Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Hipertensi

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO

mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara itu

Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten

atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan

tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42).

Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof.

Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan

darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan

(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu

berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan

hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas

sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita

(1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara

60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia

lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik

lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang

berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang berbeda

waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah sistolik
pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan

Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan

kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90

mmhg.

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO

menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah meningkat

tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah

dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau

gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala

yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi

hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:

Stage I (ringan) 140-159 90-99

Stage II (sedang) 160-179 100-109

Stage III (berat) 180-209 110-120


Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood

Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-

139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm

Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >= 100. mm Hg.)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6 tingkat

yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik, normal kadang 90-100mmHg.

Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik

105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis

yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ.

Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS Harapan Kita

(2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena disfungsi atau

kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada

gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara

bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan

efek ischemik pada organ target.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya Reeves&

lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi

adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM POKJA RS

Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab

hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan

tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas

terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok.

Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit

kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang

disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam

diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak
normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal,

penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,

pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,

Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang mengontrol

konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak

dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar

dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik

ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya nere frineprine mengakibatkan

konskriksi pembuluh darah.

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran

darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan

merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi angiotensis II yang

merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana

hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan

peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi.

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan patofisiologis hipertensi adalah: pada

hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara

perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil

pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri

koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan
membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke otak dan

ekstremitas bawah bisa juga terjadi kerusakan pembuluh darah besar.

5. Manifestasi Klinik

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa manifestasi klinik

yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas,

kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang

mengalami perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi

esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target

seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala dengan

sakit kepala, epitaksis.

6. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990: 214-219) yaitu dengan non

farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan menurunkan berat badan

pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olah

raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut. Sedangkan dengan cara farmakologis

yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton,

Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside

captapril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut FKUI (1990) yaitu

pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi

esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin
seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar

pengobatan hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas sehingga upaya

dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS

Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit

pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit

jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti

gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul

Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab

hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,

kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan

dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum

(meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat

menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat

(factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat

mengidentifikasi hipertensi.
9. Pathways

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriol
darah otak menurun ginjal
e
vasokonstriksi Iskemi
diplopia
Blood flow miocard
Nyeri Gangguan pola sinkop munurun
kepala tidur(insomnia) Afterload
meningkat Nyeri dada Resti injuri

Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na

B. Konsep Keluarga edema

1. Pegertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang berbeda

dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994)

mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan

yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal

dalam sebuah rumah tangga.

Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal

dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu sama lainnya

saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Bailon dan Maglaya

(1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan

serta mempertahankan suatu kebudayaan. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.


Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa persamaan antara lain antara

Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu

keluarga tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat perbedaan pandangan

yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan

perkawinan dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan aturan dan emosional,

tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama,

adanya aturan didalamnya, dan adanya interaksi antar anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah :

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai

peran sosial

a. Tujuan dasar keluarga

Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu tujuan.

Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung

semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai

taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam

keluarga.

b. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari bermacam-macam, diantaranya:

patrilineal, matrilineal, matrilokal, patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan matrilineal
adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu. Matrilokal

merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri berbeda dengan

patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami.

Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri.

c. Ciri – ciri struktur keluarga

Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy (1998:33) yang mengutip

dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota

keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap

anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan

fungsi dan tugasnya masing-masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap

anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

d. Type-type keluarga :

Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang yang

mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi 2

kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.

Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu

keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok tradisional dengan

perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali (Dyadic

Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan

pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu

orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak
tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa laki-laki atau

perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single adult living alone), keluarga

dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non marital heterosecual cohabiting family) dan

keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy (1998:33)

yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear

family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar (Exstended

family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga

duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian, jika

suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila istri meninggal maka yang

terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan

terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga berkomposisi

(Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama,

poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri dan masih hidup bersama. Keluarga

kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu

keluarga.

e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan sendiri dan

mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas

perkembangan keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan

terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran) dewasa muda, terbentuknya keluarga baru

melalui suatu perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai

sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan anaknya untuk
keluar rumah, keluarga lansia.

Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi dalam 8 tahap

perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua

sampai 30 tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5 tahun),

keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai melepaskan

anak sebagia dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri

dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah), keluarga

lansia.

Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai dari pernikahan yang

dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas

perkembangan yaitu membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina

hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.

Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak baru lahir. Yaitu

ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga

ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya anggota

keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam

rangka memuaskan pasangannya.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak usia pra sekolah. Pada

tahap ini mempunyai tugas perkembangan memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal

kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,

beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua

juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar

keluarga, pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab

anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau masyarakat ), tugas

yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat

termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak remaja. Tugas

perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung

jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,

mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara

anak dan orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai melepaskan anak sebagai

dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti

menjelaskan keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan kegiatan

dirumah.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia pertengahan. Pada tahap

ini mempunyai tugas perkembangan mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia

pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan

sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.

Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah keluarga usia tua. Tugas

pada perkembangan ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan,

kekuatan fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling

merawat dan melak life review masa lalu.

f. Pemegang kekuasaan dalam keluarga


Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan dalam

keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga

dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam

keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal pihak ibu lebih dominan dan

sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam

keluarga ayah dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.

g. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34)

membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan

anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,

peranan ibu, juga ada peranan anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.


h. Fungsi keluarga

Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam menunjang kehidupan dalam

Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam keluarga.

Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu: Fungsi

afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari

seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah; saling

mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan

ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan sumber energi

yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah

keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social

(Friedman, 1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini

sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk

berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat

anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian dikembangkan menjadi

tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) adalah;

mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan (menggunakan ) fasilitas kesehatan

masyarakat.

Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi

keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi

pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota

keluarga juga merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy, 1998:35).

Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih sayang dan

rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan

kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi sosialisasi

keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga

(Effendy, 1998:35).

Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi terus berlanjut
sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan

baik sekarang maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang akan datang,

keluarga dapat menabung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya

(Effendy, 1998:35).

Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi pendidikan.

Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dan

berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara

mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998:35).

Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan tiga fungsi pokok keluarga

terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian,

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan

berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya

selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik,

mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,

sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya,

misalnya dengan menyekolahkan anak-anak (Effendy, 1998:36).

Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10. tahun 1992 jo

PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi keagamaan. Keluarga berfungsi dalam membina,

menerjemahkan, memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, melengkapi dan

menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan membina rasa, sikap dan praktik kehidupan
keluarga beragama. Hal ini dalam keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam meneruskan norma dan budaya

masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya asing yang tidak sesuai, membina

dalam pemecahan masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar berperilaku positif

dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia yang selaras, sesuai dan

seimbang.

Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan menumbuhkembangkan potensi kasih

sayang, membina tingkahlaku, membina praktik kecintaan terhadap kehidupan ukhrowi dan

mampu memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.

Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik fisik maupun psikis dan

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga. Fungsi reproduksi, membina sebagai wahana

reproduksi sehat dengan memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan keluarga baik yang

berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam keluarga sebagai modal

kondusif keluarga. Fungsi sosialisasi, membina proses sosialisasi dalam meningkatkan

kematangan dan kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.

Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi, mengelola, mengatur hasil

kegiatan ekonomi sebagai modal dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Fungsi pelestarian lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku pelestarian

lingkungan.

Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai bermacam

fungsi yang bertujuan dalam mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah, asih dan asuh

sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam pembentukan keluarga yang sejahtera.

i. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan para

anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus

dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan kesehatan setiap

anggota keluarga, setelah mengenal keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota

keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang

terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat

memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik

didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga memannfaatkan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.

Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004). Pengkajian keperawatan keluarga terdiri atas 2
tahap yaitu penjajagan I dan penjajagan II. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dalam penjajagan I
meliputi 7 komponen pengkajian yaitu data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
Penjajagan II berisi tentang pengkajian keluarga mengenai 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Penjajagan I mengenai pengkajian data dasar didalamnya meliputi identitas keluarga, komposisi anggota
keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi
keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, riwayat terbentuknya keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya.
Identitas keluarga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Tipe
keluarga terdiri dari keluarga inti, keluarga besar, janda atau duda. Status sosial ekonomi meliputi
penghasilan dan pengeluaran keluarga, yaitu total pendapatan keluarga, mencukupi atau tidaknya
penghasilan untuk biaya sehari-hari, memiliki tabungan atau tidak, anggota keluarga yang membantu
perekonomian keluarga, pengelola keuangan dalam keluarga. Aktivitas dan rekreasi meliputi kebiasaan
rekreasi keluarga dan penggunaan waktu senggang. Tahap perkembangan keluarga meliputi tahap
perkembangan saat ini dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi.

Pengkajian lingkungan terdiri dari perumahan, denah rumah, pengolahan sampah, sumber air,
jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dean fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan
komunitas, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat dan sistem
pendukung keluarga. Perumahan meliputi jenis rumah, luas banguan, luas pekarangan, status rumah, atap
rumah, ventilasi rumah, pencahayaan, lantai rumah dan kondisi kebersihan rumah. Pengolahan sampah
meliputi tempat pembuangan  sampah, cara mengelola sampah. Sumber air meliputi sumber air yang
digunakan keluarga dan sumber air minum yang digunakan keluarga. Jamban keluarga meliputi memiliki
WC, jenis jamban dan jarak penampungan tinja dengan sumber mata air. Fasilitas sosial dan kesehatan
meliputi perkumpulan sosial, fasilitas kesehatan dalam masyarakat, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan.
Pengkajian struktur keluarga, terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran dan nilai norma budaya. Pola komunikasi keluarga meliputi cara dan jenis komunikasi yang
dilakukan keluarga, cara keluarga memecahkan masalah. Struktur kekuatan keluarga meliputi respon
keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah dan kekuatan yang digunakan keluarga.
Struktur peran meliputi peran formal dan informal.
Pengkajian fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi
dan fungsi perawatan kesehatan. Fungsi afektif meliputi bagaimana cara keluarga mengekspresikan
perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga dan saling
menghargai. Fungsi sosialisasi meliputi bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar,
interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan meliputi mengenal masalah kesehatan dalam keluarga, mengambil
keputusan dalam keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi dari masalah kesehatan
tersebut, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
Pengkajian stress dan koping keluarga meliputi stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan
keluarga, respon keluarga terhadap stress, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi yang
disfungsional. Pemeriksaan fisik meliputi tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada seluruh anggota keluarga dan membuat kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik. Aspek
pemeriksaan fisik meliputi:
Penjajagan II berisi tentang 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan pengetahuan
keluarga tentang penyakit dan penanganannya (Ayu, 2010).

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti:

1. Diagnosis Sehat atau wellness

Diagnosis sehat atau wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan,
belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial hanya terdiri dari
komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom / sign), tanpa komponen etiology (E) (Ayu,
2010).

2. Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah
ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan symptom atau sign (S) (Ayu, 2010) .

3. Diagnosis nyata atau gangguan

Diagnosis gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan atau masalah kesehatan keluarga
didukung  dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata atau
gangguan, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan symptom atau sign (S). Perumusan problem (P)
merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiology (E) mengacu pada
5 tugas keluarga yaitu :
 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi persepsi terhadap keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah
 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan meliputi sejauhmana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah, masalah dirasakan keluarga, keluarga menyerah terhadap masalah yang
dialami, sikap negatif terhadap masalah kesehatan, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan
informasi yang salah.
 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit meliputi bagaimana keluarga
mengetahui keadaan sakit, sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sumber-sumber
yang ada didalam keluarga dan sikap keluarga terhadap sakit.
 Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan meliputi keuntungan/ manfaat pemeliharaan
lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan upaya pencegahan penyakit.
 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga meliputi keberadaan fasilitas kesehatan,
keuntungan yang didapat, kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan, pengalaman keluarga
yang kurang baik (Ayu, 2010).  
Selanjutnya masalah kesehatan keperatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga
dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.
Tabel skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalahh 3
Skala : Tidak/kurang sehat 2 1
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat 2
diubah 1 2
Skala : Mudah 0
Sebagian
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah 3
Skala : Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah 2
Skala : Masalah berat, harus 1 1
segera ditangani 0
Ada masalah tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

Skoring:
1.    Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor x bobot Angka Tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi ditentukan untuk menentukan prioritas diagnosa
keperawatan keluarga (Ayu, 2010)
c. Perencanaan  Keperawatan

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan
tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka
panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau masalah (P) di keluarga
sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiology
(E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat
dicapai, R=reality, T=time limited/punya limit waktu). Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Ayu, 2010).

d.Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yaitu perawat
melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan interpersonal berupa
berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien. Tindakan keperawatan meliputi: tindakan keperawatan,
observasi keperawatan, pendidikan kesehatan atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan perawat
(kolaborasi). Pelaksanaan keperawatan perlu merencanakan secara sistematis, berurutan, bertingkat
berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun sebelum implementasi keperawatan, perawat perlu kontrak
terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat suatu rencana kegiatan yang bertujuan agar selama
pelaksanaan keperawatan sesuai dengan waktu yang disepakati dan bahan yang diimplementasikan
mempunyai efektifitas yang tinggi. Pelaksanaan dapat dilakukan klien sendiri (anggota keluarga atau 
keluarga), perawat, anggota tim perawat (kesehatan ), keluarga lain (extended) dan orang lain yang masuk
dalam jaringan kerja keperawatan keluarga (Ayu, 2010).
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi digunakan untuk mengetahui
pencapaian tujuan yang ditetapkan dan keefektifan intervensi yang dilakukan bagi keluarga setempat sesuai
dengan kondisi dan situasi sesuai dalam mengatasi masalah keluarga. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi
sebagai proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan
dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku. Evaluasi disusun menggunakan SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Planning) secara operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan
keperawatan) dan formatif (dengan proses dan evaluasi akhir). Metode yang dipakai dalam evaluasi antara
lain: observasi langsung, wawancara, memeriksa laporan, dan latihan stimulasi. Penentuan keputusan pada
tahap evaluasi ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini antara lain: keluarga telah mencapai hasil yang
ditentukan dalam tujuan, keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, keluarga tidak dapat
mencapai hasil yang telah ditentukan. Hasil dari evaluasi terdiri dari 3 tujuan tercapai, tercapai sebagian
atau tidak tercapai. Tujuan tercapai yaitu jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian yaitu jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan dan tujuan tidak tercapai yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (Ayu, 2010).
BAB 111

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

IDENTIFIKASI DATA
1. Nama Kepala Keluarga:
Ny.T

1. Alamat:

Jln. Suropati Gang 01 Kota Batu

2. Komposisi Keluarga:

N JENIS HUBUNG TEMPAT,


NAM PEKERJA PENDIDIK
O A KELAM AN TANGGAL AN AN
IN LAHIR
1 Ny.T Perempuan Kepala
rumah
tangga
2 An.D Perempuan anak

3. Genogram
4. Tipe Bentuk Keluarga:

5. Latar Belakang Budaya (Etnis)


5.1 Latar belakang etnis keluarga (suami dan istri):
jawa

5.1 Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya :


Ny.T dan An.D rajin beribadah ke gereja dan acara keagamaan lainya

Kebiasaan-kebiasaan diet terkait budaya:


Tidak ada

5.2 Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi (apakah keluarga
memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan):

Tidak ada

6. Identifikasi Religius
6.1 Agama yang dianut keluarga:
Agama Kristen

6.1 Keaktifan keluarga dalam kegiatan agama:


Ny.T dan An.D aktif dalam kegiatan keagamaan.

6.2 Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan


keluarga terutama dalam hal kesehatan:

Tidak ada

7. Status Ekonomi
7.1 Jumlah pendapatan per bulan:
Sekitar satu juta setengah

7.1 Sumber-sumber pendapatan per bulan:


Klien menjadi anggota pengurus gereja penghasilanya dari situ

7.2 Jumlah pengeluaran per bulan:


Sekitar satu juta

7.3 Apakah pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga?


 ya  tidak
7.4 Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?
8. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang
Tulislah aktivitas-aktivitas waktu luang dari subsistem keluarga:
Menoton tv dan jalan jalan disekitar rumah

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


9. Tahap perkembangan keluarga saat ini:

Tahap perkembangan yang keenam keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa

10. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai


dengan tahap perkembangan saat ini? Jelaskan:
Keluarga Ny.T mampu memenuhi tahap perkembangan keluarga saat ini

11. Riwayat keluarga mulai kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman yang unik


berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll.) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga:

Ny.T bercerai dengan suami saat ananknya masih kecil

DATA LINGKUNGAN
12. Karakteristik Rumah
12.1 Kepemilikan tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll.):
Rumah

12.2 Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior rumah
meliputi jumlah ruangan, penggunaan, dan bagaimana ruangan diatur. Jelaskan
bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah penerangan dan ventilasi
adekuat? Apakah lantai, tangga, dan susunan bangunan lain dalam kondisi yang
baik?
Jumlah ruangan yang ada pada keluarga Ny.T ada 5 ruangan, penggunaan sesuai,
ruangan diatur dengan sesuai. Kondisi perabot masih baik dan tercukupi.
Penerangan dan ventilasi adekuat. Lantai,tangga, dan susunan bangunan dalam
kondisi yang baik.

12.3 Amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan untuk
kebakaran di dapur:

Suplai air menggunakan PDAM, alat-alat masak tersedia dan tercukupi,,


pengamanan kebakaran di rumah belum terpenuhi.

12.4 Amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk di kamar mandi:
Sanitasi air bersih menggunakan air mengalir, fasilitas toilet bersih ada sabun, shampo,
sikat gigi, pasta gigi,dan handuk.

12.5 Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Jelaskan apakah pengaturan tersebut
memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka:

Sesuai
12.6 Keadaan umum kebersihan, sanitasi, dan keamanan rumah, jelaskan apakah
ada vektor pembawa penyakit:

Kebersihan bersih, sanitasi menggunakan air mengalir, keamanan rumah aman,


tidak ada.

12.7 Kaji perasaan-perasaan subyektif keluarga terhadap rumah. Jelaskan apakah


keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka:

Keluarga menganggap rumahnya memadai dan nyaman.

12.8 Evaluasi pengaturan privasi dan jelaskan bagaimana keluarga merasakan privasi
mereka memadai:

Memadai

13. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
13.1 Karakteristik-karakteristik lingkungan
a. Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota):
Kota

b. Tipe lingkungan tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan


industri kecil, agraris):

Campuran hunian dan industri kecil, agraris.

c. Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (masalah-masalah polusi air). Jelaskan:


Polusi suara

13.2 Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?


Karakteristik demografisnya adalah berdempetan.

13.3 Sebutkan kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni:


Kelas menengah
13.4 Pelayanan kesehatan dan sosial apa sajakah yang ada dalam lingkungan dan komunitas?
a. Fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar):
Warung, toko, apotik, dan pasar.

b. Fasilitas kesehatan:
Rumah sakit dan puskesmas.

c. Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan):


Posyandu.
13.5 Sebutkan dan jelaskan lembaga pendidikan yang ada:
Sekolah

13.6 Fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah:


Jatimpark 1, alun-alun kota wisata batu.

13.7 Transportasi umum untuk akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas sosial
(jarak, kecocokan, jam, dll.), jelaskan:

Jarak ke rumah sakit dekat bisa dijangkau menggunakan jalan kaki.


Kecocokan cocok.

14. Mobilitas Geografis Keluarga


Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini, apakah sering berpindah tempat?
Lebih dari 5 tahun.

15. Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-fasilitas dalam Komunitas


15.1 Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, sebutkan tempat pelayanan
kesehatan dan sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan fasilitas:

Ada rumah sakit, keluarga Ny.T menggunakan fasilitas tersebut ketika ada
keluargannya yang sakit.

15.2 Pembiayaan kesehatan (JPS, JPKM, Dana Sehat, LSM, sendiri):


BPJS

16. Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga


Buat sistem pendukung formal maupun informal di luar keluarga (ekomap):

STRUKTUR KELUARGA
17. Pola-pola Komunikasi
Apakah komunikasi berjalan efektif? Jelaskan:
Komunikasi berjalan denan baik antar satu dengan yang lain.
18. Struktur Kekuasaan
18.1 Bagaimana keluarga membuat keputusan? Jelaskan:

Kepala keluarga mengambil keputusan penuh


18.2 Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan (kekuasaan tak
berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan kekuasaan berdasarkan kekuatan/
berpengaruh, kekuasaan aktif)? Adakah yang mendominasi dalam keluarga?
Sebutkan:

19. Struktur Peran


19.1 Sebutkan posisi dan peran formal setiap anggota keluarga. Jelaskan adakah
konflik peran dalam keluarga:

Ny.T sebagai kepala keluarga dan An.D seabagai anak, tidak ada konflik
berhungan dengan peran

19.2 Adakah peran-peran informal dalam keluarga? Jelaskan:


Tidak ada

19.3 Apa pengaruh/dampak terhadap orang-orang yang memainkan peran-peran


informal tersebut?

Tidak ada

19.4 Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran keluarga?


Tidak ada

19.5 Adakah bukti tentang stres atau konflik akibat peran, baik yang menerima peran
maupun yang kehilangan peran? Jelaskan:

Tidak ada

20. Nilai-nilai Keluarga


Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas
yang lebih luas? Adakah konflik nilai dalam keluarga? Jelaskan:

FUNGSI KELUARGA
21. Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons
21.1 Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu-individu lain dalam keluarga?
Iya
Apakah anggota orangtua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan psikologis anggota keluarganya?

Ya

Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam


keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya?

Ya

21.2 Apakah kebutuhan, keinginan, perbedaan dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Ya
Apakah dalam keluarga ada rasa saling menghormati satu sama

lain? Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan

setiap individu

Ya

Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), Keakraban, dan Identifikasi


21.3 Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain?
Saling memberi perhatian ketika memerlukan

Apakah mereka saling mendukung satu sama lain?


Saling mendukung

21.4 Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga?
Iya

Apakah menunjukkan kasih sayang satu sama lain?


iya

Keterpisahan dan Keterikatan


21.5 Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan dengan anggota keluarga? Jelaskan:
Keluarga merestui keterpisan jika memang diperlukan contoh (anak mennikah)

Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu dengan yang lainnya?
Iya

22. Fungsi Sosialisasi


22.1 Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?

Tidak ada

Jelaskan: Adakah saling ketergantungan dalam

keluarga?

Saling ketergantungan satu sama lain


22.2 Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak dan
fungsi sosialisasi?
Ibu sebagai kepala keluarga
Apakah fungsi ini dipikul bersama?

Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?

22.3 Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak? Jelaskan:
Tidak ada

22.4 Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/risiko dalam mengasuh anak? Sebutkan:
Tidak ada

22.5 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok
dengan tahap perkembangan anak)?
Iya cocok
Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan usia?
cocok

23. Fungsi Perawatan Kesehatan


23.1 Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga:
Nilai-nilai apa yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan?

23.2 Definisi dari keluarga tentang sehat/sakit dan tingkat pengetahuan


mereka: Bagaimana keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi
anggota keluarga?
Keluraga mampu mendefinisikan sakit

Dapatkah keluarga melaporkan dan mengobservasi gejala-gejala dan perubahan-


perubahan penting pada anggota yang sakit?

Mampu
Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga?
Dari puskesmas dan layanan kesehatan

Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan diteruskan kepada anggota keluarga?


23.3 Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang dirasa/diketahui:
Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga mengalami masalah
kesehatan?
Masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga?

Sebutkan: Masalah kesehatan apa yang dianggap serius / sangat penting bagi

keluarga?

Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah kesehatan saat ini:
Pasien membeli obat di toko

23.4 Praktik diet keluarga:


Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi? Jelaskan:
Iya pasien mengetahui makanan bergizi

Apakah diet keluarga memadai (catatan riwayat pola-pola makan keluarga


untuk tiga hari)? Sebutkan:

Pasien makan 3x sehari, Ny.T sering minum kopi

Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan penyiapan makanan?
Ny.T sebagai kepala keluarga
Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng, direbus,
dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disajikan mentah?

Makanan kebanyakan digoreng

Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap

hari: Apakah ada pembatasan-pembatasan

anggaran?

Daging ayam, tidak ada perbatasan anggaran

Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar? Jelaskan:


Iya makanan ditempatkan diatas meja dan menggunakan tudung saji
Sebutkan jadwal makan keluarga (utama dan selingan):
Pagi siang dan sore

23.5 Kebiasaan tidur dan istirahat:


Pada jam berapa keluarga biasa tidur?
Ny.T biasa jam 10 malam tapi terkadang susah untuk tidur, An. D biasa tidur jam 9 malam
Apakah jumlah jam tidur setiap anggota keluarga cukup? Bila tidak, alasannya?
Ny.T sering kebangun ditengah malam kemudian susah untuk memejamkan mata kembali

Adakah kesulitan tidur pada keluarga? Sebutkan:

Dimana anggota keluarga tidur?


Dikamar

23.6 Latihan dan rekreasi:


Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara aktif sangat
dibutuhkan untuk kesehatan (menyadari/tidak)?

Menyadari tapi tidsk dilakukan

Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota keluarga


lakukan secara reguler? Sebutkan:

Rekrerasi ke taman dan alun alun

Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga atau hanya
anggota tertentu? Jelaskan:

23.7 Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:


Apakah ada kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau, kopi, cola, atau teh
(kafein dan teobromin adalah stimulan) yang dilakukan oleh keluarga?

Ny.T meminum kopi 2 kali sehari

Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-obatan tanpa


resep atau dengan resep (dengan resep / tidak)?

Dengan resep
Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama dan
menggunakannya kembali (ya/tidak)?

Tidak

Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat yang aman,
jauh dari jangkauan anak-anak (ya/tidak)?

Ya

23.8 Peran keluarga dalam praktik perawatan diri:


Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan? Jelaskan:
Membawa anggota keluarga yang sakit berobat
Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit? Jelaskan:
Minum vitamin

Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam keluarga?

Apakah keluarga mengetahui cara perawatan pada anggota keluarga yang


sakit? Jelaskan:

Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga membawa ke pelayanan


kesehatan

23.9 Praktik lingkungan:


Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari lingkungan? Jelaskan:
Tidak

Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembersih, lem,


pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah? Sebutkan:
Tidak ada

Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, dan penggunaan jamban:
Keluarga mandi dua kali sehari dan jamban digunakan untuk baak dan bab, jamban
digunakan bersama

23.10 Cara-cara pencegahan secara medis:


Bagaimana pendapat keluarga tentang kondisi sehat?
Kondisi sehat menurut keluarga adalah tidak sakit

Kapan pemeriksaan kesehatan terakhir dilakukan?


2 bulan yang lalu

Bagaimana status imunisasi dari keluarga (pada bayi, balita, ibu hamil)? Jelaskan:

23.11 Praktik kesehatan gigi:


Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi? Jelaskan:
Tidak pernah

Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi:


Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)?
Makan coklat dan inum kopi

23.12 Riwayat kesehatan keluarga:


Buatlah riwayat genetika dan penyakit keluarga pada masa lalu maupun masa
sekarang – diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stroke,
rematik, penyakit ginjal, tiroid, asma, keadaan alergi lain, penyakit-penyakit
darah, dan penyakit keluarga lainnya:

Ny.T pernah mengalami tipus dan ambeien, sekarang hipertensi sedangkan An. D
pernah tipus dan radang pada tenggorokan

Apakah terdapat riwayat penyakit-penyakit keluarga yang berkaitan dengan


lingkungan? Sebutkan:

Tidak ada

23.13 Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima:


Dari praktisi perawatan kesehatan apa dan/atau lembaga perawatan
kesehatan apa anggota keluarga menerima perawatan?

Puskesmas dan rumah sakit

Apakah praktisi atau lembaga ini bertemu dengan semua anggota


keluarga dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan perawatan
kesehatan anggota keluarga?

Tidak
23.14 Perasaan dan persepsi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan:
Bagaimana perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan
kesehatan bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas? Jelaskan:

Keluarga puas dengan layanan kesehatan yang ada

Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan pelayanan perawatan


kesehatan yang keluarga terima? Jelaskan:

Tidak ada

Apakah keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan perawatan yang


diterima dari pemberi layanan kesehatan? Jelaskan:

Klien merasa puas


Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?
Menghargai dan berharap perawat selalu memberikan yang terbaik untuk kesehatan

23.15 Pelayanan kesehatan darurat:


Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga mengetahui dimana pelayanan
darurat terdekat (menurut syarat-syaratnya) baik untuk anak-anak maupun
anggota keluarga yang dewasa? Jelaskan:

Tau

Apakah keluarga mengetahui bagaimana memanggil ambulans dan


perawatan paramedis? Jelaskan:

Tau

Apakah keluarga memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat? Jelaskan:


Klien memiliki tabungan untuk masalah darurat termasuk masalah kesehatan

23.16 Sumber pembiayaan:


Bagaimana keluarga akan membayar pelayanan-pelayanan kesehatan? Jelaskan:
Menggunakan bpjs

Apakah keluarga memiliki asuransi swasta atau bantuan medis? Haruskah


keluarga membayar penuh atau sebagian? Jelaskan:
Tidak ada

Apakah keluarga mendapat pelayanan gratis (atau mengetahui pelayanan


gratis bagi mereka)?
Keluarga tidak mendapatkan pelayanan grATIS

23.17 Transportasi untuk mendapat perawatan:


Berapa jauh fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
Tidak jauh dari rumah
Alat transportasi apa yang keluarga gunakan untuk mencapai fasilitas perawatan?
motor

Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalah-masalah apa yang


timbul dalam hubungannya dengan jam pelayanan dan lamanya perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan? Jelaskan:

Berhubungan rumah sakit dekat dengan rumah jadi tidak ada masalah dengan itu
24. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang (> 6 bulan)
yang saat ini terjadi pada keluarga?

Apakah keluarga dapat mengatasi stressor biasa dan ketegangan sehari-hari? Jelaskan:

25. Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut? Jelaskan:

26. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-tipe masalah
(koping apa yang dibuat)?

Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap masalah-masalah


mereka sekarang? Jelaskan:
ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan Etiolog


Fokus i
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan:

No Kriteri Bobot Perhitunga Pembenara


a n Skor n
1. Sifat
masalah
Aktual:
Risiko:
Potensial:
2. Kemungkinan

masalah dapat diubah


Mudah:
Sebagian:
Tidak
dapat:
3. Potensial masalah untuk
dicegah
Tinggi:
Cukup:
Rendah
:
4. Menonjolnya
masalah Segera:
Tidak perlu
segera: Tidak
dirasakan:
Total
Skor
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tanggal Pengkajian :


No. Reg : Diagnosa Medis :

No. Tanggal Dx. Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :
No. Reg :
No. Tanggal Dx. Keperawatan Jam Intervensi Evaluasi Hasil
S:
O:
A:
P:
CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN
Nama Klien : Tanggal Pengkajian :
No. Reg : Diagnosa Medis :

Tgl Dx. Kep S O A P I E


S:
O:
A:
P:
8

Anda mungkin juga menyukai