Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini.
Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada
masyarakat. Sebagai contoh, di bungkus rokok tercantum tulisan “Merokok
Membunuhmu”, namun tetap saja dilakukan oleh banyak orang. Hal ini membuktikan
bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya berbahaya bagi perokok aktif,
namun juga berbahaya bagi perokok pasif.
Isi dari kandungan rokok merupakan gabungan bahan-bahan kimia berbahaya.
Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia beracun. Secara
umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas
(92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Komponen gas asap rokok adalah karbon
monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Sedangkan
partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol (Jufri, 2012).
Rerata batang rokok yang di hisap per hari penduduk Indonesia umur ≥10 tahun
adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Daerah dengan jumlah perokok tertinggi adalah
Provinsi Bangka Belitung yaitu sebanyak 18,3 batang per hari. Sedangkan rerata batang
rokok yang dihisap penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2013 umur ≥10 tahun adalah
sebanyak 11,5 batang perhari (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Alamsyah (dalam Indra, 2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang merokok yaitu, zat nikotin yang membuat seseorang ketagihan,
faktor teman, dan faktor psikologis yang merasa lebih fokus dalam mengerjakan hal atau
suka memainkan asap.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa berhenti merokok
bukan hal yang mudah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam usaha berhenti
merokok, seperti berkomitmen, menggantikan rokok dengan permen, mengalihkan rokok
dengan beraktivitas dan menghindari rokok (Wulandari, 2012).
Berhenti merokok berarti berhenti memasukkan kandungan nikotin ke dalam
tubuh. Salah satu cara yang efektif untuk berhenti merokok adalah dengan Nicotine
Replacement Therapy (NRT). Nicotine replacement therapy (NRT) adalah metode yang
menggunakan suatu media untuk memberikan nikotin yang diperlukan oleh perokok
tanpa pembakaran tembakau yang merugikan. (Tanuwihardja & Susanto, 2012).

FISIKO KIMIA NIKOTIN

Nikotin merupakan senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan


secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan
(Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotin dengan rumus molekul C 10H14N2,
merupakan komponen aktif farmakologis yang utama dari tembakau, Nikotiana tabacum.
Nikotin pertama kali diisolasi oleh Posselt dan Reiman pada tahun 1828. Kadar nikotin
dalam tembakau Nicotana tabacum hanya berkisar 1-2% dan berkadar 0,3 sampai 5 %
dari berat tembakau yang berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun.
Alkaloid jenis ini memiliki nama kimia 3-(1-metil-2-pirolidil) piridin. Saat
pertama kali diekstraksi dari daun tembakau, nikotin akan tampak tak berwarna tetapi
segera menjadi coklat karena kontak dengan udara. Sifat fisik dari nikotin ialah cairan
berminyak yang higroskopik, yang artinya sangat reaktif terbukti dari perubahan
warnanya karena bereaksi dengan udara. Senyawa ini juga dapat larut dalam air, baik
dalam bentuk basa bebas maupun dalam bentuk garamnya. Dilihat dari struktur
molekulnya, nikotin dapat dikelompokkan ke dalam alkaloid piridin dan pirolidin karena
mempunyai dua sistem cincin nitrogen piridin dan pirolidin dalam strukturnya.

FARMAKOLOGI UMUM

Khasiat dan Kegunaan Nikotin

Ketika masuk ke dalam tubuh, nikotin akan diserap dengan cepat melalui bronkus
dan alveolus paru-paru lalu menyebar melalui darah dan sampai ke otak 7-8 detik
kemudian. Proses yang cepat ini berkaitan dengan fungsi nikotin sebagai pemicu dalam
sistem saraf pusat (CNS). Nikotin mempunyai bentuk aktif dalam strukturnya yang
berupa kation dan terletak pada nitrogen dari siklus pirolnya. Ketika sampai otak, bentuk
aktif ini terletak sangat dekat dengan asetilkolin sehingga dapat mengganggu kerjanya
sebagai neurotransmitter utama otak. Asetilkolin sendiri dapat mengikat dua macam
reseptor yaitu reseptor nicotinic, yang diaktifkan oleh nikotin, dan reseptor muscarinic,
yang diaktifkan oleh muscarine.
Nikotin ternyata terdapat juga di buah-buahan yang kita makan setiap hari seperti
terong, tomat, semangka, dll.

Pada tubuh, Nikotin kompetitif akan mengikat reseptor kolinergik nikotinat.


Agonis merupakan molekul yang mengaktifkan reseptor dengan mereproduksi efek
neurotransmitter ini lalu diikat pada reseptor nicotinic. Proses ini akan memicu perubahan
konformasi dari reseptor, yang membuka saluran ion selama beberapa milidetik. Saluran
ini bersifat selektif untuk kation (terutama natrium) yang berarti saluran ini hanya akan
meloloskan kation saja dan tidak yang lainnya, sehingga pembukaannya mengarah ke
depolarisasi singkat atau rangsangan sesaat.

Kemudian, saluran ini akan menutup reseptor secara transisi menjadi refrakter
sehingga tidak peka terhadap agonis. Ini adalah keadaan desensitisasi (pengurangan
sensitivitas). Kemudian, reseptor biasanya kembali ke keadaan istirahat, yang berarti
tertutup dan peka terhadap agonis. Dalam kasus paparan yang terus-menerus untuk
agonis (bahkan dalam dosis kecil), keadaan desensitisasi ini akan bertahan lama yang
menyebabkan inaktivasi jangka panjang atau reseptor tidak lagi bersifat peka.

Kandungan akan nikotin menyebabkan pelepasan glukosa dari hati dan adrenalin
dari medula adrenal sehingga dapat mengurangi nafsu makan dan meningkatkan
metabolisme. Hormon asetilkolin yang disebutkan sebelumnya ternyata juga dapat
meningkatkan daya ingat. Ketika seseorang menghisap rokok kandungan zat yang ada
dalam nikotin masuk lewat paru-paru ke otak selama tujuh detik. Selama waktu itu,
nikotin merangsang banyak hormon dalam otak
seperti setilkolin, norepinefrin, adrenalin, vasopresin, arginin, dopamin, dan beta-
endorphin. Merokok sebatang rokok diperkirakan meningkatkan kadar nikotin dalam
darah antara 25-50 ng/ml.

Nikotin mengikat nicotinic-acetylcholine-receptors sehingga meningkatkan


pegeluaran hormon neurotransmitters dopamine di dalam otak yang menimbulkan
perasaan senang, nyaman, dan meningkatkan kewaspadaan. Disamping itu, nikotin
mempunyai efek mengurangi nafsu makan (mengurangi rasa lapar) sehingga dapat
menyebabkan para perokok kehilangan berat badannya (menjadi kurus). Dengan
meningkatkan kadar dopamine didalam otak, Nikotin menimbulkan efek ketagihan yang
kuat, namun efek ketagihan yang disebabkan oleh Nikotin berlangsung sangat singkat
sehingga orang harus terus menerus menghisap nikotin sepanjang hari guna
mempertahankan efek perasaan nyaman tersebut.

Struktur molekul Nikotin mirip dengan struktur molekul acetylcholine, suatu


neurotransmitter didalam jaringan otak, yang mempengaruhi banyak fungsi tubuh, seperti
bernapas, denyut jantung, daya ingat. Acetylcholine juga mempengaruhi
neurotransmitters lainnya yang mempengaruhi nafsu makan, emosi, dan memori, ketika
Nikotin sampai ke otak, akan menempel ke sel saraf tempat kedudukan acetylcholine,
sehigga menimbulkan efek yang serupa dengan efek yang disebabkan acetylcholine.

Di kelenjar adrenal bagian tengah (adrenal medulla) yang terletak di atas organ
ginjal, nikotinmengikat nicotinic receptors, yang meningkatkan produksi hormon
adrenaline. Peningkatan pelepasan hormone adrenalin (dan hormone nor-adrenalin) ke
dalam darah, menyebabkan peningkatan denyut jantung, naiknya tekanan darah, naiknya
frekuensi pernafasan, serta naiknya kadar gula darah.

Nikotin yang biasa kita kenal merupakan zat yang terkandung dalam rokok.
Ketergantungan terhadap rokok tidak bisa dilepaskan dengan mudah. Ini terjadi karena
nikotin memberikan efek penenang pada sistem saraf pusat. Orang yang berhenti
merokok akan merasa gugup, mengantuk, cemas, pusing, sakit kepala, letih,
ketidakaturan gerakan lambung, berkeringat, dan kejang-kejang. Hal tersebut juga bisa
terjadi pada orang yang sedang menghentikan kecanduannya terhadap narkoba.
Nikotin memang popular berkat rokok, namun ternyata jika berdiri sendiri nikotin
juga mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting. Adapun temuan-temuan itu
antara lain nikotin yang berfungsi mengurangi aktivitas otot melingkar, terutama melalui
pelepasan nitrat oksida, dalam kasus ulcerative colitis (UC) atau radang usus. Temuan ini
dapat menjelaskan beberapa terapi manfaat dari nikotin (dan merokok) terhadap UC dan
dapat menjelaskan mengenai disfungsi penggerak kolon pada penyakit aktif. Efek
lainnya yaitu berupa efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita
Down Syndrome, yang berhubungan dengan pengaruh rangsangan nikotin-agonisnya.

Anda mungkin juga menyukai