Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Akhir Kepaniteraan Klinik Madya
Di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Oleh:
Pembimbing:
JAYAPURA - PAPUA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
dengan Judul ”Hipertensi Esensial dan Sekunder” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya Pada SMF Ilmu Cardiology
Hari : Selasa
Jayapura,..................2023
NO NAMA NILAI
1. Kansiskoris Mahuse, S.Ked
Pembimbing
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Kriteria
2.3 Klasifikasi
2.4 Faktor Risiko
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
2.7 Diagnosis
2.8 Tatalaksana
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII.
2.2 Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
esensisal/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/ primer adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
terjadi karena ada suatu penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan
hipertensi derajat 2.
1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien berada pada kategori yang berbeda,
maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan, dan perkiraan afektivits
pengobatan difokuskan pada kategori dengan nilai lebih.
2) Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada hipertensi
sistol-diastol (tingkat 1, 2 dan 3). Namun tekanan diastole yang rendah (60-70
mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko tambahan.
3) Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk memulai
pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko kardiovaskuler total.
1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua kategori
yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah berdasarkan kategori yang
lebih tinggi.
2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau lebih
pengukuran yang diambil pada setiap kunjungan.
3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1 sampai 3
berdasarkan tekanan darah sistol (≥ 140 mmHg) dan diastole (<90 mmHg).
4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena setiap
peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko kejadian kardiovaskuler.
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan
hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan
maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah
sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolic terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara
tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan
dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2021) faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut gajala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna
dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanaya ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi
Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.
2.5 Patofisiologi
1) Hipertensi Primer
Beberapa teori patogenesis hipertensi primer meliputi:
o Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
o Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
o Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal dan
pembuluh darah
o Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.
Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau
kekurangan elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri
periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor generik,
obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor, feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.
2.8 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah <140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal, proteinuria) < 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
Alogaritma penanganan hipertensi dimulai terlebih dahulu dengan perubahan lifestyle
atau gaya hidup. Perubahan lifestyle yang dapat menimbulkan penurunan terhadap tekanan
darah.
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah yang diinginkan
(TD <140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat diabetes/ penyakit ginjal kronis dan tekanan
darah <130/80 mmHg pada seseorang dengan diabetes/ penyakit ginjal kronis), maka
selanjutnya kita mulai terapi inisial dengan obat antihipertensi oral. Untuk keperluan
pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan pertimbangan khusus yaitu
kelompok indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lainnya.
Indikasi yang memaksa meliputi:
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang.
Keadaan khusus lainnya meliputi:
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolik
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi.
Pada pasien hipertensi tanpa kondisi medis yang memaksa, penatalaksanaan obat anti
hipertensi dibagi berdasarkan derajat tekanan darahnya. Pada hipertensi derajat 1 regimen
pengobatan dilakukan dengan menggunakan diuretik jenis Thiazid untuk sebagian besar
kasus, dan dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi. Sedangkan pada
hipertensi derajat 2 digunakan kombinasi 2 jenis obat untuk sebagian besar kasusnya,
umumnya diuretic jenis thiazid dan ACEI atau ARB atau CCB. Sedangkan pada pasien
dengan indikasi medis yang memaksa dan antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, CCB)
sesuai dengan kebutuhan.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
JNC 7, yaitu:
Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo
Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker
(ARB)
Tatalaksana Hipertensi menurut JNC 7, meliputi:
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target
tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari.
2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a) Otak : Stroke
b) Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c) Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d) Paru-paru : Edema paru
e) Ginjal : Penyakit ginjal kronik
f) Sistemik : Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
2.10 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat
menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada
jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi
adalah mendeteksi dan mengobati sebelun kerusakan terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat
diseluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evalution, and
Treatment of Hight Blood Pressure). Menurut kriteria JNC VII, pasien dengan hipertensi
dibagi menjadi normal, pre hipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala
ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan
dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak
jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi disebut silent
killer. Deteksi dini penting dilakukan untuk mencegah timbulnya berbagai komplikasi.
Apabila sudah di diagnosis dengan hipertensi, seorang pasien harus diedukasi dengan baik
mengenai pengaturan pola hidup yang benar selain dari terapi dengan medikamentosa.
3.2 Saran
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan pola
hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan yang
berisiko meningkatkan tekenan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan nutrisi
yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak terjadi
obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi alkohol.
Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisyah, Enny Probosari. 2019. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus L)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita 40-60 Tahun.
Volume 3, Nomor 4, Halaman 818-823
2. Baradero Marry, Marry Wilfrid Dayrit, dan Yakobus Siswadi. 2020. Gangguan
Kardiovaskular:. Jakarta: EGC.
3. Gunawan, Lany. 2021. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta: Kanisius
4. Herdman, T. Heather. 2020. Diagnosis Keperawatan NANDA: definisi dan klasifikasi
2009-2011, alih Bahasa: Made Sumarwati (et. al). Jakarta: EGC
5. Jackson M. dan Lee Jackson. 2019. Seri Panduan Praktis: Keperawatan Klinis. Jakarta:
Erlangga
6. Sigarlaki, Herke J.O. 2019. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di
Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Vol. 10,
No. 2, Hal. 78-88.