Anda di halaman 1dari 27

PERAN KIMIA MEDISINAL

DALAM PENGEMBANGAN
DAN PENEMUAN OBAT
BARU

Disusun oleh :
Dwi Rizky Ersanella
Kimia medisinal adalah bidang ilmu yang mempelajari penemuan, pengembangan,
identifikasi dan interpretasi mekanisme aksi dari senyawa aktifbiologik pada tingkat
molekuler, penekanan pada obat, tetapi juga senyawa bioaktif secara umum. Kimia
medisinal juga mempelajari identifikasi. dan sintesis metabolit dari obat tersebut dan
turunannya (IUPAC, 1974).
Kimia medisinal dalam wawasan retrospektifmempelajari obatobat yang sudah
dipakai dari segi perilaku biologik dan hubungan struktur dengan aktivitas biologik.
Dalam wawasan 'prospektif, kimia medisinal berhubungan dengan rancangan dan
produksi senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai obat untuk mencegah,
pengobatan atau perawatan penyakit pada manusia dan hewan. (Wermuth, 2001).
Dalam wawasan retrospektif kimia medisinal mempelajari sifat dan perilaku
biodinamik senyawa dan hubungan struktur dengan aktivitas biologik dari senyawa obat
yang sudah digunakan. Perilaku biodinamik meliputi proses absorpsi, distribusi,
metabolisme, interaksi dengan reseptor dan proses ekskresi. Perilaku tersebut
dihubungkan dengan perubahan struktur molekul senyawa induk. dengan senyawa hasil
modifikasi yang telah digunakan dalam klinik dan pengobatan. Perubahan struktur
molekul memberikan perubahan sifat fisika kimia, dan akan mempengaruhi aktivitas
(Korolkovas, 1988).
Sifat fisika kimia yang memberikan andil terbesar terhadap aktivitas adalah sifat lipofilik,
elektronik dan sterik. Sifat lipofilik dan elektronik terutama berperan pada proses absorpsi,
distribusi dan ekskresi, sedang sifat sterik terutama berperan pada proses interaksi molekul obat
dengan reseptor. Proses metabolisme juga ditentukan oleh sifat sterik, karena pada proses
metaholisme terlihat enzim yang spesiflk. Hubungan struktur dengan aktivitas dapat digunakan
untuk menjelaskan perilaku biodinamik senyawa tentang proses-proses farmakokinetik dan
farmakodinamik (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Jumlah penemuan senyawa baru (New
chemical entities == NCEs) dari tahun 1975-1989 dari beberapa negara dapat dilihat pada tahell
sebagai berikut (Reuben, 2001).
Wawasan prospektif kimia medisinal berupa lingkup pengembangan ilmu yang terbagi
dalam tiga tahapan:
Tahapan pertama adalah tahapan identifikasi dan produksi senyawa aktif baru yang disebut
senyawa induk atau senyawa penuntun (lead compound). Senyawa tersebut dapat diperoleh dari
sintesis kimia, isolasi sumber bahan alam atau dari proses bioteknologi.
Tahapan kedua adalah tahapan optimasi yaitu tahapan sintesis modifikasi senyawa induk
agar diperoleh senyawa yang lebih poten. lebih selektif dan efek toksik yang minimal. Termasuk
tahapan ini adalah penentuan dan analisis hubungan struktur dengan aktivitas biologik senyawa-
senyawa hasil modirlkasi.
Tahapan ketiga adalah optimasi proses sintesis dalamjumlah . besar senyawa terpilih dan
modiilkasi untuk sifat farmakokinetik dan farmasetik agar menjadi lebih sesuai untuk pemakaian
klinik. Termasuk tahapan ini adalah pembuatan formulasi agar absorpsi lebih baik, lebih larut
dalam air ataupun untuk
lepas lambat. Selain itu juga untuk menghilangkan beberapa sifat yang tidak menyenangkan
bagi pasien seperti rasa yang tidak eilak, efek iritasi lambung atau rasa sakit pada pember
ian parenteral (Meyer, 2001).
PENEMUAN SENYAWA AKTIF BARU (New Chemical Entities = NCEs) Pada
beberapa abad lalu pencarian bahan untuk pengobatan terutama dari penelitian tanaman
yang sudah digunakan. Pada abad sembilan belas kemampuan analisis dansintesis kimia
memungkinkan pemumian alkaloida dari bahan alam dan sintesis molekul yang keeil dapat
dilakukan, seperti sintesis asam asetil salisilat. Ilmu kimia medisinal baru berkembang
setelah diketemukannya sulfonamida sebagai antibakteri sekitar tahun 1930. Dan sekarang
sejumlah besar penyakit telah dapat diatasi atau dikontrol dengan obat. Penyakit infeksi oleh
bakteri dan jamur, penyakit mental, paru, kardiovaskular, gastrointestinal, peradangan,
beberapa jenis kanker dan leukemia tertentu telah dapat diobati dengan kemoterapetika.
Penemuan senyawa baru masih terus diusahakan untuk penyakit-penyakit yang belum dapat
diatasi, di samping pengembangan senyawa yang sudah digunakan dengan tujuan
memberikan kualitas hidup yang lebih baik (Meyer, 2001). Molekul senyawa endogen
organik yang berinteraksi dengan messenger, enzim atau reseptordapat dimodifikasi,
digunakan sebagai senyawa induk, sehingga memberikan netralisasi, hambatan, peningkatan
aktivitas, atau intervensi kehidupan sel. Proses biosintesis dan metabolisme senyawa
endogen selular dapat diintervensi sehingga dihasilkan turunan senyawa endogen dengan
tujuan yang sama
penemuan obat baru masa mendatang dengan carabiologi molekuler mempunyai prospek
yang cerah. Produksi dengan Cara rekayasa genetik dengan menggunakan E. coli
dilakukan pada insulin manusia,· antigen virus hepatitis B dengan menggunakan jamur, sel
mamalia pada t-PA (tissue plasminogen activator), hormon pertumbuhan manusia,
interferon a, {3 dan y, dan antibodi monoklonal, terus meningkat penggunaannya (Irth dkk,
2002). Integrasi analisis kimia dengan skrining biologik merupakan pendekatan baru dalam
penemuan obat. Hal ini untuk mempercepat penelitian suatu senyawa bioaktif hasil dari
proses interaksi enzim dan subtrat yang dapat langsung diperiksa dengan HPLC dan
spektrometer Massa seperti yang terlihat pada gambar 2 (Heydenet al, 2002).
Pendekatan sistem biologik untuk penemuan dan pengembangan obat dilakukan pada
komposisi metabolit dalam cairan biologik dengan kromatografi cair yang dilengkapi
dengan detektor yang berbeda seperti spektroskopi massa, detektor fluoresensi atau
elektrokimia yang meliputi karakteristik sifat fisiko-kimia yang luas, seperti yang
terlihatpada gambar 3 (Heyden et al, 2002).

Penggunaan pustaka kombinatorial dan model sintesis high throughput memungkinkan


diperolehnya jauh lebih banyak senyawa modifikasi baru dibanding cara konvensional.
Sebagai perbandingan sintesis kimia konvensional hanya menghasilkan satu senyawa
baru antara 4 bulan, sedangdengan cara sintesis kombinatorial dapat diperoleh 40.000
senyawa baru per bulan (Witt, 2001; Trosha and Zheng, 2002).
MODIFIKASI MOLEKUL DAN HUBUNGAN
STRUKTUR DENGAN AKTIVITAS BIOLOGIS
Setelah suatu senyawa induk ditentukan untuk dikembangkan sesuOO dengan kebutuhan,
malta dilakukan eksplorasi pendahuluan hubungan struktur dengan aktivitas. Eksplorasi
dengan variasi seri homolog alkiI, feniI atau benzil menghasilkan nilOO optimal sifat
lipofilitas yang memberikan aktivitas tertinggi, sedang sifat sterik pada variasi fenil dan
benzil sering tidak memberikan prediksi aktivitas (Wermuth, 2001). Variasi isosterik dan
bioisosterik molekuler dilakukan dengan penggantian atom atau gugus yang univalen.
(misal-N02, CHa -802 -' CHa-CO-), atom atau gugus divalen (misal-O-, -NH-, -CH2 -, -8-),
atom atau gugus trivalen (misal -CH=, -N=), penggantian pada cincin aromatik (misal-CH=
dengan -N= atau -CH=CH- dengan -8-), penggantian gugus yang mempunyai efek polar
yang sesuOO (misal R-CO-NH-OH, R-CO-NH-CN, R-CO-NH-802 -Rl), dan pemindahan
antar gugus dalam molekul (Korolkovas, 1988). HasH variasi isosterik dan bioisosterik
kemudian dievaluasi perubahan sifat sterik, elektronik dan lipofiliknya. Perubahan sifat
sterik dapat meningkatkan aktivitas apabila perubahan itu sesuai dengan karakteristik
reseptor, bila tidak sesuai hanya akan mengubah sifat lipofilik atau elektronik. Perubahan
sifat elektronik mempengaruhi kemampuan senyawa dalam mengikat reseptor,
pembentukan kelat, mengubah nilai pKa, dan reaktivitas kimia. Perubahan sifat lipofilik
mempengaruhi kemampuan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi senyawa.
Apabila senyawa aktif mengandung struktur cincin, dapat dilakukan modifikasi dengan
membuka cincin, tetapi dapat pula struktur terbuka dijadikan tertutup sebagai cincin.
Modifikasi molekul dapat pula dilakukan dengan pendekatan cara Topliss. Dasar modifikasi
ini adalah penggantian atom H dari cincin benzena dengan atom atau gugus yang diukur dari
sifat lipofilik dan sifat elektronik. Setiap penggantian gugus akan dihasilkan senyawa yang
kemungkinan aktivitasnya lebih rendah, sama atau lebih aktif. Untuk rantai samping gugus
alkil, modifikasi dapat dengan memperpanjang rantai yang didasari atas sifat lipofilik,
elektronik dan sterik. Modifikasi untuk menghasilkan senyawa dengan gugus yang paling
baik dapat juga dilakukan dengan metode Fibonacci, cara rangkaian optimasi simp leks atau
dengan analisis kluster (Susilowati dan Siswandono, 1999). Setelah dirancang senyawa-
senyawa modifikasi, dilakukan sintesis senyawa tersebut dan dilakukan uji aktivitas sesuai
dengan tujuan penelitian. Hubungan kuantitatif struktur, sifat kimia fisika dengan aktivitas
(HKSA) menurut Hansch dapat dinyatakan melalui persamaan statistik regresi linier.
Persamaan dapat pula bersifat kuadratik 'apabila ada nilai optimal dari sifat lipofilik,
elektronik atau steriknya. Persamaan hubungan struktur dengan aktivitas dapat dicari
menggunakan komputer dengan berbagai program. Hasil persamaan HKSA digunakan untuk
memilih beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas optimal sesuai dengan tujuannya.
Senyawa ini perlu diproduksi dalam jumlah yang cukup besar untuk penelitian selanjutnya,
meliputi penelitian proses farmakokinetik, farmasetik dan uji klinik (Siswandono dan
Susilowati,2000).
RANCANGAN OBAT RASIONAL DAN PERSPEKTIF
MASA MENDATANG
Sampai sekarang penentuan obat lain adalah SAS, dan Q baru melalui rancangan secara
rasional relatifmasih sedikit tetapi de novo. Program kompu prospek perkembangannya
cukup besar. Rancangan obat rasional CIS yang berisi data-d adalah suatu rancangan untuk
menemukan obat baru secara logis struktur kristal x-ray, dan dapat dijabarkan secara
teoritis. Pada kenyataannya tidak untuk membantu elusi mungkin membuat suatu rancangan
obat dengan logika dan teoritis isomer, rangka terpen, murni, karena banyaknya faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi komputer untuk rancani aktivitas dan selektifitas obat.
Meskipun demikian, hal ini semakin SECS, untuk menentu berkembang pada beberapa
tahun terakhir ini dan dengan elusidasi struktur. (Foye berkembangnya teknologi komputer,
rancangan obat rasional Pada awal abad 21 i mempunyai prospek yang cerah dalam proses
penemuan obat baru tentang biologi moleku padamasa mendatang (Korolkovas, 1988;
Gringauz, 1997). paradigma dan protokol Merancang obat secara rasional berhubungan
dengan di masa mendatang, yait pengetahuan tentang mekanisme kerja dan tempat kerja
obat pada sandi genomik, proteom' tingkat molekul dan tingkat elektronik, hubungan
kualitatif dan data 'tersebut digunakan kuantitatifstruktur kimia dan aktivitas biologis,
reseptor obat dan tiap-tiap individu seba, topografi tiga dimensi, model interaksi obat-
reseptor, efek Barchi, 2004).
BIOLOGIS DAN BIOKIMIA, BIOSINTESIS METABOLIT DAN
KONSTITUEN LAIN DALAM ORGANISME HIDUP,DAN
PERBEDAAN SITOLOGIS DAN BIOKIMIA ANTARA MANUSIA DAN
PARASIT.(GANELLIN, 2001). METODE YANG DIGUNAKAN DALAM
RANCANGAN OBAT RASIONAL ANTARA KIMIA DAN SAMPEL
BIOLOGI LAIN ADALAH RANCANGAN OBAT DENGAN BANTUAN
KOMPUTER (COMPUTER TEKNOLOGI KOMPUTER YANG
ASSISTED DRUG DESIGN = CADD), TERUTAMA BERHUBUNGAN
DENGAN KERJA OBAT PADA TINGKAT RNL PARAMETER KIMIA
FISIKA YANG TERLIBAT DALAM AKTIVITAS OBAT, HUBUNGAN
KUANTITATIFSTRUKTUR-AKTIVITAS DAN MODEL KIMIA
KUANTUM ATAU PERHITUNGAN ORBITAL MOLEKUL. CONTOH
PROGRAM KOMPUTER UNTUK RANCANGAN OBAT RASIONAL
ANTARA LAIN ADALAH BIOCES, UNTUK MODEL PROTEIN, DAN
REKAYASA PROTEIN, DAN MMMS, UNTUK MODEL MOLEKUL,
RANCANGAN OBAT DAN PERHITUNGAN KIMIA KUANTUM.
PROGRAM KOMPUTER UNTUK MENGHUBUNGKAN STRUKTUR
MOLEKUL DENGAN AKTIVITAS BIOLOGIS ANTARA LAIN
ADALAH SAS, DAN QSAR, UNTUK ANALISIS STATISTIK, REGRESI
DAN DE NOVO. PROGRAM KOMPUTER UNTUK ANALISIS
STRUKTUR MOLEKUL ADALAH CIS YANG BERISI DATA-DATA
SPEKTRA MASSA, 13C-NMR, IH-NMR. STRUKTUR KRISTAL X-RAY,
DAN SISTEM MODEL MATEMATIK, DAN CONGEN, UNTUK
MEMBANTU ELUSIDASI STRUKTUR SISTEM CINCIN, SUBSTITUSI
ISOMER, RANGKA TERPEN, DAN SENYAWA PRODUK ALAM.
Program komputer untuk rancangan sintesis organik antara lain adalah SEeS, untuk
menentukan jalur sintesis molekul target, dan elusidasi struktur. (Foye dkk, 1995;
Waterbeem dkk, 1997).
Pada awal abad 21 ini juga terjadi perkembangan keilmuan tentang biologi molekuler
secara pesat, yang akan mengubah paradigma dan protokol pengembangan dan pencarian
obat baru di masa mendatang, yaitu dengan memasukkan faktor informasi sandi genomik,
proteomik, kemogenomik dan metabonomik. Data-data tersebut digunakan untuk
membangun blue print obat pada tiap-tiap individu sebagai dasar terapi genetik. (Neamati
and Barchi,2004).
Dari berbagai hal di atas maka perkembangan Kimia Medisinal dimasa depan sangat
tergantung pada perkembangan bidang ilmu kimia sintesis, kimia analisis, biologi
molekuler dan komputer, yang prospeknya akan semakin cerah dan menjanjikan, karena
ditunjang perkembangan kimia kombinatorial, kemajuan teknologi analisis kimia dan
sampel biologis yang semakin canggih, perkembangan teknologi komputer yang semakin
pesat, sehingga diketahui cara kerja obat pada tingkat molekul dan peran berbagai
kekuatan fisik dan kimia pada proses interaksi obat-reseptor (Shoemaker, 2002).
PENELITIAN PENGEMBANGAN OBAT DI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
AIRLANGGA
Sejak tahun 1989 di Laboratorium Kimia Medisinal (sekarang Grup Riset Kimia Medisinal)
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga telah dilakukan penelitian-penelitian
pengembangan obat, dengan menggunakan senyawa induk antibiotika ,8-1aktam (turunan
penisilin dan sefalosporin) untuk meningkatkan aktivitas, stabilitas dan memperluas
spektrum antibakteri. Dari penelitian disertasi Soekardjo (1989) didapatkan bahwa
modifikasi struktur turunan benzoil-N -ampisilin dengan menggunakan metode pendekatan
Topliss ternyata lima belas senyawa baru hasil sintesis dapat memberikan aktivitas
antibakteri yang lebih besar dibanding ampisilin, baik terhadap bakteri Gram-positif
maupun Gramnegatif. Dari hasil studi HKSA (Hubungan Kuantitatif StrukturAktivitas)
diketahui bahwa pemasukan gugus yang bersifat lipofil serta mempunyai efek elektronik
dan sterik yang besar pada posisi meta gugus benzoil akan meningkatkan aktivitas terhadap
bakteri Gram-positif. Pemasukan gugus elektronegatifpada posisi meta dan adanya gugus
dengan efek sterik besar pada posisi para akan meningkatkan aktivitas terhadap bakteri
Gram-negatif (Soekardjo dkk,1999). Penelitian turunan penisilin lebih lanjut yang didanai
oleh Menristek meialui Riset Unggulan Terpadu VI adalah modifikasi struktur turunan
benzoil-N-amoksisilin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelas senyawa baru hasil sintesis juga memberikan
aktivitas yang lebih besar dibanding amoksisilin, baik terhadap bakteri Gram-positif
maupun Gram-negatif. Hasil studi HKSA menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
kuantitatifyang bermakna antara perubahan struktur, sifat kimia fisika dari turunan benzoil-
N-amoksisilin dengan aktivitas antibakterinya (Soekardjo dkk, 2000).

Selanjutnya adalah penelitian


pengembangan· turunan sefalosporin
yang juga didanai oleh Menristek
melalui Riset Unggulan Terpadu VIII
yaitu modifikasi struktur turunan
benzoil N-sefaleksin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sepuluh senyawa
baru hasil sintesis juga memberikan
aktivitas yang lebih besar terhadap
Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027
dibanding sefaleksin.
Studi HKSA menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang bermakna antara perubahan
struktur, sifat elektronik dari turunan benzoil-N-sefaleksin dengan aktivitas antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027 (Hardjono dkk, 2002). Penelitian
pengembangan turunan sefalosporin lebih lanjut yang didanai oleh DP3M, Depdiknas
melalui Penelitian Hibah Bersaing X adalah modifikasi struktur turunan benzoil-N-
sefradin. HasH penelitian menunjukkan bahwa hanya tiga dari delapan senyawa baru
hasil sintesis memberikan aktivitas yang lebih besar terhadap bakteri Gram-positif
dibanding sefradin, dan hanya satu senyawa yang menunjukkan aktivitas terhadap
Gram-negatif (Siswandono dkk, 2003). Studi HKSA menunjukkan bahwa ada hubungan
linier-yang bermakna antara perubahan struktur, sifat sterik dari turunan benzoil-N-
sefradin dengan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus typhosus ATCC 6683
(Siswandono dkk, 2003).
Selain meneliti tentang pengembangan antibiotika baru, grup riset Kimia Medisinal juga
meneliti pemanfaatan urea untuk disintesis menjadi senyawa turunan asH dan benzoilurea
yang berkhasiat sebagai penekan sistem saraf pusat, yang didanai oleh Menristek melalui
Riset Unggulan Terpadu VI. HasH penelitian menunjukkan bahwa lima belas senyawa
turunan asil dan benzoilurea mempunyai efek sebagai penekan sistem sara! pusat,
khususnya efek antikejang (Siswandono dkk, 2000; Siswandono dkk, 2003). Turunan
asilurea yang mempunyai aktivitas tertinggi adalah butanoilurea, sedang pada turunan
benzoilurea adalah 3,4-diklorobenzoilurea dan 4-t-butilbenzoilurea (Siswandono dkk,
2001).
Hasil studi HKSA menunjukkan bahwa ada hubungan linier yang bermakna antara
perubahan struktur, sifat lipofilik dan sterik dari turunan benzoilurea dengan aktivitas
gangguan koordinasi gerak (Siswandono, dkk, 2002) Pengembangan lebih lanjut turunan
benzoilurea adalah sintesis 1,3-dibenzoilurea dan turunannya untuk optimalisasi efek anti
kejang, yang sampai sekarang masih dalam tahap pengerjaan.

Sejarah Singkat Pengobatan dan Perkembangan Awal Bidang Kefarmasian

Pengobatan yang semula menjadi tradisi penyembuhan dari penyakit yang diderita
oleh seseorang telah berjalan ribuan tahun, bahkan diperkirakan telah bersamaan dengan
keberadaan manusia di alam semesta. Pada awalnya kemampuan mengobati dan meracik
obat dipegang oleh satu orang dan praktiknya dijalankan secara spekulatif, dipengaruhi
oleh tahyul dan perdukunan (occultism). Ilmu Pengobatan ketika itu belum didasarkan
atas pengetahuan anatomi, farmakologi dan ilmu farmasi lainnya. Pengetahuan tabib dan
pengobatan kemudian berkembang di Yunani, Mesir, Cina, India dan berbagai wilayah di
Asia. Di Yunani kuno misalnya, mereka semula hanya percaya pada pendeta sebagai
orang yang dianggap mampu menjaga kesejahteraan rohani dan jasmani rakyat, tentu
termasuk pada penyembuhan.
Lambat laun peran ini diambil tabib, yang memperoleh ilmu pengobatan secara intuitif dan
empiris. (Pane, A.H. 2000) Di zaman Yunani Kuno (ancient greek) terdapat seorang tabib
yang namanya melegenda dan sangat dikagumi oleh Hippocrates yakni Aesculapius
(Asclepius). Beliau diyakini sebagai putra Apollo dan Chronis. Dalam profesinya sebagai
tabib Aesculapius kerap dibantu oleh dua orang putrinya yakni Hygieia dan Panacea. Tokoh-
tokoh inilah yang meginspirasi Hippocrates, ketika beliau mencetuskan simbol kedokteran
dan farmasi. Simbol kedokteran dengan ular dan cawan diambil dari ciri Aesculapius yang
digambarkan membawa tongkat yang dililit ular. Sedangkan simbol farmasi dengan cawan
dan ular sebagaimana Hygieia (putri Aesculapius) digambarkan membawa cawan (media
meracik obat) yang kerap antara lain menggunakan bisa ular. Pada tahun 400 SM berdiri
sekolah kedokteran dengan alumninya yang terkenal, Hippocrates, tokoh yang disebutkan di
atas. Hippocrates yang kemudian dikenal sebagai Bapak Kedokteran, merasionalisasikan
ilmu pengobatan dan meningkatkan profesi tabib pada taraf etik yang tinggi. Kemudian
muncul tokoh Yunani lain bernama Galenus, seorang ahli meracik obat dari sari pati
tumbuhan, sehingga keterampilan meracik obat dari sari pati tumbuhan ini kemudian dikenal
dengan istilah Galenika. Perkembangan Ilmu dan Profesi Kefarmasian di Eropa ditandai
ketika Kaisar Jerman Frederick II pada tahun 1240 mengeluarkan maklumat untuk
memisahkan farmasi dari kedokteran, sehingga masing-masing ahli mempunyai kesadaan,
standar etik, pengetahuan dan keterampilan sendiri. Maklumat ini dikenal dengan “The
Magna Carta of Pharmacy” yang berisi tiga keputusan. Dengan maklumat ini maka keahlian
farmasi menjadi profesi resmi yang terpisah dari kedokteran, namun tetap mempunyai tujuan
yang sama menolong orang sakit dan meningatkan kesehatan manusia. Walaupun dari
berbagai catatan sejarah diketahui bahwa kemajuan Arab Islam di Abad Pertengahan
menunjukkan pemisahan praktek kefarmasian dari medis, terutama di kota Baghdad.
Pengaruh Farmasi Arab Islam Farmasi Islam (Saydanah), yang merupakan seni
mempersiapkan dan meracik obat, sudah mulai dikenal di Jazirah Arab sejak abad
kedelapan. Apotik disebut dalam bahasa Arab sebagai Saydanah dan apoteker disebut
dengan as-saydanani atau as- saydalani. Aspek dan pengaruh Arab Islam dalam
kebanyakan penulisan barat tentang sejarah kedokteran dan farmasi seringkali tidak
dinyatakan. Sedangkan pada hakikatnya pencapaian sains dan budaya dunia Arab Islam
begitu banyak mempengaruhi profesi serta sumbangan pustaka farmasi di barat yang
wujud hingga hari ini. (Pane, A. H., 2000; Zakaria Virk).
Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal
and Hinyatul hidayah Sejarah kedokteran (juga farmasi) Arab dapat dibagi menjadi tiga
tahap: Yunani ke Arab, Arab, dan Arab ke dalam bahasa Latin. Tahap pertama "Yunani ke
Arab" dimulai pada abad kedelapan saat Islam meliputi hampir dua-pertiga dari dunia
yang dikenal. Ini adalah periode penerjemahan naskah ilmiah dan filsafat Yunani ke dalam
bahasa Arab. Khalifah Baghdad ketika itu menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu
pengetahuan Yunani, dan pada masa pemerintahan al-Ma'mun dimana Institusi "The
House of Wisdom" didirikan untuk tujuan ini. Yang paling terkenal dari semua
penerjemah adalah Hunayn Ibn-Is'haq. Dia dan timnya telah menerjemahkan sejumlah
besar naskah medis oleh Hippocrates dan Galen, karya filosofis oleh Plato dan Aristoteles,
dan karya matematika oleh Euclid dan Archimedes. Rumah sakit dan sekolah kedokteran
berkembang selama periode itu, pertama di Baghdad dan kemudian di kota-kota provinsi
utama. (Saad, B. 2014; Huguet, T. dan Termes. 2008)
Kecemerlangan Arab Islam di abad pertengahan itu menjadi bukti kegigihan mereka dalam
membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan. Berikut dapat kita lihat alur
transformasi ilmu pengetahuan terutama yang berkenaan dengan kedokteran dan farmasi.
Figure : Development of Greco-Arab and Islamic medicine (Source : Saad, B. 2014)
Setelah periode pertama penerjemahan, dimana karya-karya utama dari Galen dan
Hippocrates telah dapat ditemukan dalam literatur yang berbahasa Arab. Pada fase ini umat
Kristiani kehilangan monopoli mereka berkenaan dengan obat-obatan, Beberapa Ilmuan
Muslim justru meraih Ilmu kedokteran dan pengobatan sejajar dengan Ilmuan-Ilmuan
Yunani yang terkemuka ketika itu, dan bahkan berdiri jauh di atas pendahulunya. (Saad, B.
2014; Muazzam, M.G. 1989). Beberapa ulama terkenal dari ilmu kedokteran Arab adalah:
Al Tabbari (838-870), Al Razi (Rhazes) (846- 930), Al Zahrawi (930-1013), Ibnu Sina
(980-1037), Ibnu Al Haitham (960 -1040), Ibnu Al Nafees (1213-1288), dan Ibnu Khaldun
(1332-1395). Pada perkembangan selanjutnya di Barat, dimana sebagian besar warisan
medis Barat berasal dari literatur Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Penerjemahan literatur Arab ke dalam bahasa Latin dilakukan pertama kali di Toledo, serta
di daerah Italia selatan Salerno. Berkat penerjemahan ini farmakologi Islam mewarnai teks
medis Eropa dari abad 13 hingga abad ke-19. Meskipun demikian, seperti studi oleh
Danielle Jacquart dan Albert Dietrich, yang menurutnya masih terdapat kesenjangan besar
mengenai isu-isu kunci yang berkaitan dengan penerimaan farmakologi Islam dan farmasi
di Barat. (Huguet, T. dan Termes. 2008).
Hal ini tentu menjadi menarik untuk dicermati, terutama dalam perkembangan farmasi
pada dekade terakhir ini. Merekonstruksi sejarah masa silam menghidupkan konsep-
konsep dasar di atas mana peradaban Islam yang pernah dibangun.
B. Obat Herbal dan Obat Bersumber Bahan Alam
Penggunaan herbal untuk mengobati penyakit bersifat universal di kalangan masyarakat
non-industri, dimana harganya seringkali dianggap lebih terjangkau dibanding obat-obat
modern. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 persen dari
populasi beberapa negara Asia dan Afrika saat ini menggunakan obat herbal untuk
beberapa aspek pelayanan kesehatan primer. Studi di Amerika Serikat dan Eropa telah
menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat herbal untuk kepentingan klinis belum bersifat
umum, tetapi fakta ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir setelah obat-obat herbal
dengan bukti ilmiah tentang efektifitasnya lebih banyak tersedia. Sekarang, efek
karakterisasi farmakologi dan biologi dalam pengobatan herbal menjadi lebih kompetitif
dan kompleks dengan keterlibatan dalam penelitian para ahli untuk membedakan ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmiah, termasuk botani, kimia, biokimia, imunologi, biologi
molekular dan bioinformatika. Ilmu pengetahuan tersebut menjadi sangat mengesankan
untuk beberapa dampak dalam bidang ilmiah. Sewaktu- waktu pengobatan herbal dan
spiritual bukan tidak mungkin akan menjadi pilihan pertama untuk kesehatan. Mengutip
dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Thibbun Nabawi, yang dalam Edisi Bahasa
Indonesia oleh Penerbit Hikam Pustaka dengan judul Praktek Kedokteran Nabi S.A.W, di
bawah ini beberapa obat dan penggunaannya untuk menambah referensi dan bahan kajian
ilmiah.
1. Sitrun (Utrujj) Dalam Shahih Bukhari Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W.
bersabda : “Perumpamaan seorang mukmin yang membawa Al-Qur’an adalah seperti
‘Utrujah, rasanya enak dan baunya harum”. Bagian-bagian sitrun seperti kulit, daging,
buah, zat asam, dan biji bermanfaat sebagai obat. Antara lain bersumber dari Al-
Qaanuun bahwa “perasan kulit sitrun berkhasiat mengobati luka gigitan ular, sedangkan
kulitya digunakan sebagai pembalut untuk gigitan ular. Abu bakaran kulitnya digunakan
sebagai salep yang efektif melawan lepra”. Sementara Al-Ghifari berkata, “Daging buah
sitrun dapat menyembuhkan anyang-anyangan jika dimakan”.
2. Beras Ketan (Arz / Syanaubar) Biji beras ketan mempunyai sifat melembutkan,
mematangkan, dan agak lengket yang dapat dicegah bila direndam dengan air. Khasiat
biji ketan antara lain;  membantu menyembuhkan batuk, menghilangkan uap yang
terakumulasi dalam paru-paru, dan menambah produksi sperma.
3. Celak (Itsmid) Celak berkhasiat menguatkan mata dan saraf mata, menghilangkan
daging berlebihan di sekitar koreng dan menutup luka sewaktu membersihkan wilayah
sekitarnya.
4. Buah Ara (Tin) Buah Ara atau Tin berkhasiat menghancurkan batu (ginjal) dan
membersihkan kandung kencing di ginjal dan berkhasiat melawan racun, membersihkan
liver dan limpa, membersihkan lendir dalam perut. Galenius menandaskan, “Bila
dimakan bersama buah badam dan buah rue, selama tidak mengonsumsi racun
mematikan, akan berkhasiat menjaga tubuh dari berbagai unsur berbahaya.”
5. Jinten Hitam (Habbatus Saudaa) Dinyatakan dalam Shahih Bukhari Muslim dari hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bahwa Abu Hurairah r.a meriwayatkan dari
Rasulullah S.A.W. yang bersabda : “Hendaklah kalian menggunakan habbatus saudaa
karena ia mengandung obat untuk setiap penyakit, kecuali kematian”. Saat ini Jinten
Saat ini Jinten Hitam telah dikemas dalam berbagai bentuk sediaan herbal sebagai obat. 6.
Cress/Seledri Air (Hurf) Khasiat seledri sebagai obat disebutkan antara lain; obat cacing,
mendekomposisi tumor limpa, membangkitkan gairah seksual, menyembuhkan kudis dan
herpes. 7. Daun Kemangi/ Daun Ruku-Ruku (Raihan) Imam Muslim meriwayatkan dalam
shahih-nya bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : Siapa saja yang diberi raihan, janganlah
menolaknya karena ia ringan dan memiliki bau yang harum”. Disebutkan khasiatnya sebagai
obat antara lain : menghentikan diare, penyakit kuning, tumor di dua ureter jika diborehkan
di atasnya. Jika seseorang berendam di dalam raihan yang dimasak, maka air itu dapat
mengobati infeksi di pantat dan vagina. Disamping yang telah disebutkan di atas terdapat
pula seperti Buah Delima (Rumman), Minyak Zaitun (Zait), Jahe (Zanjabil), Kayu Siwak
(Siwak), dan lain-lain. Patut pula dicacat bahwa Farmasi Islam telah memperkenalkan
kurang lebih 2000 bahan obat baru termasuk adas manis, kayu manis, cengkeh, senna,
kamper, cendana, musk, cassia, asam, pala, aconite, dan merkuri. Mereka juga telah
memperkenalkan ganja sebagai obat bius (untuk tujuan anastesi). Untuk pengembangan
bentuk-bentuk sediaan obat untuk pertamakalinya mereka sudah mengembangkan bentuk
sediaan berupa sirup, pil, elixir, permen, tinktur, dan inhalansi. Apoteker Muslim ketika itu
telah mulai melakukan penyelidikan ilmiah tentang komposisi, dosis, penggunaan, dan efek
terapi obat (Zakaria Virk dalam Muslim Contribution to Pharmacy).
 C. Isu Halal pada Sediaan Farmasi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, obat-obatan, dan kosmetik
berkembang sangat pesat. Hal itu berpengaruh secara nyata pada pergeseran pengolahan dan
pemanfaatan bahan baku untuk makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan, serta Produk
lainnya dari yang semula bersifat sederhana dan alamiah menjadi pengolahan dan
pemanfaatan bahan baku hasil rekayasa ilmu pengetahuan. Pengolahan produk dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan percampuran
antara yang halal dan yang haram baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu,
untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu Produk, diperlukan suatu kajian khusus
yang membutuhkan pengetahuan multidisiplin, seperti pengetahuan di bidang pangan,
kimia, biokimia, teknik industri, biologi, farmasi, dan pemahaman tentang syariat.
(Penjelasan UU RI Nomor 33 Tahun 2014) Berdasarkan ketentuan dalam Al-Qur’an dan
Hadist bahwa bahan haram diluar babi adalah organ manusia (bahan dari rambut, plasenta,
essen dari embrio), bangkai hewan (mati tidak disembelih, dipukul, tercekik, disembelih
tidak secara Islam), binatang buas (srigala, harimau. singa, burung buas, dan lain-lain),
darah, khamar (minumam yang difermentasi mengandung alkohol). Pelarangan memakan
darah dan bangkai terdapat pada Surat Al Baqarah ayat 173 dan Surat Al Maidah ayat 3.
Sedangkan pelarangan minum khamar terdapat dalam Surat Al Maidah ayat 90-91,
pelarangan memakan dan memakai organ manusia terdapat pada Surat Bani Israil ayat 70.
Ketentuan melarang memakan binatang buas terdapat pada Hadist. Masalah halal dan haram
bukan hanya merupakan isu yang sensitif di Indonesia, tetapi juga selalu mengusik
keyakinan umat Islam di seluruh dunia.
Sedangkan pelarangan minum khamar terdapat dalam Surat Al Maidah ayat 90-91, pelarangan memakan
dan memakai organ manusia terdapat pada Surat Bani Israil ayat 70. Ketentuan melarang memakan
binatang buas terdapat pada Hadist. Masalah halal dan haram bukan hanya merupakan isu yang sensitif
di Indonesia, tetapi juga selalu mengusik keyakinan umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam di seluruh
dunia amat berkepentingan atas jaminan halal tidak saja terhadap produk pangan, obat-obatan dan
kosmetika, namun juga terhadap proses produksi serta rekayasa genetik. Sebagai contoh, hal yang juga
dapat menentukan kehalalan proses produksi obat terkait dengan penambahan bahan-bahan farmasetik,
yakni bahan tambahan (bukan obat) yang diracik bersama obat membentuk produk farmasetik. Bahan-
bahan tersebut bisa berupa substansi pembasah, bufer, pengemulsi, pewarna, perasa, pemanis, pengisi
tablet, pelarut, bahan enkapsulasi, dan lain-lain. Bahan-bahan ini bisa saja berasal dari bahan mentah
atau proses produksi yang membuatnya menjadi haram. Bahan kapsul yang terbuat dari gelatin sebagai
contoh, tergolong sebagai bahan yang kritis status kehalalannya, sementara masih terdapat gelatin yang
berasal dari babi. (Ranasasmita, R., Roswiem, A.P., 2015).

Apalagi saat ini bahan-bahan yang digunakan untuk produksi obat dan kosmetika masih banyak
yang harus didatangkan dari luar negeri. Sebagai tambahan bahwa gelatin merupakan salah satu bahan
baku yang banyak digunakan dalam produk makanan, obat-obatan dan kosmetik. Penggunaannya pada
obat-obatan yakni bahan untuk kapsul gelatin lunak dan keras, pil dan tablet bersalut gula, pengganti
serum, vitamin enkapsulasi, substansi polimer untuk sistem penghataran obat (drug delivery system)
terutama pada sediaan obat lepas lambat. Sedangkan terhadap produk kosmetik gelatin dapat digunakan
untuk pembuatan krim, masker, dan lotion. Gelatin dapat diekstrak dari tulang, lemak, limbah daging,
lemak dan minyak goreng dari hewan. Ada beberapa jenis gelatin, dan yang paling disukai adalah yang
bersumber dari babi (porcine) dan sapi (bovine). (Sahilah, A.M. et al. 2012).
 Sebagai contoh yang lain yang bersumber dari
babi adalah Heparin porcine. Heparin berbeda
dengan gelatin, dimana gelatin hanya
digunakan untuk tujuan bahan tambahan
farmasetik (bukan obat). Heparin sebagai obat
telah digunakan selama lebih dari 50 tahun
untuk mengobati dan mencegah trombosis. Hal
ini juga diperlukan untuk sirkulasi
ekstrakorporeal selama hemodialisis atau
operasi jantung. Heparin yang memiliki
aktivitas antikoagulan ini masih diperoleh
secara eksklusif dari jaringan hewan, terutama
dari usus babi (porcine). Meskipun heparin saat
ini telah dapat diperoleh dari jaringan paru-paru
sapi (bovine), namun nyaris menimbulkan
penolakan setelah munculnya kasus sapi gila
(the bovine spongiform encephalopathy).
(Warda, M. et al. 2003; Tovar et al. 2013).
Bentuk-bentuk sediaan yang banyak dikenal adalah vaksin, insulin, dan beberapa produk
rekombinan-DNA. Tentu saja tidak semua dari contoh-contoh tersebut terkategori haram
baik dari sumbernya maupun dari prosesnya. Karena itu diperlukan kajian untuk
menetapkan kehalalan dan kesuciannya. Penutup Karakterisasi pengembangan farmasi,
baik materialnya maupun cara-cara pengobatan mungkin terdapat beberapa perbedaan
pada ruang dan waktu yang berbeda. Hal ini tentu dapat dipahami dengan kemajuan
nyata rekayasa ilmu pengetahuan dan semakin kompleksnya persoalan kesehatan primer
di masa kini. Namun, nilai-nilai luhur ajaran Islam tetap harus maujud dalam setiap
tindakan, keputusan-keputusan yang diambil maupun pada pilhan-pilihan yang
ditentukan. Kerenanya diperlukan saintis-saintis muslim yang agenda-agenda
keilmiahannya sebagaimana pada kejayaan Islam di masa silam, demi kemaslahatan
ummat manusia seluruhnya. Serpihan-serpihan informasi dalam tulisan ini semoga
membawa manfaat, dan selamat memasuki gerbang kampung nan damai.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai