Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT

OLEH : SARI LUTHFIYAH, SKp, M.Kes.

PENDAHULUAN
Pada orang usia lanjut kekuatan kontraktilitas jantung berkurang. Berbagai
pembuluh darah penting yang di jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intima
menjadi kasar akibat merokok, Diabetes Mellitus, kadar kolesterol tinggi dan lain-lain
yang memudahkan penggumpalan darah dan trombosis. Salah satu akibat yang terjadi
karena adanya perubahan fungsi dan organ pada orang usia lanjut adalah timbulnya
hipertensi. Hipertensi merupaka salah satu problem serius karena jika tekanan darah tidak
terkontrol , maka hipertensi dapat membebani jantung dan pembuluh darah secara
berlebihan, sehingga mempercepat penyumbatan pembuluh darah arteri
( Artherosklerosis). Kelainan dinding pembuluh darah arteri ini dapat menghambat aliran
darah ke otak, jantung atau ginjal, juga kebutaan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan dari aliran darah ke otak disebut stroke dan hipertensi merupkan factor resiko
utama terjadinya stroke yang pada akhirnya menimbulkan cacat atau kematian.
Hipertensi seringkali tidak memberikan tanda-tanda peringatan sehingga bisa
menjadi pembunuh diam – diam (silent killer) karena umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Hasil survey kesehatan rumah tangga th 1995 menunjukkan penyakit hipertensi
atau penyakit tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi , yaitu 83 per 1000 rumah
tangga , pada umumnya perempuan menderita hipertensi cukup banyak dibanding pria .
Dari berbagai penelitian epidemologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 –
18,6 % penduduk yang berusia 20 th adalah penderita Prevalensi hipertensi pada orang
lanjut usia adalah 11 – 40 %. Sedangkan di Indonesia prevalensi hipertensi ini adalah 5-
15 % , dan lebih dari 20 % berusia 50 tahun keatas.
Penatalaksanaan hipertensi tidaklah sekedar bertujuan untuk menurunkan tekanan
dara, melainkan menurunkan seluruh kerusakan organ target, juga dalam mengontrol efek
samping dari pengobatan. Perawat sebagai tim kesehatan dapat memberikan kontribusi
dalam pencegahan akibat dari yang ditimbulkan dari hipertensi melalui pemberian asuhan
keperawatan yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pengontrolan tekanan darah diharapkan mampu menghindari komplikasi dari hipertensi

1
dan efek samping yang ditimbulkan dari penangannannya. Kemampuan dalam
mengontrol tekanan darah secara mandiri pada penderita hipertensi usia lanjut sangat
bermanfaat untuk menentukan pengobatan berikutnya.
Dalam menjalankan perannya sebagai provider, educator dan konselor bagi perawat
menjadi sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan hipertensi pada usia lanjut
DEFINISI
HIPERTENSI adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas).
USIA LANJUT : adalah batasan usia mulai 60 tahun (WHO, 1989). Negara-negara maju
di Eropa dan Amerika menganggap batasam umur tua ialah 65 tahun, dengan
pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun.
Hipertensi pada usia lanjut di bagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu:
1. Hipertensi sistolik diastolic: didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 160
mmHg dengan diastolic ≥90 mmhg
2. Hipertensi sistolik isolated: didefinisikan sebagai tekanan darahsistolik > 160
mmhg dengan tekanan diastolic < 90 mmHghipertensi ini lebih sering dialami
oleh orang lanjut usia dimana insidennya terus bertambah sesuai denga
bertambahnya usia. Pada suatu penelitian dilaporkan insiden jenis ini terdapat
pada 7 % orang berusia lebih dari 70 tahun, dan pada orang yang berusia > 80
tahun insidennya > 25 %.
Penanganan hipertensi pada usia lanjut sama seperti pasien usia muda. Akan tetapi
penekanan pada mengatasi gaya hidup termasuk menurunkan berat badan , pembvatasan
Natrium, dan latihan , karena banyak keuntungan uyang bias didapat pada usia lanjut.
Aktivitas fisik memberikan tidak hanya penurunan tekanan darah tapi juga mengurangi
berat badan, mengurangi ketidakmampuan dan menurunkan mortalitas. Obat-obatan yang
sama diugnakan usia lanjut tapi dengan dosis awal lebih kecil. Harga obat juga menjadi
factor karena usia lanjut memiliki income yang terbatas. Karena usia lanjut memiliki
peningkatan sensitiitas terhadap orthostatik hipostatik, sehingga hati-hati terhadap
pemberian obat-obatan yang dpat menyebabkan kepala pusing, mis duretik, adrenargik
blockers, dan alpha bloker.

2
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai karakteristik / keadaan yang sering menyertai :
 Fraksi ejeksi , isi sekuncup , curah jantung , denyut jantung tetap.
 Kekakuan pada aorta dan arteri
 Respon terhadap nor-adrenalin dan angiotensin II 
 Sering terjadi kesalahan pengukuran
 Kepekaan baroresptor 
 Otoregulasi serebral 
 Kepekaan terhadap rangsangan simpatis 
 Aktivitas sister RAA 
 Kadar katekolamin 
 Penurunan Na – K ATPase.
Penyakit yang asering menyertai usia lanjut :
1. Cerebro Vaskular Disease
2. Congestive hearta failure
3. Coronary heart disease
4. Left ventricular hipertensi
5. Peripheral Vascular Disease
6. Penurunan fungsi ginjal
7. Diabetes Mellitus
8. Chronic obstruction Pulmonary disease
9. Gout
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
The Seventh Report of the Oint National Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2002 dan World Health Organization-
International Society of Hypertension (WHO-ISH) 1999 telah memperbaharui klasifikasi
definisi dan klasifikasi tekanan darah.

Tabel 1. Definisi dan kladifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

3
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi :
Derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Derajat 2 ≥ 140 Atau  100

Tabel 2. Definisi dan Klasifikasi tekanan darah dari WHO-ISH 1999.


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 <80
Normal < 130 <85
Normal-Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
(ringan)
Sub group : boderline 140 – 149 90 – 94
Definisi derajat 2 160 169 100 - 109
(sedang)
Definisi derajat 3 (berat) ≤ 180 ≥ 90
Isolated systolic ≤ 140 < 90
hypertension
Sub group : boderline 140 - 149 <90

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua bagian:


1. Hipertensi essensial / primer (95 %).
Jenis hipertensi yang menyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90 %
penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini.
2. Hipertensi sekunder (5 %).
Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan
pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid , atau penyakit kelenjar
adarenal.

FAKTOR RESIKO
1. USIA

4
Paling tinggi kejadian pada usia 30-40 tahun, kejadian 2 kali lebih besar pada
orang kulit hitam, dengan 3 x lebih besar pada laki-laki kulit hitam ,, dan 5 x lebih
besar untuk wanita kulit hitam
2. JENIS KELAMIN
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.
3. RIWAYAT KELUARGA
75% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi
4. OBESITAS
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan risiko
hipertensi meningkat.
5. SERUM LIPID
Meningkatnya triglyserida atau kolesterol meninggi risiko dari hipertensi
6. DIET
Meningkatnya risiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada masyarakat
industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
7. MEROKOK
Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok lamanya berapa tahun merokok
PATOFISIOLOGI
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab spesifik
melinkan sebagai akibat interaksi dinamis antara factor genetic lingkungan dan factor
lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antra curah jantung dan tahanan
perifer. Meningkatnya curah janung dan atau tahanan perifer akan meningkatkan tekanan
darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal , meningakatnya saraf simpatis,
memginkatnya aktivitas renin angiotensin aldosteron, perubahan membran sel.
Hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa factor yang terlibat dalam
mekanisme hipertensi. Dengan perubahan gaya hidu- dan pemakaina obat-obat
antihipertensi. Kontrol hipertensi dapat dilakukan dennnngan memanipulsi factor-faktor
diatas.

5
PATHOGENESIS: PRYMARY HYPERTENSION
Excess sodium Reduce nephron Stress Genetic Obesity Endothelium
intake number alternation derived factors

Renal Decrease Sympathetic Renin Cell membran Hyperin


sodium filtration nervous over angiotensin alternation sulinem
retention surface activity excess ia

 Fluid Venous
Volume constriction

 Preload  Contractility Functional Structural


constriction hypertrophy

Blood pressure = Cardiac output X Peripheral Resistance


hypertension Increased Coardiac And / or Increased Peripheral
Output Resistance

Autoregulation

Primary hypertension : Natural history and Evaluation

7
 Blood Pressure

Endothelial changes

Leukocyte Adherence &  Permeability Constricting Intimal SMC Medial SMC


Penetration and/or relaxing migration
factors

Macrophage  LP & Other Plasma SMC proliferation &  Matrix


accumulation components accumulation

NORMOLIPID HYPERLIPID

Intimal thickening ?Fibrous plaque Atherosclerotic plaque

 Lumen size of arteri


 Miliary aneurisma / Lumen
aneurisma rupturecerebral
size of arteri
↑hemorhage
BLOOD PRESSURE

8
↓Lumen size of artery
 Miliary aneurisma / aneurisma rupturecerebral haemorhage

OTAK JANTUNG GINJAL MATA


 VOLUME JANTUNG ISKHEMIA
ISKEMIA PARENKIM HIPERTENSI
 SVR MIOKARD
 PERDARAH RETINOPATHY
GINJAL
AN * ANGINA
 KONTRAKSI FUNDUSKOPI:
 STROKE / * INFARK
CVA MIOKARD GANGGUAN PECAH ARTERI
 OEDEM HYPERTROPY FUNGSI GINJAL SENTRALIS
OTAK HYPERPLASI (GAGAL GINJAL) OEDEMA PAPIL
 KONTRAKSI
LENSA KERUH
MUDAH MARAH, KONTRAKSI  UREUM, PENEKANAN N.
SUKAR TIDUR, GAGAL JANTUNG CREATININ, BUN, OPTIKUS
TENGKUK BERAT, GAGAL JANTUNG PROTEINURIA
SAKIT KEPALA: CO
OCCIPITAL, (FORWARD PENGLIHATAN
‘MIGRAIN’ FAILURE) KABUR
VERTIGO,PUSING, RESIDU LV KEBUTAAN
GELISAH,KEJANG, (BACKWARD
TIDAK SADAR, FAILURE)
APHASIA

9
PROSES KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Anemnesa :
- General life style habits : factor factor resiko terjadinya HT
- Riwayat keluarga
- Subjectif data : pusing-pusing, penglihatan kabur , sakit kepala bagian
occipital terutama seaktu bangun tidur.
2. Pengkajian fisik :
- Pengukurantekanan darah : di istirahatkan pasien dalam 5 menit
kemudian diukur , 15 menit kemudian diukur lagi bila terdapat kenaikan
tekanan darah ukur dalam posisi duduk dan supinasi
- Timbang berat badan & tinggi badan.

3. Evaluasi Diagnostik :
Sebagai penilaian target organ dan factor-faktor resiko :
- Funduskopi, untuk mencari adanya retinopati Keith Wagner I – IV.
- Elektrokardiografi, untyk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri,
abnormalitas , atrium kiri, iskhemia atau infark miokard.
- Foto thorax, untuk melihat adanya pembesaran jantung dengan konfigurasi
hipertensi , bendungan atau edema paru.
- Laboratorium : DL, UL, BUN, kreatinin serum, asam urat,sakar darah,
profil lipid, K dan Na serum.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurang pengetahuan mengenai hubungan antara regimen pengobatan dan kontrol


proses penyakit.
2. Potensial ketidak patuhan terhadap program pengobatan.
3. Ketidak seimbangan nutrisi : lebih dari yang dibutuhkan.
4. Potensial disfungsi sexual berhubungan dengan efek samping obat, dengan
struktur atau fungsi tubuh.
5. Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan.
6. Potensial tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan kurangnya
motivasi; depresi karena penyakit kronis; kurangnya support system.
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit hipertensi, konsekuensinya,dan
pengobatan berhubungan dengan tidak adekuatnya informasi / pendidikan
kesehatan.
8. Potensial terjadinya tidak efektifnya regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan / informasi
9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit hipertensi, konsekuensinya,dan
pengobatan berhubungan dengan tidak adekuatnya informasi / pendidikan
kesehatan.

10
10. Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan karena
pemakaian diuretic
11. Potensial gangguan perfusi jaringan : cerebrovaskular berhubungan dengan
hypertensi dan aliran darah cerebrovasklular

TUJUAN
Menurunkan morbilitas dan mortalitas akibat hipertensi dengan :

1. Tekanan darah pasien terkontrol


2. Pasien memahami, berpartisipasi, dan menjalani pengobatan sesuai rencana.
3. Pasien mampu beradaptasi terhadap kondisi penyakit kronis
4. Pasien mampu mengatasi / mengatur hypertensi nya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pasien memahami, berpartisipasi, dan menjalani pengobatan sesuai rencana.
6. Pasien mampu beradaptasi terhadap kondisi penyakit kronis

PENATALAKSANAAN

1. Pendekatan nonfarmakalogik : mengintervensi gaya hidup yang bertujuan untuk


a. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Untuk mengurangi kebutuhan dan meningkatkan efisiensi obat
antihipertensi.
c. Untuk mengobati factor resiko lain yang ada.
d. Untuk mencegahan primer hipertensi dan kelainan kardiovaskuler yang
berhubungan di masyarakat.
Adapun yang masih dapat dan harus dimodifikasi adalah gaya hidup dalam hal :
1. BERHENTI MEROKOK
Nikotin yang ada dalam rokok dapat beresiko terhadap pengerasan dari pembuluh
darah.

2. PENURUNAN BERAT BADAN


Obesitas merupakan factor predisposisi penting terjadinya hiperttesi, Penurunan
berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertendi dengan obesitas (kelebihan BB
> 10%) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan BB juga bermanfaat untuk
memperbiki factor resiko yang lain ( resistensi insulin , diabetes mellitus,
hiperlipidemia dan LVH)

3. PENURUNAN DIET GARAM


Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi
hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet
natrium dari 180 mmol ( 10,5 g )per hari menjadi 80 – 100 mmol ( 4,7 – 5,8 g )
per hari menurunkan tekanan tekanan darah sistolik 4 – 6 mmHg. Tetapi pengaruh
lebih kuaat pada etnis kulit hitam, obesitas dan umur tua. Penurunan diet natrium
menjadi 40 mmol ( 2,3g )per hari ternyata cukup aman pada orang tua. Tujuan
diet rendah natrium ialah sampai < 100 mmol ( 5,8 g ) per hari atau < 6 g NaCL
per hari ( WHO-ISH 1999).

11
4. PERUBAHAN DIET YANG KOMPLEKS
Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging
dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran menurunkan tekanan darah TDS/TDD
3/1 mmHg sedangkan mengurangi diet lemak menurunkan tekanan darah 6/3
mmHg. Pada penderita tekanan darah tinggi , kombinasi keduanya dapat
menurunkan tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium , magnesium
dan kalium mungkin berperanan terhadap efek tersebut. Makan ikan secara teratur
sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan
darah pada penderita gemuk dan memperbaikiprofil lemak.

5. PENINGKATAN AKTIFITAS FISIK


Latihan fisik aerobik sedang secara teratur ( jalan atau renang selama 30 – 45
menit 3 – 4 x seminggu ) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah
dibandingkan olahraga berat seperti lari,jogging. Tekanan darah sistolik turun 4 –
8 mmHg. Latihan fisik isometric seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan
darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi( WHO – ISH 1999 ).

6. PENANGANAN FAKTOR PSIKOLOGI DAN STREES.


Penanganan strees mungkin berpengaruh baik terhadap tekanan darah dan
kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi

2. Pendekatan farmakologis untuk penderita hipertensi dengan resiko tinggi dan


sangat tinggi :
Syarat-syarat Obat Hypertensi :
1. Efek penurunan tekanan darah efektif : sehingga menurunkan morbilitas dan
mortalitas.
2. Efek sampingan sedikit atau tidak ada : mis fungsi sexual, tidur dan mood.
3. Pemberian sederhanamelalui oral sehari-hari pil kapsul tidak terlalu besar :
lang acting terapi, sekali sehari.
4. Harga relatif murah dan mudah didapatkan dimana saja.

Obat yang Sering digunakan Dalam Menurunkan Blood Presure.


1. DURETK :
Menurunkan volume plasma dengan cara mengeluarkan air dan natrium dari
tubuh.
Efek samping : a. Meningkatkan acidum uricum( hyperuri kaenia ) pada
penderita Gout akan berubah apabila memakai diuretic.
b. Hypokalemia meningkatkan absorbsi kalium.
2. VASODILATOR :
a. Beta bloker :efek samping : bradikardi, asthma bronkhiale,mimpi buruk,
halusinasi,depresi, dyspepsia, sukar BAB.
b. Kalsium antagonis : efek samping Inotroik dan khronoropik negatif, sakit
kepala, berdebar, edema perifer.
c. ACE Inhibitor : efek samping batuk, sakit kepala, hipotensi, skin rash.
d. Alfa bloker : efek samping hipotensi pastural, palpitasi, sakit kepala.

12
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. MENGONTROL TEKANAN DARAH
 Meningkatkan kepatuhan terhadap terapi dengan cara biaya efektif yaitu ;
obat antihipertensif, pembatasan diet natrium dan lemak, kontrol berat
badan, perubahan gaya hidup, program latihan, dan perawatan kesehatan
tindak lanjut pada interval yang teratur.
 Menjelaskan tujuan pengobatan, efek yang diharapkan, efek samping yang
umumnya ditemukan, juga resiko bila pengobatan gagal.
 Berikan dorongan konseling, penyuluhan untuk kelompok komunitas
ataupun pasien dan keluarga.
2. MENINGKATKAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN
 Motivasi pasien untuk partisipasi aktif dalam program pengobatan,
misalnya pemantauan secara madiri tekanan darah dan diet.
 Berikan informasi tertulis mengenai efek yang diperkirakan serta efek
samping obat.
 Ajarkan pasien cara mengukur tekanan darah secara mandiri.
3. MENINGKATKAN SUPPORT SOSIAL :
 Ajarkan anggota keluarga menjadi bagian dari proses kontrol tekanan
darah dan selalu memberikan semangat pada pasien.
 Sarankan untuk memberntuk group kecilyang memiliki aktivitas untuk
meningkatkan support mental dan motivasi.
4. KOLABORASI DENGAN PROFESI LAIN
 Berupaya saling mengisi kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan antara
perawat, farmasi, ahli gizi dan medis.
 Merujuk pasien untuk mendapatkan konseling lebih efektif.

Pertimbangan pada Usia Lanjut


Kepatuhan terhadap program terapeutik pada individu lansia bahkan lebih sulit lagi
karena karena terapi medikasi harus kontinue, terapi tersebut mungkin rumit, dan
mungkin saja mahal untuk yang berpenghasilan terbatas .
Monoterapi pengobatan dengan satu preparat , mungkin merupakan pilihan yang tepat
untuk menyederhanakan regimen pengobatan dan membuatnya lebih murah. Pastikan
bahwa individu mengerti tentang regimen pengobatan dan mampu membaca instruksi
yang diberikan.
Waspada dengan efek hipotensi postural yang merupakan efek dari obat
antihipertensif( ubah posisi dengan perahan, gunakan dengan alat penyangga )
Libatkan dalam keluarga dalam program penyuluhan sehingga mereka mengerti akan
kebutuhan pasien, dukung kepatuhan terhadap program pengobatan, dan mengetahui
kapan untuk mencari bantuan dari tenaga kesehatan.
Berikan dorongan untuk kembali kebagian rawat jalan untuk perawatan tindak lanjut.
Kaji semua system tubuh untuk mendeteksi adanya keruakan vascular pada organ vital
yaitu : mata ( penglihatan kabur bercak didepan pandangan mata , ketajaman penglihatan
hilang) jantung, system syaraf, dan fungsi ginjal
KESIMPULAN
1. Hipertensi merupakan factor resiko penyakit kardiovaskuler.

13
2. Hipertensi yang terjadi pada usia lanjut disebabkan oleh adanya degeneratifdari
dinding aorta, arteriosclerosis.
3. Komplikasi akibat hipertensi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
Organ target yang menjadi komplikadi hipertensi diantaranya adalah otak (CVA,
Stroke), jantung (Gagal jantung, Infark miokard), ginjal (Gagal ginjal),dan mata
(Kebutaan).
4. Penatalaksanaan menggunakan cara non farmkokogik, dan farmakologik yang
dilakukan seumur hidup. Cara non farmakologik diantaranya adalah manipulasi
factor resiko yang dapat diubah misalnya menurunkan berat badan bagi yang
obesitas, diet, berhenti merokok, dll. Penatalaksaan secara farmakologik sering
kali mengalami kegagalan yang disebabkan oleh tidak tahannya pasien dengan
efek samping obat, keharusan minum obaat terus menerus, juga karena biaya
pengobatan.
5. Usia lanjut memiliki resiko lebih besar dalam penatalaksanaan hipertensi yang
disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi organ (hipotensi postural), efek
saping obat, tingginya cost obat-obatan, juga keharusan mengkonsumsi obat
seumur hidup.
6. Perlunya dilibatkan support system untuk membangun dan memotivasi pasien
dari keluarga dan masyarakat, juga dari tim kesehatan lain guna keberhasilan
peanganan/pengobatan.
7. Asuhan Keperawatan pada Hipertensi Usia Lanjut lebih banyak berkembang
dalam hal meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatan yang
harus dijalani, juga pemberian support social guna keberhasilan pengobatan
dengan mempertimbangkan kondisi dan perubahan proses degeneratif yang
dijalani pasien hipertensi usia lanjut..

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C; Hackley, JoAnn C : Keperawataqn Medical-Bedah;edisi


terjemahan; EGC,Jakarta, 2000
Black, Joyce M; Jacobs, Esthewr Matassarin : Medical-Surgical Nursing: Clinical
Management for Continuity Care, WB Saunders Company, USA, 2001.
Budi Setianto; et all : Standar Pelayanan Medik RS Jantung dan Pembuluh Darah
Budi Soesutyo Joewono, Ilmu Penyaki Jantung, Airlangga University Press, Surabaya,
2003.
Canobbio, Mary M : Cardiovascular disorder, Mosby’s Compani, New York ,2001.
Crawford, Michael H, Current : Diagnosis & Treatment in Cardiology, Mc-Hill
Companies, Arizona, 2003.
White, Lois; Duncan, Gena : Medical-surgical Nursing : An Integrated Approach,
second edition, Delmar Surabaya, 2001,
Woods, Susan L; et all. : Cardiac Nursing; Fourth edition, Lippincot, Philadelphia,
2000.

14

Anda mungkin juga menyukai