Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
Riza Mawaddatar Rohmah
NIM: 1112103000101
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia
yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan
kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke
jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya
yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis
menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta
dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arif Sumantri SKM Mkes selaku dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah,
M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu
dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Zulhafdy M, Sp.M selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis
menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD
selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi
penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang ikut serta
memberi saran dan kritiknya untuk uji validasi dan reliabilitas dalam
penelitian ini.
7. Ummi dan Buya atas doa, dukungan riil maupun materiil, motivasi, dan
saran yang tidak pernah berhenti diberikan untuk penulis baik untuk
penelitian ini maupun segala studi yang sedang penulis jalani.
v
8. Adinda tersayang : Obi, Ayang dan Niswa yang telah mewarnai kehidupan
penulis.
9. UNO: anis, pupink, muthi and vio for bring me joyful and spirit to finish
this. May our friendship long last till the end. Especially to Anis & Pupink
who helped me a lot in the last critical day. I can’t thankyou enough for
you both.
10. Teman-teman sekelompok, Irvan Fathurohman, Melia Fatrani R, Raka
Petra Prazasta, Aliefa Asyifa yang mulai dari perancangan judul hingga
mengolah data selalu bersama-sama, semoga selalu saling menolong
hingga sukses nanti.
11. Seluruh penghuni Rumah Semut: Mulia, Wana, Afi, Eka, Novput, Bre,
Bebel, Haps terima kasih sudah meramaikan rumah dan hari-hari penulis.
Special thanks to : Abqariyyah dan Silvi.
12. Kemenag yang telah memberikan beasiswa santri berprestasi dan seluruh
anggota CSS 2012, terimakasih sudah menjadi keluarga kedua peneliti.
13. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 tersayang yang tidak pernah berhenti
memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini. Semoga
setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga
menjadi dokter nanti.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari.
Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat
di dunia dan akhirat.
vi
ABSTRAK
Kata kunci: Stroke, tingkatan risiko, Stroke Risk Scorecard, pencegahan primer.
ABSTRACT
Riza Mawaddatar Rohmah. Medical Education Study Program. The
Assessment of Stroke Risk Levels and Related Factors in the Community of
KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah in the year of 2015.
Stroke is one of non-communicable disease that can be the major causes of death
and disability in the world. To prevent the occurrence of stroke and its
complication will require primary prevention to reduce the incidence. Primary
prevention can be initiated by assessing how much risk that one person may have
using Stroke Risk Scorecard. The aims of this study was to determine the risk
levels of stroke in community around KPKM Buaran and the distribution of the
risk factor. This study used cross sectional design with 134 respondents were
divided into three RT and RW and taken by two stage cluster sampling.
Respondents filled out a questionnaire and examination of weight, height, fasting
blood sugar, blood pressure, total cholesterol, and regularity of the pulse. The
results of this study was the community around KPKM Buaran had risk levels of
Stroke respectively 39,6% at high risk, 27,6% at moderate risk, and 32,8% at low
risk. Based on Chi-square analysis, this study found a significant relationship
between the risk levels with the distribution of risk factor there was gender, blood
pressure, smoking, fasting blood sugar levels, physical activity, body mass index,
and history of stroke in family (p<0,05).
Keywords: Stroke, the risk levels, Stroke Risk Scorecard, primary prevention.
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Hipotesis .................................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
viii
3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 30
3.5. Manajemen Data ........................................................................................ 30
3.5.1. Pengumpulan data ........................................................................... 30
3.5.1.1 Instrumen Penelitian ............................................................ 30
3.5.1.2 Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 31
3.5.1.3 Alur Pengumpulan Data ...................................................... 31
3.5.2. Pengolahan Data .............................................................................. 32
3.5.3 Analisis Data ................................................................................... 32
3.5.4. Penyajian Data ................................................................................. 32
3.6. Etika Penelitian .......................................................................................... 32
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 56
5.2. Saran .......................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58
LAMPIRAN ...................................................................................................... 62
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1 Skema program kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien
dengan komponen lainnya ..................................................... 21
Gambar 2.2 Aplikasi pelayanan prospektif di komunitas .......................... 22
Gambar 2.3 Kerangka teori ........................................................................ 23
Gambar 2.4 Kerangka konsep .................................................................... 24
Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data ......................................................... 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Di Indonesia, data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010-
2011 menyebutkan bahwa pada tahun 2009 penyakit dengan Case Fatality Rate
(CFR) tertinggi adalah stroke (12,68%) diikuti oleh penyakit jantung (9,17%).
Sedangkan pada tahun 2010, penyakit dengan CFR tertinggi adalah stroke dan
penyakit jantung (8,7%).5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menunjukkan peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per mil pada tahun 2007
menjadi 12,1 per mil pada tahun 2013. Prevalensi stroke juga meningkat seiring
peningkatan usia, tertinggi pada usia ≥75 tahun (43,1 per mil dan 67,0 per mil).
Provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi adalah Sulawesi Utara (10,8 per mil),
diikuti DI Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-
masing 9,7 per mil. 21
Data dari beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa stroke merupakan
penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian. Sekitar 23,6 juta
orang diperkirakan akan meninggal akibat penyakit jantung dan stroke pada tahun
2030. Menurut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit (SP2RS), stroke
termasuk dalam 10 peringkat utama penyakit sistem vaskular dalam rumah sakit
di Indonesia.24
Sampai saat ini, penyakit stroke masih merupakan hal yang menakutkan
karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Kematian paling tinggi dijumpai
pada satu bulan pasca serangan stroke. Kematian akibat stroke ditemukan pada
10-30% pasien yang dirawat. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan seperti
kelumpuhan anggota gerak pada orang dewasa. Stroke juga berdampak besar dari
segi ekonomi karena pengobatan stroke membutuhkan biaya yang relatif mahal
namun tidak menjamin adanya kesembuhan total. Dan berdampak pula pada segi
sosial yaitu berkurangnya kemampuan untuk bekerja seperti semula karena
kecacatan dan komplikasi yang ditimbulkan setelah serangan sehingga menjadi
beban sosial di masyarakat. Sifat stroke yang multikausal menyebabkan sampai
sekarang belum ada pengobatan yang efektif dan efisien. 25
Upaya pencegahan untuk menderita stroke merupakan salah satu cara yang
paling efektif dan efisien untuk mengurangi angka kejadian stroke. Dengan
mencegah timbulnya stroke, dapat mencegah kecacatan dini serta dapat menekan
biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke. Tentunya, upaya pencegahan ini
3
akan lebih efektif lagi bila disesuaikan dengan faktor risiko yang dimiliki masing-
masing individu.20 Tindakan pencegahan yang efektif bisa dimulai dengan penilaian
faktor risiko stroke menggunakan Stroke Risk Scorecard.
Penilaian risiko ini meliputi penentuan faktor risiko seorang individu
untuk mengalami stroke, mendeteksi onset stroke sedini mungkin, dan mencegah
atau mengintervensi sedini mungkin penyakit stroke untuk meminimalisir
komplikasi lebih lanjut. Tujuan dilakukannya penilaian tingkat risiko stroke pada
masing-masing individu agar penatalaksanaannya berdasarkan faktor risiko yang
dimiliki per individu. Dengan penatalaksanaan secara individual dan dilakukan
sedini mungkin, diharapkan akan meminimalisir perkembangan lebih lanjut dari
penyakit stroke dengan mencegah atau memperlambat penyakit stroke.20 Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk deteksi dini faktor-faktor risiko stroke
yang terdapat pada masing-masing individu.
1.3. Hipotesis
1. Lebih dari 50% masyarakat binaan KPKM Buaran pada tahun 2015
memiliki risiko tinggi untuk terkena stroke berdasarkan Stroke Risk
Scorecard.
2. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran pada tahun 2015, sebaran
faktor risiko yang memiliki persentase paling tinggi adalah tekanan
darah tinggi, kolesterol total yang tinggi, dan obesitas.
4
TINJAUAN PUSTAKA
2. Riwayat Keluarga
Risiko stroke akan meningkat bila ada riwayat keluarga yang pernah
mengalami stroke. Beberapa stroke mungkin merupakan gejala dari
kelainan genetik seperti Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy with
Sub-cortical Infarcts and Leukoencephalopathy (CADASIL). Suatu
penyakit yang menyebabkan mutasi gen sehingga terjadi kerusakan di
pembuluh darah otak, menyumbat aliran darah. Sebagian besar orang-
orang dengan CADASIL mempunyai riwayat kelainan pada keluarga.10
3. Ras
Ras Afrika & ras Amerika berisiko terkena stroke 2 kali lipat
dibanding ras Kaukasia. Ini disebabkan oleh ras kulit hitam mempunyai
risiko yang lebih tinggi mengalami hipertensi, diabetes dan obesitas10. Ras
Hispanik dan ras Asia Pasifik juga berisiko lebih tinggi dari pada ras
Kaukasia.11
4. Jenis Kelamin
Insidensi stroke lebih banyak pada laki-laki, namun lebih banyak
wanita yang meninggal karena stroke dibanding laki-laki. Penggunaan pil
KB, kehamilan, riwayat preeklampsia /eklampsia atau diabetes gestasional,
penggunaan kontrasepsi oral, merokok, dan terapi hormon pasca
menopause dapat merupakan faktor risiko stroke khusus wanita.3
Orang yang bertekanan darah tinggi memiliki risiko setengah atau lebih
dari masa hidupnya untuk terkena stroke dibanding orang bertekanan darah
normal. Tekanan darah tinggi menyebabkan stress pada dinding pembuluh
darah. Hal tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah, sehingga bila
kolesterol atau substansi fat-like lain terperangkap di arteri otak akan
menghambat aliran darah otak, yang akhirnya dapat menyebabkan stroke.
9
2. Kebiasaan Merokok
Orang yang memiliki kebiasaan merokok memiliki 3 kali lipat lebih
berisiko untuk terkena stroke dibanding yang tidak merokok. Sekitar 100.000
perokok meninggal setiap tahunnya di Inggris. Penyebab utama kematiannya
adalah karena kanker paru dan penyakit dada lainnya, seperti bronkitis dan
emfisema.7
Zat yang terkandung dalam rokok dapat merusak sistem kardiovaskular
dalam banyak cara. Sekitar 7.000 zat beracun termasuk karbon monoksida,
formaldehid, dan hidrogen sianida terkandung dalam satu hisapan ketika
merokok. Zat-zat kimia ini akan masuk ke paru lalu ke pembuluh darah dan
merusak sel-sel tubuh. Juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol. Rokok
akan mengurangi jumlah kolesterol baik (HDL kolesterol) di pembuluh darah
dan meningkatkan jumlah kolesterol jahat (LDL kolesterol).
Ketidakseimbangan lipoprotein akan menyebabkan kecenderungan kolesterol
LDL yang menumpuk di dinding pembuluh darah. Sehingga risiko untuk
10
3. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan lipid serum
diatas batas normal. Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak
(endogen).2
Dalam aterogenesis, kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang paling
berperan13. Kolesterol atau plak yang terbentuk di arteri oleh low-density
lipoproteins (LDL) dan trigliserida dapat menghambat aliran darah ke otak
sehingga dapat menyebabkan stroke. 10
11
terjadinya resistensi insulin pada sel-sel tubuh sehingga dampak dari kedua
keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan glukosa darah. 17
Kadar gula darah sewaktu yang normal adalah di bawah 200 mg/dl dan
kadar gula darah puasa yang normal adalah dibawah 126 mg/dl. Jika kadar
gula darah melebihi dari itu disebut hiperglikemia, maka orang tersebut
dicurigai memiliki penyakit diabetes mellitus. Kadar gula darah dapat dengan
cepat berubah-ubah, tergantung pada makanan yang kita makan dan seberapa
banyak makanan itu mengandung gula.4
Keadaan hiperglikemi dan berlangsung kronik dapat memberikan dampak
yang tidak baik pada jaringan tubuh, salah satunya adalah mempercepat
terjadinya aterosklerosis dengan baik. Dengan kata lain, kadar gula darah
yang tinggi dapat menjadi faktor risiko stroke.25
5. Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan pada jantung dapat mengakibatkan iskemia otak.
Hal ini disebabkan oleh denyut jantung yang tidak teratur dan tidak efisien
dapat menurunkan total curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di
otak berkurang. Seseorang dengan penyakit atau kelainan pada jantung
mendapatkan risiko untuk terkena stroke 3 kali lebih tinggi dari orang yang
tidak memiliki penyakit atau kelainan jantung.25
Gangguan irama jantung juga dapat menyebabkan stroke yaitu melalui
mekanisme darah beku. Pada orang yang memiliki irama jantung tidak teratur
maka kecendrungan darah untuk menggumpal akan lebih besar dikarenakan
semprotan dari jantung yang tidak adekuat. Bila gumpalan darah tersebut
13
6. Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi adalah gangguan irama jantung. Atrium jantung tidak
berdetak dengan sempurna, sehingga menyebabkan adanya genangan darah
dan terbentuk sumbatan. Bila sumbatannya pecah, masuk ke pembuluh darah
dan bila ke otak dan menyumbat maka terjadilah stroke. Orang dengan atrial
fibrilasi memiliki risiko 4-5 kali untuk terkena stroke iskemik dibanding
dengan orang tanpa atrial fibrilasi.10,19
7. Obesitas
Obesitas adalah kondisi dimana Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2
yaitu keadaan dimana terjadi kelebihan kandungan lemak di jaringan adiposa
sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa tubuh dan lingkar
pinggang. Obesitas dipicu oleh asupan kalori yang masuk dari makanan tidak
seimbang dengan asupan kalori yang keluar sehingga terjadi penumpukan
karbohidrat, lemak, dan protein pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida.
Untuk obesitas sentral diukur dari lingkar pinggang yang diinterpretasikan
jika lingkar pinggang 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan.12
dari diabetes mellitus dan 21% dari penyakit jantung iskemik disertai oleh
peningkatan indeks massa tubuh diatas 21.10,36
Dalam suatu studi meta-analisis menyebutkan bahwa setiap peingkatan 5
kg/m2 dari individu yang memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2 maka akan diikuti
peningkatan mortalitas stroke sebanyak 40%. Maka dari itu, dianjurkan
penurunan berat badan pada orang dengan obesitas sehingga dapat
menurunkan tekanan darah dan risiko stroke.19
8. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik atau olahraga merupakan bentuk pemberian rangsangan
berulang pada tubuh. Aktivitas fisik sangat berhubungan dengan faktor risiko
stroke, yaitu hipertensi dan aterosklerosis. Orang yang memiliki aktivitas fisik
yang tinggi dapat menurunkan risiko stroke. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
fisik yang dapat membuat lumen pembuluh darah menjadi lebih lebar dan
lebih elastis. Oleh karena itu, darah dapat melalui pembuluh darah dengan
lebih lancar.25.
Stroke merupakan gangguan pasokan aliran darah otak yang dapat terjadi
dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Wilisi: arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasiler atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran
darah ke jaringan terputus selama 15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Oklusi di satu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut, karena kemungkinan ada sirkulasi kolateral
15
yang cukup untuk daerah tersebut. Proses patologis yang mendasari mungkin
salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah otak.
16
Patologinya dapat berupa:
Tanda bahaya lainnya juga bisa terjadi “double vision”, mengantuk, dan
mual muntah. Terkadang tanda-tanda bahaya tersebut hanya beberapa enit
kemudian menghilang. Episode singkat ini disebut dengan transient ischemic
attacks (TIAs) atau mini-stroke.15 Setiap tatalaksana yang tepat dapat mengurangi
kerusakan akibat stroke. Pasien yang sampai di ruang gawat darurat dalam 3 jam
dari onset gejala akan 3 kali lebih sehat dibanding pasien yang penangananya
terlambat.16
ini terjadi diantara lapisan dalam dan lapisan tengah membran yang
melapisi otak. Stroke hemorargik dapat menyebabkan bocornya darah dari
plasma ke jaringan sekitar otak dan menyebabkan peningkatan intra
kranial. Pembengkakan dan tekanan menyebabkan kerusakan jaringan di
otak dan bisa mendorong batang otak.18
A. Pencegahan Primer
Dalam pencegahan primer, yaitu pasien belum pernah mengalami TIA
ataupun stroke dan sangat dianjurkan. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan mengetahui secara dini pengendalian faktor risiko, caranya adalah
dengan mempertahankan gaya hidup sehat, yaitu :37
1. Hentikan kebiasaan merokok
2. Penurunan berat badan atau dipertahankan sesuai berat badan ideal (IMT
<25 kg/m2.
3. Makan makanan sehat: perbanyak buah dan sayur.
19
4. Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas fisik yang
punya nilai aerobik seperti jalan cepat, bersepeda dan berenang minimal
30 menit dan minimal 3 kali dalam seminggu.
5. Pemeriksaan rutin kolesterol. Kadar kolesterol dalam darah harus kurang
dari 200 mg/dl.
6. Pemeriksaan rutin gula darah. Kadar gula darah uasa harus dibawah 100
mg/dl.
7. Pemeriksaan rutin tekanan darah. Pertahankan tekanan darah 120/80
mmHg.
8. Penggunaan obat anti-hipertensi, warfarin, anti-platelet, statin bila
diperlukan dan sesuai petunjuk dokter.
B. Pencegahan Sekunder19
Dilakukan pada orang yang pernah mengalami TIA atau memiliki riwayat
stroke sebelumnya agar tidak terjadi stroke berulang, yaitu dengan A,B,C,D,E :
1. Anti-platelet (aspirin, klopidogrel, extended-release diprydamole,
ticlopidine) dan antikoagulan (warfarin)
2. Blood pressure (penurunan tekanan darah)
3. Cessation of cigarette smoking (berhenti merokok), cholesterol-lowing
medications (konsumsi obat-obatan penurun kolesterol), carotid
revascularization (revaskularisasi arteri karotis)
4. Diet: diet yang dianjurkan adalah Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH) atau Mediterranean diets.
5. Exercise (latihan) sesuai anjuran AHA.
Keterangan:
Dikatakan risiko tinggi bila pada kotak risiko tinggi terdapat ≥ 3 point.
Dikatakan risiko sedang bila pada kotak risiko sedang terdapat 4-6 point.
Dikatakan risiko rendah bila pada kotak risiko rendah terdapat 6-8 point.
Bagan 2.1. Skema program kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien
dengan komponen lainnya20
Sumber : R. Synderman & R. Sanders W, 2003
Hiperglikemia,
diabetes mellitus Pompaan jantung inadekuat
Perdarahan intraserebral
blood clotting
Atherosklerosis, hiperkoagulasi,
Bekuan darah, lemak, udara
↓ Perembesan darah dalam
Oklusi pembuluh darah otak parenkim otak
Trombosis Serebral ↓
Penekanan jaringan otak
↓
Pembuluh darah oklusi Emboli serebral infark otak, edema, herniasi
↓ otak
Iskemik jaringan otak
↓ STROKE
Edema dan kongesti jaringan
sekitar Faktor risiko yang tidak bisa
Defisit neurologis diubah : riwayat keluarga, jenis
kelamin, usia, ras
23
care
24
STROKE
24
Bagan 2.4 Kerangka Konsep
25
2 Kolesterol total Kadar kolesterol dalam darah pada saat Kolesterol Mengambil darah dari Ordinal 1 Optimal = <200 mg/dl
35
terakhir kali pengukuran. strip test kapiler ujung jari dengan 2 Borderline = 200-239 mg/dl
lancet dan dimasukkan ke 3 Tinggi = 240 mg/dl
alat pengukur kolesterol
3 Diabetes Mellitus Status pernah didiagnosa oleh tenaga Kuisioner Memindahkan informasi Nominal 1 = Pasien tidak menderita penyakit
kesehatan bahwa pasien memiliki penyakit dari pasien ke dalam gula
12
diabetes mellitus. kuesioner pengumpulan 2 = Pasien ragu-ragu
data (wawancara) 3 = Pasien ada penyakit gula
25
26
4. Gula Darah Kadar gula dalam darah pada saat terakhir Gluko-test Mengambil darah dari Ordinal 1 Normal = <110
Puasa kali pengukuran dalam keadaan puas 8-10 kapiler ujung jari dengan 2 Borderline = 110-125
jam.12 lancet dan dimasukkan ke 3 Tinggi = ≥ 126
alat pengukur glukosa.
5. Merokok Menilai kebiasaan merokok responden, Kuisioner Memindahkan informasi Ordinal 1 = Bukan perokok
14
dengan 3 kategori, yaitu : dari pasien ke dalam 2 = Trying to quit
c. Bukan perokok adalah bila kuesioner pengumpulan 3 = Perokok aktif
mengonsumsi rokok kurang dari 100 data (wawancara).
buah seumur hidup.
d. Trying to quit atau sedang mencoba
berhenti merokok adalah bila merokok
lebih dari 100 rokok tetapi tidak
merokok selama 28 hari terakhir
e. Perokok aktif bila responden
merokok lebih dari 100 batang rokok
dan masih merokok sampai sekarang
6. Indeks Massa Indeks massa tubuh merupakan hasil dari 1. Mengukur BB dan TB Ordinal Hasil IMT
Tubuh (IMT) berat badan (BB) dibagi dengan tinggi Timbangan lalu dimasukkan dalam 1. Ideal = <23,0
badan kuadrat dalam meter.12 berat rumus 2. Overweight = ≥ 23 – 24.9
badan. IMT = BB (kg) / TB (m) 2
3. Obesitas = ≥ 25
2. Stature
meter
26
27
7. Riwayat stroke Status penyakit keluarga (ayah, ibu, anak, Kuisioner Memindahkan informasi Nominal 1. Tidak ada
dalam keluarga saudara kandung, nenek kandung, kakek dari pasien ke dalam 2. Tidak yakin
kandung) yang pernah didiagnosa stroke.13 kuesioner pengumpulan 3. Ada
data
8 Riwayat Atrial Status pernah mengalami riwayat jantung Kuisioner Memindahkan informasi Ordinal 1 = Detak jantung selalu teratur
Fibrilasi berdebar atau riwayat detak jantung yang dari pasien ke dalam 2 = Tidak tahu atau tidak yakin atau
15
tidak teratur. kuesioner pengumpulan tidak ingat
data (wawancara) 3 = Ya, detak jantung tidak teratur
9. Aktivitas fisik Jumlah aktivitas fisik yang dilakukan Kuisioner Wawancara Ordinal 1. Aktivitas fisik rendah
36
responden dalam waktu 1 minggu. 2. Aktivtas fisik sedang
1. Tinggi apabila responden melakukan 3. Aktivitas fisik rendah
kegiatan fisik berat minimal 150 menit
atau kegiatan fisik sedang minimal 30
menit dalam satu minggu.
2. Sedang apabila melakukan kegiatan
fisik berat minimal 75 menit atau
kegiatana fisik sedang minimal 150 menit
dalam satu minggu.
3. Aktivitas fisik rendah apabila kegiatan
fisik responden tidak memenuhi kriteria
aktivitas fisik sedang dan tinggi.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
29
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Zα = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis
dua arah yaitu sebesar 1,96.
Zβ = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84
P1 = Proporsi kejadian stroke yang mendapat pengaruh dari faktor risiko
merokok sebesar 0,6.27
P2 = Proporsi kejadian stroke yang tidak mendapat pengaruh dari faktor
risiko merokok sebesar 0,4.27
P = Proporsi total: (P1+P2)/2 = 0,5
P1 – P2 = 0,2
Q1 = 1- P1 = 0,4
Q2 = 1- P2 = 0,6
Q = 1- P = 0,5
n1 = n2 = 95,25
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan bahwa jumlah total sampel
minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 96 orang.
Data primer yaitu usia, jenis kelamin, IMT, tekanan darah, aktivitas fisik,
riwayat berdebar, riwayat diagnosis atrial fibrilasi, riwayat keluarga dengan
stroke, kebiasaan merokok, regularitas nadi, kadar gula darah puasa dan kadar
kolesterol.
3.5.1.1. Instrumen Penelitian
A. Alat Pemeriksaan
Untuk mengukur berat badan digunakan timbangan injak jarum dengan
ketelitian 0,1 Kg, sedangkan untuk mengukur tinggi badan dan lingkar pinggang
digunakan tali meteran dengan ketelitian 0.1 cm. Untuk mendapatkan hasil IMT
maka digunakan kalkulator. Tekanan darah diukur dengan menggunakan
sfigmomanometer dan stetoskop Riester. Untuk pemeriksaan regularitas nadi
menggunakan jari pemeriksa selama 1 menit untuk melihat regularitas nadi.
Untuk pemeriksaan kadar gula darah dan kolesterol menggunakan Easy Touch
GCU dan strip glukosa untuk mengukur kadar gula darah , begitu pun dengan
strip kolesterol untuk mengukur kadar kolesterol.
31
B. Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner merupakan pertanyaan yang diadaptasi dan
di modifikasi dari Stroke Risk Scorecard.
3.5.1.2. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden secara
langsung di rumahnya. Peneliti mendampingi responden ketika mengisi kuesioner
untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti responden.
Selanjutnya dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang
dan regularitas nadi secara langsung dengan menggunakan instrumen yang telah
disebutkan. Selanjutnya, responden diminta untuk puasa 8-10 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan gula darah dan kolesterol. Responden yang memenuhi
syarat puasa sebelum pemeriksaan akan di ukur kadar gula darah puasa dan
kolesterol total.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi kantor
Kelurahan Buaran untuk mendapatkan gambaran masyarakat di Kelurahan
Buaran.
3.5.1.3. Alur Pengumpulan Data
Pemilihan sampel
• Dilakukan wawancara.
• Diukur TD, BB, TB,
Pengambilan data regularitas nadi, kadar
kolesterol, kadar GDP.
Pengolahan data
33
34
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid,
valid artinya ketepatan dan kecermatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat
untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur. Hasil dari uji validitas adalah
menentukan mana item kuesioner yang valid dan kurang valid.
Suatu item dikatakan memiliki nilai validitas yang baik apabila memiliki
nilai Pearson correlation (r hitung) lebih dari r tabel. Dan jika nilai r hitung lebih
kecil dari r tabel, maka item tersebut dinyatakan kurang valid. Nilai r tabel yang
digunakan pada pengujian ini adalah 0,361. Nilai ini didapatkan berdasarkan
jumlah sampel dan tingkat signifikan yang dipilih yaitu 30 responden dan 5%.
36
Berdasarkan tabel 4.2, item yang mempunyai validitas yang baik adalah
pemeriksaan berat badan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, gula
darah puasa dan kolesterol total. Sedangkan item yang mempunyai validitas yang
kurang baik adalah tinggi badan. Dan item yang tidak bisa dihitung validitasnya
adalah pemeriksaan regularitas nadi.
Tinggi badan yang kurang valid dan regularitas nadi yang validitasnya
tidak bisa dihitung dipengaruhi oleh faktor jumlah sampel validitas yang kurang
banyak sehingga hasil kurang variasi sehingga korelasinya dengan skor total
masih kurang mencapai angka r tabel. Namun, kedua item ini akan tetap dipakai
untuk kepentingan skoring di Stroke Risk Scorecard dan analisis data.
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner (N=30) (lanjutan)
Pearson R tabel Keterangan
No. Item Kuesioner
Correlation
6. Apakah Anda meminum 0,270 0,361 Validitas kurang
obat Diabetes / penyakit baik
gula/ kencing manis secara
rutin?
7. Berapa kadar kolesterol 0,607 0,361 Validitas baik
total Anda biasanya?
8. Apakah Anda pernah 0,567 0,361 Validitas baik
merasakan jantung berdebar
-debar / deg-degan dengan
detak jantung yang tidak
teratur?
9. Apakah Anda pernah sakit Constant 0,361 Validitas tidak bisa
jantung dan di diagnosis dihitung
Atrial Fibrilasi?
10. Apakah Anda seorang 0,595 0,361 Validitas baik
perokok?
11. Berapa hari dalam 0,421 0,361 Validitas baik
seminggu Anda biasanya
melakukan Kegiatan Fisik
Berat ?
12. Berapa hari dalam 0,397 0,361 Validitas baik
seminggu Anda biasanya
melakukan Kegiatan Fisik
Sedang ?
38
Hal tersebut terjadi karena pertanyaan yang dibuat sulit di mengerti oleh
responden sehingga berpengaruh kepada jawaban responden atau jawaban dari
responden yang kurang bervariasi. Untuk item nomor 9 tidak bisa dihitung
validasinya karena responden menjawab dengan jawaban yang sama sehingga
jawaban tidak bervariasi. Item yang kurang valid tidak akan dianalisis dalam
penelitian ini kecuali item nomor 9 dan 13 akan tetap di masukkan kedalam
kuesioner karena untuk kepentingan skoring di Stroke Risk Scorecard.
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah.
penelitian ini didapatkan nilai r tabel sebesar 0,361 untuk jumlah sampel 30 dan
tingkat signifikan. Uji reabilitas dalam hal ini mengacu pada nilai Alpha yang
dihasilkan dalam output SPSS. Hasil uji reabilitas dapat dilihat dari kriteria
pembagian interpretasi nilai Cronbach alpha, yaitu:
Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha yang dilakukan
uji reabilitas pda 12 item sebesar 0,703. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan
nilai r tabel juga dalam kriteria interpretasi masuk kedalam kriteria reliabel,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini memiliki reabilitas yang baik.
Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh item kuesioner yang diuji
reabilitasnya memiliki hasil yang reliabel, dilihat dari seluruh item yang memiliki
nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Seluruh item yang reliabel dapat
disimpulkan bahwa kuesioner ini akan tetap konsinten sehingga dapat digunakan
di tempat yang berbeda dan responden yang berbeda.
Dilihat dari tabel diatas, sebaran jenis kelamin responden tidak merata. Ini
terlihat dari banyaknya jumlah responden jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 93 orang (69,4%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
41 orang (30,6%). Hal ini disebabkan waktu pengambilan data di lakukan pada
jam kerja sehingga kebanyakan laki-laki sedang tidak berada di rumah. Ini
merupakan salah satu faktor yang membuat tidak meratanya sebaran responden
berdasarkan jenis kelamin.
Variabel faktor risiko pada penelitian ini adalah tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolik, tekanan darah total, regularitas nadi, riwayat berdebar tak
teratur, perokok, kolesterol total, gula darah puasa, aktivitas fisik, indeks massa
tubuh (IMT), dan riwayat stroke dalam keluarga.
Tabel 4.7. Sebaran Faktor Risiko Stroke berdasarkan Stroke Risk Scorecard
pada Responden (N=134)
No. Variabel Kategori N %
1. Tekanan darah sistolik < 120 mmHg 21 15,7
120-139 mmHg 66 49,3
>140 mmHg 47 35,1
2. Tekanan <80 mmHg 16 11,9
darah diastolik 80-89 mmHg 40 29,9
≥ 90 mmHg 78 58,2
3. Tekanan darah total Normal 14 10,4
Pre-hipertensi 39 29,1
Hipertensi 81 60,4
4. Regularitas nadi Reguler 134 100
Irreguler 0 0
5. Riwayat berdebar tidak Tidak pernah 111 82,8
teratur Pernah 23 17,2
6. Perokok Tidak merokok 100 74,6
Trying to quit 5 3,7
Merokok 29 21,6
7. Kolesterol total Optimal 32 23,9
Borderline 38 28,4
Tinggi 64 47,8
8. Gula darah puasa Normal 46 34,3
Borderline 67 50,0
Tinggi 21 15,7
44
Hasil dari pertanyaan “apakah Anda memiliki riwayat berdebar yang tidak
teratur?”, sebanyak 111 orang (82,8%) menjawab pernah sedangkan sisanya yaitu
23 orang (17,2%) menjawab tidak pernah. Hasil yang tidak bervariasi ini bisa
dipengaruhi oleh pertanyaan yang dibuat sulit di engerti oleh responden sehingga
berpengaruh kepada jawaban responden. Selain itu juga dipengaruhi oleh recall
bias responden karena tidak setiap orang mengerti bagaimana berdebar tidak
terartur dan tidak setiap orang mengingat pernah berdebar tidak teratur.
Kadar gula darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl masuk ke kategori GDP tinggi,
kadar GDP 100-125 masuk ke kategori borderline, dan kadar GDP <100
merupakan GDP normal. Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden terbanyak
yaitu 67 orang (50%) memiliki kadar GDP yang borderline yaitu 100-125 mg/dl,
sedangkan jumlah terkecil sebanyak 21 orang (15,7%) yang memiliki kadar GDP
46
tinggi yaitu ≥ 126 mg/dl dan 46 orang (34,3%) lainnya memiliki kadar GDP yang
normal yaitu <100 mg/dl.
Aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori yaitu aktivitas tinggi, sedang dan
rendah. Pengelompokan ini berdasarkan jenis kegiatan fisik dan waktu. Aktivitas
tinggi bila dalam satu minggu, responden melakukan kegiatan fisik berat minimal
selama 150 menit atau melakukan kegiatan fisik sedang minimal selama 300
menit. Aktivitas sedang bila dalam satu minggu, responden melakukan kegiatan
fisik berat minimal selama 75 menit atau melakukan kegiatan fisik sedang
minimal selama 150 menit. Sedangkan aktivitas rendah adalah bila kegiatan fisik
responden tidak memenuhi kriteria aktivitas fisik sedang dan tinggi.
Lingkup riwayat keluarga pada penelitian ini adalah ayah, ibu, anak,
saudara kandung, kakek dan nenek kandung. Sebanyak 115 orang (85,8%)
menjawab tidak ada riwayat keluarga yang mengalami stroke sedangkan 19 orang
(14,2%) menjawab ada riwayat keluarga yang mengalami stroke.
Penilaian tingkat risiko stroke ini berdasarkan pada Stroke Risk Scorecard.
Berikut merupakan hasil penilaian tingkat risiko stroke pada masyarakat binaan
KPKM Buaran tahun 2015 :
47
Pada penelitian ini dilakukan uji analisis bivariat. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. Analisis bivariat ini menggunakan Chi-square test. Jika p value <
0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna dari variabel-variabel yang diteliti
dengan derajat kepercayaan yaitu 95%.
Tabel 4.9 Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Risiko
Stroke
Tingkat Risiko Stroke
Jenis Total
Rendah Sedang Tinggi
Kelamin
n % n % n % N %
Laki-laki 5 12,2 16 39,0 20 48,8 41 100
Perempuan 39 41,9 21 22,6 33 36,8 93 100
Total 44 32,8 37 27,6 53 39,6 134 100
p-value=0,003
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat risiko stroke
diperoleh bahwa jumlah responden laki-laki yang memiliki risiko tinggi lebih
banyak (48,8%) dibandingkan dengan responden perempuan (36,8%). Sementara
jumlah responden laki-laki dan risiko rendah lebih sedikit (12,2%) daripada
48
responden perempuan (41,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,003 (p
<0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan tingkat risiko stroke.
Tabel 4.10 Sebaran Responden berdasarkan Tekanan Darah dan Tingkat Risiko
Stroke
Tingkat Risiko Stroke
Tekanan Total
Rendah Sedang Tinggi
Darah
n % n % n % N %
Normal & Pre- 23 43,4 23 43,4 7 13,2 53 100
Hipertensi
Hipertensi 21 25,94 14 17,3 46 56,8 81 100
p-value= 0,000
Hasil analisis hubungan antara tekanan darah dengan tingkat risiko stroke
diperoleh bahwa jumlah responden dengan normotensi & pre-hipertensi yang
49
4.4.4. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa dengan Tingkat Risiko
Stroke
Tabel 4.12 Sebaran Responden berdasarkan Kadar Gula Darah Puasa (GDP) dan
Tingkat Risiko Stroke
p-value= 0,002
Hasil analisis hubungan antara kadar gula darah puasa (GDP) dengan
tingkat risiko stroke diperoleh bahwa responden yang memiliki kadar GDP tinggi
yang memiliki risiko tinggi lebih banyak (61,9%) daripada responden dengan
kadar GDP borderline (32,8%) ataupun responden dengan kadar GDP normal
(39,1%). Sementara jumlah responden yang memiliki kadar GDP normal yang
memiliki risiko rendah lebih banyak (43,5%) daripada responden dengan GDP
tinggi (33,3%) ataupun kadar GDP borderline (25,4%). Dari hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,002 (p <0,01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara kadar gula darah puasa dengan tingkat risiko stroke.
51
Tabel 4.13 Sebaran Responden berdasarkan Aktivitas Fisik dan Tingkat Risiko
Stroke
Tingkat Risiko Stroke
Aktivitas Total
Rendah Sedang Tinggi
Fisik
n % n % n % N %
Tinggi 40 48,2 20 24,1 23 27,7 83 100
Sedang 3 11,5 15 57,7 8 30,8 26 100
Rendah 1 4 2 8 22 88 25 100
Total 44 32,8 37 27,6 53 39,6 134 100
p-value= 0,000
Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat risiko stroke
diperoleh bahwa responden dengan aktivitas fisik rendah yang memiliki risiko
tinggi lebih banyak (88%) daripada responden dengan aktivitas fisik sedang
(30,8%) ataupun responden dengan aktivitas fisik tinggi (27,7%). Sedangkan
jumlah responden dengan aktivitas fisik rendah yang memiliki risiko rendah lebih
sedikit (4%) daripada responden dengan aktivitas fisik sedang (11,5%) ataupun
responden dengan aktivitas fisik tinggi (48,2%). Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai p=0,000 (p <0,01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat risiko stroke.
dengan stroke iskemik akut. Laki-laki dengan aktivitas fisik yang rendah berisiko
13,95 kali untuk mengalami stroke iskemik daripada orang dengan aktivitas fisik
tinggi.31
4.4.6. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Risiko Stroke
Tabel 4.14 Sebaran Responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Tingkat Risiko Stroke
Hasil analisis hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tingkat
risiko stroke diperoleh bahwa responden dengan obesitas yang memiliki risiko
tinggi lebih banyak (56,9%) daripada responden dengan overweight (23,1%)
ataupun responden dengan IMT ideal (23,3%). Sedangkan jumlah responden
dengan obesitas yang memiliki risiko rendah lebih sedikit (15,4%) daripada
responden dengan overweight (34,6%) ataupun responden dengan IMT ideal
(58,1%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 (p <0,01). Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan
tingkat risiko stroke.
53
Tabel 4.15 Sebaran Responden berdasarkan Riwayat Stroke dalam Keluarga dan
Tingkat Risiko Stroke
Dari hasil analisis hubungan antara riwayat stroke dalam keluarga dengan
tingkat risiko stroke diperoleh bahwa responden yang tidak memiliki riwayat
stroke dalam keluarga dengan risiko tinggi lebih sedikit (35,7%) daripada
responden yang memiliki riwayat stroke dalam keluarga (63,2%). Sedangkan
jumlah responden yang tidak memiliki riwayat stroke dalam keluarga dengan
risiko rendah lebih banyak (36,5%) daripada responden yang memiliki riwayat
stroke dalam keluarga (10,5%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,039
(p <0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat
stroke dalam keluarga dengan tingkat risiko stroke.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
56
57
58
59
31. Yusuf Budi H, Agus Soedomo, Lilik Wijayanti. Hubungan Derajat Aktivitas
Fisik pada Laki-laki dengan kejadian Stroke Iskemik di RSUD dr Moewardi
Surakarta. Surakarta : 2013.
32. Jian Li, Johannes Siegrist. Physical Activity and Risk of Cardiovascular
Disease—A Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies [Review Journal].
Int. J. Environ. Res. Public Health ; Jan 2012. Accesed on 10 Oct 2015.
33. Lely Ophine. Hubungan antara obesitas dengan stroke pada pasien rawat inap
di bagian ilmu penyakit saraf FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Medan:
FK USU; 2010.
34. JNC 7 Express: The Seventh report of the joint national committee on
Prevention, detectiom, evaluation and treatment of high blood pressure. US:
Departement of health and human services, National Institutes of Health; 2003.
35. Paul SJ, dkk. American Association of clinical endocrinologists guidelines for
management of dyslipidemia and prevention of atherosclerosis. Endocrine
Practice. 2012; 18 (suppl 1):10
36. World Heart Organization [Internet]. Physical Activity. [place unknown]:
World Heart Organization; [date unknown] [last update 2015, cites 2015 Oct
13]. Available at http://www.who.int/topics/physical_activity/en/
37. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dan Yayasan Stroke Indonesia.
Mengenal Gejala dan Kiat Mencegah Stroke. Jakarta : Perdossi dan Yastroki ;
[date unknown], cites 2015 Oct 13. Available at
http://yastroki.or.id/file/strokemengenal.pdf
Lampiran 1
Lembar Surat Perjetujuan Responden
KUESIONER PENELITIAN
Penilaian Faktor Risiko dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stroke
SURAT PERSETUJUAN PARTISIPAN
Assalamualaikum Wr.Wb.
Saat ini, kami mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Dokter dalam Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sedang melakukan penelitian
sebagai salah satu syarat menjadi sarjana kedokteran. Penelitian ini tentang penilaian faktor
risiko terhadap penyakit usia lanjut yaitu stroke.
Pada penelitian ini kami akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang riwayat
kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga. Setelah itu kami akan melakukan pemeriksaan berupa
berat badan, tinggi badan, gula darah puasa, kolesterol, dan tekanan darah.
Dengan surat ini, kami meminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan
penelitian kami. Data dari Bapak/Ibu hanya akan kami gunakan sebagai bahan penelitian
dan akan kami rahasiakan.
Atas pengertian dan pertisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
62
63
Lampiran 2
Lembar Surat Persetujuan Responden (lanjutan)
Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : _____________________________
Alamat : _____________________________
No. Hp : _____________________________
(___________________)
Partisipan
64
Lampiran 3. Kuesioner
Silakan isi pada titik-titik yang tersedia dan centang pada pilihan yang sesuai
A. IDENTITAS RESPONDEN
NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR
A01 Nama
.....................................................................................
Lampiran 3 (lanjutan)
o Tidak pernah
Apakah Anda pernah medical check-
up atau tes kesehatan lengkap di
o Ya, saya pernah. Hasilnya
B01
bagaimana? _________
sebuah instansi kesehatan?
(hasil boleh ditunjukkan ke peneliti
bila masih ada)
Tekanan darah saya biasanya sebesar ........
mmHg
B03
Apakah Anda pernah meminum o Tidak tahu
obat darah tinggi?
o Ya, saya pernah minum obat darah
tinggi. Nama obatnya adalah
....................................
Lampiran 3 (lanjutan)
o Tidak pernah
B08
Apakah Anda pernah sakit jantung
dan di diagnosis Atrial Fibrilasi?
o Ya, saya pernah didiagnosis Atrial
Fibrilasi
Pada tahun ...........
o Tidak tahu
o Gula darah tanpa saya puasa terlebih dahulu biasanya
sebesar ........ mg/dL
B09
Berapa kadar gula
darah Anda biasanya?
o Gula darah setelah saya berpuasa 8 sampai 10 jam
biasanya sebesar .......... mg/dL
Lampiran 3 (lanjutan)
B12
Berapa kadar kolesterol total Anda
biasanya?
o Kurang dari 200 mg/dl
o 200-239 mg/dl
o 240 mg/dl atau lebih
Apakah Anda meminum obat o Tidak, saya tidak meminum obat
B11 diabetes / penyakit gula / kencing diabetes secara rutin
manis secara rutin?
o Ya, saya minum secara rutin
o Saya tidak tahu / belum pernah
diperiksa
B12
Berapa kadar kolesterol total Anda
biasanya?
o Kurang dari 200 mg/dl
o 200-239 mg/dl
o 240 mg/dl atau lebih
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
karena trauma/kecelakaan)
o Ayah
o Kakek/nenek
kandung
69
Lampiran 3 (lanjutan)
D. KEBIASAAN
Jika ada kegiatan fisik berat yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D04 ; Jika tidak ada
lanjut ke D05
Lampiran 3 (lanjutan)
Jika ada kegiatan fisik sedang yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D11; Jika tidak ada
maka Anda telah selesai mengisi kuesioner ini.
D06
Berapa lama Anda melakukan Kegiatan fisik sedang o .................. jam
biasanya dalam satu hari? / hari
71
Lampiran 3 (lanjutan)
IMT= .............
o 18,5 – 22,9
Indeks Massa Tubuh
E02
(IMT) o 23,0 – 24,9
o 25,0 atau lebih
Hasil
Pengukuran 1:
o kurang dari 120/80 mmHg
......... o (120-139) / (80-89) mmHg
E04 Tekanan Darah
Pengukuran 2: o 140/90 mmHg atau lebih
.........
Rerata : .........
Hasil a.radialis kanan: Hasil a.radialis kiri:
Pengukuran denyut
Frekuensi nadi: ….. Frekuensi nadi : ……
E05 arteri radialis (kali per
Isi : Isi :
menit)
Reguler / Irreguler Reguler / Irreguler
TERIMA KASIH
72
Lampiran 4
No. HP : 089682226992
Email : rizamawarr@gmail.com
Riwayat Pendidikan