Anda di halaman 1dari 31

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi- Definisi


2.1.1. Definisi Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan
serta bagian-bagiannya bebas dari sakit.
Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Menurut Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah
keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya
penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa
sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit
sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal.

2.1.2. Definisi Gaya Hidup Sehat


Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu
gaya hidup seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika suka
merokok dan minum minuman keras, tentu saja bukan pola hidup sehat (Anne, 2010).
Menurut Health Promotion Glossary (WHO 1998) Lifestyle is a way of living
based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay

Universitas Sumatera Utara

between an individuals personal characteristics, social interactions, and


socioeconomicand environmental living condition.
Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan.
Hidup dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat
dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang
baik dan positif. Hidup sehat adalah hidup dengan fisik, psikologi, lingkungan dan
finansial yang sehat, cukup dan baik. Menurut tabloid gaya hidup sehat, hidup sehat
itu adalah cara menyelenggarakan proses kehidupan sehingga memberikan kondisi
positif bagi diri sendiri dan lingkungan (Mister, 2008)
Pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap
(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan
memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.
Dalam gaya hidup sehat seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan
individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja,
tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi
pola

perilakunya

(Ari,

2005).

Menurut Depkes RI (1997), gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut
Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain : perilaku tidak merokok,
pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Indikator Gaya Hidup Sehat


2.2.1. Perilaku Tidak Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau
melihat manfaat yang dikandungnya. Merokok adalah salah satu kebiasaan atau pola
hidup tidak sehat. Bahkan jumlah perokok meningkat dari tahun ke tahun (Sari,2006).
Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu gaya
hidup ini dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit. (Edi, 2006).
Topik mengenai bahaya rokok sudah sering dibicarakan baik di forum-forum
resmi maupun obrolan sehari-hari, namun jumlah perokok yang ada di Indonesia
maupun di dunia semakin meningkat. Meskipun sebenarnya para perokok sudah
mengetahui bahaya rokok tetapi tetap saja merokok demi memenuhi kepuasan
batinnya. Berbagai alas an digunakan untuk melancarkan aksinya, ada yang bilang
untuk mengurangi stress, sudah kecanduan, sebagai teman atau bahkan sebagai
penyumbang pendapatan negara. Untuk alasan yang terakhir memang industri rokok
khususnya di Indonesia menjadi penyumbang pendapatan negara yang besar.
Bahkan pola hidup tidak sehat ini sudah dimulai oleh kalangan di bawah umur
(Ari, 2011).
Situasi lain yang lebih memprihatinkan adalah bahwa ada 85,4 persen
perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga, sehingga dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan anggota keluarga lain khususnya anak-anak. Jadi,
anak terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Anak-anak ini akan mengalami
gangguan kesehatan seperti pertumbuhan paru lambat, mudah terkena bronkitis,

Universitas Sumatera Utara

infeksi telinga dan sebagainya. Rata-rata pengeluaran tumah tangga keluarga miskin
untuk membeli rokok jauh di atas rata-rata pengeluaran untuk bahan makanan seperti
protein, sayur atau yang lain. Lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah
dengan perokok dan terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Sebesar 37,3
persen pelajar dilaporkan terbiasa merokok, dan 3 di antara 10 pelajar pertama kali
merokok pada usia di bawah 10 tahun.
Hal ini terjadi karena anak-anak dan kaum muda telah dijejali dengan ajakan
merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar (Sedyaningsih,
2011).
Pengaruh rokok terhadap kesehatan tidak hanya bagi perokok aktif namun juga
orang-orang yang berada disekitar perokok, yang dinamakan perokok pasif. Bagi
perokok aktif pengaruh rokok terhadap kesehatannya tergantung pada jumlah dan
lama seseorang mengkonsumsi rokok. Semakin lama dan banyak seseorang
mengkonsumsi rokok maka semakin banyak pengaruh kesehatan yang akan
ditimbulkan. Seseorang dikatakan sebagai perokok ringan bila rokok yang dihisap
kurang dari 10 batang/hari, perokok sedang bila rokok yang dihisap 11-20
batang/hari, dan sebagai perokok berat bila mengkonsumsi rokok lebih dari 21
batang/hari.

2.2.1.1. Data Perokok


Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk Provinsi Sumatera Utara
dapat diketahui bahwa prevalensi penduduk umur 15 tahun keatas yang merokok tiap
hari sebesar 43,1%,

dengan proporsi laki-laki (45,0%) dan perempuan (17,0),

Universitas Sumatera Utara

prevalensi perokok saat ini adalah 35,7 %. Untuk kelompok umur 15-24 tahun adalah
26,6%.

Prevalensi perokok saat ini untuk Propinsi Sumatera Utara adalah

35,7%. Prevalensi penduduk umur lebih dari 15 tahun yang merokok setiap hari
sebesar 43,1%. Untuk kelompok umur 15- 24 tahun sebesar 64,7% diantaranya lakilaki (45,0%) dan perempuan (17,0%).
Prevalensi perokok umur lebih dari 15 tahun menurut umur pertama kali
merokok untuk Propinsi Sumatera Utara yaitu pada umur 15-19 tahun sebesar 43,1%.
Pada kelompok umur 15-24 tahun umur pertama kali adalah pada usia 15-19 tahun
sebesar 56,5% diantaranya laki-laki (45,0%) dan perempuan (20,6%). Prevalensi
penduduk umur lebih dari 15 tahun jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap per
hari di Sumatera Utara yang paling banyak adalah 11-20 batang per hari sebesar
49,7%. Pada kelompok umur 15-24 tahun rata-rata batang rokok 1-10 batang per hari
sebesar 65,8% (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan data The Global Youth Tobacco Survey dari 2.974 responden
pelajar Indonesia berusia 15-20 tahun, 43,9% (63% pria) mengaku pernah merokok.
Dan 6 dari 10 pelajar di Indonesia terpapar asap rokok selama mereka di rumah.
Sebesar 37,3 persen pelajar dilaporkan biasa merokok, dan 3 diantara 10 pelajar
pertama kali merokok pada usia dibawah 10 tahun. Hal ini disebabkan anak-anak dan
kaum muda tertarik dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok
yang sangat gencar (Nasution, 2007).
Pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2011, dipaparkan
bahwa rokok kini semakin mengancam generasi muda. Di antara penduduk Indonesia
yang umurnya di atas 15 tahun, 35 persen adalah perokok. Dan dari 10 anak laki-laki

Universitas Sumatera Utara

di atas usia 15 tahun, 6 sampai 7 orang di antaranya merokok. Berdasarkan data


Riskesdas 2010, prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari
secara nasional mencapai 28,2 persen. Sedangkan berdasarkan usia pertama kali
merokok secara nasional, kelompok usia 15-19 tahun menempati peringkat tertinggi
dengan prevalensi mencapai 43,3 persen, disusul kelompok usia 10-14 tahun yang
mencapai 17,5 persen (Sedyaningsih, 2011).

2.2.1.2. Kandungan Rokok


Dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat dan 2000 diantaranya
mempunyai dampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya adalah bahan
radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone),
pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun
anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi lainnya
(Sari,2006).
Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan Karbon
Monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan yang menjadi
penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen. Nikotin mempunyai zat dalam
rokok yang dapat menyebabkan ketagihan, inilah mengapa peroko sulit menghentikan
kebiasaan buruknya. Nikotin merupakan zat pada rokok yang beresiko menyebabkan
penyakit jantung, 25 persen dari para pengidap penyakit jantung disebabkan oleh
kegiatan merokok (Ari, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa zat kandungan rokok lainnya dikenal mempunyai efek yang


merugikan tulang dan kulit. Beberapa bahan kimia dalam asap rokok di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
2. Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia organik yang
mudah
terbakar dan cairan tidak berwarna.
3. Cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif yang ditemukan
baterai.
4. Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal
sebagai metil alkohol.
5. Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakan senyawa
kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
6.

Amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat beracun dalam


kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

7. Formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan


mayat.
8. Hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai fumigan untuk
membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan
pestisida.
9. Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus.

2.2.1.3. Bahaya Rokok

Universitas Sumatera Utara

Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan


gangguan kehamilan dan janin.

Peringatan bahaya rokok yang tercantum di

bungkus rokok hanya sebagian kecil bahaya dari rokok, sebagian lain diantaranya
bermacam-macam kanker (kanker mulut, kanker esofagus, kanker tekak, kanker
pankreas, kanker payudara, kanker paru-paru, penyakit saluran pernafasan kronik,
stroke, penyakit jantung, kemandulan, melahirkan bayi yang cacat, keguguran bayi,
bronkitis, batuk, dan lain sebagainya (Devi, 2009).
Menurut WHO (2008) lebih dari satu miliar perokok yang hidup saat ini, 500
juta akan terbunuh oleh tembakau dengan kecenderungan antara 2005 dan 2030, 175
orang akan terbunuh. Berbagai hasil penelitian baik dalam maupun luar negeri
menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan dan ekonomi keluarga. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
jumlah kematian di dunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2030 akan mencapai 10
juta orang setiap tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di Negara berkembang
termasuk Indonesia (Bambang, 2008).
Menghisap asap rokok orang lain lebih berbahaya daripada bagi si perokok itu
sendiri. Asap Utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru
perokok

lalu di hembuskan kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang

dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar. Udara yang mengandung asap rokok akan
mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya,
diantaranya :
1. Tar, mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru
dan meyebabkan kanker.

Universitas Sumatera Utara

2. KarbonMonoksida (CO), gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya


kemampuan darah membawa oksigen.
3. Nikotin, salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan
sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.
Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah membuktikan bahwa zatzat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang tidak
merokok di sekitarnya. Perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit kanker
paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat
memperburuk kondisi pengidap penyakit antara lain :
1. Angina, nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung.
2. Asma, mengalami kesulitan bernafas.
3. Alergi, iritasi akibat asap rokok.

2.2.2 Pola Makan Sehat dan Seimbang


2.2.2.1. Pola Konsumsi Makanan
Pola makan seimbang adalah pangan yang dikonsumsi harus memenuhi
kualitas maupun kuantitas dan terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein hewani
dan nabati, lemak serta sumber vitamin dan mineral. Pola makan yang sehat dan
seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang secara optimal sehingga dapat
terhindar dari berbagai macam penyakit. Gaya hidup modern yang tidak sehat, dan
diikuti dengan tidak teraturnya pola makan, mengakibatkan tingkat kesehatan
manusia semakin merosot. Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan
bahan pengawet, pewarna dan perasa buatan pada makanan, juga kerap menjadi

Universitas Sumatera Utara

pemicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, gangguan


jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus dan penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, terdapat 93,6
persen masyarakat kurang dalam mengkonsumsi sayur dan buah yang dapat
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Menurut Survey Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2004, masalah kegemukan/ obesitas sudah dialami oleh
anak-anak yang mencapai angka 11%.
Pola makan seimbang didapat dari nutrisi dengan 7 komponen; protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air dan zat. Pola makan seimbang yaitu 60%
biji-bijian, 30% sayur dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin, mineral, air, dan
serat, 10% daging untuk mendapatkan lemak. Ragam pangan yang dikonsumsi harus
dapat memenuhi tiga fungsi makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun
(protein),
dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk dapat mencukupinya, pangan yang
dikonsumsi sehari-hari harus beranekaragam karena konsumsi pangan yang
beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada pangan lain sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Almatsier, 2004).
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Mudanijah, 2004). Pola
konsumsi juga dikatakan sebagai suatu cara yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Suhardjo,
2003).

Universitas Sumatera Utara

Makanan yang dimakan sehari-hari dinilai sehat untuk mencukupi kebutuhan


tubuh, apabila makanan tersebut terdiri dari bahan makanan yang mempunyai tiga
kegunaan yang sering disebut Tri Guna Makanan, yaitu (Suhardjo,2002) :
1. Mengandung zat tenaga. Bahan makanan sumber zat tenaga adalah beras, jagung,
gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, mie, yang mengandung
karbohidrat serta yang mengandung lemak.
2. Mengandung zat pembangun. Bahan makanan sumber zat pembangun yang
berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahannya. Sedangkan jenis bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan mengandung protein nabati adalah kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kacang kedelai.
3. Mengandung zat pengatur berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan
melindungi tubuh dari penyakit.
Setiap makanan mengandung unsur yang berbeda-beda. Ada yang merupakan
bahan makanan sumber karbohidrat, protein atau lemak, ada pula yang mengandung
tinggi serat. Ada kelompok makanan yang mengandung tinggi vitamin C, atau
vitamin yang lain. Tidak ada satu jenis makanan pun yang dapat menyediakan semua
zat gizi yang diperlukan tubuh. Mengonsumsi berbagai jenis bahan makanan
sekaligus dapat memaksimalkan manfaat dari suatu makanan (Sutanto, 2007).
Sebagian besar rumah tangga di Indonesia lebih banyak belanja sayur
dibandingkan buah-buahan. Proporsi konsumsi bulanan untuk sayuran dan buah
terhadap total konsumsi makanan, maka proporsi konsumsi sayur 6.6% dan buah 3%
terhadap total konsumsi makanan bulanan. Propinsi Bengkulu adalah propinsi dimana

Universitas Sumatera Utara

rumah tangganya mengeluarkan 10.7% konsumsi makanan untuk sayur dan ini
merupakan tertinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia. Sedangkan
rumahtangga di Propinsi Kepulauan Riau, membelanjakan 4.9% uang untuk belanja
buah-buahan, dan ini tertinggi di Indonesia (Anne, 2005).

2.2.2.2. Menu Sehat Seimbang


Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali
makan atau untuk sehari. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari
beranekaragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi
kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap
semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif,
maka kita harus mengonsumsi makanan beranekaragam, kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya.
Makanan merupakan salah satu faktor penentu kesehatan kita, karena tidak
sedikit penyakit yang disebabkan oleh makanan yang kita makan. Semakin
berkualitas makanan yang kita makan (dalam hal ini kandungan zat-zat gizi yang ada
dalam makanan) semakin rendah resiko kita terkena suatu penyakit. Kualitas
makanan sangat tergantung dari bahan makanan yang digunakan. Makanan sehat
berasal dari bahan makanan sehat pula. Di bawah ini merupakan beberapa bahan
makanan sehat (Leo, 2009):

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber antioksidan dan sumber karoten : ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga,
bayam dan kailan
2. Sumber vitamin E : asparagus, tauge, minyak sayur dan kacang-kacangan
3. Sumber vitamin C : daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan jambu biji
4. Sumber asam lemak omega 3 : aneka jenis ikan laut (teri, sarden, tengiri, dan
tembang) serta minyak ikan
5. Sumber asam folat : kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, dan kacang
polong) ari jeruk asli, bayam dan hati ayam
6. Sumber vitamin B6 : pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah, oatmeal,
dan tuna putih dalam kaleng
7. Sumber flanovoid : melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan jambu
biji
Departemen Kesehatan RI (2002) menganjurkan agar seseorang perlu
mengonsumsi aneka ragam makanan. Adapun yang dimaksud dengan
keanekaragaman makanan adalah hidangan yang paling tidak terdiri dari 4
kelompok bahan makanan yaitu (Sayogo, 2006) :
1. Satu jenis atau lebih makanan pokok sumber karbohidrat misalnya beras, jagung,
gandum, ubi kayu, kentang, sagu dan lainnya yang pada umumnya disebut
makanan pokok.
2. Satu jenis atau lebih makanan lauk pauk sebagai sumber protein misalnya
kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, daging dan sebagainya yang pada
umumnya disebut lauk pauk.

Universitas Sumatera Utara

3. Satu jenis atau lebih makanan kelompok jenis sayuran sebagai sumber vitamin
dan mineral misalnya wortel, bayam, kangkung, labu siam dan sebagainya.
4. Satu jenis atau lebih makanan kelompok buah-buahan sebagai sumber vitamin
dan mineral misalnya pisang, nenas, pepaya, jeruk dan sebagainya.

2.2.2.3 Zat Gizi Seimbang dan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)
Dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat
Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS
merupakan penjabaran dari pedoman 4 sehat 5 sempurna.Piramida makanan adalah
sebagai gambaran atau ilustrasi dari pedoman gizi seimbang. Ilustrasi ini didesain
untuk menggambarkan variasi, proporsi dan seimbang, ukuran dari tiap bagian
menunjukkan jumlah porsi per hari yang dianjurkan. Piramida makanan membantu
dalam menyusun hidangan untuk makanan sehari-hari dengan kebutuhan dari setiap
kelompok makanan (Depkes, 2003).
Pedoman pola makan untuk masyarakat secara umum yang sering digunakan
adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, dan pedoman yang paling terakhir
diperkenalkan adalah 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
menyampaikan pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi
seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Garis besar
pesan tersebut antara lain (Depkes RI, 1995) :
1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beraneka ragam harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan bahkan serat
makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-

Universitas Sumatera Utara

masing kelompok (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang
dewasa dan lansia).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan tenaga dapat
diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak serta protein. Energi
dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan panas tubuh
serta kerja organ-organ tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi
akan menghasilkan obesitas, sementara kekurangan energi dapat menyebabkan
kekurangan gizi seperti marasmus.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya dikonsumsi
dengan memperhatikan azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah.
Makanan ini sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang
melakukan aktivitas dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari.
Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan
sumber unsur gizi lain seperti protein, lemak/minyak, vitamin dan mineral.
Seyogyanya 50-60% dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi.
Konsumsi lemak dan minyak berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh dari
hewan, dapat berisiko kegemukan pada orang-orang yang mempunyai
kecenderungan ke arah tersebut.

Adapun zat gizi seimbang itu antara lain (Almatsier, 2004) :


a. Karbohidrat

Universitas Sumatera Utara

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia untuk melakukan


aktivitas fisik. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen otot yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik, dan bentuk glikogen hati diperlukan
untuk memelihara kadar gula darah. Bahan makanan yang mengandung
karbohidrat adalah nasi, mie, sagu, gandum, ubi, dan singkong. Untuk
melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan
konsumsi karbohidrat sebesar 275 gram/hari
b. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Fungsi protein untuk tubuh
adalah

sebagai

zat

pembangun,

pertumbuhan,pemeliharaan

jaringan,

menggantikan sel mati, pertahanan tubuh, salah satu sumber utama energi.
Bahan makanan yang mengandung protein adalah daging, ayam, telur, ikan,
udang, kerang dan susu. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara
umum manusia membutuhkan konsumsi protein sebesar 150 gram/hari.
c. Lemak
Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai
cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat
tertentu, bantalan organ-organ tertentu, melarutkan vitamin dan melindungi
tubuh dari hawa dingin. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara
umum manusia membutuhkan konsumsi lemak sebesar 25 gram/hari.
d. Vitamin

Universitas Sumatera Utara

Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil
dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa dalam tubuh.
Terdapat dua jenis vitamin yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K)
dan vitamin yang larut dalam air (C, B1, B2, Asam nicotinat, Pyridoxin, Biotin,
B5, Folacin, Cyanocobalamine). Bahan makanan yang mengandung vitamin
adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.Untuk melakukan aktivitas fisik secara
teratur sebesar 250 gram/hari.
e. Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk memperlancar zat
gizi, mengatur keseimbangan, dan mengatur suhu tubuh. Untuk memenuhi
fungsi diatas, manusia membutuhkan sekurang-kurangnya 2 liter atau 8 gelas
setiap hari.

2.2.3 Aktivitas Fisik yang Teratur


Melakukan kegiatan aktivitas fisik yang teratur dapat mencegah penyakit
jantung koroner, hipertensi, kanker, depresi, kegemukan, osteoporosis dan diabetes
melitus. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas sehari-hari dan berolahraga.
Aktivitas fisik yang ideal adalah aktivitas yang dapat meningkatkan ketahanan
jantung respirasi, disamping juga melatih ketahanan dan kekuatan otot (Bustan,
2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa
48,2% penduduk Indonesia tidak melakukan aktivitas fisik yang teratur.

Universitas Sumatera Utara

Menurut WHO yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang
dilakukan paling sedikit 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik dibagi atas 3 tingkatan
yakni aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah
pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata
lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya,
sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih
cepat dari biasanya.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur mempunyai efek perlindungan yang
signifikan terhadap kemungkinan terjangkit beberapa macam penyakit. Sebaliknya,
gaya hidup tanpa gerak/ sedentary lifestyle diketahui berisiko terhadap terjadinya
hal-hal tersebut. Menurut Survei Kesehatan Nasional (2004) prevalensi penduduk
yang kurang melakukan aktivitas fisik sebesar 72,9 %. Secara nasional pada tahun
2007 hampir separuh penduduk (48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik secara
teratur. Provinsi yang penduduknya paling rendah dalam aktivitas fisik secara teratur
adalah Kalimantan Timur yaitu sebesar 61,7% (RISKESDAS, 2007).
Keuntungan dalam melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah perbaikan
fungsi jantung dan paru, berkurangnya faktor risiko penyakit jantung koroner,
berkurangnya rasa depresi, dan menurunkan risiko osteoporosis. Selain membawa
keuntungan, olahraga juga memiliki beberapa risiko, yaitu : patah tulang, luka,
terjatuh dan keseleo. Namun, risiko dalam melakukan aktivitas fisik dapat

Universitas Sumatera Utara

diminimalisasi apabila melakukan kegiatan fisik tersebut sesuai dengan yang


dianjurkan (Devi, 2009).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan olahraga atau
aktivitas fisik :
1. Frekuensi, artinya berapa kali melakukan latihan selama waktu tertentu.
Menurut berbagai penelitian, di samping intensitas olahraga, frekuensi
olahraga mempengaruhi efektifitas hasil latihan secara keseluruhan. Bila
dilakukan terlalu sering, misalnya setiap hari, otot tidak mempunyai
kesempatan untuk istirahat, sedangkan bila terlalu jarang, hasilnya tidak
efektif. Hasil penelitian menganjurkan Dalam seminggu melakukan olahraga
secara teratur 3-5 kali seminggu dengan jarak 1-2 hari.
2. Intensitas, adalah ukuran berat ringannya atau beban suatu latihan. Bila ingin
melakukan olahraga atau latihan, perlu diketahui terlebih dahulu berapa jauh
intensitas yang ingin dicapai.
3. Tempo, atau waktu artinya berapa lama (durasi) waktu latihan berlangsung.
Sirkulasi atau aliran darah dalam tubuh akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya denyut nadi. Bila dipertahankan denyut nadi pada zona latihan,
kemampuan kerja dan daya tahan jantunng serta otot-otot yang bersangkutan
akan meningkat dan sistem kardiovaskuler akan semakin tanggguh. Untuk
memulai latihan olahraga maka dilakukan sesuai dengan kemampuan,
kemudian ditambah secara perlahan/bertahap selama 30 menit.
Intensitas dalam beraktivitas fisik merupakan faktor terpenting, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, aktivitas fisik harus dilakukan dalam porsi yang

Universitas Sumatera Utara

tepat. Untuk mengetahui ketepatan porsi intensitas aktivitas fisik diukur dengan
menghitung detak nadi pada saat beraktivitas. Rumus yang digunakan : Denyut Nadi
maksimum = 220 - Usia (dalam tahun). Setiap melakukan aktivitas fisik harus
mencapai 72% - 87% dari denyut nadi maksimum. Denyut nadi maksimum disebut
zona sasaran. Bila melakukan kegiatan aktivitas fisik dengan intensitas kurang dari
70% dari denyut nadi maksimum, maka manfaatnya akan terasa kurang maksimal.
Namun, bila melakukan kegiatan fisik dengan intensitas melebihi 85% maka dapat
menimbulkan kerugian pada tubuh (Heri, 2010).
Setiap melakukan aktivitas fisik hendaknya zona sasaran dipertahankan selama
paling sedikit 25 menit. Karena semakin lama berada di zona sasaran akan
memberikan efek yang lebih baik. Frekuensi aktivitas fisik sedang yang dianjurkan
minimal tiga kali dalam satu minggu. Bila memungkinkan, dapat dilakukan lebih dari
tiga kali seminggu. Namun, perlu diingat bahwa memaksakan diri dalam melakukan
aktivitas fisik dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan karena dapat membuat
tubuh menjadi lelah (Wira, 2011).
Olah raga merupakan gaya hidup sehat yang harus di biasakan sejak kecil agar
di masa mendatang tubuh kita menjadi sehat dan tidak gampang terkena penyakit.
Karena semakin tua tubuh kita secara otomatis daya tahannya akan semakin menurun.
Dengan olah raga akan menghambat penurunan daya tahan tersebut (Rio, 2009).

Beberapa manfaat olah raga bagi kesehatan :


1. Meningkatkan kemampuan otak

Universitas Sumatera Utara

Olah raga dapat meningkatkan kadar oksigen di dalam darah dan mempercepat
sirkulasi darah dalam tubuh terutama ke otak. Hal tersebut dipercaya bisa
meningkatkan kemampuan otak.
2. Menunda proses penuaan
Proses penuaan merupakan hal yang alami dan pasti terjadi, akan tetapi dengan olah
raga proses tersebut bisa dikurangi lajunya.
3. Mengurangi stress
Dalam kehidupan manusia sekarang ini stress adalah penyakit yang sering terjadi
karena tekanan hidup, tekanan pekerjaan, tekanan ekonomi dan masalah-masalah
kehidupan yang lain. Dengan olah raga dapat mengurangi kadar stress dalam
kehidupan.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
Aktivitas olah raga dapat meningkatkan hormon-hormon dalam otak seperti
adrenalin, serotonin, dopamin dan endorfin, dimana hormon-hormon tersebut
berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Menambah rasa percaya diri
Dengan olah raga yang teratur dapat mengontrol berat badan, sehingga dapat
mencapai berat badan ideal dan memperoleh postur tubuh yang proporsional yang
secara langsung dapat menambah rasa percaya diri.
Banyak orang sudah mengetahui bahwa salah satu cara untuk menjaga
kesehatan adalah dengan berolah raga. Dengan berolah raga selain kesehatan terjaga,
postur tubuh pun bisa terjaga dengan proporsional. Sayangnya banyak sekali orang

Universitas Sumatera Utara

yang mengabaikan masalah olah raga ini. Tidak sempat, capek atau tidak ada teman
lah ini lah alasan orang tidak melakukan olahraga.
Beberapa ciri-ciri fisik yang terdapat pada orang-orang yang tidak pernah
melakukan olah raga (Anne, 2010) :
1. Bentuk tubuh yang tidak proposional, hal ini terjadi karena penumpukan
lemak yang berlebihan pada bagian tubuh tertentu seperti bagian lengan, paha
dan perut.
2. Berat badan yang berlebihan (kegemukan).
3. Sering terkena penyakit akibat kebugaran tubuh kurang terjaga atau lemahnya
daya tahan tubuh.
4. Wajah yang terlihat tidak cerah (terlihat lesu) dan terlihat tidak bersemangat.
5. Sering mengantuk terutama pada pagi hari.
6. Mudah sekali lelah, nafas tersengal sengal pada saat jalan kaki jauh atau
menaiki tangga.
7. Sering mengalami gangguan otot seperti mudah kram atau otot-otot kaku
karena otot elastisitas dan kelenturannya berkurang.
8. Semua orang pasti sadar bahwa olah raga adalah aktivitas untuk melatih tubuh
tidak secara jasmani saja tetapi juga rohani. Dengan berolah raga tubuh akan
menjadi terlatih dan hasil yang dicapai tubuh menjadi sehat karena
metabolisme di dalam tubuh berjalan secara optimal dan tubuh tidak akan
gampang terkena penyakit.

Berdasarkan fungsinya olah raga dapat dibagi menjadi 2 kelompok (Sutini, 2008):

Universitas Sumatera Utara

1. Olah raga endurance


Olah raga yang ditujukan untuk melatih ketahanan jantung dan paru-paru.
Latihan-latihan pada kategori ini bermanfaat membakar kalori yang disertai
dengan

peningkatan

aktivitas

kerja

jantung

memompa

darah,

dan

meningkatkan aktivitas paru-paru dalam menyuplai oksigen. Olah raga yang


termasuk kategori ini antara lain: senam aerobic, joging, dan jalan kaki.
2. Strength training
Olah raga yang ditujukan untuk melatih otot-otot bagian tubuh tertentu
sehingga bagian tubuh yang dilatih akan menjadi kuat. Yang termasuk
kategori olah raga ini latihan mengangkat dumbel. Otot yang dilatih adalah
otot-otot lengan.

2.3 Pengetahuan (Knowledge)


Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Soekidjo, 2007).
Pada tahapan pengetahuan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu
inovasi dan mencari informasi tentang inovasi tersebut. Apa, bagaimana, dan
mengapa merupakan pertanyaan yang sangat penting pada tahapan pengetahuan. Pada
tahap pengetahuan ini individu akan menetapkan apa inovasi itu, bagaimana dan

Universitas Sumatera Utara

mengapa ia bekerja. Pertanyaan ini akan membentuk 3 jenis pengetahuan yaitu


(Rogers, 1995) :
1. Awareness knowledge (pengetahuan kesadaran), yaitu pengetahuan akan
keberadaan suatu objek. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk
belajar lebih banyak dan kemudian mengadopsinya. Pada tahap ini suatu objek
mencoba diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti
tentang objek tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat
tidak merasa memerlukan objek tersebut. Rogers menyatakan bahwa untuk
menyampaikan keberadaan suatu objek akan lebih efektif disampaikan melalui
media massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan
lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu objek.
2. How-to-knowledge (pengetahuan pemahaman),

yaitu pengetahuan tentang

bagaimana cara menggunakan suatu objek dengan benar. Rogers memandang


pengetahuan jenis ini sangat penting. Untuk lebih meningkatkan peluang
pemakaian suatu objek maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan
memadai berkenaan dengan penggunaan objek.
3. Principles-knowledge (prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip
keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu objek bekerja.
Contoh dalam hal ini adalah tentang teori kuman, yang mendasari penggunaan
vaksinasi dan kakus untuk sanitasi perkampungan dan kampanye kesehatan.
NCDDR (National Center for the Dissemination of Disability Research, 1996),
menyebutkan ada empat dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization)
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Dimensi Sumber Diseminasi yaitu institusi, organisasi, atau individu yang


bertanggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi Diseminasi yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga
termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media Diseminasi yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk
tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna Diseminasi yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk
dimaksud.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka
miliki.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.

Universitas Sumatera Utara

4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat dijadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik
dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman
mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang
melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid
dkk, 2007).

2.4 Sikap (Attitude)


Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).
Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan
yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap
merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.

Universitas Sumatera Utara

Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran


(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya (Secord & Backman (1964))
Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi
terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan
faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu
pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu dengan
pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola piker
seseorang untuk bersikap terhadap objek/ stimulus tertentu (Soekidjo, 2007).
Fungsi (tugas) sikap dibagi 4 golongan, yaitu :
1. Sebagai alat menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap dapat
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompok lain.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Universitas Sumatera Utara

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada


umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara
sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu
dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi
nilai lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap
tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu,
dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang dapat
mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1999).
Sikap terdiri atas 3 komponen yaitu (Rosenberg dan Hovland (1988)) :
1. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
2. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang
Dalam skema gambar terlihat bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek
selalu berperan sebagai perantara antara responsnya dan objek yang bersangkutan.
Respons diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif (respons

Universitas Sumatera Utara

perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons
syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons konatif (respons berupa
tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respons ini
berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya.
Variabel
independen

Variabel

Variabel

intervening

dependen yang dapat

yang dapat

diukur

diukur

Respons
syaraf simpatetik
AFEK
Pernyataan lisan
tentang afek

STIMULI (individu,
situasi, isu sosial,
kelompok sosial, dan
objek sikap lainnya)

Respons
Perseptual
SIKA
P

KOGNIS
I

Pernyataan lisan
tentang keyakinan

Tindakan yang
tampak
PERILA
KU

Pernyataan lisan
mengenai perilaku

Gambar Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland mengenai Sikap

2.5. Teori Perilaku


2.5.1 Perilaku Manusia

Universitas Sumatera Utara

Perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang dapat bersifat


sederhana maupun bersifat kompleks. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang
berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respons atau reaksi
terhadap stimulus lingkungan sosial. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia
yang menarik adalah sifat differensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat
menimbulkan lebih dari satu respons yang berbeda dan beberapa stimulus yang
berbeda dapat menimbulkan satu respons yang sama.
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai,
sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadangkadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.

2.5.1.1. Teori Perilaku Manusia (menurut Lawrence Green)


Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan(non behavior causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor antara lain :
1. Faktor-faktor predisposisi ( predisposing factor) merupakan faktor internal
yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
mempermudah individu untuk berperilaku yangterwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan


fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang
menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

. 2.6 Kerangka Pikir


Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber
Informas

Pengetahuan

Sikap
GAYA
HIDUP SEHAT
Kelompok
referensi :
- Orangtua
- Teman

Keterangan :
Gaya hidup sehat terbentuk dari adanya faktor predisposisi dari individu yaitu
pengetahuan dan sikap, juga dipengaruhi oleh faktor pendukung tersedianya
sumber informasi yang mempengaruhi pengetahuan. Dan sikap yang dipengaruhi
oleh faktor pendorong yaitu kelompok referensi (orangtua,teman).

BAB III
METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai