitasi 2016 juni 15]. h. 4-10. Diakses
dari: http://kalsel.kemenag.go.id./files/kalses/file/file/HajiZakatdanWakaf/
Permenkes_15_2016_Istitaah_Kesehatan_Jamaah_Haji(1).pdf

54. Pusat kesehatan haji. Pedoman teknis pemeriksaan kesehatan Jamaah haji. Jakarta:
kementerian kesehatan RI; 2010 . h. 3-17.

55. Sekretariat jenderal pusat kesehatan haji. Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
haji mencapai istithaah kesehatan Jamaah haji untuk menuju keluarga sehat ( petunjuk
teknis Permenkes nomor 15 tahun 2016). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2017. h. 11-42.

56. Kementerian Agama RI, Al Quranul Karim dan Terjemahanya Surat Ali Imran 97, tentang
perintah menjalankan ibadah haji. Jakarta, 2010.
76

57. Shihab, M.Quraisy. Tafsir Al-Mishbah (pesan, kesan dan keserasian Al-Qur'an) . Jakarta:
Lentera Hati. 2007. p.197.
77

LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat etik penelitian


78

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Responden

Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA CALON JAMAAH HAJI


BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017
Bapak, ibu yang terhormat,

Saat ini saya, Anik Alfiyani sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor Risiko
Hipertensi pada Calon Jamaah Haji Bekasi kloter 34 dan 54 tahun 2017”.

Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda akan
menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah
menggunakan sfigmomanometer dan stetokop. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah
haji.

Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan


penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-waktu
ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting sekali,
diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-baiknya.

Hal-hal yang terkait dengan hasil pemeriksaan dan hasil pengisian kuesioner akan kami
jaga kerahasiaannya.

Peneliti,

Anik Alfiyani

Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang Selatan

Tlp. 085741251351
79

(Lanjutan)
Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner
Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Usia :

KBIH :

Alamat :

Nomor telp/ hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang diberikan
oleh Anik Alfiyani dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bersedia
menjalani penelitian mengenai “Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Calon Jamaah
haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017 ”.
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Ciputat, 2017

Mengetahui,

Peneliti Peserta Penelitian

(Anik Alfiyani) ( )
80

Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
KUESIONER ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA CALON
JAMAAH HAJI BEKASI KLOTER 34 DAN 54 TAHUN 2017
A. Indentitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Tanggal lahir :
4. Jenis kelamin :
5. Pekerjaan :
6. Status pernikahan :
7. Pendidikan terakhir :
8. Alamat :
9. No. Telp./Hp :
10. Lama menunggu :
11. Berangkat dengan siapa :( ) Sendiri
( ) Suami/ Istri
( ) Keluarga

12. Hasil Pemeriksaan


Tekanan Darah :
81

(Berikan tanda silang “X” pada satu jawaban yang Anda pilih dan isilah titik-
titik sesuai dengan pertanyaan yang diberikan)
DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI RIWAYAT PENYAKIT RESPONDEN
NO Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda menderita hipertensi a. Ya
(penyakit tekanan darah tinggi)? b. Tidak
c. Tidak tahu
2. Jika ya, sejak kapan anda a. <1 tahun
menderita hipertensi (tekanan b. >1 tahun
darah tinggi)? c. Baru-baru ini
3. Siapa yang mendiagnosis anda a. Dokter
hipertensi (penyakit darah tinggi)? b. Bidan
c. perawat
d. lainnya
4. Jika anda menderita hipertensi/ a. Puskesmas
tekanan darah tinggi, Dimana biasa b. Rumah sakit
anda kontrol untuk berobat? c. Klinik dokter
d. Klinik bidan
e. Klinik
perawat
f. Tidak berobat
5. Berapa kali anda berobat untuk a. <1 kali dalam
kontrol tekanan darah? satu bulan
b. 1 kali dalam
sebulan
c. Tidak pernah

6. Apakah anda mengambil semua obat a. Ya


yang diresepkan untuk anda? b. Tidak
7. Apakah anda mengkonsumsi obat- a. Ya
obatan penurun tekanan darah? b. Tidak
8. Jika iya, sudah berapa lama anda a. <1 bulan
mengkonsumsi obat penurun tekanan b. <1 tahun
darah? c. >1 tahun
9. Apakah anda mengkonsumsi obat- a. Ya
obatan penurun tekanan darah b. Tidak
berdasarkan resep dari dokter?
10. Apakah anda ingat nama obat yang a. Ya
anda konsumsi untuk menurunkan b. Tidak
tekanan darah?

11. Apa nama obat penurun tekanan darah a. Captopril


yang anda minum? b. Amlodipin
82

c. …………….
(isi sesuai
nama obat
yang anda
minum)
12. Berapa macam obat penurun tekanan a. 1 macam
darah yang anda minum setiap b. 2 macam
harinya? c. >2 macam

13. Apakah anda membawa obat penurun a. Ya


tekanan darah ketika bepergian? b. Tidak
14. Apakah anda pernah lupa minum obat a. Ya
penurun tekanan darah? b. Tidak

15. Apakah di keluarga anda ada yang a. Ya


menderita penyakit darah tinggi? b. tidak
16. Jika ada, Siapakah di keluarga anda a. Ayah
yang menderita hipertensi selain b. Ibu
anda? c. Nenek
d. Kakek
17. Apakah anda mempunyai riwayat a. Ya
penyakit jantung? b. Tidak
c. Tidak tahu
18. Apakah anda mempunyai riwayat a. Ya
penyakit diabetes (penyakit gula)? b. Tidak
c. Tidak tahu
19. Apakah anda mempunyai riwayat a. Ya
kolesterol tinggi? b. Tidak
c. Tidak
tahu
20. Apakah anda sering merasakan sakit a. Ya
kepala sebelah, berat di tengkuk, b. Tidak
pusing berputar, jantung berdebar-
debar, mudah lelah, susah tidur,
telinga berdenging, mata berkunang-
kunang, dan mudah marah?
83

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


NO PERILAKU Dilakukan/tidak Frekuensi
dilakukan
1. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya a. >= 1 kali
makanan asin? b. Tidak perhari
b. 1-6 kali
dalam
seminggu
c. <= 3 kali
dalam
sebulan
2. Berapa banyak anda a. <1/2 sendok
mengkonsumsi garam dalam teh perhari
sehari? b. >1/2 sendok
teh perhari
3. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya
biscuit, crackers, keripik dan b. Tidak
makanan kering yang asin?
4. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya
makanan dan minuman b. Tidak
kaleng(sarden, sosis, korned,
soft drink)?
5. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya
susu fullcream, mentega, b. Tidak
margarine, keju mayonnaise,
daging sapi/kambing, kuning
telur?
6. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya
makanan yang diawetkan b. Tidak
(dendeng, asinan sayur dan
buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai
kacang)?
7. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya a. >= 1 kali
makanan berlemak (makanan b. Tidak perhari
yang digoreng/gorengan, santan, b. 1-6 kali
jeroan, gajih, otak)? dalam
seminggu
c. <= 3 kali
dalam
sebulan
8. Apakah anda merokok? a. Ya a. <10 batang
b. Tidak perhari
84

b. 10-20 batang
perhari
c. >20 batang
perhari
9. Sudah berapa lama anda a. <10 tahun
merokok? b. 10-20
tahun
c. >20 tahun
d. Tidak
pernah
10. Apakah anda minum minuman a. Ya a. >1 kali sehari
berkafein seperti kopi? b. Tidak b. 1 kali sehari
c. 3-6 kali dalam
seminggu
d. 1-2 kali dalam
seminggu
e. Tidak pernah

11. Apakah anda berolahraga? a. Ya a. 1 kali


b. Tidak seminggu
b. 3-5 kali dalam
seminggu
c. Tidak pernah

12. Apakah anda sering stress (rasa a. Ya


tertekan, murung, bingung, b. Tidak
cemas, berdebar-debar, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah)?
13. Apakah anda menggunakan a. Ya a. >3 kali dalam
minyak jelantah untuk memasak? b. Tidak seminggu
b. 1-2 kali dalam
seminggu
c. Tidak pernah

14. Apakah anda sedang a. Ya a. <1 tahun


mengkonsumsi pil KB? b. Tidak b. >12 tahun
c. tidak
mengkonsumsi
d.

15. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya a.>1 kali sehari


bumbu penyedap (MSG) atau b. Tidak atau 1 kali
memakai bumbu penyedap saat sehari
memasak? b. 3-6 kali
perminggu atau
1-2 kali
perminggu atau
85

< 3 kali
perbulan
c. tidak pernah
16. Apakah anda mengkonsumsi a. Ya
daging kambing? b. Tidak
17. Apakah keluarga anda tahu kalau a. Ya
anda menderita hipertensi? b. Tidak
c. Tidak tahu
18. Apakah keluarga anda sering a. Ya
mengingatkan anda untuk minum b. Tidak
obat penurun tekanan darah?
19. Apakah keluarga anda a. Ya
mengantarkan anda berobat ke b. Tidak
layanan kesehatan untuk kontrol
penyakit anda?
20. Apakah keluarga anda a. Ya
memperhatikan makanan yang b. Tidak
anda konsumsi?
21. Apakah keluarga anda a. Ya
mengingatkan anda untuk b. Tidak
olahraga teratur?
86

Lampiran 4

Prosedur pengumpulan data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
pengisian kuesioner oleh responden dan pengukuran tekanan darah responden.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

 Prosedur administratif:
1. Mendapatkan permohonan/izin melakukan pengambilan data dari dekan
fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 1 Agustus 2017
2. Mendapatkan surat izin melakukan penelitian di Islamic Center Bekasi dari
pihak Kementerian Agama Bekasi bagian Haji dan Umrah pada tanggal 2
Agustus 2017
 Prosedur teknik
1. Mencari KBIH untuk melakukan pengambilan data, dimulai dari pencarian
informasi mengenai tempat bimbingan calon jamaah haji di Demak, Ciputat,
Bandung, dan Lampung pada bulan Juni 2017
2. Meminta izin kepada pembimbing untuk melakukan pengambilan data pada
tanggal 28 Juli 2017
3. Pembimbing memberikan saran tempat pengambilan data pada calon jamaah
haji di tempat yang masih memungkinkan adanya pertemuan kloter yaitu di
Islamic Center Bekasi
4. Pembimbing mengarahkan untuk menghubungi pihak pertemuan kloter di
Islamic Center Bekasi dalam hal ini yaitu Ibu Sugini salah satu panitia
pertemuan kloter untuk menanyakan perihal jadwal pertemuan kloter dan
perizinan ke pihak Kementerian Agama Bekasi
5. Ibu Sugini mengarahkan untuk menemui atau datang langsung ke kantor
Kementerian Agama Bekasi untuk mengurus perizinan
87

6. Senin, 31 Juli 2017 datang ke kantor kementerian Agama Bekasi bagian umum
untuk menanyakan perizinan dan mendapatkan izin dengan catatan membawa
surat dari dekanat perihal perizinan pengambilan data
7. Rabu, 2 Agustus 2017 menyerahkan surat perizinan ke kantor kementerian
agama dan diminta oleh bagian umum untuk menemui kepala urusan haji dan
umrah dalam hal ini Ibu Sukasih untuk meminta izin melakukan pengambilan
data pada hari kamis 3 Agustus 2017 saat pertemuan kloter dan berhasil
mendapat izin dari ibu Sukash
8. Kamis, 3 Agustus 2017 melakukan pengambilan data dengan mendirikan stand
pemeriksaan gratis yang terdiri dari Pengukuran Tekanan Darah,Gula Darah,
Asam Urat dan Kolesterol serta meminta peserta pertemuan kloter yang
bersedia diperiksa untuk mengisi kuesioner penelitian. Memberikan
pengumuman Sebelum acara pembinaan dimulai dengan memberikan
informasi kepada calon jamaah haji kloter yang sudah datang bagi yang
bersedia diperiksa datang ke stand untuk dilakukan pengukuran sekaligus
mengisi kuesioner dan dilakukan wawancara
9. Setelah data terkumpul, menentukan kriteria inklusi dan eksklusi serta
menghitung jumlah data yang diperoleh
10. Didapatkan data sekali pengukuran masih belum memenuhi sampel target
sehingga pada tanggal 10 Agustus 2017 melakukan pengambilan data ke-2
dengan sampel yang berbeda yaitu calon jamaah haji kloter 54 Bekasi
11. Melakukan perhitungan dan sortir kriteria inklusi dan eksklusi
12. Setelah dihitung sampel target masih belum terpenuhi sehingga peneliti inisiatif
untuk menanyakan kepada pihak urusan haji dan umrah untuk diizinkan
mengambil data di asrama haji karena jadwal pertemuan kloter selanjutnya
yaitu rabu 16 Agustus 2017 dan pertemuan terakhir pada Jum’at 18 Agustus
2017 yang mana jadwal tersebut bertabrakan dengan jadwal kuliah peneliti
namun oleh pihak urusan haji dan umrah tidak diizinkan mengambil data di
asrama haji.
88

13. Akhir agustus seluruh calon jamaah haji sudah berangkat ke Tanah suci
Makkah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data lagi
dan data yang didapat sebanyak 93 data namun yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 67 data.
89

Lampiran 5
Dokumentasi Pengambilan Data
90
91

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anik Alfiyani


Tempat/tanggal lahir : Pati, 06 Juni 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Masjid Jami’ Al-Hadi, Dk. Karang Tandan RT 006
RW 004 Prawoto Sukolilo Pati
No.Hp : 085741251351
Email : anikalfiyani@gmail.com

PENDIDIKAN
2001-2002 : RA Mashitoh
2002-2008 : MI Al-Hidayah 02 Prawoto
2008-2011 : MTS Sunan Prawoto
2011-2014 : MA Sunan Prawoto
2014-sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai