Anda di halaman 1dari 70

8

PERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Hipertensi

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para

ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah

diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896)

mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau

terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik

diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang

sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga

disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan

Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa

hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti

diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun,

dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama

dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan

hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita

tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda

diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah

40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-
9

70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal.

Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg

ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang

berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali

kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90

mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa

pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P.

Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan

sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,

diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat

yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari

gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah

dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-

gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III

tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari


10

kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII,

Klasifikasi hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi:

Stage I (ringan) 140-159 90-99

Stage II (sedang) 160-179 100-109

Stage III (berat) 180-209 110-120

Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007), mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4

tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan

Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139

mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg

dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >=

100. mm Hg.)

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta,

membagi hipertensi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu

tekanan darah diastolik, normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan,

tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah

diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik

>115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih


11

dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ. Hipertensi

sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut,

membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ

target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa

ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan

dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab

penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan efek ischemik

pada organ target.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,

diantaranya Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-

faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress,

kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia

(2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan

menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan

tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang

tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok.

Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang

disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia


12

gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor

otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab

hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok,

hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas

terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar

adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra

cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat

kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,

Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak

diketahui penyebabnya.

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari

vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis

dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan

abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik

ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang

serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh

darah.
13

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke

ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin,

rennin akan merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian

diubah menjadi angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat

yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone

aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan

menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang

menyebabkan hipertensi.

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan

patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer perubahan

patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara

perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah besar

dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan

pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler

yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik

dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung

menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi

kerusakan pembuluh darah besar.

5. Manifestasi Klinik
14

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan

bahwa manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien

mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran

menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada

yang mengalami perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,

mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala

dengan sakit kepala, epitaksis.

6. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990:

214-219) yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara

non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang

gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,

olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut.

Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-

obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta

bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,

nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine.

Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip

menurut FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih


15

mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial

ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya

menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang

bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan

standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka

morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang

memenuhi harapan terus dikembangkan.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi

menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti

stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung

seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan

retina, penebalan retina, oedema pupil.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen

Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan

laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan


16

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,

kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan

dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam

urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),

glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:

kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan

disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG

(pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi

hipertensi.
17

9. Pathways

PATHWAYS

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriol
darah otak menurun ginjal
e
vasokonstriksi Iskemi
diplopia
Blood flow miocard
Nyeri Gangguan pola sinkop munurun
kepala tidur(insomnia) Afterload
meningkat Nyeri dada Resti injuri

Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na
18

10. Pengkajian Fokusedema

Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa

pengkajian pasien hipertensi meliputi:

a.Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek,

frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,

episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi

jantung terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.

c.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah ,otot

muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal

e.Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang

mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah,

perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat diuritik, adanya

edema.

f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala

sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan

penglihatan (diplopia, pandangan kabur) ,epitaksis.

g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada

tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.


19

h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau

tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu pernafasan,

bunyi nafas tambahan ,sianosis

i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi

postural.

j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko keluarga

yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.

11. Diagnosa keperawatan (Doengoes, 2004)

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload/ vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel

b. Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan

kelemahan menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang

c. Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan

kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral

d. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan

intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary

e. Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis

situasional/ maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang

relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/ harapan

tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak realistis/

metode koping tidak adekuat

B. Konsep Keluarga

1. Pegertian Keluarga
20

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga.

Terdapat pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan tentang

keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar

konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga

adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,

baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah

tangga.

Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga beserta

beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu

tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang

satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998)

mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah

dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
21

peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu kebudayaan. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa

persamaan antara lain antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI

(1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu keluarga

tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat

perbedaan pandangan yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang

tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan perkawinan

dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan aturan

dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya,

dan adanya interaksi antar anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika

terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan

masing-masing mempunyai peran sosial


22

a. Tujuan dasar keluarga

Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga,

mempunyai suatu tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama

keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan

dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah

sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan

kepentingan setiap individu dalam keluarga.

b. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal,

patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan matrilineal adalah sama

dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.

Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan

keluarga sedarah istri berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan

dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami.

Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau

istri.

c. Ciri – ciri struktur keluarga


23

Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy

(1998:33) yang mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur

keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota keluarga saling

ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu

setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

d. Type-type keluarga :

Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan

keilmuan serta orang yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno,

SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1.

kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.

Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti

(Nuclear Family) yaitu keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan

anak yang diperoleh dari keturunannya atau diadopsi atau keduanya.

dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-

nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok

tradisional dengan perkembangannya ditambah dengan kelompok lain

yaitu: keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) yaitu keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan


24

pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga

yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak tanpa

perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa

laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah

(The single adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan

sebelumnya (The non marital heterosecual cohabiting family) dan

keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

(gay and lesbian family).

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan

oleh Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/

bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar (Exstended

family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya

nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.

Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu

keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu

kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga duda/janda (single

family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian,

jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila

istri meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk

keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan terbentuk dua


25

keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga

berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria

dengan lebih dari satu istri dan masih hidup bersama. Keluarga kabitas

(Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk suatu keluarga.

e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas

perkembangan sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang

lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan

keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap

perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran)

dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan,

keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai

sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai

melepaskan anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.

Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan

keluarga dibagi dalam 8 tahap perkembangan yaitu: keluarga baru

menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30

tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5

tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12

tahun), keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa (anak-

anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari


26

orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan

rumah), keluarga lansia.

Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai

dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.

Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu

membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina

hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.

Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan

anak baru lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai

dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah

mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya

anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan,

mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak

usia pra sekolah. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,

beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak

yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan

hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian

waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab

anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.


27

Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan

anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah

membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah

dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau

masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan,

memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak

remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak

remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,

mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan

komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, mempersiapkan

perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai

melepaskan anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah

memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga

besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran

orang tua dan kegiatan dirumah.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia

pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan


28

mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,

mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-

anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.

Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah

keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah

mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan

terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga,

mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat dan melak

life review masa lalu.

f. Pemegang kekuasaan dalam keluarga

Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam

mengatur kehidupan dalam keluarga. Effendy (1998:34) membagi

pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga

jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan

dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal

pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang

ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah

dan ibu sama-sama memegang kekuasaan

g. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34) membagi peranan


29

keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga

peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah

dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-

anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam

keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,

peranan ibu, juga ada peranan anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-

sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,

sosial dan spriritual.

h. Fungsi keluarga

Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam

menunjang kehidupan dalam Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai

perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek

merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.


30

Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul

karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan

perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social

dan belajar berperan dalam lingkungan social (Friedman, 1998:13).

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan

dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini sedikit

terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga

untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti

kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk berlindung

(rumah).

Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk

melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga

yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat


31

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga.

Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian

dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun

tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) adalah; mengenal masalah

kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat,

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat dan

mempertahankan hubungan dengan (menggunakan ) fasilitas kesehatan

masyarakat.

Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy

(1998:35), membagi fungsi keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi

psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.

Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi

keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga

merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy,

1998:35).

Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di

antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi

sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk


32

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga (Effendy,

1998:35).

Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan

spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan

anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam

mempersiapkan masa depannya, misalnya dengan menyekolahkan

anak-anak (Effendy, 1998:36).

Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam

meneruskan norma dan budaya masyarakat dan bangs, membina dalam

menyaring budaya asing yang tidak sesuai, membina dalam pemecahan

masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar berperilaku

positif dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia

yang selaras, sesuai dan seimbang.

Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan

menumbuhkembangkan potensi kasih sayang, membina tingkahlaku,

membina praktik kecintaan terhadap kehidupan ukhrowi dan mampu

memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.

Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik

fisik maupun psikis dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga.


33

Fungsi reproduksi, membina sebagai wahana reproduksi sehat dengan

memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan keluarga baik yang

berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam

keluarga sebagai modal kondusif keluarga. Fungsi sosialisasi,

membina proses sosialisasi dalam meningkatkan kematangan dan

kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.

Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi,

mengelola, mengatur hasil kegiatan ekonomi sebagai modal dalam

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Fungsi pelestarian

lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku

pelestarian lingkungan.

Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga mempunyai bermacam fungsi yang bertujuan dalam

mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah, asih dan asuh

sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam pembentukan keluarga yang

sejahtera.

i. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas

pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan

oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan

kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga


34

diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada

anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu

dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga

diharapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi

dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik didalam maupun diluar

rumah. Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga memannfaatkan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang

sehata didalam keluarga.

2. Proses Keperawatan Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan

keluarga terdapat berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana

perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit

terkecil d\atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi tujuannya

dan melalui perawatan kesehatan sebagai sarananya. Sedangkan menurut

Effendi (1998:46) Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan

dan melaksanakan intervensi terhadap keluarga sesuai dengan rencana

yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang

dilaksanakan terhadap keluarga.


35

Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan

keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam

kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora &

Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan

kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.

Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang

disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap

ke tahap. Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan

kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,

identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,

rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan

evaluasi perawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang

dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian merupakan langkah awal

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data

pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat

diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-

hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).


36

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi

pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan

suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa

(Friendman, 1998: 56)

a.1. Pengumpulan data

1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur,

pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.

Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit

yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang

salah, pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative

seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,

ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan

yang berlebihan (Indomedia, 2002).

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi

oleh Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering

dijumpai pola makan yang tidak benar seperti mengkosumsi

makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan

yang asin serta emosi yang negatif

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit


37

hipertensi. Adanya sumber pelayanan kesehatan digunakan

untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat

mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).

c. Pengobatan tradisional

Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan

tradisional, yaitu minum sari bawang putih yang ditumbuk

halus dan diberi air secukupnya di minum pagi dan sore

(Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan

menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih

pengobatan tradisional hipertensi yang benar dan tepat justru

akan memperparah dan bahkan akan menimbulkan gangguan

pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.

3) Status Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

b. Pekerjaan dan Penghasilan

4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga

5) Aktiftas

6) Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti

lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat

mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi dan juga


38

ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan

hipertensi.

b. Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi

oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat

mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada

hipertensi

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor

pencetus terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan

cemas merupakan factor resiko hipertensi

7) Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi

b. Struktur Kekuasaan

c. Struktur peran

8) Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

b. Fungsi kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya

a) Mengenal masalah kesehatan

b) Mengambil keputusan.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit

d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat


39

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

9) Pola istirahat tidur

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga

11) Koping keluarga.

b. Diagnosa keperawatan

Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan

keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan

terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian.

Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk masalah-

masalah kesehatan yang aktual dan potensial.

Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah

cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien

serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

“Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan


respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah”.

Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli,

keluarga merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan

dapat diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih

berorientasi pada individu. Diagnosa yang mungkin muncul


40

dalam keluarga dengan penyakit hipertensi menurut Doenges

(2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang perfusi jaringan,

penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan resti

injuri (diplopia).

1) Prioritas masalah

Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan

dala penyusunan prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-

masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam

keluarga diselesaikan sekaligus, perlu mempertimbangkan

masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan seperti

masalah penyakit.

Mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga

terhadap asuhan keperawatan keluarga yang diberikan, keterlibatan

anggota keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka

hadapi, sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan

masalah kesehatan atau keperawatan keluarga serta yang tidak

kalah pentingya adalah pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

2) Kriteria prioritas masalah

penyusunann prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga, didasarkan pada beberapa kriteria. Menurut Effendy

(1998:52-54), kriteria yang menjadi dasar prioritas masalah adalah

sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial

masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.


41

Sifat masalah dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan,

tidak atau kurang sehat, dan krisis. Dalam menentukan sifat

masalah, bobot yang paling besar diberikan pada keadaan sakit

atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit

kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam

kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi krisis dalam

keluarga di mana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam

keluarga (Efiendy, 1998:54).

Sedangkan kemungkinan masalah hipertensi dapat diubah,

adalah kemungkinan keberhasilan mengurangi atau mencegah

masalah yang berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan

intervensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah

hipertensi dapat diubah adalah faktor pengetahuan dan tindakan

untuk menangani masalah hipertensi, sumber daya keluarga, di

antaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. Selain itu

sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan dan

keterampilan dalam penanganan masalah keperawatan serta waktu

dan sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,

organisasi seperti posyandu, polindes, dan sebagainya juga menjadi

faktor yang mempengaruhi kemungkinan masalah hipertensi untuk

diubah (Effendy, 1998:54).

Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan

beratnya masalah berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan


42

dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan,

misalnya dengan memberikan informasi tentang hipertensi, cara

mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi

untuk memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan

(puskesmas, rumah sakit, dan dokter).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi

pencegahan masalah hipertensi adalah kepelikan atau kesulitan

masalah hipertensi hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau

hipertensi yang dialami oleh keluarga. Kedua perhatikan tindakan

yang sudah dan sedang dilaksanakan, yaitu tindakan untuk

mencegah dan mengobati masalah hipertensi dalam rangka

meningkatkan status kesehatan keluarga (Effendy, 1998:54).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi

pencegahan masalah hipertensi berhubungan dengan jangka waktu

terjadinya masalah hipertensi. Keadaan ini erat hubungannya

dengan berBBVBVVBZXZXatnya masalah hipertensi pada

keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah

pentingnya adalah adanya keiompok resiko tinggi dalam keluarga

atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk

mencegah masalah hipertensi (Effendy, 1998:54).

Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga

melihat dan menilai masalah yang berhubungan dengan masalah

hipertensi dalam hal berat dan mendesak masalah hipertensi untuk


43

diatasi melalui interven si keYOCYOAYOWp e

NNNNNNNNNNNNNM rawatan.

c. Rencana Asuhan Keperawatan

Effendy (1998: 54), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan,

dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

didefinisikan.

Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan

khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan

standar yang mengacu pada penyebab (Suprajitno, 2004:49). Sedangkan

Friedman (1998:65) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat

pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur,

langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka

panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-

maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar

dapat tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi,

disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada

umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga

dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau

perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi dapat dibedakan


44

menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang

(Effendy, 1998:57).

Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain :

setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi keluarga

mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk

anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan respon verbal keluarga

mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta

perawatan hipertensi. Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara

penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang menderita hipertensi

secara tepat. Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu memberikan

perawatan secara tepat dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan

nyaman bagi penderita hipertensi. Standar evaluasi yang digunakan adalah

pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi dan

pengobatan hipertensi (Effendy, 1998:57-60).

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan

hipertensi adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi

setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan

menyelesaikan perencanaan perawatan. Seperti pendapat Friedman

(1998:67) bahwa:

“....selama pelaksanaan intervensi perawatan, data-data baru secara


terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon pada
klien, perubahan situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat perlu
cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi
dengan keiuarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana
terhadap perencanaan.”
45

Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat

masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi

keluarga dengan masalah hipertensi menurut Doengoes (1999) antara lain

mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada keluarga menciptakan

lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan pembatasan

aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres.

Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi

kemudian mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi

hipertensi). Menganjurkan pada klien agar manghindari makan makanan

yang mengandung banyak Natrium (garam/asin). Kaji keefektifan strategi

koping dengan mengobservasi perilaku klien dan keluarga, misal

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan. Berikan informasi tentang sumber-sumber di

masyarakat dan dukungan anggota keluarga (Doengoes, 1999).

d. Implementasi

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan

yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial

keluarga (Friedman, 1998:67). Hal senada juga diutarakan Suprajitno


46

(2004). Implementasi terhadap keluarga dengan masalah hipertensi

didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga

dengan hipertensi menurut Effendy (1998:59) adalah sumber daya dan

dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,

respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada

dalam keluarga.

Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat

menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi

menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga

mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah hipertensi dan dalam

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang terkena hipertensi.

Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan

mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan

dan penatalaksanaan penderita hipertensi, seperti pada suku pedalaman

lebih cenderung menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan.

Demikin juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam merawat

anggota yang sakit hipertensi.

Sarana dan prasarana baik dalam keluarga atau masyarakat

merupakan faktor yang penting dalam perawatan dan pengobatan

hipertensi. Sarana dalam keluarga dapat berupa kemampuan keluarga


47

menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau kemampuan

keluarga, mengatur pola makan rendah garam, menciptakan suasana yang

tenang dan tidak memancing kemarahan. Sarana dari lingkungan adalah,

terjangkaunya sumber-sumber makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas

kesehatan (Effendy, 1998:59).

e. Evaluasi

Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi.

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan

yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi

merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang

perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 1998:7).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.

Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif (Suprijatno, 2004:57) yaitu dengan SOAP,

dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang

dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan penagamatan. A adalah merupakan analisis perawat

setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif, P adalah

perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan.


48

Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat

sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana

tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. SW


PADA NY. SC DENGAN HIPERTENSI DI DESA PENDUNGAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUKLINGGAU
A. PENGKAJIAN ( Tanggal 24 Desember 2013)
I. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. SW
b. Umur : 52 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki - Laki
d. Pekerjaan : Swasta (Guide)
e. Agama : Hindu
f. Suku/ Bangsa : Bali / Indonesia
g. Pendidikan : SMA
49

h. Alamat : Jl. Pulau Moyo Gang Telkom No.


37

2. Komposisi Keluarga

Pendidi Imuni
No Nama JK Umur Hub. KK Pekerjaan Keseha
kan sasi
Suami /
1 Tn. SW L 52 th. SMA Swasta - Sehat
KK
2 Ny. SC P 53 th. Istri SD Pedagang - Sakit
3 An. T P 20 th. Anak Sarjana - - Sehat
4 An. R L 17 th. Anak SMA - - Sehat

3. Genogram
50

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
X : Meninggal

4. Tipe keluarga
Keluarga Tn. SW adalah Keluarga dengan tipe nuclear family, dimana di
dalam keluarga tidak ada orang lain selain suami, istri, dan 2 anak
kandung yang tinggal.
5. Suku
Keluarga Tn. Sw adalah suku bali. Kebiasaan dalam keluarga apabila ada
yang sakit berobat ke klinik atau langsung membeli obat di apotik sesuai
dengan resep dokter (resep ditebus ulang apabila Ny. SC sakit)
6. Agama
Keluarga Tn. SW menganut Agama Hindu. Semua aktivitas yang
dilakukan tidak boleh bertentangan dengan ajaran Agama Hindu
7. Satus social Ekonomi keluarga
51

Pendapatan Pengeluaran
NO. Nama Pekerjaan Keterangan
/ Bulan / Bulan

1 Tn. SW Swasta ± 1.500.000 ± 1.000.000 Lebih dari


cukup
2 Ny. SC Pedagang ± 800.000 ± 600.000 untuk
sehari - hari

(Pendapatan Tn. SW - Pengeluaran Tn. SW) = ± 500.000


(Pendapatan Ny. SC - Pengeluaran Ny. SC) = ± 200.000
Sisa Pendapatan Keluarga = ± 700.000

8. Aktivitas rekreasi keluarga / waktu keluarga


Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi keluar kota.
Biasanya hanya menonton televisi sambil bercerita. Untuk berkunjung ke
keluarga suami jarang dilakukan kecuali ada acara – acara penting.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini.
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
(12 - 20 tahun) yang tugasnya :
 Memberi perhatian lebih
 Bersama – sama mendiskusikan tentang sekolah
 Memberi kebebasan dalam batas tanggung jawab
 Komunikasi dua arah
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tidak ditemukan tahap perkembangan yang belum terpenuhi. Tn. SW
dan Ny. SC sudah melakukan tugasnya dengan baik dengan memberi
perhatian lebih dan bersama – sama mendiskusikan mengenai sekolah
dengan kedua anaknya, serta memberi kebebasan dalam batas
52

tanggung jawab dan hal yang paling penting mengkomunikasikanya


dengan komunikasi dua arah.
3. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat orang ttua baik dari pihak suami / istri tidak mempunyai
kebiasaan kawin cerai, pemabuk, ataupun penjudi.

III. Data Lingkungan


1. Karaktersitik Rumah

a. Luas Pekarangan : 12 x 8 m2
b. Type Rumah : Permanen
c. Atap Rumah : Genteng
d. Kepemilikian : Milik Saudara Kandunng Tn. SW
e. Kamar mandi / WC : Ada satu kamar mandi gabung dengan WC
f. Kebersihan Lingkungan : Bersih dan Rapi
g. Ventilasi/jendela : Ada, tidak tertutup
h. Sirkulasi : Bagus, semua jendela terbuka
i. Sumber air minum : PDAM
j. Pencahayaan : Memakai lampu dan pencahayaan dari
matahari
53

k. Kelembaban : tidak lembab, tidak jamuran


l. Gudang : tidak ada
m. Pembuangan Limbah : melalui selokan
n. Lantai : Keramik
o. Septic tank : ada, di pekarangan samping Bangunan WC
p. Pembuangan Sampah : Dibakar

Keterangan :
1 = Warung, 2 = Ruang Tamu, 3 = Kamar Mandi / WC, 4,5,6 = Kamar
Tidur,
7 = Dapur, 8 = Tempat Suci, 9 = Tempat Jemuran (halaman)

2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas


Keluarga Tn. SW bertetangga dengan pekerja swasta, tetangga ada yang
beragama Hindu dan ada yang beragama Islam. Di Daerah Keluarga Tn.
SW tinggal merupakan daerah mayoritas penduduk pendatang dari
dalam Bali dan dari luar Bali.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Semenjak menikah sampai sekarang Tn. SW dan Ny. SC pernah tinggal
dengan orang tua, lalu tinggal di rumah milik saudara Tn. SW.
4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat.
Biasanya pada malam hari. Ny. SC berkumpul dengan keluarganya,
selalu meluangkan waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. SC dan anak-
54

anaknya juga berinteraksi sangat baik dengan masyarakat disekitar.


Namun Tn. SW jarang berinteraksi dengan masyarakat sekitar rumah
karena harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga jarang tinggal
dirumah.
5. System Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. SW mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya
dengan keluarga inti dan keluarga besar dengan komunikasi terbuka satu
sama lain.
Ny. SC mengatakan jika ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas
atau dokter praktik swasta.
Tn. SW mengatakan jika Ny. SC sakit sampai di rawat inap atau
mempunyai acara dirumah saudara – saudaranya ikut membantu
menyumbangkan dananya.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam Keluarga saling terbuka satu sama lain dan dalam keluarga bebas
menyatakan pendapat tetapi pengambil keputusan adalah Tn. SW
sebagai Kepala Keluarga
2. Sruktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn. SW saling menghargai satu sama lain, salig membantu
serta mendukung. Tn. SW dan Ny. SC mampu untuk merawat diri
sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari – hari. Apabila Ada masalah
Ny. SC diskusi dengan suami dan juga minta nasehat kepada saudara –
saudaranya.
3. Struktur Peran
 Tn. SW adalah Kepala Keluarga, berperan sebagai suami dan
pencari nafkah yang utama.
 Ny. SC adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan juga ikut membantu
mencari nafkah dengan berjualan
55

 An. T & An. R adalah seorang anak berperan sebagai anak yang
tugas utamanya merupakan belajar.
4. Nilai Atau Norma Budaya
Keluarga Tn. SW menerapkan aturan – aturan sesuai dengan ajaran
agama Hindu dengan mengharpkan kedua anaknya nanti menjadi anak
yang taat dalam menjalankan ajaran agama. Nilai dan norma Kelaurga
Tn. SW sesuai dengan kebiasaan Adat Bali serta ikut serta jika di
wilayahnya ada gotong royong.
Di keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah makan, berpamitan, bertutur kata sopan dan santun.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Semua anggota Keluarga Tn. SW saling menyanyangi satu sama lain.
Tempat tinggal saudara ada yang dekat dan ada yang jauh. Namun Jika ada
kesusahan dalam keluarga Tn. SW, saudara – saudaranya sangat
membantu
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. Sw menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
Mereka membiasakan anak – anaknya mereka bermain dengan teman –
temannya dan menekankan juga anaknya untuk selalu belajar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Keyakinan, Nilai, dan Perilaku Kesehatan
Keluarga Tn. SW mengatakan kesehatan adalah hal yang penting
dimana lebi baik mencegah daripada mengobati. Tn. SW mengatakan
apabila ada keluarga yang sakit setelah diobati dirumah tidak ada
perubahan segera dibawa ke pelayanan kesehatan.

b. Definisi Keluarga tentang sehat dan sakit


56

Keluarga Tn. SW mengatakan sehatn adalah dapat melakukan


aktivitas sehari – hari tanpa gangguan. Tn. SW mengatakan Istrinya
sedang sakit hipertensi.
c. Status Kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan oleh keluarga
Keluarga Tn. SW mengatakan jarang sakit, hanya saja Istrinya (Ny.
SC) sering mengalami pusing dan kelelahan
d. Praktik diit Keluarga
Ny. SC mengatakan memiliki pantangan makan garam berlebihan
dan minum kopi, selain dirinya keluarganya makan sembarangan.
e. Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga Tn. SW biasanya tidur dari pukul 22.00 dan Bangun 06.00
Wita
f. Latihan dan rekreasi
Ny. SC mengatakan jarang berekreasi dan berolah raga.
g. Kebiasaan Penggunaan obat – obatan dalam keluarga
Keluarga mengatakan tidak pernah menggunakan obat – obatan tapa
resep dari dokter
h. Perawatan diri
Keluarga Tn. SW mengatakan mampu merawat dirinya sendiri.
i. Praktek Lingkungan
Keluarga Tn. SW mengatakan tidak ada bahaya yang dirasakan baik
dari tanah, air, maupun udara. Keluarga Tn. SW sering
membersihkan kamar mandi, halaman rumah, dapur, dan rumah
j. Pemeriksaan kesehatan secara teratur
Keluarga mengatakan jarang pergi ke puskesmas untuk mengontrol
penyakit hipertensi Ny. SC. Keluarga Tn. Sw mengatakan lebih
sering ke dokter untuk konsultasi. Ny. SC mengatakan biasanya
memeriksakan tensinya setiap 1 bulan sekali atau saat obat yang
diberikan dokter habis.
k. Kesehatan gigi
Keluarga mengatakan tidak pernah mengalami sakit gigi yang parah
57

l. Riwayat kesehataan keluarga


Ny. SC mengatakan Almarhum Ibu Kandungnya memiliki penyakit
yang sama seperti dirinya, dan Almarhum Ayah kandungnya
meninggal karena sakit jantung.
m. Pelayanan Perawatan kesehatan yang diterima
Keluarga Tn. SW mengatakan pelayana yang diterima adalah
pelayanan kesehatan dari puskesmas yang melakukan pelayanan di
Balai Banjar dan Pelayanan kesehatan dari dokter praktik swasta.
n. Perasaan atau persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. SW mengatakan pelayanan kesehatan gratis yang
diberikan tidak begitu memuaskan keluarga tapi cukup membantu.
o. Sumber pembiayaan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. SW mengatakan jika pergi ke pelayanan kesehatan
pasien membayarnya dengan uang tabungan keluarga.
p. Logistik untuk mendapatkan perawatan
Keluarga Tn. SW mengatakan jarak dari rumah ke puskesmas sangat
dekat dan ke dokter praktik juga lumayan dekat. Jika ada keluarga
sakit, Keluarga saling mengantarkan.

VI. Lima Tugas Kesehatan Keluarga


1. Mengenal masalah kesehatan
Ny. SC mengatakan sering pusing, kaku pada lehernya, dan terlihat
lemas. Ny. SC mengatakan pusingnya disebabkan karena tensinya
tinggi, dan Ny. SC mengetahui kalau ia terkena tekanan darah tinggi
karena pernah diinformasikan sebelumnya oleh pertugas kesehatan di
Rumah Sakit.
2. Mengambil keputusan terkait masalah kesehatan
58

Ny. SC mengatakan jika ia mengalami pusing dan kelelahan, tidak harus


pergi ke puskesmas.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. SC mengatakan apabila pusing ia mengkonsumsi obat amlodipin. .
Keluarga belum mengetahui tentang obat tradisional untuk menurunkan
darah tinggi
4. Memodifikasi lingkungan kesehatan
Ny. SC mengetahui dan sudah melakukan pantangan tidak boleh minum
kopi, makan makanana yang banyak garam, namun Ny. SC tidak sering
berolah raga, selalu berpikir keras, sering marah-marah, sedikit minum
air dan Ny. SC mengatakan selain dirinya, keluarganya tetap makan
seperti biasa, tidak terkontrol, dan sulit dikasih tahu.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. SC mengatakan jarang sekali pergi ke puskesmas, biasanya kalau
obat amlodipin sudah habis Tn. SW langsung membeli obat di apotik
sesuai dengan resep dokter (resep ditebus ulang) atau membawa ke
Praktek dokter jika ada anggota keluarga yang sakit.

VII. Stress Dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka panjang dan pendek.
Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Tn. SW mempunyai harapan supaya Ny. SC sembuh dari
hipertensinya.
Stressor Jangka Panjang :
Ny. SC mengatakan bahwa ingin mempunyai rumah tinggal sendiri
tanpa bergantung dengan saudara Tn. SW
2. Respon terhadap stressor.
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama suami.
Apabila perlu nasihat biasanya keluarga Tn. SW minta nasihat kepada
orang tua atau saudara – saudaranya
3. Strategi koping
59

Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam


keluarga sehingga masukan keluarga dapat membantu menyelesaikan
masalahnya.
4. Strategi adaptasi disfungsional.
Dari hasil pengkajian didapatkan adanya cara – cara keluarga dalam
mengatasi masalah maladative.

VIII. Harapan Keluarga


Keluarga mengatakan merasa sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap bisa sangat membantu keluarga menegah penyakit yang ada pada
keluarganya.
IX. Data Tambahan
1. Nutrisi
Keluarga mengkonsumsi makanan 3 x sehari, menu makanan nasi,
sayuran seperti bayam, sayur paku, lauk pauk seperti ikan laut, telur,
tempe, juga kadang-kadang buah. Minuman yang dikonsumsi air putih,
teh manis, dan Es. Cara pengolahan makanan dicuci dulu baru
dipotong. Porsi makanan setiap anggota keluarga sudah memenuhi
kebutuhan.
2. Eliminasi
Dalam Keluarga tidak ada keluhan BAK dan BAB
3. Istirahat tidur
Dalam keluarga tidak ada keluhan dalam istirahat tidur
4. Aktivitas sehari-hari
Tn. SW bekerja dari pagi sampai malam, Ny. SC bekerja di warung
depan rumahnya dan anak – anak ( An. T dan An. R ) setiap pagi pergi
bersekolah kecuali hari libur dan minggu.
5. Merokok
Dalam Keluarga Tn. SW tidak ada yang merokok

X. Pemeriksaan Fisik Keluarga


60

Pemeriksaan Tn. SW Ny. SC An. T An. R


Fisik
Kepala Rambut hitam Rambut hitam Rambut hitam Rambut hitam
dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih
Rontok (+) Rontok (+) Rontok (+) Rontok (+)
TTV TD = 120/80 TD = 150/90 TD = 120/80 TD = 130/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
N = 64 x/menit N = 80 x/menit N = 80 x/menit N = 76 x/menit
S = 36,2 oC S = 36,5 oC S = 36,4 oC S = 36,2 oC
RR = 20 RR = 20 RR = 20 RR = 20
x/menit x/menit x/menit x/menit
BB/TB BB = 83 kg BB = 77 kg BB = 46 kg BB = 65 kg
TB = 165 cm TB = 155 cm TB = 160 cm TB = 172 cm
Mata Anemis (-) Pandangan Anemis (-) Anemis (-)
Kabur,
Anemis (-)
Hidung Sekret (-) Sekret (-) Sekret (-) Sekret (-)
Epistaksis (-) Epistaksis (-) Epistaksis (-) Epistaksis (-)
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab, lembab,
Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
menelan (-) menelan (-) menelan (-) menelan (-)
Leher Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-)
Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe
(-) (-) (-) (-)
Dada Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung
dan paru dan paru dan paru dan paru
normal normal normal normal
61

Abdomen Kembung (-), Kembung (-), Kembung (-), Kembung (-),


Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus
= = = =
Tangan Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),
turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-)
Kaki Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),
turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-)
Keadaan CM CM, CM CM
umum Sakit
Hipertensi

B. ANALISA DATA

No Sign & Symptom Etiologi Problem


1 DS :
Ny. SC menderita hipertensi Ketidak mampuan Kurang
sejak 19 tahun yang lalu dan keluarga mengenal pengetahuan
kadang merasakan kepala masalah kesehatan
pusing. pada anggota
Ny. SC tetap melakukan keluarga yang
aktifitas di rumah. sakit
Ny. SC Jarang memeriksa
tekanan darahnya.
Ny. SC mengatakan memiliki
pantangan makan garam
berlebih dan minum kopi,
namun jarang berolah raga dan
sedikti minum air putih.
Ny. SC mengatakan selain
dirinya keluarganya makan
sembarangan.
Kelaurga Tn. SW mengatakan
tidak telalu mengetahui tentang
penyakit hipertensi.
Tn. SW mengatakan tidak
mengetahui penyakit hipertensi
salah satu penyebabnya adalah
faktor keturuanan.
62

Kelaurga Tn. SW Mengatakan


belum paham tentang cara-cara
pencegahan hipertensi.
Ny. SC mengatakan tidak suka
makan buah

Ny. SC mengatakan hanya


mengandalkan pengobatan dari
dokter dengan minum
amlodipin
An. T dan An. R sering
membuat Ny. SC marah.
Tn. SW mengatakan jarang
mengantar Ny. SC kontrol
karena sibuk bekerja.
DO:
Pasien bertanya – tanya
tentang penyebab penyakit dan
pengobatan penyakitnya.
Ibu terlihat lemas
Pasien terlihat berjualan di
depan rumahnya
Tanda-tanda vital :
TD = 150/90 mmHg
N = 80 x/menit
2 DS :
Ny. SC mengatakan jarang Ketidak mampuan Resiko terjadinya
memeriksa tekanan darahnya keluarga dalam komplikasi.
Ny. SC mengatakan menderita merawat anggota
hipertensi ± 19 thn yang lalu. keluarga yang
Ny. SC mengatakan tensinya sakit
kadang naik, kadang turun,
paling tinggi biasanya 180 dan
paling rendah 140.
Usia Ny. SC sudah 53 tahun
Ny. SC jarang berolah raga
dan sedikit minum air putih
Ny. SC mengatakan tidak suka
makan buah
Ny. SC mengatakan hanya
mengandalkan pengobatan dari
dokter dengan minum
amlodipin
Tn. SW mengatakan jarang
mengantar Ny. SC Kontrol
karena sibuk bekerja
63

Keluarga Tn. SW mengatakan


5 bulan yang lalu Ny. SC
pernah di rawat inap di RS
dengan keluhan susah bergerak
dan sakit kepala berat disertai
lemas sekujur tubuhnya.
DO :
Ibu terlihat berjualan
TD 150/90 mmHg
N : 80 x/menit

C. Diagnosa Keperawatan Keluarga Dan Scoring


1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan
hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
Hipertensi

No kriteria Nilai skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 3/3 x 1 Ketidak mampuan keluarga untuk
(aktual)
64

No kriteria Nilai skor Pembenaran


1 merawat Ny. SC dengan penyakit
hipertensi merupakan ancaman
terjadinya penyakit

2 Kemungkinan 1/2 x 1 Lamanya penyakit ±19 tahun yang


masalah dapat lalu.
2
diubah :
(sebagian)
3 Potensial 3/3 x 1 Penyakit hipertensi terjadi bisa
masalah untuk
1 diobati dan dicegah dengan pola
dicegah :
(Tinggi) makan yang sehat dan prilaku yang
sehat

4 Menonjolnya 2/2 x 1 Bila tidak segera di tangani maka


masalah 1 bisa terjadi hipertensi berlanjut.
( tidak segera
ditangani)
Total Skor 4

No kriteria Nilai skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 2/3 x 2/3 Memerlukan penanganan yang
(Risiko)
1 = secepatnya untuk mencegah komplikasi
sumber dan tindakan.
2/3
65

No kriteria Nilai skor Pembenaran


Dapat dijangkau keluarga

2 Kemungkinan ½ x 2 1 Terjadinya penyakit.


masalah dapat
diubah : =1
(Mudah)
3 Potensial 2/3 x 2/3 Komplikasi dapat dicegah bila segera
masalah untuk
ditangani
dicegah : 1 =
(cukup)
2/3

4 Menonjolnya 2/2 x 1 Akan mengakibatkan stroke, gagal


masalah ( jantung.
segera 1=1
ditangani)
Total Skor 3 1/3
2. Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi

C. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan hipertensi b/d
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi
2. Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi

Rencanan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. SW


66

Hari/ No
Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Tanggal DX
Selasa, 1 Setelah dilakukan
24–12– tindakan
2013 keperawatan
10.30 selama 1-2 x
Wita kunjungan rumah
diharapkan
pengetahuan
keluarga tentang
hipertensi
meningkat
Verbal - Mampu - Kajian
Tupen I : menjelas pengetahu
Mampu kan arti an
mengebal hiperten keluarga
masalah si tentang
Hipertensi pada - Mampu hipertensi
anggota kelaurga menjelas o Penger
kan tian
penyeba hiperte
b nsi
hiperten o Penye
si bab
- Mampu hiperte
menjelas nsi
kan o Tanda
tanda dan
dan gejala
gejala hiperte
hiperten nsi
si o Penceg
- Mampu ahan
menyeb hiperte
utkan nsi
cara o Kompl
pencega ikasi
han hiperte
hiperten nsi
si - Berikan
- Mampu penyuluh
menyeb an tentang
utkan hipertensi
salah - Diskusi
satu adanya
komplik tanda dan
67

asi dari gejala


hiperten hipertensi
si serta
faktor
yang
memperb
uruk
kondisi
- Bimbinga
n
keluarga
untuk
mengulan
gi apa
yang
telah di
ajarkan.
- Jelaskan
akibat
lanjut dari
penyakit
hipertensi
jika tidak
segera
ditangani
- Bimbinga
n untuk
mengatasi
resiko
penyakit
hipertensi

Tupen II : Verbal - Keluarga - Jelaskan


Keluarga dapat mampu petunjuk
memutuskan untuk perawata
tindakan yang memutusk n
tepat untuk an hipertens
mengatasi tindakan i dengan
masalah yang tepat melakua
hipertensi. untuk n control
mengatasi secara
masalah rutin.
hipertensi      
dengan
membawa
68

anggota
keluarga
yang sakit
berobat ke
Rs atau
puskesmas

Tupen III : Psikomoto - Keluarga - Jelaskan


Keluarga mampu r mampu manfaat
melakukan merawat gizi
perawatan pada anggota seimbang
anggota keluarga keluarga - Demontr
yang sakit yang asikan
sedang cara
sakit. menyusu
- Keluarga n menu
mampu yang
menentu benar
kan untuk
status nutrisi
nutrisi yang
/gizi dianjurka
sesuai n dan
dengan yang
standar tidak
kesehata dianjurka
n yang n
mengala - Anjurkan
mi klien
hipertens untuk
i menghid
Tupen IV : - Keluarga ari stress
Keluarga dapat Psikomoto mampu - Ajurkan
menggunakan r mengontr klien
fasilitas yunkes ol emosi menata
secara tepat untuk dan stress.
mengetahui menata
komplikasi stress

- Keluarga
membaw - Jelaskan
a anggota pada
69

keluarga keluarga
yang pelayan
sakit an yang
ketempat cepat di
pelayana manfaat
n kan
kesehata - Anjurka
n n klien
terdekat. untuk
kontrol
secara
rutin.
- Anjurka
n
keluarga
untuk
menggu
anakan
yankes.   
    
Selasa, 2. Setelah          
24–12– dilakukantindaka
2013 n keperawatan
10.30 selama 1-2 x
Wita kunjungan rumah
diharapkan resiko
terjadinya
komplikasi dapat
dicegah.
Verbal - Keluarga - Jelaskan
Tupen I : dan klien kepada
Keluarga mampu kelurga
mamapu menyebu Tn. SW
mengenal tkan tentang
mengenal penyebab kemungki
peningkatan terjadiny nan
tekanan darah a penyebab
peningka terjadinya
tan tekanan
tekanan darah
darah tinggi
- Keluarga - Jelaskan
mampu tentang
menyebu tanda dan
tkan gejala
tanda terjadinya
70

peningka peningkat
tan an
tekanan tekanan
darah darah
- Keluarga - Jelaskan
mampu tentang
menyebu akibat
tkan dari
akibat peningkat
yang an
mungkin tekanan
terjadi darah
Verbal dari - Jelaskan
peningka komplika
tan si akibat
Tupen II : tekanan hipertensi
Keluarga mampu darah.
memutuskan
tindakan yang
tepat akibat dari
komplikasi Psikomoto
Hipertensi r

Tupen III :
Keluarga mampu - Berikan
melakukan - Keluarga keluarga
perawatan pada mampu kesempat
anggota keluarga memutus an untuk
kan mengamb
tindakna il
yang keputusan
tepat
untuk
Psikomoto mengatas - Jelaskan
r i tentang
Tupen IV : komplika makanan
Keluarga dapat si yang
menggunakan boleh dan
fasilitas - Keluarg tidak
pelayanan a boleh di
kesehatan secara amampu makan
tapat untuk merawat oleh Ny.
merawat apabila anggota SC
tekanan darah keluarga
terus meningkat. dengan
mengont       
71

rol
makanan
yang
harus
dipantan - Jelaskan
gi pada
Keluarg keluarga
a tentang
fasilitas
- mampu yankes
memanfa yang
atkan dapat
fasilitas dimanfaat
pelayana kan.
n - Berikan
kesehata pengaetah
n yang uan
telah terhadap
terseida prilaku
yang telah
dilakukan
untuk
memperta
hankan
agar tidak
terjadi
komplika
si
72

Implementasi dan Evaluasi

No
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
DX
Rabu, 1 - Mengucapkan salam S:
25–12–2013 - Nemvalidasi keadaan - Keluarga Tn. Sw
11.00 Wita keluarga mengatakan
- Menjelaskan tujuan pengertian
dan kontrak waktu hipertensi adalah
tensi yang
Tupen I : melebihi 140 /
Mampu mengebal 90
masalah Hipertensi pada - Ny. SC
anggota kelaurga mengatakan
penyebabnya
- Mengkajian bisa karena
pengetahuan keluarga faktor keturuann,
tentang hipertensi pola makan yang
o Pengertian tidak sehat,
hipertensi karena penuaan,
o Penyebab hipertensi dan karena berat
o Tanda dan gejala badan berlebih
hipertensi - Keluarga Tn.
o Pencegahan SW mengatakan
hipertensi Tanda gejalanya
o Komplikasi bisa muncul
hipertensi sakit kepala,
- Memberikan kelelahan,
penyuluhan tentang tangan gemetar,
hipertensi sakit di sekitar
- Mendiskusi adanya leher
tanda dan gejala - Keluarga Tn.
hipertensi serta faktor SW mengatakan
yang memperburuk akibat lanjutnya
kondisi kemungkinan
- Membimbingan terkena serangan
keluarga untuk jantung, stroke,
mengulangi apa yang penyakit di
telah di ajarkan. ginjal dan mata
- Menjelaskan akibat - Keluarga
lanjut dari penyakit mengatakan
hipertensi jika tidak akan kontrol
segera ditangani setiap minggu ke
- Membimbingan untuk puskesmas atau
mengatasi resiko pelayanan
penyakit hipertensi kesehatan
73

O:
- Keluarga Tn.
SW menucapkan
salam balik dan
menerima
keberadaan
perawat
- Keluarga
kooperatif
- Keluarga aktif
bertanya saat
diskusi
- Keluarga dan
klien mampu
menyebutkan
penyebab
terjadinya
peningkatan
tekanan darah
- Keluarga
mampu
menyebutkan
tanda
peningkatan
tekanan darah
- Keluarga
mampu
menyebutkan
akibat yang
mungkin terjadi
dari peningkatan
tekanan darah.

A:
Tujuan tercapai

P:
Lanjutkan Tupen II

Kamis, 1 Tupen II : S:
26-12-2013 Keluarga dapat - Keluarga Tn. SW
14.30 Wita memutuskan tindakan mengatakan akan
yang tepat untuk membawa Ny. SC
mengatasi masalah ke dokter
hipertensi. langganannya
untuk selalu
74

- Menjelaskan petunjuk kontrol


perawatan hipertensi - Ny. SC
dengan melakuan mengatakan sudah
control secara rutin. menghindari
pemakaian garam
Tupen III : berlebih dan tidak
Keluarga mampu minum kopi lagi
melakukan perawatan - Keluarga Tn. SW
pada anggota keluarga mengatakan akan
merawat Ny. SC
- Jelaskan manfaat gizi dengan baik
seimbang karena meraka
- Demontrasikan cara sayang Ny. SC.
menyusun menu yang - Keluarga
benar untuk nutrisi mengatakan Ny.
yang dianjurkan dan SC jarang berolah
yang tidak dianjurkan raga
- Anjurkan klien untuk - Keluarga
menghidari stress mengatakan akan
- Ajurkan klien menata membantu
stress. menghindari Ny.
SC dari stres
- Ny. SC
mengatakan
mampu
mengontrol
stresnya dengan
menggunakan
tehnik tarik nafas
dalam
- Ny. SC
mengatakan
sekarang sudah
mengetahui menu
makanan yang
baik untuk dirinya
dan keluarganya

O:
- Keluarga
kooperatif
- Keluarga mampu
untuk
memutuskan
tindakan yang
tepat untuk
75

mengatasi
masalah hipertensi
dengan membawa
anggota keluarga
yang sakit berobat
ke puskesmas atau
dokter praktik
swasta
- Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
sedang sakit.
- Keluarga mampu
menentukan status
nutrisi /gizi sesuai
dengan standar
kesehatan yang
mengalami
hipertensi
- Keluarga mampu
mengontrol emosi
dan menata stress

A:
Tujuan Tercapai

P:
Lanjutkan ke Tupen
IV
76

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica


Ester. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa


Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih


Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R,


Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi,


(Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan
pembuluh darah Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan


Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

(Tanpa nama). (2007).hipertensi.(online).http://www.sehat-bugar.com, diakses


tanggal 31 oktober 2007, diakses tanggal 31 Oktober 2007)

Puskesmas palaran. (2006). Hipertensi. (Online),


(http://puskesmaspalaran.wordpress.com/2006/11/05/hipertensi.html,
diakses tanggal 31 Oktober 2007)
77

Anda mungkin juga menyukai