Oleh :
Sejumlah penelitian melaporkan prevalensi kejadian hernia hiatus berkisar antara 50-94%
pada pasien dengan penyakit refluks gastroesofagus, dengan prevalensi kontrol sebesar 13%.
Mereka yang mengalami refluks gastrofagitis akan mengalami peningkatan prevalensi hernia
hiatus sebesar 16,5. Studi terbaru dengan jelas menunjukan bahwa persentasi terjadi nya hernia
hiatus berkaitan dengan peningkatan kerentanan secara signifikan terhadap kejadian refluks
dengan mengurangi tekanan sfingter. Prevalensi hernia hiatus hanya dapat di perkirakan, hal ini
disebabkan karena sebagian besar hernia ini tidak menunjukan gejala ringan atau bahkan tidak
menunjukan gejala sama sekali, dengan diagnostik yang bervariasi (John, M 2006).
Hernia hiatus paling umum terajadi di Amerika Utara dan Eropa Barat. Perkiraan
klinis dari prevalensi hernia hiatus pada populasi barat berkisar hingga mencapai 50%.
prevalensi hernia hiatus pada populasi Asia secara substansial lebih rendah dibandingkan
dengan populasi barat. Chang et al, melaporkan bahwa prevalensi hiatus hernia hanya
2,2% di populasi umum Taiwan. Dalam studi lain pada pasien dispepsia prevalensi
hernia hiatus dilaporkan lebih rendah pada pasien GERD Asia, mulai dari 7-20% pada
Non Erosive Reflux Disease( NERD) , dan 20-30% pada esophagitis (Sujay,2015). Di
Indonesia sendiri belum diketahui prevalensi kejadian henia hiatus sendiri.
Insiden kasus hernia hiatus meningkat sesuai dengan pertambahan usia, sekitar
60% orang berusia diatas 50 tahun atau lebih, beresiko lebih besar terkena hernia hiatal.
Dari jumlah tersebut 9% bersifat simtomatik, tergantung pada pada kompetensi sfingter
esofagus bagian bawah atau Lower Esophageal Spinchter (LES). Kejadian hernia hiatus
yang simptomatik berkaitan erat dengan diagnosa penyakit refluks gastroesofageal
(GERD) namun, tidak semua hernia hiatus berkaitan dengan GERD (epocrates,2019).
Prevalensi kejadian hernia hiatus yang berkaitan dengan GERD dalam poulasi
besar sulit untuk diverifikasi, akan tetapi dari berberapa hasil penelitan yang dilakukan di
beberapa negara bagian barat ditemukan prevalensi kejadian hernia hiatus sekitar 10-
20%. Di antar semua hernia hiatus , tipe hernia hiatus sliding yang paling umum terjadi
yaitu sekitar 90-95%, dan 5% mengalami hernia hiatus tipe paraesofageal
(epocrates,2019).
3. Etiologi
b. Kelemahan kongenital.
c. Peningkatan usia.
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut meningkatkan risiko
terjadinya hiatal hernia dan ini sering ditemukan pada wanita gemuk. Dengan
melemahnya elastisitas, sfingter kardia yang terbuka tidak kembali keposisi
normal. Selain itu, kelemahan otot diafragma juga membuka jalan masukknya
bagian lambung ke rongga toraks.
d. Terjadinya regurgitasi.
Regurgitasi yang menetap atau sering akan menyebabkan otot di esophageal
menjadi kaku atau kejang jika hal ini terus terjadi dan dalam waktu yang cukup
lama akan menyebabkan luka dan membentuk fibrosis pada esophageal.
Keterangan Gambar :
b. gambaran slidding hernia dimana lambung memasuki rongga dada melalui celah
Aksi peningkatan tekanan LES Defek kelemahan pada hiatus Kelemahan otot dan kehilangan
diafragma elastsitas hiatus diafragma
Respons psikologis
Nyeri retrosternal
Port de entree Risiko injuri
Heartburn
Kecemasan
pemenuhan informasi Risiko infeksi
Nyeri
6. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan dapat dari yang ringan hingga yang berat. Karena pada
dasarnya hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding
perut, keluhan berat yang timbul disebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada
celah yang dilaluinya (yang dikenal sebagai strangulasi). Jika masih ringan, penonjolan
yang ada dapat hilang timbul.benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit
nyeri dan timbul jika mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya tonjolan
dapat hilang jika kita beristirahat. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat,
maka perlu dipikirkan adanya penjepitan isi perut. Biasanya jenis hernia inguinialis yang
lateralis yang lebih memberikan keluhan nyeri hebat dibandingkan jenis hernia inguinalis
yang medialis. Terkadang, benjolan yang ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam
rongga perut dengan tangan kita sendiri, yang berarti menandakan bahwa penjepitan yang
terjadi belum terlalu parah. Namun, jika penjepitan yang terjadi sudah parah, benjolan
tidak dapta dimasukkan kembali, dan nyeri yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat
diseratai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi jika sudah terjadi kematian jaringan isi
perut yang terjepit tadi.
7. Klasifikasi
8. Gejala Klinis
Penderita hernia hiatus mencapai lebih dari 40% orang, tetapi kebanyakan tanpa
gejala, gejala yang terjadi biasanya sangat ringan. Hernia hiatal paraesofageal umumnya
tidak menyebabkan gejala sehingga di butuhkan diagnostik yang bervariasi. Tetapi
bagian yang menonjol ini bisa terperangkap atau terjepit di diafragma dan mengalami
kekurangan darah. Bila keadaannya serius dan timbul nyeri, disebut penjeratan
(strangulasi), yang membutuhkan pembedahan darurat. Pada penderita Paraesophageal
hiatal hernia akan mengalami nyeri dada, kesulitan untuk menelan, kembung dan
bersendawa.
Kadang terjadi perdarahan mikroskopis atau perdarahan berat dari lapisan hernia,
yang bisa terjadi pada kedua jenis hernia hiatal tersebut. Kejadian hernia hiatus yang
simptomatik berkaitan erat dengan diagnosa penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
namun, tidak semua hernia hiatus berkaitan dengan GERD, untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan penujang seperti endoskopi. Manifestasi klinik yang mungkin akan timbul
antara lain :
a) Keluhan esofagitis refluks.
b) Rasa jantung terbakar (heartburn).
c) Regurgitasi asam dan disfagia karena spasme esophagus.
d) Perdarahan.
e) Muntah mendadak.
f) Bunyi tympani pada pemeriksaan perkusi.
g) Nyeri uluh hati.
9. Komplikasi
Jika hiatus hernia tidak diatasi komplikasi yang akan muncul adalah
1) Peradangan dan luka pada lapisan esophagus.
2) Peradangan dan luka pada lambung.
3) Menyebabkan perdarahan (hemoragi) pada saluran cerna atas bias ditandai dengan
perdarahan samar pada feses.
4) Kesulitan menelan dan beresiko mengalami penurunan berat badan.
5) Beresiko terkena anemia.
6) Obstruksi atau penyumbatan dari esophagus ke lambung
7) Phenemonia disebabkan penyempitan saluran nafas akibat adanya hernia pada
esophagus dan terdorngnya difragma oleh pembesaran hernia.
b. Terapi bedah dilakukan apabila keluhan nyeri retrosternal menjadi lebih berat.
Beberapa terapi bedah tersebut adalah sebagai berikut:
1.1 Nissen fundoplication. Fundoplikasi yang dapat dilakukan secara trans
abdominal maupun trans torakal dimana tindakannya adalah melakukan
fundoplikasi secara keliling 360 derajat antara distal esofagus dan fundus gaster.
Prognosis keberhasilannya 96%
1.2 Belsey (mark IV) fundoplication: secara trans torakal sampai terlihat esofagus
intraabdominal, kemudian diperkuat dengan cara melakukan aplikasi gaster
secara keliling sebanyak 270 derajat sampai distal esophagus.
DAFTAR PUSTAKA
Obesity as Risk Factor of Gastroesophageal Reflux Disease. Diah ,2014. Diakses 2 Maret 2019.
[http://juke.kedokteran.unila.ac.id]
Hubungan Antara IMT dengan Kejadian Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD DR. Soehadi
Projonegoro Sragen. Hatif, 2014. Diakses 2 Maret 2019.
[http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf ]
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hiatal Hernia. Yulia, 2016. Diakses 2 Maret 2019.
[https://www.academia.edu/ ]
: Perempuan
: Keturunan
: Laki-laki
c. Mata
Pengelihatan : v Normal Kacamata/Lensa
Lain-lain : …………………………………………………………..
Sklera : Ikterik v Tidak Ikterik
Konjungtiva : Anemis v Tidak Anemis
Pupil : v Isokor Anisokor
Midriasis Katarak
Kelainan : Tidak ada
Data Tambahan : Tidak ada
d. Hidung
Penghidu : Normal v Ada Gangguan: terasa panas
Secret/darah/polip : Sekret di tenggorokan
Tarikan Cuping Hidung : v Ya Tidak
Lain-lain : Tidak ada
e. Telinga
v
Pendarahan : Normal Kerusakan
Tuli Kanan/Kiri Tinnitus
Alat Bantu Dengar
Lain-kain : Tidak ada
Sekret/Cairan/Darah : Ada v Tidak
Bau : - Warna : -
f. Mulut dan Gigi
Bibir : v Lembab Kering Cianosis Pecah-pecah
Mulut dan Tenggorokkan : v Normal Lesi Stomatitis
v
Gigi : Penuh/Normal Ompong Lain-lain :….
g. Leher
Pembesaran Tyroid : Ya v Tidak
n. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
WBC : 13,16 x 103/uL (150-450 x 103/uL)
HGB : 8,9% (11,0-16,0%)
HCT 34,2% (37,0-48,0%)
o. Terapi Medik
Tanggal : 2 Oktober 2021
Cara
No Terapi Dosis Fungsi Terapi
Pemakaian
Menggantikan
1 IVFD 0.9% 20 tpm Intravena
cairan tubuh
Menurunkan
produksi
2 Omeprazole 1 vial Intravena
asam
lambung
Meringankan
3 Ranitidine 1 ampul mual dan Intravena
muntah
Meringankan
4 Paracetamol 1 flash Intravena
nyeri
5 Cefotaxime 1 vial Antibiotik Intravena
Memenuhi
6 Oksigen 3 lpm kebutuhan Inhalasi
oksigen
DATA FOKUS
DO :
- RR: 24xm
- SPO2: 89%
- Terdapat secret
berupa ludah
di
kerongkongan
- Suara napas
ronchi
- Napas dangkal
2 2 Oktober DS : Mual Distensi asam
2021/08.00 Pasien mengatakan lambung
wita mual dan muntah,
mulu terasa pahit
DO :
- Pasien mengatakan
saat ini nafsu
makannya
menurun, merasa
lemas, dan muntah
jika makan.
- Sebelum sakit
pasien makan 3x
sehari 1 porsi nasi
dan lauk pauk,
minum 7-9 gelas
per hari, saat sakit
pasien hanya
menghabiskan 1/3
porsi diit RS,
dengan minum 6-7
gelas per hari
- HGB : 8,9%
(11,0-16,0%)
.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan, pasien mengatakan sesak dan nyeri dada, Skala
nyeri : P : Sesak napas, Q:Ditekan benda, R: Dada, S :6, T: Hilang timbul,
RR: 24xm, SPO2: 89%, Terdapat secret berupa ludah di kerongkongan,
Suara napas ronchi, Napas dangkal
2. Mual berhubungan dengan distensi asam lambung ditandai dengan pasien
mengatakan mual dan muntah, mulu terasa pahit, pasien mengatakan saat ini
nafsu makannya menurun, merasa lemas, dan muntah jika makan, sebelum
sakit pasien makan 3x sehari 1 porsi nasi dan lauk pauk, minum 7-9 gelas
per hari, saat sakit pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi diit RS, dengan
minum 6-7 gelas per hari, HGB : 8,9% (11,0-16,0%)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan peningkatan
leukosit ditandai dengan WBC : 13,16 x 103/uL (150-450 x 103/uL), HCT :
34,2% (37,0-48,0%), HGB : 8,9% (11,0-16,0%)
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. A Ruang : Melati
Usia : 65 Tahun Tanggal : 2 Oktober 2021
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama/TTD
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC label: Manajemen NIC label: Manajemen
bersihan jalan napas keperawatan selama 3x24 Jalan Nafas Jalan Nafas
berhubungan dengan jam, diharapkan bersihan
1. Posisikan pasien untuk 1. Membuka jalan nafas
sekresi yang tertahan jalan nafas efektif dengan
memaksimalkan ventilasi 2. Mengetahui ada atau
ditandai dengan, kriteria hasil:
2. Auskultasi suara nafas tidaknya suara nafas
pasien mengatakan
NOC label: Status 3. Posisikan untuk tambahan
sesak dan nyeri dada,
Pernafasan meringankan sesak nafas 3. Melancarkan jalan
Skala nyeri : P
4. Monitor status nafas pasien
: Sesak napas, 1. Irama pernafasan
pernafasan dan 4. Mengetahui status
Q:Ditekan benda, R: dipertahankan pada skala
oksigenasi pernafasan dan
Dada, S :6, T: 2 ( deviasi cukup berat
kebutuhan oksigen
Hilang timbul, RR: dari kisaran normal )
NIC label: Monitor Tanda pasien
24xm, SPO2: 89%, ditingkatkan ke skala 4
Tanda Vital
Terdapat secret berupa ( deviasi ringan dari
NIC label: Monitor
ludah di kisaran normal)
Tanda Tanda Vital
kerongkongan, Suara 2. Kedalaman inspirasi 1. Kontrol suara paru paru
napas ronchi, Napas sipertahankan pada skala 2 2. Monitor pola pernafasan 1. Mengetahui kelainan
dangkal ( deviasi cukup berat dari abnormal pada paru paru
kisaran normal) 3. Monitor sianosis dan 2. Mengetahui adanya
ditingkatkan ke skala 4 perifer komplikasi
( deviasi ringan dari 3. Untuk mengetahui
kisaran normal) status oksigenasi
3. Batuk dipertahankan pada
skala 2 ( berat)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan)
1. Frekuensi pernafasan
dipertahankan pada skala
2 (berat) ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
2. Suara nafas tambahan
dipertahankan pada skala
2 (berat) ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
3. Retraksi dinding dada
dipertahankan pada skala
2 (berat) ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
2. Mual berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC label: Manajemen NIC label: Manajemen
dengan distensi asam keperawatan selama 3x24 Nutrisi Nutrisi
lambung ditandai jam diharapkan mual pasien
1. Atur diet yang 1. Manajemen diet yang
dengan pasien berkurang dengan kriteria
mengatakan mual dan hasil: diperlukan tepat
muntah, mulu terasa 2. Anjurkan pasien terkait 2. Manajemen diet yang
NOC label: Status Nutrisi
pahit, pasien dengan kebutuhan diet tepat
mengatakan saat ini 1. Asupan gizi untuk kondisi sakit 3. Monitor terjadinya
nafsu makannya dipertahankan pada skala 3. Monitor kecenderungan perubahan yang
menurun, merasa 2(banyak menyimpang) terjadinya penurunan signifikan
lemas, dan muntah ditingkatkan ke skala 4 atau kenaikan berat
jika makan, sebelum (sedikit menyimpang) badan
NIC label: Manajemen
sakit pasien makan 3x 2. Rasio berat badan per NIC label: Manajemen
Berat Badan
sehari 1 porsi nasi dan tinggi badan Berat Badan
porsi diit RS, dengan berat badan, atau dampak dari kelebihan
minum 6-7 gelas per NOC label: Perilaku penuruna berat badan berat badannya
hari, HGB : 8,9% patuh : Diet yang 2. Diskusikan dengan 3. Tidak terjadi
3. Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan NIC label : Pencegahan NIC label : Pencegahan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Infeksi Infeksi
jam diharapkan infeksi
penurunan dapat dikontrol dan tidak 1. Identi 1.2.1.1 Mencegah alergi
hemoglobin dan terjadi dengan kriteria fikasi riwayat kesehatan terhadap pengobatan
hasil :
peningkatan leukosit dan riwayat alergi 1.2.1.2 Mencegah infeksi
NOC label: Tingkat
ditandai dengan WBC 2. Pertah silang
infeksi
: 13,16 x 103/uL (150- ankan teknik aseptic 1.2.1.3 Mencegah
1. Kadar sel darah putih
450 x 103/uL), HCT : perawatan pasien kesalahan pemberian
dipertahankan pada skala
34,2% (37,0-48,0%), 3. Identi obat
2 (banyak menyimpang)
HGB : 8,9% (11,0- fikasi kontraindikasi 1.2.1.4 Menjaga keamanan
ke skala 4 (sedikit
16,0%) pemberian antibiotik pasien dan tenaga
menyimpang) 4. Doku medis
2. Demam dipertahankan mentasikan pemberian 1.2.1.5 Pemberian obat
pada skala 2 (banyak antibiotik yang continue
menyimpang) ke skala 4 5. Jadwa 1.2.1.6 Keluarga
(sedikit menyimpang) lkan pemberian mengetahui tentang
3. Nyeri dipertahankan antibiotik pada interval pengobatan pasien
pada skala 2 (banyak waktu yang tepat
NIC label : Manajemen
menyimpang) ke skala 4 6. Jelask
Imunisasi/Vaksin
(sedikit menyimpang) an tujuan, manfaat,
4. Kemerahan resiko yang terjadi, 1.2.1.6.1.1.1 mencegah
A: Tujuan teratasi
P: Pertahankan kondisi
2 5 Oktober Mual berhubungan S : Pasien mengatakan sudah tidak
2021/ 08.00 dengan distensi asam mual
wita lambung ditandai O:
dengan pasien - Asupan gizi skala 4
mengatakan mual dan (sedikit menyimpang)
muntah, mulu terasa - Rasio berat badan per
pahit, pasien tinggi badan skala 4
mengatakan saat ini (sedikit menyimpang)
nafsu makannya - Mengikuti rekomendasi
menurun, merasa skala 5 ( konsisten
lemas, dan muntah jika menunjukkan)
makan, sebelum sakit - Memilih makanan dan
pasien makan 3x sehari cairan skala 5 (konsisten
1 porsi nasi dan lauk menunjukkan)
pauk, minum 7-9 gelas
per hari, saat sakit A: Tujuan teratasi
pasien hanya P: Pertahankan kondisi
menghabiskan 1/3 porsi
diit RS, dengan minum
6-7 gelas per hari, HGB
: 8,9% (11,0-
16,0%)
3 5 Oktober Resiko infeksi S : Pasien mengatakan tidak ada
2021/ 08.00 berhubungan dengan demam selama perawatan
penurunan hemoglobin
wita dan peningkatan O:
leukosit ditandai - Kadar sel darah putih
dengan WBC : 13,16 x
dipertahankan pada skala 4
103/uL (150-450 x
103/uL), HCT :34,2% (sedikit menyimpang)
(37,0-48,0%), HGB : - Demam skala 4 (sedikit
8,9% (11,0-16,0%)
menyimpang)
- Nyeri skala 4 (sedikit
menyimpang)
- Kemerahan skala 4
(sedikit menyimpang)
A: Tujuan teratasi
P: Pertahankan kondisi