Anda di halaman 1dari 22

Keperawatan Degeneratif : Keperawatan Hipertensi

Andi Fajriansi
Sejarah Hipertensi
• William Harvey, 1578-1657 : menjelaskan tentang sirkulasi darah atau
kardiovaskuler dalam bukunya berjudul De Otu Ordis (pergerakan
jantung dan darah)

• Pendeta Inggris, Stephen hales (1733) membuat publikasi pertama


mengenai tekanan darah

• Thomas young (1808) dan Richard Bright (1836) mendeskripsikan


hipertensi sebagai suatu penyakit
• Frederick Akbar Mahomed (1849-1884) melaporkan tentang tekanan
darah yang meningkat pada seseorang tanpa bukti adanya penyakit ginjal

• Scipione Riva-Rocci (1896) menemukan sfigmomanometer dengan


manset.

• Nikolai Korotkoff (1905) mengembangkan pengukuran tekanan darah


dengan mendeskripsikan bunyi Korotkoff yang terdengar saat arteri
diauskultasi dengan stetoskop pada saat manset sfigmomanometer
dikempiskan
• Pada abad 19 dan 20 sebelum adanya terapi farmakologi yang efektif
untuk hipertensi digunakan 3 modalitas pengobatan, yaitu :

1. Pembatasan ketat konsumsi natrium

2. Simpatektomi (ablasi bedah pada bagian sistem saraf simpatis)

3. Terapi pirogen (penyuntikan zat yang menyebabkan demam,


secara tidak langsung menurunkan tekanan darah.
• Tahun 1900, zat kimia pertama untuk hipertensi yaitu Natrium tiosianat
namun memiliki banyak efek samping sehingga kurang disukai.

• Setelah perang dunia ke 2, obat untuk hipertensi yang paling disukai dan
cukup efektif yaitu Tetrametilamonium klorida dan turunannya
heksametonium, hidralazin dan reserpin .

• Pada tahun 1958, ditemukan obat oral pertama yang dapat ditoleransi
dengan baik yaitu klorotiazid yang dikembangkan dari antibiotik
sulfanilamid. Obat ini meningkatkan eksresi garam dan mencegah
akumulasi cairan
Definisi Hipertensi

• Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi arteri

• Kondisi medis dengan tekanan darah di arteri meningkat

• Tekanan darah melibatkan 2 pengukuran , sistolik dan diastolik

• Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik

lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017)


Klasifikasi Hipertensi

• Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health


Organization-International Society of Hypertension) dan ESH-ESC
(european society of hypertension-european society of cardiology),
2014
Klasifikasi tekanan Tekanan darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
darah
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC

Optimal <120 <120 <80 <80


Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 140-159 90-99 90-99
(ringan)
Cabang: Perbatasan 140-149 90-94
Hipertensi kelas 2 160-179 160-179 100-109 100-109
(sedang)
Hipertensi kelas 3 ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
(Berat)
Hipertensi Sistolik ≥140 ≥180 <90 <90
terisolasi

Cabang: perbatasan 140-149 <90


Menurut American heart Association dn Joint National
Comitte VIII (AHA & JNC VIII), 2014
Klasifikasi Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 ≥160 ≥100

Hipertensi Krisis > 180 >110


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal 120-129 80-89

Normal tinggi 130-139 89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥120

Hipertensi derajat 3 >180 >110


Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada JNC VIII
(2014)

• MAP singkatan dari Mean Arterial Pressure


• MAP adalah hasil rata-rata tekanan darah arteri yang dibutuhkan
untuk sirkulasi darah sampai ke otak.
• Normalnya MAP yaitu 70-100 mmHg.
• Apabila < 70 mmHg atau > 100 mmHg maka tekanan darah arteri itu
harus diseimbangkan dengan meningkatkan atau menurunkan
tekanan darah orang tersebut (Wahyuningsih, 2016;Baird 2016)
• Rumus menghitung MAP :
MAP = sistol + 2 (diastol)
3

Kategori Nilai MAP 9mmHg)


Normal <93
Pre Hipertensi 93-105
Hipertensi stage 1 106-119
Hipertensi stage 2 120 atau >120
Hipertensi krisis 133 atau > 133
Hipertensi berdasarkan penyebab terjadinya

A. Hipertensi Primer ( esensial )

Paling sering terjadi pada populasi dewasa antara 90-95%

Tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi dan


kemungkinan bersifat multifaktor

Tidak bisa disembuhkan akan tetapi dapat dkontrol dengan terapi


yang tepat

Genetik berperan penting.


B. Hipertensi Sekunder

Penyebab yang spesifik seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan,

medikasi tertentu,dll

Bisa bersifat akut yang menandakan adanya perubahan pada curah

jantung
Hipertensi berdasarkan faktor resiko

A. Tidak dapat diubah

Keturunan

Usia
B. Dapat diubah

Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat meyebabkan


tubuh menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah

Kolesterol, kandungan lemak yang berlebihan dalam darah


menyebabkan timbungan kolestelor pada dinding pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya akan
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.
Kafein, kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap cangkir
kopi mengandung 75-200mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan
darah 5-10 mmHg

Alkohol,alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan
menyebabkan tekanan darah meningkat

Obesitas, orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi

Kurang olahraga, kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan


tekanan darah meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah
tinggi namun tidak dianjurkan olahraga berat
Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah
berlalu maka tekanan darah akan kembali normal

Kebiasaan merokok, nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan


katekolamin. Katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokontriksi
yang kemudian meningkatkan tekanan darah

Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme renin-


aldosteron-mediate volume expansion. Penghentian penggunaan kontrasepsi
hormonal dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal kembali.
EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
SECARA GLOBAL

• Diperkirakan lebih dari 1 miliar orang mengalami peningkatan tekanan darah


yang masuk kriteria hipertensi

• Prevalensi hipertensi yang tinggi konsisten pada seluruh golongan


sosioekonomi

• Prevalensi yang meningkat seiring bertambahnya usia, dapat mencapai 60 %


pada populasi dengan usia lebih dari 60 tahun

• Diperkirakan jumlah pasien hipertensi akan meningkat sekitar 15-20% hingga


mencapai 1.5 miliar pada tahun 2025
SECARA INDONESIA

• Berdasarkan laporan nasional Riset Kesehatan Dasar 2018 terhadap 658.201


subjek penelitian dari seluruh provinsi di Indonesia, prevalensi hipertensi
menurut diagnosis dokter pada populasi dewasa berada pada angka 8,36%.

• Angka ini terlampau jauh dari prevalensi hipertensi berdasarkan hasil


pengukuran tekanan darah yang berada pada angka 34,11%

• Data ini menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi yang belum terdeteksi di


masyarakat Indonesia.

• Kepatuhan minum obat secara rutin pada subjekvyang telah didiagnosis


hipertensi hanya berada pada 54,40%
• Hipertensi tidak langsung menjadi penyebab kematian pada
penderitanya, melainkan menjadi faktor yang sangat penting dalam
peningkatan kejadian penyakit kardio-serebrovaskular.

• Hal ini menyebabkan mortalitas hipertensi secara global menjadi


sangat tinggi, di mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dikaitkan
dengan 14,0% dari seluruh kematian di dunia.

• Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg juga dikaitkan dengan 40,1%


mortalitas akibat penyakit jantung iskemik, 38,1% mortalitas akibat
stroke iskemik, dan 42,5% mortalitas akibat stroke hemoragik.

Anda mungkin juga menyukai