7. Evaluasi Klinik
Langkah ke 5, 6 dan 7 pada umumnya melibatkan bidang disiplin ilmu yang lain seperti
farmasetika, farmakologi, biokimia, toksikologi dan kedokteran (Siswandono. et al, 1998).
2. Senyawa Kimia Aktif dari Kejadian secara Tidak Sengaja atau Kebetulan
Beberapa obat kadang-kadang diketemukan kebetulan dalam laboratorium atau klink oleh
ahli farmasi,ahli kimia, dokter atau peneliti lain.
Contoh :
Chan dan Hepp (1886), memberikan resep yang salah, seharusnya memberikan naftalen untuk
pengobatan parasit saluran usus tetapi keliru memberikan asetanilid, yang ternyata mempunyai
efek antipiretik.
1. Pengembangan substituisi untuk mendapatkan senyawa yang lebih poten, spesifik, aman,
dan efek samping minimal.
2. Pengubahan spektrum aktivitas
Contoh :
a. Mengubah senyawa agonis menjadi antagonis spesifik.
b. Memisahkan komponen utama dari spektrum aktivitas ke dalam molekul
c. Kombinasi aktivitas dari obat yang berbeda
d. Memperkecil efek samping obat
e. Selektif terhadap spesies atau organ tertentu
3. Tujuan suatu modulasi farmakokinetik yaitu mengatur ketersediaan biologis dan fisiologis
senyawa bioaktif dengan melakukan modifikasi molekul.
a. Modulasi (mengatur) hubungan dosis-efek,yaitu mengatur hubungan antara dosis obat
dengan kadar dalam jaringan target sehingga terjadi perubahan potensi obat. Contoh:
pengembangan turunan benzil penisilin sehingga tahan terhadap asam lambung dan dapat
diberikan peroral, seperti ampisilin.
b. Modulasi hubungn waktu-kadar,yaitu dengan membuat sedian depo atau sediaan lepas
lambat bila diinginkan efek obat yang lebih lama,atau dibuat sediaan intravena bila diinginkan
efek obat yang cepat.
1. Ester dari hormon steroid yang sangat lipofili,seperti hidroksi progesteron kaproat dan
medroksi progesteron asetat, obat kontrasepsi yang bila diberikan secara intramuskular,efektif
selama lebih kurang tiga bulan.
2. Bentuk garam sodium dari deksametason dapat dibuat sediaan intravena,yang digunakan bila
diinginkan efek obat secara cepat.
c. Modulasi distribusi obat pada berbagai kompartemen. Misalnya obat dibuat hidrofilik kuat
sehingga tidak dapat menembus membran biologis tertentu dan efek pada kompartemen
tertentu. Contoh: sulfatiasol dirancang dalam bentuk hemiptalil(ptalilsulfatiasol) atau
hemisuksinil amida(suksisnilsulfatiasol) yang sukar diabsorsi dalam saluran cerna,sehingga
efektif untuk poengobatan infeksi saluran cerna.
Metode yang digunakan dalam Desain obat rasional antara lain adalah :
a. Desain obat dengan bantuan komputer (Computer assited Drug Design = CADD)' terutama
berhubungan dengan parameter kimia fisika yang terlibat dalam aktivitas obat,hubungan
kuantitatif struktur-aktivitas dan model kimia kuantum atau perhitungan orbit molekul
Pembagian
Structure base drug design
Structure base drug design / SBDD (atau desain obat langsung) bergantung pada
pengetahuan tentang struktur tiga dimensi dari target biologis yang diperoleh melalui metode
seperti kristalografi sinar-x atau spektroskopi NMR . Jika struktur eksperimental target tidak
tersedia, dimungkinkan untuk membuat model yang homolog dari target berdasarkan struktur
eksperimental dari protein terkait. Menggunakan struktur target biologis, obat kandidat yang
diperkirakan untuk mengikat dengan tinggi afinitas dan selektivitas untuk target dapat
dirancang menggunakan grafis interaktif dan intuisi dari ahli kimia obat . Atau berbagai
prosedur komputasi otomatis dapat digunakan untuk men yarankan calon obat baru. Struktur
3D target biomolekuler diperoleh dari kristalografi sinar-X dan NMR.
Secara paralel, informasi tentang dinamika struktural dan sifat elektronik tentang ligan
yang diperoleh dari perhitungan. Hal ini telah mendorong perkembangan pesat dari desain obat
berbasis struktur.
SBDD dapat mengungkapkan informasi penting tentang hubungan aktivitas struktur
dari serangkaian kimia, terutama pada fase optimasi,ketika modifikasi yang sangat akurat yang
diperlukan untuk menyesuaikan profil ADME.