Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Defenisi Toksisitas Dan Nikotin

Toksisitas merupakan istilah dalam toksilogi yang didefinisikan sebagai kemampuan bahan
kimia untuk menyebabkan kerusakan. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif, terjadi atau
tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsorbsi.

Nikotin adalah suatu senyawa alkaloid yang terdapat di dalam tembakau. Nikotin
berbentuk cairan tidak berwarna, merupakan basa yang mudah menguap. Nikotin berubah warna
menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara.

Nikotin adalah sejenis obat yang dalam jumlah kecil sudah cukup untuk merangsang atau
penenang. Dosis yang lebih besar bisa membahayakan manusia dan sedikit lebih besar lagi dapat
membunuh manusia. Nikotin merupakan racun yang sangat kuat sehingga digunakan secara luas
untuk membunuh serangga yang kebal terhadap racun yang lain.

Nikotin mempunyai rumus molekul C10H14N2 dengan berat molekul 162,23.

Sifat – sifat dari nikotin adalah daun tembakau kering mengandung 2-8% nikotin, yang
terikat dengan asam sitrat dan malat. Berbentuk cairan seperti minyak tak bewarna sampai warna
kuning pucat dan akan berubah menjadi coklat apabila terkena udara atau sinar. Sangat
higroskopis dan mudah membentuk garam dengan semua asam, sangat mudah larut dalam
alkohol, chloroform, ether, petroleum ether, minyak tanah dan minyak nabati.

Nikotin memasuki tubuh, itu didistribusikan dengan cepat melalui aliran darah dan bisa
menyeberang blood – brain barrier. Rata-rata dibutuhkan sekitar tujuh detik untuk zat untuk
mencapai otak ketika dihirup. Half life nikotin dalam tubuh adalah sekitar dua jam.

Jumlah nikotin yang diserap oleh tubuh dari merokok tergantung pada banyak faktor,
termasuk jenis tembakau, apakah asapnya dihirup, dan Apakah filter akan digunakan. Untuk
mengunyah tembakau, mencelupkan tembakau, snus dan tembakau, yang diadakan di mulut
antara bibir dan permen karet, atau diambil dalam hidung, jumlah yang dirilis ke dalam tubuh
cenderung jauh lebih besar daripada asap tembakau. Nikotin mengalami dalam hati oleh enzim
sitokrom P450 (kebanyakan CYP2A6, dan juga oleh CYP2B6). Metabolit utama adalah cotinine.

Metabolit utama lain termasuk nikotin ” N-oksida, nornicotine, ion isomethonium nikotin,
nikotin 2-hydroxynicotine dan glucuronide.

Gluconuration dan metabolisme oksidatif nikotin untuk cotinine yang keduanya dihambat
oleh menthol, aditif untuk mentholated rokok, sehingga meningkatkan half-life nikotin ” in
vivo”.

Kegunaan nikotin adalah untuk membunuh serangga karena nikotin merupakan racun yang
sangat kuat. Pada tembakau jenis Nicotiana tabacun mengandung nikotin sebesar 1-3 %
digunakan sebagai bahan kenikmatan seperti cerutu, sigaret dan susur. Selain itu digunakan pula
untuk pembuatan preparat-preparat insektisida.

3.2 Efek Toksisitas Nikotin

Nikotin memiliki beragam efek pada tubuh manusia dan bersifat toksis terhadap jaringan
syaraf. Pada prinsipnya nikotin akan mengakibatkan pembuluh darah menyempit dengan cepat
menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan, denyut jantung
bertambah cepat, kontraksi jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah
mengakibatkan organ-organ tubuh yang lain mengalami kekurangan oksigen seperti otak dan
otot jantung kondisinya parah atau bahaya. Nikotin juga meningkatkan kadar gula darah, kadar
asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan agresi sel pembekuan darah.

a. Efek positif

Nikotin bisa benar-benar bermanfaat sebagai obat jika digunakan dengan benar dan dosis
yang akurat. Namun selama ini orang menggunakan nikotin untuk hal yang berbeda dan dalam
dosis yang tinggi. Dalam American Journal of Psychiatry diketahui bahwa reaksi nikotin dengan
oksigen dapat membentuk asam nicotinic. Efek dari turunan senyawa ini bisa bermanfaat bagi
tubuh manusia yaitu menenagkan, meningkatkan suasana hati dan merangsang aktivitas otak,
fungsi motorik dan memori. Jika molekul nikotin diubah sedemikian rupa tidak akan
menyebabkan kecanduan seperti rokok. Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin
menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan
masalah. Menghisap rokok juga dapat meningkatkan mood, menurunkan ketegangan,
menghilangkan kecemasan dan perasaan depresif. Selain itu nikotin juga dapat berfungsi sebagai
antipsikotik, analgesik, dan neuroproteksi. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek
meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebral.

b. Efek negatif

Zat racun ini mampu membuat pembuluh arteri mengeras, serta menimbulkan penumpukan
lemak di saluran arteri pada jantung, akibatnya darah tidak terpompa secara baik melalui jantung.
Gangguan ini memicu terjadinya serangan jantung pada perokok. Ditambah lagi zat ini secara
cepat akan meningkatkan denyut jantung segera setelah ia masuk ke dalam tubuh, maka
terjadilah gangguan pada organ ini, antara lain aritmia atau gangguan irama jantung.

Sementara pada paru-paru, nikotin berpotensi besar menimbulkan gangguan bahkan


kerusakan sel yang memicu terjadinya kanker paru. Kanker paru merupakan penyakit kanker
yang paling banyak diderita oleh manusia, dengan jumlah 12,7% dari semua penderita kanker.
Selain itu zat dalam rokok ini juga beresiko terhadap gangguan fungsi paru yang memicu
munculnya penyakit emfisema, bronkitis, tuberkolosis, dan infeksi paru.

Selain itu, bahaya nikotin yang masuk ke dalam tubuh secara cepat akan mempengaruhi
kondisi aliran darah. Dalam waktu singkat zat ini akan meningkatan tekanan darah seseorang.
Harvard Medical School pada tahun 2005 mengemukakan bahwa nikotin dapat memicu efek
berantai, yaitu merangsang sistem syaraf pusat yang kemudian mendorong tubuh untuk
melepaskan hormon apinefrin atau adrenalin. Kemudian hal ini menimbulkan efek beragam,
salah satunya adalah peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya akan membuat
seseorang menderita hipertensi. Tak hanya hipetensi, nikotin juga menyebabkan peningkatan
kadar gula dalam darah sebagai cikal bakal terjadinya penyakit diabetes. Hipertensi dan diabetes
merupakan dua jenis penyakit yang sering mengakibatkan stroke pada perokok.

Tak hanya sakit di dalam, nikotin juga membuat penampilan kulit tubuh seseorang menjadi
sangat buruk. Zat ini bersifat diuretik, yaitu senyawa yang mendorong tubuh mengeluarkan
cairan dari dalam tubuh, terutama melalui urin. Sifat inilah yang membuat kulit perokok menjadi
kering dan berkeriput. Selain itu bahaya nikotin juga membuat kulit kekurangan vitamin A dan
kolagen, akibatnya kulit menjadi kusam, kasar, berkerut, dan tidak elastis.

3.3 Portal Entri Yang Dapat Dilalui Nikotin


3.4 Mekanisme Nikotin Dapat Menyerang Otak Manusia

Saat kita mengkonsumsi tembakau, saat itu juga zat nikotin yang terkandung di dalamnya
meresap ke dalam paru-paru yang kemudian langsung masuk ke dalam aliran darah untuk
seterusnya disirkulasikan menuju otak. Semua ini terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Bukan
hanya lewat paru-paru saja nikotin bisa masuk ke dalam aliran darah. Nikotin juga bisa mencapai
aliran darah melalui membran sel yang terdapat di mulut, di hidung atau bahkan lewat sel kulit.
Molekul nikotin juga berbentuk serupa dengan bentuk neurotransmiter dalam tubuh
manusia yang bernama asetilkholin. Asetilkholin dengan reseptornya bereaksi dalam berbagai
fungsi, diantaranya dalam molekul yang mengatur pergerakan tubuh, pernapasan, denyut
jantung, dan memori. Pasangan ini juga berperan dalam pelepasan neurotransmiter lainnya dan
sel hormon yang berefek pada perasaan hati, selera makan, memori dan banyak lagi yang
lainnya. Pada waktu berada di otak, molekul nikotin ini langsung menyatu dengan reseptor dan
bertindak seperti layaknya sebuah asetilkholin.
Nikotin juga bereaksi di bagian otak terjadi melalui ikatan dengan nicotinic acetylcholine
receptors (nAChRs) di otak. Di sistem saraf pusat, sebagian besar dari nAChRs terdiri dari
subtipe α4, β2, α3, β4 dan α7. Dari subtipe-subtipe yang dominan ini, reseptor α4β2 jumlahnya
paling banyak di otak dan berperan penting dalam menyebabkan adiksi nikotin. Setelah rokok
dihisap, dalam waktu 20 detik, nikotin akan berikatan dengan nAChRs subtipe α4β2 di Ventral
Tegmental Area (VTA) di otak. Impuls akan dihantarkan di sepanjang neuron ke nukleus
accumbens (Nac) untuk melepaskan dopamine dalam jumlah besar. Pelepasan dopamin akan
menimbulkan berbagai efek reward yang dicari oleh perokok, antara lain timbulnya perasaan
senang, relaksasi, mengurangi stress, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki mood. Rasa
nikmat (reward) ini akan menjadi motivator yang mendorong seseorang untuk merokok.
3.5 Efek Yang Ditimbulkan Dari Nikotin Yang Telah Menyerang Otak

perilaku kecanduan merokok berkorelasi dengan area precuneus kiri, angular gyrus kanan,
superior parietal/motor cortex kiri, dan occipital gyrus tengah. Precuneus adalah area permukaan
medial pada cerebal cortex dan turut berperan dalam aktivasi ingatan epi‐ sodik serta pergeseran
perhatian. Angular gyrus merupakan area otak yang memiliki fungsi untuk bahasa dan berbicara.
Korteks parietal memiliki fungsi modalitas sensoris‐taktil, seleksi terhadap isyarat audio dan
visual, serta proses spasial.

Pengaruh nikotin pada otak juga ditemukan pada area ventral atau bagian bawah,
khususnya occipital gyrus. Selain itu, aktivitas yang berbeda di ventral juga ditemui pada rostral
anterior cingulate cortex (rACC), insula, opercular, dan occipital. Aktivitas yang berbeda pada
insula juga sejalan dengan pening‐ katan gray matter yang menimbulkan emosi tertentu dan
sensasi pada tubuh, serta mendorong kemampuan memverbalisasi emosi. Sementara aktivitas
pada opercular yang distimulasi oleh nikotin dapat me‐ ningkatkan resiko kesulitan menggerakan
otot wajah dan mulut, aphasia, dan epilepsi. Gangguan pada area occipital dapat mem‐ perbesar
resiko kebutaan.

Lawan dari area ventral adalah dorsal, atau bagian atas. Area ini terpengaruh oleh nikotin
pada bagian dorsal medial/lateral prefrontal cortex (dm/dlPFC) dan dorsal anterior cingulate
cortex (dACC). Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat penurunan white matter (fractional
anisotropy [FA]) di prefrontal cortex) yang berkorelasi dengan patologis otak. Selain itu,
gangguan pada dlPFC akan menghambat fungsi basal ganglia dalam keseimbangan,
pengontrolan gerak tubuh, dan integrasi emosi, juga akan mempengaruhi ingatan jangka pendek,
kemampuan mempelajari gerakan baru, dan mengontrol waktu untuk diri sendiri. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pecandu rokok memiliki resiko penurunan
prospective memory.

Ingatan prospective adalah kemampuan untuk mengingat tugas atau rencana kegiatan yang
hendak dilakukan dalam satu hari. Penurunan prospective memory juga terkait dengan gangguan
pada hippocampus dan thalamus. Hal tersebut dapat terjadi karena hippocampus memiliki fungsi
dalam bidang memori dan navigasi, sementara thalamus berfungsi dalam menyaring, membatasi,
memproses, dan menunda informasi antara area subcortical dan cortical, serta dalam hal motivasi

Perbedaan aktivitas pada otak perokok di jaringan mesolimbic juga dapat ditemui pada
medial orbitral yang berkaitan erat dengan fungsi regulasi sosial, pembedaan wajah secara visual,
serta pada aspek emosi dan perhatian. Para pecandu rokok juga mengalami gangguan psikologis
berupa kecemasan, depresi atau sedih, marah, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan kecenderungan
munculnya perilaku kompulsif. Munculnya rasa takut erat hubungannya dengan aktivasi dACC
dan rACC, sedangkan gangguan panik sering dikaitkan dengan aktivasi otak di area hippocam‐
pus, thalamus, dan amygdala. Pengaruh nikotin yang mengganggu aktivitas di area‐ area tersebut
akan mendorong terjadinya gangguan psikologis pada pecandu rokok.

Hormon dopamin dan serotonim yang dihasilkan akibat masuknya nikotin dalam darah
dapat membuat pecandu rokok menahan kantuk. Akan tetapi efek sampingnya adalah munculnya
gangguan tidur berupa insomnia, tidur tidak nyenyak, atau mudah terbangun. Secara umum
orang yang mengalami gangguan tidur akan memiliki emosi yang kurang stabil, kurang dapat
berkonsentrasi, serta daya ingat yang menurun kondisi tersebut merupakan efek ganda bagi para
pecandu rokok.

Daftar pustaka

Armstong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Arcan : Jakarta.

Blakemore, S., & Frith, U. (2005). The Learning Brain: Lessons for Education. United
Kingdom: Blackwell.

Brody, A.L., London, E.D., Olmstead, R.E., Allen‐Martinez, Z., Shulenberger, S.,
Costello, M.R., Abrams, A.L., Scheibal, D., Farahi, J., Shoptaw, S., & Mandelkern, M.A.
(2010). Smokinginduced change in intrasypnaptic dopamine concentration: Effect of treatment
for Tobacco Dependence. Psychiatry Research: Neuroimaging, 183, 218‐224.

Cohen, L.M., Collins Jr, F.L., VanderVeen, J.W., & Weaver, C.C. (2010). The effect
of chewing gum flavor on the negative affect associated with tobacco abstinence among
dependent cigarette smokers. Addictive Behaviors, 35, 955960.

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI Robert K murray, MD,PhD.
Biokima Harper. Edisi : 25. EGC. 2001

Hooten, W.M., Shi, Y., Gazelka, H.M., &


Warner, D.O. (2011). The effects of depression and smoking on pain severity
and opioid use in patients with chronic pain. Pain, 152, 223‐229.
Mandagi, Jeanne. 1996. Masalah Narkotika dan Zat adiktif Lainnya serta
Penanggulangannya. Bina Darma Pemuda Printing : Jakarta.

Neal, M.J. 2006. Farmakologi Medis. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai