PENDAHULUAN bermakna karena nikotin tidak melewati urin, yaitu sekitar 5-10% dari eliminasi total.
metabolisme di hati. Nikotin yang ditelan Waktu paruh eliminasi nikotin rata-rata 2
Rokok mengandung berbagai zat kimia diabsorpsi melalui usus halus, melalui sirku- jam.5,6
berbahaya yang dapat mengganggu kese- lasi vena portal mengalami metabolisme
hatan, seperti nikotin, tar dan zat alkaloid pre-sistemik oleh hati. Keadaan ini me- Pada seseorang yang merokok secara regu-
lain. Bahan-bahan kimia tersebut dapat nyebabkan bioavailabilitas nikotin per oral lar, kadar nikotin dalam darah akan mening-
menimbulkan gangguan kesehatan di ber- sekitar 30-40%.5,6 kat dalam 6-8 jam. Kadar nikotin dalam
bagai organ seperti kardiovaskuler, pulmo- darah yang diambil pada siang hari (dalam
nal, gastrointestinal, reproduksi, mulut dan Nikotin didistribusikan cepat dan eksten- keadaan kadar mantap) berkisar antara 10-
sebagainya. Gangguan yang ditimbulkan sif ke seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi 50 ng/mL. Tiap batang rokok akan meng-
juga dapat berakibat fatal, seperti keren- nikotin darah arteri dan otak akan mening- hasilkan konsentrasi nikotin dalam darah
tanan terkena infeksi, penyakit jantung kat tajam setelah pajanan, turun setelah sekitar 5-30 ng/mL, tergantung cara rokok
koroner, hingga kanker pada berbagai or- 20-30 menit karena nikotin terdistribusi dihisap. Pada malam hari kadar nikotin akan
gan.1 Walaupun demikian, jumlah perokok ke jaringan lain. Kadar nikotin tertinggi menurun dan hanya tersisa sedikit di dalam
di Indonesia masih terus meningkat tiap dalam organ hati, ginjal, limpa, dan paru; darah ketika bangun pada pagi harinya.5
tahunnya. dan paling rendah dalam jaringan lemak.
Dalam beberapa menit setelah absorpsi, FARMAKODINAMIK NIKOTIN
Indonesia merupakan negara dengan kadar nikotin lebih tinggi di arteri daripada Nikotin bekerja pada reseptor kolinergik
konsumsi rokok terbesar nomor 3 se- vena. Konsentrasi nikotin dalam vena akan nikotinik di otak, ganglia autonom, medula
telah Cina dan India yaitu sekitar 28% menurun lebih perlahan. Hal ini meng- adrenal dan sambungan neuromuskuler.1,5,7
jumlah penduduk atau sekitar 65 juta gambarkan redistribusi dari jaringan tubuh Reseptor kolinergik nikotinik memiliki
orang. Angka ini meningkat 0,9% dalam dan kecepatan eliminasi. Rasio konsentrasi dua subunit yaitu subunit dan subunit
periode 2000-2008.2,3 Berbagai usaha te- nikotin di otak terhadap konsentrasi dalam . Nikotin akan berikatan dengan reseptor
lah dilakukan oleh pemerintah dan pihak vena tertinggi selama dan pada akhir pe- nikotinik yang terdapat di badan sel, pada
swasta untuk mengurangi angka tersebut, riode pajanan dan akan menurun secara terminal saraf dan akson.1,5 Respons terha-
salah satunya dengan pendirian klinik ber- perlahan karena memasuki fase eliminasi. dap stimulasi reseptor nikotinik melibatkan
henti merokok. Klinik tersebut akan mem- Absorpsi melalui oral, nasal atau transder- sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Efek
bantu para perokok agar dapat lepas dari mal menghasilkan peningkatan konsen- simpatis terutama dimediasi oleh stimulasi
ketergantungan terhadap rokok melalui trasi nikotin dalam otak secara bertahap reseptor nikotinik di medula adrenal yang
berbagai cara, seperti konseling dan far- dengan rasio terhadap dalam vena relatif menyebabkan pelepasan epinefrin dan
makoterapi.4 rendah dengan disekuilibrium arterio- norepinefrin. Efek simpatis dominan pada
venosa yang kecil.5,6 sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi,
FARMAKOKINETIK NIKOTIN takikardi dan vasokontriksi perifer. Efek
Absorpsi nikotin melalui membran sel ber- Sebagian besar nikotin dimetabolisme di parasimpatis terutama pada sistem saluran
gantung pH. Nikotin tidak dapat menem- hati dan sebagian kecil dimetabolisme di cerna dan saluran kemih yaitu menimbul-
bus membran pada lingkungan asam kare- paru dan ginjal. Metabolit utamanya adalah kan gejala mual, muntah, diare dan pening-
na pada lingkungan tersebut nikotin akan kotinin (70%) dan nikotin-N-oksida (4%). katan pembentukan urin. Efek muntah juga
terionisasi. Nikotin dapat cepat menembus Kotinin dibentuk di hati dalam dua tahap dapat disebabkan oleh stimulasi chemore-
membran pada pH darah fisiologis karena yang melibatkan sitokrom P450 dan enzim ceptor trigger zone di area postrema medu-
pada pH tersebut 31% nikotin tidak teri- aldehid oksidase. Sitokrom P450 yang ter- la oblongata.7
onisasi. Nikotin paling mudah diabsorpsi utama berperan adalah CYP2A6. Isoen-
pada lingkungan basa terutama melalui zim lain yang juga memetabolisme nikotin Efek nikotin yang dapat menimbulkan
membran mukosa oral dan nasal karena adalah CYP2B6, CYP2D6, dan CYP2E1. kecanduan adalah efeknya pada reseptor
epitel daerah tersebut tipis dan kaya suplai Waktu paruh kotinin yang panjang (16 jam) kolinergik nikotinik di otak. Nikotin diserap
darah. Nikotin juga mudah diserap mela- menyebabkan metabolit ini dapat dijadikan dari asap rokok ke sirkulasi dalam paru, lalu
lui kulit. Melalui tiga jalur absorpsi terse- penanda biokimia penggunaan nikotin. Se- melalui arteri karotis internal akan menca-
but, kadar nikotin darah akan meningkat bagian kecil nikotin diekskresikan melalui pai otak. Di dalam otak, nikotin akan be-
ya
norepinefrin Peningkatan kewaspadaan, supresi
nafsu makan
Berikan konseling
asetilkolin Peningkatan kemampuan kognitif Berikan nasihat penggunaan motivasi
obat & konseling
Nikotin
GABA Mengurangi rasa cemas dan tegang Ya ya
serotonin Modulasi mood, supresi nafsu makan
keduanya
beta-endorfin Mengurangi rasa cemas dan tegang
Ingin menggunakan Menginginkan
farmakoterapi konseling
Penggunaan Gunakan pada kulit yang ker- 1 permen karet harus 1 tablet hisap harus Letakkan tablet di Puff atau hisap inhalator Semprot sesuai
ing dan tidak berambut pada dikunyah secara perla- dihisap lalu letakkan bawah lidah, lalu biarkan keperluan
tubuh bagian atas han dan letakkan antara antara gusi dan bagian terlarut Ganti cartridge secara
gusi dan dinding bagian dalam pipi selama 30 teratur Gunakan secara teratur
Hindari penggunaan pada dalam pipi selama 30 menit Gunakan secara teratur
tempat yang sama selama menit Gunakan secara teratur
7 hari Gunakan secara teratur
Gunakan secara teratur
Keuntungan Mudah digunakan Pengaturan dosis Pengaturan dosis mudah Pengaturan dosis Jaga aksi hand-to- Dapat pulih dengan
mudah. mudah. mouth. cepat
Tersedia berbagai rasa
Kerugian Dapat mengiritasi tempat Harus digunakan Harus digunakan Harus digunakan Tidak boleh menggang- Dapat menyebabkan
aplikasi dengan tepat dengan tepat dengan tepat gu aksi hand-to-mouth iritasi nasal; hindari
pada penderita sinusitis
Transdermal 24 jam dapat Hindari penggunaan Dapat menyebabkan Dapat menyebabkan
menyebabkan gangguan dengan gigi palsu iritasi pada mulut atau iritasi pada mulut atau
tidur tidak tercerna tidak tercerna
cpd (cigarettes per day) = jumlah rokok yang dihisap per hari
1. Benowitz NL, Brunetta PG. Smoking hazards and cessation. In: Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, editors. Murray and Nadels Textbook of Respira-
tory Medicine. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. p. 2453-68.
2. World Health Organization. WHO report on the global tobacco epidemic, 2008. The MPOWER Package. 2008. Available from: http://www.who.int/tobacco/
mpower/mpower_report_full_2008_pdf
3. 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. [cited 2010 Feb 7]. Available from: http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-per-
okok-terbesar-di-dunia/.
4. Pakai pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi. [cited 2010 Feb 7]. Available from: http://bataviase.co.id/node/43092?page=1.
5. Houezec JL. Role of nicotine pharmacokinetics in nicotine addiction and nicotine replacement therapy: a review. Int J Tuberc Lung Dis. 2003; 7(9):8119.
6. Hukkanen J, Jacob P, Benowitz NL. Metabolism and disposition kinetics of nicotine. Pharmacol Rev 2005; 57:79115.
7. Rau JL. Selected agents used in respiratory disease. In: Rau JL, ed. Respiratory care pharmacology. 6th ed. New York: Mosby; 2002. p. 321-5.
8. Moore D, Aveyard P, Connock M, Wang D, Fry-Smith A, Barton P. Effectiveness and safety of nicotine replacement therapy assisted reduction to stop smoking:
systematic review and meta-analysis. BMJ 2009; 338:b1024.
9. Bader P, McDonald P, Selby P. An algorithm for tailoring pharmacotherapy for smoking cessation: results from a Delphi panel of international experts. Tobacco
Control. 2009;18:3442.
10. Henningfield JE, Fant RV, Buchhalter AR, Stitzer ML. Pharmacotherapy for nicotine dependence. CA Cancer J Clin. 2005;55;281-99.
11. Manchester City Council. Guideline for the use of nicotine replacement therapy (NRT) only; 2009. Available from: http://www.manchester.gov.uk/
12. Lewis S, Subramanian G, Pandey S, Udupa N. Pharmacokinetic evaluation of a developed nicotine transdermal system. Indian J Pharmaceut Sci. 2007;69(2):309-12.
13. Dautzenberg B, Nides M, Kienzler J, Callens A. Pharmacokinetics, safety and efficacy from randomized controlled trials of 1 and 2 mg nicotine bitartrate lozenges
(Nicotinell). BMC Clin Pharmacol. 2007; 7:1-15.
14. Molander L, Lunell E. Pharmacokinetic investigation of a nicotine sublingual tablet. Eur J Clin Pharmacol. 2001; 56: 813-9.