Disusun oleh :
Khairunnisa (41201396100007)
Pembimbing :
RSUP FATMAWATI
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hipertensi” dengan
baik. Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati. Dalam proses penyusunan referat, penulis melibatkan
berbagai pihak yang memberikan semangat, bimbingan, dukungan, bantuan, dan doa, sehingga
penulis dapat menyusun referat ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada pihak yang telah terlibat, di antaranya:
1. dr. Aryan Yohanes, Sp. PD. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu yang sangat bermanfaat,
2. Para konsulen bedah dan staf SMF Ilmu Penyakit Dalam yang tidak dapat disebut satu
persatu yang telah membimbing, memberikan banyak ilmu, membantu, dan menemani
penulis dalam proses pengerjaan referat ini,
3. Teman-teman mahasiswa lain yang belajar bersama dan bertukar ilmu dengan penulis
pada kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun kepada penulis untuk menjadikan referat ini
lebih baik. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademisi, terutama
mahasiswa kedokteran dan ilmu pengetahuan.
Khairunnisa
2
DAFTAR ISI
BAB I………………………………..………………………………………………………. 4
BAB II……………………………………..………………………………………………… 5
DAFTAR PUSTAKA……………….……………………………………………………….28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik sehari-
hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang mengalami hipertensi.
WHO juga mencatat terdapat kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab utama
terjadinya 62% pada kasus cerebrovascular disease dan 49% penyebab terjadinya Penyakit
jantung iskemik. Selain itu, hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti
stroke dan gagal ginjal bila tidak ditangani secara baik.1
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark miokard, gagal
jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan retinopati. Untuk itulah
pentingnya diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas yang akan terjadi atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang sedang
terjadi.1,2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) :
Hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP (Mean Arterial Pressure). Rentang normal
MAP adalah 70-100 mmHg
Normal <93
Table .4 Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada JNC VIII (2014)
7
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis
kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan
nutrisi.2,4
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua
mempunyai hipertensi maka anaknya mempunyai 25% kemungkinan menderita
hipertensi. Jika kedua orang tua mempunyai hipertensi, kemungkinan anaknya
menderita hipertensi 60%.14
- Usia
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
- Jenis kelamin
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
8
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi
pada wanita umur 45-55 tahun.16
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat seperti merokok, kelebihan
berat badan, depresi dan rendahnya status pekerjaan. Pada wanita yang bekerja dapat
disebabkan karena perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.18
Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki – laki, hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada
wanita meningkat seiring dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah
tangga apalagi ibu rumah tangga yang bekerja dengan tingkat stres yang tinggi.18
- Obesitas
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah.9
Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
9
dinding arteri sehingga tekanan darah menigkat. Seseorang yang gemuk lebih mudah
terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun mempunyai risiko
terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang langsing dengan
usia yang sama.
- Merokok
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi
kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang
panjang. Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan lebih
cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatkan
pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan meningkat yang pada
akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan mengakibatkan jantung
berdenyut lebih kuat.9
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkantekanan
darah. Apabila stres berkepanjangan dapatmenyebabkan tekanan darah menetap
tinggi. Bilarespons susunan saraf pusat terhadap stres dapatdimodifikasi,
kemungkinan tekanan darah dapatditurunkan. Stres tidak menyebabkan hipertensi
permanen. Namun, stres berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi
sangat tinggi untuk sementara waktu.19
- Asupan Garam
Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolah raga,
namun jika berolah raga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah
lebih rendah dari pada mereka yang tidak melakukan olahraga.2
- Penggunaan kontrasepsi hormonal
11
Pengguna kontrasepsi oral memiliki peningkatan risiko pengembangan hipertensi
1,8 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakannya. Hipertensi
lebih sering terjadi 2-3 kali pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Risiko
hipertensi meningkat sesuai dengan usia, durasi penggunaan kontrasepsi oral, dan
peningkatan berat badan.
12
Tahanan Perifer.9
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stres,
obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya
tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai
banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha
untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem
yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti
oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan
antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka
panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
13
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.12
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.12
14
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.12
- Otak
Stroke dan Transient Ischemic Attack adalah manifestasi tersering akibat dari
peningkatan tekanan darah. Pada kondisi awal kerusakan dapat terjadi perubahan berupa
15
lesi pada substansi alba otak, mikroinfark, perdarahan kecil, dan atrofi otak yang dapat
dideteksi melalui MRI. MRI dilakukan pada pasien dengan gangguan neurologis,
penurunan kognitif dan hilang ingatan.
- Jantung
Ginjal merupakan salah satu organ target maupun organ penyebab hipertensi.
Kerusakan ginjal dapat terjadi karena proses eksresi sodium yang terganggu, sekresi
renin berlebih, dan aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebih. Menurut Pedoman
Hipertensi dari AHA tahun 2020, pemeriksaan fungsi ginjal berupa pemeriksaan serum
kreatinin dan eGFR serta pemeriksaan albuminuria dengan dipstick atau rasio albumin-
kreatinin dapat dijadikan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi
pada ginjal akibat tekanan darah yang tinggi.
- Arteri
Gangguan pada mata akibat hipertensi terjadi karena kerusakan pada pembuluh darah
mata, diantaranya perdarahan retina, mikroaneurisma dan papilledema. Pemeriksaan
funduskopi dilakukan untuk mendeteksi kerusakan pada pembuluh darah mata.6
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata dua
kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥
140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan.
Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi
manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar. Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi
seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula
darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa
pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto
thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat
dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper
atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3),
hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar
aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na,
penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada
feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom
cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat
dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi.3,4
Gaya hidup sehat dapat mencegah atau memperlambat kenaikan tekanan darah
dan menurunkan risiko kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang dilakukan dan
terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alcohol,
peningkatan konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat
badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok.
- Pembatasan konsumsi garam
Rekomendasi penggunaan natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara
dengan 5-6 gr NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur) dan menghindari
makanan dengan kandungan tinggi garam, seperti kecap, makanan cepat saji dan
makanan olahan.
- Perubahan pola makan
Pengendalian berat badan bertujuan untuk mencegah obesitas. Target berat badan
ideal (IMT 18,5-22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang pada laki-laki <90 cm dan
pada perempuan <80 cm.
- Olahraga teratur
18
- Berhenti merokok
2. Terapi Obat
Salah satu pertimbangan untuk memulai terapi obat adalah nilai ambang
tekanan darah. Menurut Konsesus Hipertensi tahun 2019, terdapat ambang batas
tekanan darah pasien untuk memulai pemberian obat, yaitu :5
Kelompok Ambang batas TDS di klinik untuk inisiasi obat (mmHg) TDD di
Usia Hipertensi +Diabetes +PGK +PJK +stroke/TIA klinik
(mmHg)
18-65 ≥140 ≥140 ≥140 ≥140 ≥140 ≥90
tahun
65-79 ≥140 ≥140 ≥140 ≥140 ≥140 ≥90
tahun
≥80 tahun ≥160 ≥160 ≥160 ≥160 ≥160 ≥90
TDD di ≥90 ≥90 ≥90 ≥90 ≥90
klinik
(mmHg)
Dikutip dari 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines.
- Diuretik5,16
Nama Obat Mekanisme Dosis Pemberian Efek Samping
(mg/hari)
Tiazid Menghambat Gangguan
Hidroklorotiazid transport Na- 12,5 - 25 1x sehari elektrolit
Indapamide Cl di tubulus 1,25 – 2,5 1x sehari (hypokalemia,
distal ginjal, hyponatremia,
sehingga hipomagenesemia,
ekskresi Na+ dan
dan Cl- hiperkalsemia)
meningkat
19
Diuretik Kuat Menghambat Hypokalemia
Furosemid kotransport 20-80 2-3x sehari Hiponatrremia
Na+, K+ Cl-, hiperkalsiuria
dan
menghambat
resorpsi air
dan elektrolit
Diuretik Hemat
Kalium
Amilorid 5-10 1-2x sehari
Spironolakton Antagonis 25-100 1x sehari Ginekomastia,
aldosteron mastodinia,
gangguan
menstruasi,
penurunan libido
pria
Triamteren 25-300 1x sehari
- Penghambat Adrenergik5,16
Nama Obat Mekanisme Dosis Pemberian Efek Samping
(mg/hari)
Beta-Bloker -Penurunan Bradikardia
20
-Efek sentral yang
mempengaruhi
aktivitas saraf
simpatis
- Antagonis Kalsium5,16
(mg/hari)
Amlodipin Menghambat influx 2,5-10 1x sehari Takikardia
Nifedipin Ca pada sel otot 30-60 3-4x Palpitasi
polos pembuluh Hipotensi
sehari
darah dan miokard pada usia
Felodipin 5-10 1x sehari
sehingga terjadi lanjut
relaksasi dan
penurunan resistensi
perifer
- ACE-Inhibitor5,16
Nama Obat Mekanisme Dosis Pemberian Efek Samping
(mg/hari)
Kaptopril Menghambat 12,5-150 2-3x sehari Hipotensi
Enalapril perubahan AI 2,5-40 1-2x sehari Batuk kering
21
Perindopril 4-8 1x sehari
(mg/hari)
Losartan Menghambat 25-100 1-2x sehari Hipotensi
Valsartan efek AngII 80-320 1x sehari Fetotoksik
Candesartan 8-32 1x sehari
Irbesartan 150-300 1x sehari
Telmisartan 20-80 1x sehari
Target tekanan darah pasien berbeda-beda bergantung pada jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko
kardiovaskularnya. Berdasarkan Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019, nilai target tekanan
darah yaitu :
Target TDS (mmHg) Target
Kelompo k Usia
+Stroke/TI TDD
Hipertensi +Diabetes +PGK +PJK
(mmHg)
A
≤130 jika ≤130 jika ≤130 jika ≤130 jika
<140
dapat dapat dapat dapat
18-65 ditoleransi ditoleransi hingga 130 ditoleran ditoleransi,
jika dapat si, tetapi 70-79
, tetapi , tetapi tetapi tidak
tahun
ditoleransi tidak <120
tidak tidak
<120 <120 <120
130-139
130-139 130-139 130-139 130-139
jika dapat
65-79
jika dapat jika dapat jika dapat ditoleransi jika dapat 70-79
tahun ditoleransi ditoleransi ditoleransi ditoleransi
22
130-139
130-139 130-139 130-139 130-139
jika dapat
≥80 tahun jika dapat jika dapat jika dapat ditoleransi jika dapat 70-79
ditoleransi ditoleransi ditoleransi ditoleransi
Target
TDD 70-79 70-79 70-79 70-79 70-79
(mmHg)
Menurut 2020 ISH Global Hypertension Practice Guidelines, target tekanan darah
pada pengobatan hipertensi, yaitu :
(3) Kombinasi beta bloker dengan diuretic ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
denyut jantung.
(4) Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150 mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi dan berisiko sangat
tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
23
(5) Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB),
24
- Hipertensi dengan penyakit ginjal kronik
- Pada penderita PGK, dengan atau tanpa diabetes, modifikasi gaya hidup dan obat
antihipertensi dianjurkan bila tekanan darah klinik ≥140/90 mmHg.
- Penghambat RAS lebih efektif untuk menurunkan albuminuria dibandingkan obat
antihipertensi lain, dan direkomendasikan sebagai bagian strategi penatalaksanaan
hipertensi bila terdapat microalbuminuria atau proteinuria.5
25
- Pada semua pasien dengan LVH, penatalaksanaan yang dianjurkan adalah
penghambat RAS dikombinasikan dengan CCB atau diuretic, dengan target
penurunan TDS sekitar 120-130 mmHg.5
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya
melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam
satu atau dua kali kunjungan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah penyakit jantung
koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronik, dan retinopati. Penyebab terjadinya hipertensi sampai
saat ini belum dapat dipastikan, namun dampak dari hipertensi mengakibatkan morbiditas yang
memerlukan penanganan serius, dan mortalitas yang cukup tinggi sehingga hipertensi disebut sebagai
“the silent killer”. Beberapa faktor yang diketahui menyebabkan terjadinya hipertensi terdiri dari faktor
penyebab yang dapat dimodifikasi (diet, obesitas, merokok, dan penyakit DM) dan faktor penyebab yang
tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin dan genetik). Untuk mendiagnosis hipertensi data
didapat dari anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga,
pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan prosedur diagnostik lainnya. Salah satu tujuan tata laksana
hipertensi adalah untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan
hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan
menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg diharapkan komplikasi akibat hipertensi
berkurang. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok
dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama dengan obat farmakologi.
26
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the management of high blood
pressure in adults-Report from the panel members appointed to the eight joint national commitee.
2014.
2. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Divisi Kardiologi,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta. CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016.
3. Bell K, Twiggs J, Olin BR. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guidline
Recomendation. Continuing Education. 2015: 2-7.
4. ESH and ESC. 2013. ESH/ESC Guidelines For the Management Of Arterial Hypertension. Journal
Of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357.
5. European Society of Cardiology and the European Society of Hypertension. 2018 ESC/ESH
Guidelines for the management of arterial hypertension: The task force for the management of arterial
hypertension of the European Society of Cardiology and the European Society of Hypertension.
Journal of Hypertension 2018; 36(10).
6. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition page 1653. The McGraw – Hill Companies.
2005.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI : Hipertensi. 2014
3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo A W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid. Jakarta:
Interna Publishing, 2014
4. Kitt J, Fox R, Tucker KL, McManus RJ. New Approaches in Hypertension Management: a Review of
27
Current and Developing Technologies and Their Potential Impact on Hypertension Care. Curr
Hypertens Rep. 2019;21(6):44. Published 2019 Apr 25.
5. Unger T, Borghi C, Charchar F, Khan NA, Poulter NR, Prabhakaran D, et al. 2020 International
Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidlines. AHA Inc. 2020; 75: 1334-57.
DOI:10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.
6. Hidayati, Sri. 2018. A Systematic Review on Hypertension Risk Factors in Indonesia. Journal of
Health Science and Prevention. 2. 48-56. 10.29080/jhsp.v2i1.114.Journal of Health Science and
Prevention, Vol.2(1), April 2018 ISSN 2549-919X
7. Kosasih, Adrianus, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi di Indonesia 2019. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI). 2019
8. Yogiantoro, Mohammad. Pendekatan Klinis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi VI. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. 2014
9. Kotchen, TA. Hypertensive Vascular Disease in Harrison’s Principal Interna Medicine. United
States: McGraw-Hill. 2015
10. Oparil S, Acelajado MC, Bakris GL, et al. Hypertension. Nat Rev Dis Primers. 2018;4:18014.
Published 2018 Mar 22. Doi: 10.1038/nrdp.2018.
11. Whelton PK, Crey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Himmelfarb CD, et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/AphA/ASH/ASPC/ NMA/PCNA Guidline for the Prevention,
Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults: Executive Summary.
ACCF and AHA Inc. 2018; 71: 1269-1324. DOI: 10.1161/HYP.0000000000000066.
12. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2016.
13. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019. 13th
Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension. 2019.
14. William B, Mancia G, Spiering W, Rosei EA, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH Guidlines
for the Management of Arterial Hypertension. Wolters Kluwer Health Inc. 2018; 36: 1953-2041.
DOI:10.1097/HJH.0000000000001940
15. Thomas M. Habermann, Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal MedicineConcise Textbook. 1st
edition. Canada: Mayo Foundation for MedicalConcise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo
Foundation for MedicalEducation and Research: 2008.Education and Research: 200
16. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine17th edition. New York:
McGrawHill: 2008.17th edition. New York: McGrawHill: 2008.
17. World Health Organization (WHO). A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public
Health Crisis. 2013.
28
29