Anda di halaman 1dari 124

Persiapan OSCE UKMPPD

Interna 1
Mediko made the med-easy!
Pulmonologi
Anamnesis
Pemeriksaan Umum
Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi
Anamnesis
Anamnesis Tambahan : Kasus Non-KGD

Riwayat Penyakit Keluarga


(+) Riwayat keluhan serupa ?
(+) Riwayat penyakit jantung, DM,
hipertensi ?
(+) Riwayat batuk lama ? (Curiga Infeski
paru)

Riwayat Pribadi/Sosial
(+) Riwayat kebiasaan merokok ?
(+) Riwayat kebiasaan minum alcohol ?
(+) Riwayat paparan asap rokok (perokok
pasif), debu/asbes ?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Bagian Leher
Pemeriksaan Fisik : Inspeksi Keadaan Umum terkait
Pernapasan
1. Inspeksi lesi pada dinding toraks, kelainan bentuk toraks, sifat, dan pola napas.
2. Menilai ada tidaknya sesak.
3. Menilai ada tidaknya napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi
otot interkostal.
4. Menilai sianosis perifer (warna kulit, bibir, kuku kebiruan), warna kulit pucat atau tidak.
5. Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu napas m.sternokleidomastoideus,
dan suprasternal
6. Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher
7. Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan Fisik Pulmonologi
(Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi)
Bagian Anterior
Pemeriksaan Fisik : Inspeksi Thoraks Anterior
1. Inspeksi bentuk toraks dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan diameter
sagital, serta besar sudut angulus costae.
2. Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga
3. Inspeksi kelainan lain (ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, atau spider
nevi).
4. Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan
5. Menilai frekuensi napas dalam 1 menit.
6. Menilai kedalaman pernapasan
Pemeriksaan Fisik Temuan pada Inspeksi Thoraks
Anterior
Temuan normal
• Dada simetris dan diameter
anteroposterior lebih kecil
dibandingkan dengan diameter
lateral

Temuan abnormal
• Barrel shaped : PPOK berat
• Pectus carinatum / pigeon chest :
asma berat, osteomalasia, ricketsia
• Pectus excavatum / Funnel chest
Pemeriksaan Fisik Palpasi Thoraks
Palpasi Thoraks Anterior
1. Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai sela iga, ada
tidaknya emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.
2. Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dengan meletakkan
kedua telapak tangan pada toraks kiri dan kanan dengan kedua ibu
jari saling bertemu dan meminta pasien inspirasi dalam.
3. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan
permukaan palmar pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan
pada toraks anterior kiri dan kanan.
4. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang,
dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang
ditimbulkannya
5. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap
lokasi.
6. Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke
bawah
Pemeriksaan Fisik Perkusi Thoraks
Peruksi Thoraks Anterior
1. Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks paru
(daerah supraklavikula) sampai bawah untuk menilai secara
umum ada tidaknya kelainan
2. Melakukan perkusi secara umum pada seluruh lapang paru
anterior dimulai dari apeks (daerah supraklavikula) secara
berurutan dari toraks kiri ke kanan dan ke bawah (zig-zag)
sampai ke batas toraks bawah dengan perut, serta
dibandingkan setiap langkah perkusi dari tiap-tiap sisi paru.
3. Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup, Titik Perkusi Thorax
pekak, atau timpani

Interpretasi Perkusi Thorax


Pemeriksaan Fisik Perkusi Thoraks
Peruksi Thoraks Anterior : Penentuan Batas Antar Organ
Paru - Hepar
1. Melakukan perkusi di daerah aksila, dengan terlebih dahulu
meminta pasien mengangkat lengan ke atas kepala.
2. Perkusi batas paru-hati: perkusi pada linea midklavikula kanan
secara berurutan dari atas ke bawah hingga adanya
perubahan dari sonor menjadi redup.
3. Memeriksa peranjakan hati dengan meminta pasien untuk
menarik napas dalam lalu menahan napas sebentar.
4. Dari batas paru-hati yang telah ditemukan saat menahan Pemeriksaan Peranjakan Paru-hepar
napas tersebut perkusi kembali diteruskan hingga mendapat
perubahan suara sonor menjadi redup, untuk kemudian
ditentukan berapa jari peranjakan hati yang didapatkan.
Selanjutnya pasien diminta bernapas seperti biasa.
Pemeriksaan Fisik Perkusi Thoraks
Peruksi Thoraks Anterior : Penentuan Batas Antar Organ
Paru - Lambung
1. Perkusi batas paru–lambung: perkusi pada linea aksilaris
anterior kiri secara berurutan dari atas ke bawah ke arah
kaudal hingga ada perubahan dari sonor menjadi timpani
(lambung kosong) atau redup (lambung terisi).
2. Menentukan batas paru-lambung
Pemeriksaan Fisik Auskultasi Thoraks
1. Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai
dari apeks paru ke bawah, kiri, dan kanan,
dibandingkan setiap langkah, serta meminta
pasien untuk menarik napas dalam.
2. Menentukan suara napas pokok: vesikuler,
bronkovesikular, bronkial, trakeal.
3. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan:
ronki basah, ronki kering, bunyi gesekan pleura,
wheezing.

Titik Auskultas Thorax Anterior


Pemeriksaan Fisik Auskultasi Thoraks
Suara Paru Normal

Suara Tambahan Abnormal :


Wheezing :
Suara mengi, eksperium memanjang
Ronhki :
1. Ronki kering
2. Ronki basah
❑RBK
❑RBH
Bagaimana Cara membedakannya?
Pemeriksaan Fisik Pulmonologi
(Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi)
Bagian Posterior
Pemeriksaan Fisik Temuan pada Inspeksi Thoraks
Posterior
Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau benjolan pada
tulang belakang.
Pemeriksaan Fisik Temuan pada Palpasi Thoraks
Posterior
1. Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior untuk menilai ada
tidaknya emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.
2. Melakukan pemeriksaan ekspansi pada toraks posterior dengan
meletakkan kedua telapak tangan pada toraks belakang kiri dan
kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta pasien
inspirasi dalam mulai dari bawah skapula.
3. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan
permukaan palmar pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan pada
toraks posterior kiri dan kanan
4. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan
merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya
5. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap
lokasi.
Pemeriksaan Fisik Temuan pada Perkusi Thoraks
Posterior
1. Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks paru
(daerah atas skapula) sampai kebawah (interskapula terus ke
bawah skapula) untuk menilai ada tidaknya kelainan.
2. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi
pemeriksaan dengan ladder like pattern.
3. Perkusi batas toraks posterior: perkusi pada garis skapula
kanan dan kiri untuk mencari batas toraks posterior kanan
dan kiri, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai
dari vertebra prominens (C7).
4. Perkusi batas toraks posterior kanan: perkusi pada linea
skapula kanan secara beraturan ke arah kaudal dengan
meletakkan jari plesimeter pada arah tegak lurus terhadap
gerak perkusi dengan gentle, menentukan adanya
perubahan dari sonor menjadi redup.
5. Perkusi batas toraks posterior kiri: perkusi pada linea skapula Titik Perkusi Thorax
kiri ke arah bawah dengan menentukan adanya perubahan
dari sonor menjadi redup (biasanya setinggi torakalis 10).
Pemeriksaan Fisik Temuan pada Auskultasi
Thoraks Posterior
1. Melakukan auskultasi paru secara sistematis
2. Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula),
daerah interskapula terus ke bawah.
3. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern
(bila perlu pasien diminta bernapas lebih dalam).

Titik Auskultasi Thorax


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang :
Contoh Gambaran Abnormal

TBC Paru
Pemeriksaan Penunjang :
Spirometri

Interpretasi Spirometri
Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
1 Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan
2 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
3 Meminta pasien untuk melepaskan baju atas dan berbaring dokter berdiri di sisi
kanan pasien
Inspeksi
Statis → Anterior
4 Inspeksi bentuk toraks dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan
diameter sagital, serta besar sudut angulus costae.
5 Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga
6 Inspeksi kelainan lain (ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, atau
spider nevi).
Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Statis → Posterior
7 Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang
atau benjolan pada tulang belakang.

Dinamis
8 Tentukan jenis pernapasan apakah ada pernapasan abnormal seperti Kusmaull,
cheyne stokes, biot, apneu, dll)
9 Hitung frekuensi pernapasan
10 Bandingkan pergerakan dinding toraks kiri dan kanan apakah sama atau ada
pergerakan salah satu dinding toraks yang tertinggal
Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Palpasi
11 Apakah ada massa di dinding toraks, apakah ada nyeri tekan lokal, dan apakah
ada krepitasi yang menunjukkan emfisema subkutis

12 Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga toraks (pemeriksa


menempelkan tangan pada dinding toraks bagian bawah dengan kedua ibu jari
bertemu pada garis mid sternalis dan jari lain mengarah ke sisi kiri dan kanan
dinding toraks, kemudian pasien diminta inspirasi dalam sambil pemeriksa
memperhatikan pergerakan dari kedua ibu jarinya apakah pergerakan simetris
atau ada yang tertinggal
13 Melakukan palpasi pada permukaan dinding toraks untuk menilai fremitus taktil
mulai dari bagian apeks, medial dan basal. Bandingkan kiri dan kanan secara
simetris sambil pasien diminta untuk mengucapkan kata “sembilan puluh
sembilan” atau “iiiiiii..
Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Perkusi (Anterior)
14 Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks paru (daerah supraklavikula)
sampai bawah untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan

15 Melakukan perkusi secara umum pada seluruh lapang paru anterior dimulai dari
apeks (daerah supraklavikula) secara berurutan dari toraks kiri ke kanan dan ke
bawah (zig-zag) sampai ke batas toraks bawah dengan perut, serta dibandingkan
setiap langkah perkusi dari tiap-tiap sisi paru.
16 Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup, pekak, atau timpani

17 Pemeriksaan Batas Paru-Hepar

18 Pemeriksaan Batas Paru- Lambung


Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Perkusi (Posterior)
19 Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks paru (daerah atas skapula)
sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula) untuk menilai ada tidaknya
kelainan.
20 Membandingkan paru posterior kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
dengan ladder like pattern.
21 Perkusi batas toraks dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari
vertebra prominens (C7).
22 Perkusi batas toraks kanan: perkusi pada linea skapula kanan secara beraturan ke
arah kaudal menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi redup.
23 Perkusi batas toraks kiri: perkusi pada linea skapula kiri ke arah bawah dengan
menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi redup (biasanya setinggi
torakalis 10).
Checklist Pemeriksaan Pulmonologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Auskultasi

24 Melakukan auskultasi paru secara sistematis


25 Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula), daerah interskapula terus ke
bawah.
26 Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan dengan
ladder like pattern (bila perlu pasien diminta bernapas lebih dalam).
Persiapan OSCE
Interna 1
Pemeriksaan Jantung
Mediko made the med-easy!
Jantung
Anamnesis
Pemeriksaan Umum
Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi
Lain-lain (JVP dan Refluks Hepato-Jugular)
Penunjang : Elektrokardiogram (EKG)
Anamnesis
Palpitasi
Berdebar-debar → sensasi kurang nyaman akibat pasien merasakan denyut
jantungnya. Palpitasi dapat terjadi karena denyut yang tidak teratur, karena denyut
yang lebih cepat atau lebih lambat atau karena peningkatan kontraktilitas otot
jantung.

Dyspnea

Sesak nafas → sensasi kurang nyaman saat bernafas karena pasien merasakan
harus berusaha lebih keras untuk bernafas. Orthopnea → dispnea yang terjadi saat
pasien berbaring dan membaik bila pasien duduk.
Anamnesis
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Episode dispnea atau orthopnea mendadak yang membangunkan pasien dari tidur,
biasanya terjadi 1- 2 jam setelah pasien tertidur

Edema
Akumulasi cairan secara berlebihan dalam jaringan interstitial.
Pemeriksaan Umum
1. Bagaimana keadaan umum pasien?
2. Tampak Sianosis? Bengkak? Sesak? Nyeri
Dada?
3. Bekas operasi?
Pemeriksaan Umum

Xanthelasma Xanthelasma & Corneal arcus

• Mata : konjungtiva pucat? Xanthelasma? Corneal ring?


• Pipi : malar flush
• Bibir : sianosis?
• Mukosa mulut: sianosis central?
Pemeriksaan Umum : Denyut Nadi
Pemeriksaan Fisik : Inspeksi Thorax (Lengkap : Lihat pada
segmen Pemeriksaan Pulmonologi)

Pulsasi
Pemeriksaan Fisik : Palpasi Iktus Kordis

Palpasi di seluruh dinding dada, cari impuls. Palpasi iktus kordis


dalam 3 posisi :
1. Supinasi
2. LLD
3. Duduk saat bungkuk ke depan
Pemeriksaan Fisik : Palpasi Iktus Kordis

Cardiac apex beat pada SIC V linea


midclavicular 2 cm ke arah medial
Pemeriksaan Fisik : Perkusi Jantung
Pemeriksaan Fisik : Auskultasi Jantung
Pemeriksaan Fisik : Identifikasi Bunyi Jantung

Bunyi Tambahan Khas


1. BJ 3 : ventrikel hipertrofi/dilatasi
2. BJ 4 : atrial gallop
3. Opening snap : stenosis mitral
4. Pericardial friction rub : pada perikarditis
Pemeriksaan Fisik : Identifikasi Bising dan Derajat
Bising
Identifikasi Bising, perhatikan :
1. Lokasi bising
2. Waktu bising (S1/S2)
3. Derajat bising
4. Kualitas bising (crescendo, snap dll)
Pemeriksaan Vena Jugularis
Pemeriksaan Vena Jugularis

Contoh JVP abnormal


Pemeriksaan Refluks Hepato-Jugular
Pemasangan Elektrokardiogram (EKG)

Pemasangan Lead Pre-Kordial

Pemasangan Lead Ekstermitas


Urutan Pembacaan Elektrokardiogram (EKG)
Pembacaan Elektrokardiogram (EKG)
Gelombang P
Mengenali gelombang pada Hasil EKG Merupakan gambaran depolarisasi dari atrium.
Gelombang P normal adalah :
a. Lebar < 3 kotak kecil (0,12 detik)
b.Tinggi < 3 kotak kecil (0,3 mV)
✓ P selalu diikuti QRS
✓ Arah selalu Positif di lead II
✓ Arah selalu Negatif di lead AVR

Interval PR
Diukur dari awal gelombang P sampai awal gelombang QRS.
Interval PR normal adalah :
✓ 3-5 kotak kecil
✓ (0,12 – 0,20 detik)
`
Pembacaan Elektrokardiogram (EKG)
Gelombang QRS
Mengenali gelombang pada Hasil EKG ✓ Durasi /lebarnya tidak melebihi 3 kotak kecil (0,12 detik)
✓ Tidak ada gel Q patologis (kecuali di aVR dan V1)
✓ Q patologis : dalamnya > 25% gel R dan lebarnya > 1
kotak kecil

Segmen ST
✓ Akhir QRS hingga awal gelombang T
✓ Normal : Isoelektris
✓ ST depresi atau ST elevasi : pada AMI

Gelombang T
✓ Mempunyai makna sebagai repolarisasi ventrikel.
✓ Positif di semua lead kecuali aVR dan V1
✓ Amplitudo umumnya tidak melebihi 2/3 gelombang R
atau < 5 mm di limb lead dan < 15 mm di prekordial
lead.
Pembacaan Elektrokardiogram (EKG)
Menentukan Aksis Jantung pada Hasil EKG

Axis jantung dapat


ditentukan salah
satunya dengan melihat
arah defleksi pada lead
I dan aVF
Menentukan Aksis Jantung pada Hasil EKG

Pada EKG ini Lead II didapatkan


hasil posistif dan lead 2
didapatkan hasil negatif
sehingga deviasi ke arah kiri
Abnormalitas Pada Hasil Elektrokardiogram
(EKG)
Kelainan Gelombang

P Mitral P Pulmonal
Abnormalitas Pada Hasil Elektrokardiogram
(EKG)
Kelainan Irama
Sinus Takikardi
Laju : >100x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Normal
Interval PR : Normal
Durasi QRS : Normal

Supraventrikular Takikardi
Laju : 150-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : Sulit dinilai
Durasi QRS : Pendek

Atrial Fibrilasi
Laju : >350x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : sulit dinilai
Durasi QRS : pendek
Atrial fibrilasi dapat menyebabkan emboli yang dapat menjadi stroke dsb
Ventrikular takikardi
Laju : 100-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Durasi QRS : memanjang

Torsades De Pointes
Laju : 200-250x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Durasi QRS : memanjang

Ventrikular Fibrilasi
Laju : Tidak dpt dinilai
Irama : kacau
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Durasi QRS : tidak ada
Kelainan Lain-lain : Tipe PVC/VES
Checklist Pemeriksaan Kardiologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
1 Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan
2 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
3 Meminta pasien untuk melepaskan baju atas dan berbaring dokter berdiri di
sisi kanan pasien
Inspeksi
4 Menilai simetri dinding dada dan mengidentifikasi abnormalitas
5 Mencari iktus kordis
6 Palpasi
7 Melakukan palpasi iktus kordis (posisi supinasi, left lateral decubitus, posisi
duduk sedikit membungkuk ke depan)
8 Melaporkan hasil pemeriksaan iktus kordis (lokasi, diameter, amplitudo,
durasi) dan melaporkan ada/tidaknya thrill
Checklist Pemeriksaan Kardiologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
9 Perkusi
10 Melakukan Pemeriksaan Batas Jantung
11 Melaporkan hasil pemeriksaan batas jantung - Batas kiri redam jantung -
Batas kanan redam jantung
Auskultasi
Mengidentifikasi dan melaporkan bunyi jantung normal
12 Melakukan teknik auskultasi jantung dengan benar (posisi pasien : supinasi,
left lateral decubitus, posisi duduk sedikit membungkuk ke depan)
13 Mengidentifikasi bunyi jantung normal
14 Melaporkan bunyi jantung normal (BJ1 dan BJ2, intensitas, adanya splitting)
Checklist Pemeriksaan Kardiologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Auskultasi
Mengidentifikasi dan melaporkan bunyi tambahan
15 Mengidentifikasi bunyi tambahan (BJ3, BJ4, opening snap, klik ejeksi,
ketukan perikardial, pericardial friction rub)
16 Menilai dan melaporkan karakteristik bunyi tambahan (lokasi, kapan
terjadinya, intensitas, nada (pitch) dan pengaruh respirasi terhadap bunyi
tersebut)
Mengidentifikasi dan melaporkan bising jantung
18 Menilai dan melaporkan karakteristik bising jantung (kapan terdengar,
bentuk, lokasi di mana bising terdengar paling keras, radiasi/ transmisi bising
dari tempatnya paling keras terdengar, intensitas bising, nada dan derajat
bising).
Checklist Pemeriksaan Kardiologi
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Pemeriksaan JVP
19 Pada posisi setengah duduk 45 derajat (dalam keadaan rileks) titik perpotongan
vena jugularis dengan klavikula akan berada pada bidang horizontal kira-kira 5 cm
diatas titik nol
20 Pengukuran dilakukan dari titik yang berada kira-kira pada perpotongan antara garis
mid-aksiler dengan garis tegak lurus sternum pada level angulus Ludovici.
Pemeriksaan Refluks Hepato-Jugular
22 Menekan area kuadran kana atas dengan telapak tangan

23 Mengamati Peningkatan JVP dan menginterpretasikan hasil

24 Mencuci tangan sesudah melakukan pemeriksaan


Checklist Pemeriksaan dan Interpretasi EKG
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Pemeriksaan EKG
1 Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan
2 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

3 Persiapan probandus/pasien
a. Bila menggunakan perhiasan/logam/gawai supaya dilepas
b. Pasien diminta membuka baju bagian dada
c. Pasien disuruh tidur terlentang
d. Pasien diusahakan untuk tenang, bernafas tenang, selama proses
perekaman tidak boleh bicara
e. Bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan kapas beralkohol
f. Oleskan pasta EKG pada elektroda
Checklist Pemeriksaan dan Interpretasi EKG
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback
Pemeriksaan EKG
4 Memasang Lead ekstremitas bipolar dan unipolar
5 Memasang Lead prekordial
a) Pasang lead V1
b) Pasang lead V2 1
c) Pasang lead V3 1
d) Pasang lead V4 1
e) Pasang lead V5 1
f) Pasang lead V6
6 Melepas semua lead dan membersihkan sisa pasta EKG dengan kapas
beralkohol
Checklist Pemeriksaan dan Interpretasi EKG
No Aspek Keterampilan Klinis Feedback No Aspek Keterampilan Klinis Feedbac
k
Interpretasi EKG
Interpretasi EKG
1 Irama jantung
12 Gelombang T
2 Frekuensi denyut jantung
13 Gelombang U
3 Aksis jantung
14 Interval QT
4 Transitional zone
15 Kesimpulan interpretasi
5 Durasi gelombang P
6 Amplitudo glombang P
7 Interval P-R
8 Morfologi kompleks QRS
9 Durasi kompleks QRS
10 Gelombang Q
11 Segmen ST
Contoh Skenario Kasus
PULMONOLOGI- JANTUNG - HEMATOLOGI
KELUAR DI OSCE FEBRUARI 2022!!
Kasus Pulmonologi 1
Seorang anak perempuan usia 5 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas
setelah mengkonsumsi selai kacang., menurut keluarga pasien pernah di rawat inap
akrena asma. Pada saat dibawa ke IGD pasien di gendong oleh ayahnya, saat diperiksa
pasien hanya mau duduk membungkuk sambil terengah-engah

a. Anamnesis (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

b. Pemeriksaan fisik (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

c. Pemeriksaan penunjang → Lakukan pembacaan spirometri pada slide selanjutnya

d. Tatalaksana awal
Asma
• Adanya inflamasi jalan nafas yang menyebabkan hiperreaktivitas dan obstruksi dengan derajat yang
bervariasi; reaksi hipersensitivitas tipe I
• Ciri khas → timbul kronik/berulang, gejala berfluktuasi, memberat pada malam/dini hari, timbul
bila ada pencetus (allergen)
• Manifestasi klinis → batuk wheezing, sesak nafas, rasa tertekan

Konfirmasi limitasi paru → Spirometri


• FEV1 < 80% nilai prediksi
• Uji reversibilitas (pasca bronkodilator) →
peningkatan FEV1 >12%
• Variabilitas → Perbedaan PEFR harian >13 %
• Uji provokasi (dengan cairan hipertonik) →
penurunan FEV1 >20% atau penurunan PEFR
>15%
Pemeriksaan Spirometri
Forced Expiratory Volume (FEV) Klasifikasi VCR FEV1R
• Adalah kapasitas persatuan waktu.
• FEV1 : Kapasitas vital dalam 1
detik yaitu perpotongan FEV Obstruksi ≥ 80 % ≤ 70 %
yang terbentuk dengan garis
waktu 1 detik.
• FEV2 : Kapasitas vital dalam 2 Restriksi ≤ 80 % ≥ 70 %
detik yaitu perpotongan FEV
yang terbentuk dengan garis
waktu 2 detik Campuran ≤ 80 % ≤ 70 %

Nomal ≥ 70 %
Interpretasi Spirometri
KELUAR
KELUARDI
DIOSCE
OSCEFEBRUARI
FEBRUARI2022!!
2022!!

Derajat serangan asma Klasifikasi kekerapan serangan asma


Tatalaksana serangan asma

(lanjutan)
Tatalaksana Asma :
• Reliever : bekerja pada saluran nafas yang
menyebabkan spasme otot polos saluran
napas, bekerja sebagai bronkodilator dan
dipakai saat serangan.
• Kontroler : mengontrol inflamasi atau
memperpanjang waktu bronkodilatasi.
Meredakan edema mukosa, sekresi lender
dan menurunkan iritabilitas bronkus. Dipakai
secara regular.
Derajat Kontrol Asma
Peresepan
Kasus Pulmonologi 2
Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang
lalu. Empat hari sebelumnya pasien melaporkan demam sepanjang hari dan berkurang
setelah minum parasetamol. Pasien juga mengeluh batuk namun tidak bisa keluar
dahak. Keluhan sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi

a. Anamnesis (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

b. Pemeriksaan fisik (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

c. Pemeriksaan penunjang → Lakukan pembacaan radiologi pada slide selanjutnya

d. Tatalaksana awal
Pneumonia
Diagnosis Pneumonia
Pilihan Antibiotik Oral
Kasus Jantung 1
Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri. Nyeri dada kiri dirasakan
terus-menerus tidak membaik dengan istirahat. Nyeri dada seperti ditindih oleh
beban berat. Pasien mempunyai riwayat diabetes dan cholesterol yang tidak
terkontrol.

A. Anamnesis (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

B. Pemeriksaan fisik (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

C. Pemeriksaan penunjang → Lakukan pembacaan EKG pada slide selanjutnya

D. Tatalaksana awal
Algoritma
Diagnosis
Tatalaksana
Awal
Kasus Jantung 2
Seorang pria usia 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas setelah
menaiki tangga 3 lantai. Keluhan sudah pernah dirasakan sejak lama hilang
timbul sejak 4 bulan yang lalu namun tidak diobati. Pasien merupakan seorang
penderita hipertensi selama 10 tahun yang tidak rutin konsumsi obat.

a. Anamnesis (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

b. Pemeriksaan fisik (Lihat pada slide segmen Pemeriksaan Jantung)

c. Pemeriksaan penunjang → Lakukan pembacaan EKG pada slide selanjutnya

d. Tatalaksana awal
Gagal Jantung Akut Miokard Infark Hipertensi
Hematologi
Case-Based Learning
Checklist Lingkup Pemeriksaan Hematologi
No Keterampilan Feedback
1 Anamnesis kasus : Anemia Defisiensi Besi, Thalasemia (Case-Based
Learning)
2. Pemeriksaan konjungtiva dan sklera
3. Pemeriksaan Bercak merah di Kulit
4. Pemeriksaan Rumple Leed
5. Permintaan Pemeriksaan Penunjang sesuai diagnosis dan diagnosis
banding
Pemeriksaan Konjungtiva dan Sklera

Sklera Ikterik Konjungtiva Anemis


Pemeriksaan Bercak Kulit

Gambaran Klinis
Langkah Pemeriksaan Rumple Leed

Interpretasi
Positif : 10 atau lebih petekie dalam
area dengan diameter 2,5 cm
Kasus Hematologi 1
Seorang perempuan berusia 10 tahun datang ke poli dengan keluhan lemas. Pasien juga
mengeluh mual muntah dan nafsu makan menurun serta seluruh badan menguning.
Anak sering transfuse, Ibu ada keluhan serupa. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
TD 110/80 mmHg, HR 85x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu 36,5 C . Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva anemis, ikterik, hepar teraba 4 cm dibawah arcus costae. Diskusi
kasus

a. Usulan pemeriksaan penunjang

b. Diagnosis dan diagnosis banding

c. Tatalaksana

d. Edukasi
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium didapatkan Hb 6, leukosit 5.600 MCV 85, MCH 30

• Hb elektroforesis +
• Diagnosis?
Kasus Hematologi 2
An. Laki-laki 6 tahun dikelukan lemas dan pucat selama 1 bulan terakhir. Pasien
sulit makan dan tidak menyukai sayuran maupun daging. Hasil pemeriksaan
didapatkan TD: 95/70mmHg, N 90x/menit, RR 26x/menit, T 36,7oC, konjungtiva
anemis, atrofi papil lidah Diskusi kasus

a. Usulan pemeriksaan penunjang

b. Diagnosis dan diagnosis banding

c. Tatalaksana

d. Edukasi
Pemeriksaan Penunjang → Deskripsikan hasil GDT
• Laboratorium didapatkan Hb : 6,6 g/dl, leukosit 4100, trombosit 389.000 MCV 68, MCH 19,
MCHC 22.

• Diagnosis?
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Pendekatan Diagnosis
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
Gejala anemia + Gejala khas yaitu
adanya glossitis/atrofi papil lidah, pica,
koilonychia, (spoon nail), keilitis
angularis

Atrofi Papil Koilonichia Angular cheilitis


Respon parameter lab terhadap besi
Respon Terhadap Terapi Mulai Terapi
Dalam pengobatan dengan preparat besi, seorang pasien
dinyatakan memberikan respon baik bila retikulosit naik
pada minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke 10
Gejala Klinis
dan normal lagi setelah hari ke 14. Diikuti kenaikan Hb
0,15 g/hari atau 2g/dl setelah 3-4 minggu.

Retikulosit 🡩 4-7 hari

Hemoglobin 🡩 2 minggu

Hemoglobin 4-10
normal minggu

Anda mungkin juga menyukai