A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara itu
Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten
atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan
tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42).
Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof.
Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan
darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan
(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan
hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas
sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita
(1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara
60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia
lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang berbeda
waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah sistolik
pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan
Waguno P, 1990).
kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90
mmhg.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah meningkat
tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah
dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau
gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala
yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi
hipertensi adalah :
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood
Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-
139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm
Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >= 100. mm Hg.)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6 tingkat
yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik, normal kadang 90-100mmHg.
Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik
105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis
yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ.
Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS Harapan Kita
(2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena disfungsi atau
kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada
gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara
bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya Reeves&
adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab
hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan
tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas
terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok.
Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit
kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang
disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam
diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak
normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal,
penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,
Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak
dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar
dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik
ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska
Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran
darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan
merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana
hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan patofisiologis hipertensi adalah: pada
hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara
perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil
pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri
koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan
membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke otak dan
5. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa manifestasi klinik
yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas,
kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang
Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi
esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala dengan
6. Penatalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990: 214-219) yaitu dengan non
farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan menurunkan berat badan
pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olah
raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut. Sedangkan dengan cara farmakologis
yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton,
Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside
captapril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut FKUI (1990) yaitu
pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi
esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin
seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar
pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas sehingga upaya
dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit
pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit
jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti
gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul
Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan
dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid
(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat
(factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi.
9. Pathways
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na
1. Pegertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang berbeda
dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994)
mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal
Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal
dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu sama lainnya
saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Bailon dan Maglaya
(1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu
keluarga tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat perbedaan pandangan
yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan
perkawinan dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan aturan dan emosional,
tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama,
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
peran sosial
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu tujuan.
Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung
semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai
taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam
keluarga.
b. Struktur keluarga
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan matrilineal
adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu. Matrilokal
merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri berbeda dengan
patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami.
Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy (1998:33) yang mengutip
dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota
keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu setiap
anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya masing-masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap
d. Type-type keluarga :
Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang yang
Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali (Dyadic
Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak
tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa laki-laki atau
perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single adult living alone), keluarga
dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non marital heterosecual cohabiting family) dan
keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy (1998:33)
yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear
family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar (Exstended
family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga
duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian, jika
suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila istri meninggal maka yang
terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan
terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga berkomposisi
(Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama,
poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri dan masih hidup bersama. Keluarga
kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.
Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan sendiri dan
mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas
perkembangan keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap perkembangan
terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran) dewasa muda, terbentuknya keluarga baru
melalui suatu perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai
sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan anaknya untuk
keluar rumah, keluarga lansia.
Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi dalam 8 tahap
perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua
sampai 30 tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5 tahun),
keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai melepaskan
anak sebagia dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri
dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah), keluarga
lansia.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai dari pernikahan yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas
Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak baru lahir. Yaitu
ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga
ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya anggota
keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak usia pra sekolah. Pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua
juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga, pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab
anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau masyarakat ), tugas
yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat
perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung
jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,
anak dan orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga
Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai melepaskan anak sebagai
dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan kegiatan
dirumah.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia pertengahan. Pada tahap
ini mempunyai tugas perkembangan mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan
Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah keluarga usia tua. Tugas
pada perkembangan ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling
keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga
dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal pihak ibu lebih dominan dan
sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam
g. Peran Keluarga
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34)
membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan
anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,
Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam keluarga.
afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah; saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan
ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan sumber energi
yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini
sedikit terkontrol.
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk
berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) adalah;
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
masyarakat.
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi
keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi
pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota
keluarga juga merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy, 1998:35).
Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih sayang dan
kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi sosialisasi
keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga
(Effendy, 1998:35).
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi terus berlanjut
sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan
baik sekarang maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang akan datang,
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya
(Effendy, 1998:35).
Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi pendidikan.
Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dan
berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara
Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian,
rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik,
mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya,
Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10. tahun 1992 jo
PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi keagamaan. Keluarga berfungsi dalam membina,
menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan membina rasa, sikap dan praktik kehidupan
keluarga beragama. Hal ini dalam keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam meneruskan norma dan budaya
masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya asing yang tidak sesuai, membina
dalam pemecahan masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar berperilaku positif
dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia yang selaras, sesuai dan
seimbang.
Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan menumbuhkembangkan potensi kasih
sayang, membina tingkahlaku, membina praktik kecintaan terhadap kehidupan ukhrowi dan
mampu memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.
Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik fisik maupun psikis dan
menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga. Fungsi reproduksi, membina sebagai wahana
reproduksi sehat dengan memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan keluarga baik yang
berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam keluarga sebagai modal
kegiatan ekonomi sebagai modal dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Fungsi pelestarian lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku pelestarian
lingkungan.
Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai bermacam
fungsi yang bertujuan dalam mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah, asih dan asuh
anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarga, setelah mengenal keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang
terlalu muda.
memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus
menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004). Pengkajian keperawatan keluarga terdiri atas 2
tahap yaitu penjajagan I dan penjajagan II. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dalam penjajagan I
meliputi 7 komponen pengkajian yaitu data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
Penjajagan II berisi tentang pengkajian keluarga mengenai 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Penjajagan I mengenai pengkajian data dasar didalamnya meliputi identitas keluarga, komposisi anggota
keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi
keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, riwayat terbentuknya keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya.
Identitas keluarga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Tipe
keluarga terdiri dari keluarga inti, keluarga besar, janda atau duda. Status sosial ekonomi meliputi
penghasilan dan pengeluaran keluarga, yaitu total pendapatan keluarga, mencukupi atau tidaknya
penghasilan untuk biaya sehari-hari, memiliki tabungan atau tidak, anggota keluarga yang membantu
perekonomian keluarga, pengelola keuangan dalam keluarga. Aktivitas dan rekreasi meliputi kebiasaan
rekreasi keluarga dan penggunaan waktu senggang. Tahap perkembangan keluarga meliputi tahap
perkembangan saat ini dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi.
Pengkajian lingkungan terdiri dari perumahan, denah rumah, pengolahan sampah, sumber air,
jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dean fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan
komunitas, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat dan sistem
pendukung keluarga. Perumahan meliputi jenis rumah, luas banguan, luas pekarangan, status rumah, atap
rumah, ventilasi rumah, pencahayaan, lantai rumah dan kondisi kebersihan rumah. Pengolahan sampah
meliputi tempat pembuangan sampah, cara mengelola sampah. Sumber air meliputi sumber air yang
digunakan keluarga dan sumber air minum yang digunakan keluarga. Jamban keluarga meliputi memiliki
WC, jenis jamban dan jarak penampungan tinja dengan sumber mata air. Fasilitas sosial dan kesehatan
meliputi perkumpulan sosial, fasilitas kesehatan dalam masyarakat, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan.
Pengkajian struktur keluarga, terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran dan nilai norma budaya. Pola komunikasi keluarga meliputi cara dan jenis komunikasi yang
dilakukan keluarga, cara keluarga memecahkan masalah. Struktur kekuatan keluarga meliputi respon
keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah dan kekuatan yang digunakan keluarga.
Struktur peran meliputi peran formal dan informal.
Pengkajian fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi
dan fungsi perawatan kesehatan. Fungsi afektif meliputi bagaimana cara keluarga mengekspresikan
perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga dan saling
menghargai. Fungsi sosialisasi meliputi bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar,
interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan meliputi mengenal masalah kesehatan dalam keluarga, mengambil
keputusan dalam keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi dari masalah kesehatan
tersebut, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
Pengkajian stress dan koping keluarga meliputi stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan
keluarga, respon keluarga terhadap stress, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi yang
disfungsional. Pemeriksaan fisik meliputi tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada seluruh anggota keluarga dan membuat kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik. Aspek
pemeriksaan fisik meliputi:
Penjajagan II berisi tentang 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan pengetahuan
keluarga tentang penyakit dan penanganannya (Ayu, 2010).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis sehat atau wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan,
belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial hanya terdiri dari
komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom / sign), tanpa komponen etiology (E) (Ayu,
2010).
Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah
ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan symptom atau sign (S) (Ayu, 2010) .
Diagnosis gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan atau masalah kesehatan keluarga
didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata atau
gangguan, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan symptom atau sign (S). Perumusan problem (P)
merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiology (E) mengacu pada
5 tugas keluarga yaitu :
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi persepsi terhadap keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan meliputi sejauhmana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah, masalah dirasakan keluarga, keluarga menyerah terhadap masalah yang
dialami, sikap negatif terhadap masalah kesehatan, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan
informasi yang salah.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit meliputi bagaimana keluarga
mengetahui keadaan sakit, sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sumber-sumber
yang ada didalam keluarga dan sikap keluarga terhadap sakit.
Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan meliputi keuntungan/ manfaat pemeliharaan
lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan upaya pencegahan penyakit.
Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga meliputi keberadaan fasilitas kesehatan,
keuntungan yang didapat, kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan, pengalaman keluarga
yang kurang baik (Ayu, 2010).
Selanjutnya masalah kesehatan keperatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga
dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.
Tabel skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalahh 3
Skala : Tidak/kurang sehat 2 1
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat 2
diubah 1 2
Skala : Mudah 0
Sebagian
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah 3
Skala : Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah 2
Skala : Masalah berat, harus 1 1
segera ditangani 0
Ada masalah tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
Skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor x bobot Angka Tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi ditentukan untuk menentukan prioritas diagnosa
keperawatan keluarga (Ayu, 2010)
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan
tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka
panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau masalah (P) di keluarga
sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiology
(E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat
dicapai, R=reality, T=time limited/punya limit waktu). Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Ayu, 2010).
d.Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yaitu perawat
melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan interpersonal berupa
berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien. Tindakan keperawatan meliputi: tindakan keperawatan,
observasi keperawatan, pendidikan kesehatan atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan perawat
(kolaborasi). Pelaksanaan keperawatan perlu merencanakan secara sistematis, berurutan, bertingkat
berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun sebelum implementasi keperawatan, perawat perlu kontrak
terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat suatu rencana kegiatan yang bertujuan agar selama
pelaksanaan keperawatan sesuai dengan waktu yang disepakati dan bahan yang diimplementasikan
mempunyai efektifitas yang tinggi. Pelaksanaan dapat dilakukan klien sendiri (anggota keluarga atau
keluarga), perawat, anggota tim perawat (kesehatan ), keluarga lain (extended) dan orang lain yang masuk
dalam jaringan kerja keperawatan keluarga (Ayu, 2010).
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi digunakan untuk mengetahui
pencapaian tujuan yang ditetapkan dan keefektifan intervensi yang dilakukan bagi keluarga setempat sesuai
dengan kondisi dan situasi sesuai dalam mengatasi masalah keluarga. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi
sebagai proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan
dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku. Evaluasi disusun menggunakan SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Planning) secara operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan
keperawatan) dan formatif (dengan proses dan evaluasi akhir). Metode yang dipakai dalam evaluasi antara
lain: observasi langsung, wawancara, memeriksa laporan, dan latihan stimulasi. Penentuan keputusan pada
tahap evaluasi ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini antara lain: keluarga telah mencapai hasil yang
ditentukan dalam tujuan, keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, keluarga tidak dapat
mencapai hasil yang telah ditentukan. Hasil dari evaluasi terdiri dari 3 tujuan tercapai, tercapai sebagian
atau tidak tercapai. Tujuan tercapai yaitu jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian yaitu jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan dan tujuan tidak tercapai yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (Ayu, 2010).
BAB 111
IDENTIFIKASI DATA
1. Nama Kepala Keluarga:
Ny.T
1. Alamat:
2. Komposisi Keluarga:
3. Genogram
4. Tipe Bentuk Keluarga:
5.2 Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi (apakah keluarga
memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan):
Tidak ada
6. Identifikasi Religius
6.1 Agama yang dianut keluarga:
Agama Kristen
Tidak ada
7. Status Ekonomi
7.1 Jumlah pendapatan per bulan:
Sekitar satu juta setengah
Tahap perkembangan yang keenam keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
DATA LINGKUNGAN
12. Karakteristik Rumah
12.1 Kepemilikan tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll.):
Rumah
12.2 Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior rumah
meliputi jumlah ruangan, penggunaan, dan bagaimana ruangan diatur. Jelaskan
bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah penerangan dan ventilasi
adekuat? Apakah lantai, tangga, dan susunan bangunan lain dalam kondisi yang
baik?
Jumlah ruangan yang ada pada keluarga Ny.T ada 5 ruangan, penggunaan sesuai,
ruangan diatur dengan sesuai. Kondisi perabot masih baik dan tercukupi.
Penerangan dan ventilasi adekuat. Lantai,tangga, dan susunan bangunan dalam
kondisi yang baik.
12.3 Amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan untuk
kebakaran di dapur:
12.4 Amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk di kamar mandi:
Sanitasi air bersih menggunakan air mengalir, fasilitas toilet bersih ada sabun, shampo,
sikat gigi, pasta gigi,dan handuk.
12.5 Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Jelaskan apakah pengaturan tersebut
memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka:
Sesuai
12.6 Keadaan umum kebersihan, sanitasi, dan keamanan rumah, jelaskan apakah
ada vektor pembawa penyakit:
12.8 Evaluasi pengaturan privasi dan jelaskan bagaimana keluarga merasakan privasi
mereka memadai:
Memadai
13. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
13.1 Karakteristik-karakteristik lingkungan
a. Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota):
Kota
b. Fasilitas kesehatan:
Rumah sakit dan puskesmas.
13.7 Transportasi umum untuk akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas sosial
(jarak, kecocokan, jam, dll.), jelaskan:
Ada rumah sakit, keluarga Ny.T menggunakan fasilitas tersebut ketika ada
keluargannya yang sakit.
STRUKTUR KELUARGA
17. Pola-pola Komunikasi
Apakah komunikasi berjalan efektif? Jelaskan:
Komunikasi berjalan denan baik antar satu dengan yang lain.
18. Struktur Kekuasaan
18.1 Bagaimana keluarga membuat keputusan? Jelaskan:
Ny.T sebagai kepala keluarga dan An.D seabagai anak, tidak ada konflik
berhungan dengan peran
Tidak ada
19.5 Adakah bukti tentang stres atau konflik akibat peran, baik yang menerima peran
maupun yang kehilangan peran? Jelaskan:
Tidak ada
FUNGSI KELUARGA
21. Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons
21.1 Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu-individu lain dalam keluarga?
Iya
Apakah anggota orangtua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan psikologis anggota keluarganya?
Ya
Ya
21.2 Apakah kebutuhan, keinginan, perbedaan dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Ya
Apakah dalam keluarga ada rasa saling menghormati satu sama
setiap individu
Ya
21.4 Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga?
Iya
Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu dengan yang lainnya?
Iya
Tidak ada
keluarga?
22.3 Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak? Jelaskan:
Tidak ada
22.4 Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/risiko dalam mengasuh anak? Sebutkan:
Tidak ada
22.5 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok
dengan tahap perkembangan anak)?
Iya cocok
Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan usia?
cocok
Mampu
Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga?
Dari puskesmas dan layanan kesehatan
Sebutkan: Masalah kesehatan apa yang dianggap serius / sangat penting bagi
keluarga?
Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah kesehatan saat ini:
Pasien membeli obat di toko
Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan penyiapan makanan?
Ny.T sebagai kepala keluarga
Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng, direbus,
dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disajikan mentah?
anggaran?
Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga atau hanya
anggota tertentu? Jelaskan:
Dengan resep
Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama dan
menggunakannya kembali (ya/tidak)?
Tidak
Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat yang aman,
jauh dari jangkauan anak-anak (ya/tidak)?
Ya
Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, dan penggunaan jamban:
Keluarga mandi dua kali sehari dan jamban digunakan untuk baak dan bab, jamban
digunakan bersama
Bagaimana status imunisasi dari keluarga (pada bayi, balita, ibu hamil)? Jelaskan:
Ny.T pernah mengalami tipus dan ambeien, sekarang hipertensi sedangkan An. D
pernah tipus dan radang pada tenggorokan
Tidak ada
Tidak
23.14 Perasaan dan persepsi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan:
Bagaimana perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan
kesehatan bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas? Jelaskan:
Tidak ada
Tau
Tau
Berhubungan rumah sakit dekat dengan rumah jadi tidak ada masalah dengan itu
24. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang (> 6 bulan)
yang saat ini terjadi pada keluarga?
Apakah keluarga dapat mengatasi stressor biasa dan ketegangan sehari-hari? Jelaskan:
26. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-tipe masalah
(koping apa yang dibuat)?
Diagnosa Keperawatan: