Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Iodin Dalam Urin untuk Deteksi Gangguan Tiroid”

Hari/Jam Praktikum : Selasa, 12 Maret 2019 (13.00-16.00)


Asisten Lab : 1. Ayu Sholihat
2. Risda Rahmi

SHIFT B 2016
Ai Masitoh
260110160052

LABORATORIUM ANALISIS KIMIA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
Menentukan kadar iodin dalam urin untuk mendeteksi gangguan
tiroid dengan menggunakan metode Ammonium Persulfate Digestion
Microplate (APDM).

II. Prinsip

2.1 Reaksi Sandell-Kolthoff

Reaksi Sandel-Kolthoff adalah reaksi yang menggunakan Iodida


sebagai katalis pada reaksi reduksi Ce4+ menjadi Ce3+ dengan arsenik
dalam suasana asam mengalami oksidasi As3+ menjadi As5+ (Dyrka et al.,
2011).

2.2 Reaksi Reduksi-Oksidasi

Reaksi kimia yang melibatkan kenaikan dan penurunan bilangan


oksidasi oleh satu atau beberapa atom, pengikatan dan pelepasan oksigen,
serta penyerahan dan penerimaan electron. Oksidasi merupakan zat yang
kehilangan elektron, sedangkan reduksi adalah zat yang menerima electron
(P3AI, 2011).

2.3 Hukum Lambert-Beer

Seberkas sinar dilewatkan suatu larutan pada panjang gelombang


tertentu, sehingga sinar tersebut sebagian ada yang diteruskan dan
sebagian lainnya diserap oleh larutan. Besarnya sinar (A) berbanding lurus
dengan konsentrasi zat penyerap (C) dan jarak yang ditempuh sinar (a)
dalam larutan (tebal larutan, b) (Warono et al., 2013).

Hukum Lambert-Beer
A = a.b.C
Keterangan:
A = Serapan (absorbans)
C = Konsentrasi
a = Koefisiensi serapan spesifik
b = Tebal larutan
(Warono et al, 2013).

III. Reaksi
3.1 Reaksi Sendall-Kolthoff
[I-]
2Ce4+ (aq) + As3+(aq) → 2Ce3+ (aq) + As5+ (aq)

(Sokolik et al, 2011).

IV. Teori Dasar

Iodin merupakan suatu elemen penting dalam tubuh dan merupakan


mikronutrien yang penting yang diperlukan oleh tubuh untuk membentuk
hormone tiroksin (T4) dan hormone triiodotironin (T3). Iodin yang
dibebaskan dapat dimanfaatkan kembali oleh kelenjar toroid sementara
sisanya yodium dieksresikan dalam urin (IOM,2001).

Iodin (I) diperlukan tubuh untuk membentuk tiroksin, suatu hormon


dalam kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormon utama yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin mengandung
empat atom iodine. Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus, dan
sebagian kecil langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding
lambung. Sebagian iodin masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya
25 kali lebih tinggi dibanding yang ada dalam darah. Lebih dari setengah
iodin dalam tubuh terdapat pada kelenjar perisai (tiroid). Meskipun
sebagian besar iodin tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid, iodin juga
ditemukan dalam kelenjar ludah, lambung, usus halus, kulit, rambut,
kelenjar susu, plasenta, dan ovarium (Stangl et al. 2000).

Urine adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang


kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
Eksresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis tubuh
(Corwin,2000).

Sebagian besar metode analisis pada penentuan konsentrasi iodin


dalam urin didasarkan pada pengukuran spektrofotometri reaksi Sandell-
Kolthoff. Hal ini dapat dilakukan secara manual atau otomatis untuk
derajat yang berbeda, misalnya menggunakan metode microplate (Haap et
al., 2017).
Reaksi Sandell-Kolthoff adalah suatu metode untuk menganalisa
suatu iodin dalam urin berdasarkan peranan iodine sebagai katalisator
reduksi ceric ammonium sulfat (berwarna kuning) menjadi bentuk cerrous
(tanpa warna) dengan adanya asam arsenic (Sartini,2012). Langkah
pertama mencakup penghapusan zat yang mengganggu dan melepaskan
iodin terikat ke senyawa eksretoris urin, dengan asam klor, ammonium
persulfate, pengabuan dan digesti lalu langkah kedua melibatkan reaksi
kimia antara Ce (IV) dan As (III) (Hedayati, et al., 2011).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Baeker gelas
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Labu ukur
e. Microchannel pipette
f. Microplate reader
g. Oven
h. Penangas air
i. Penyaring
j. Polypropylene plate wells
k. Polystyrene 96-well microtiter plate
l. Kertas perkamen
m. Spatel
n. Spektrofotometer UV-Vis
o. Timbangan analitik

5.2 Bahan
a. Air ledeng
b. Amonium persulfat (NH4)2S2O8
c. Arsenik trioksida (As2O3)
d. Aquadest (H2O)
e. Asam perklorat (HClO4)
f. Asam sulfat (H2SO4)
g. Kalium iodat (KIO3)
h. Kalium klorat (KClO3)
i. Natrium hidroksida (NaOH)
j. Natrium klorida (NaCl)
k. Tetraammonium cerium (IV) sulfate dihydrate
l. Urin (Ohashi et al., 2000)

VI. Prosedur dan Data Pengamatan


No Prosedur Hasil
1. Pembuatan larutan ammonium
sulfat (1,31 mol/L)
 Melarutkan 3 gr ammonium  Reagen Ammonium
persulfate di dalam air Sulfat 1,31 mol/L siap
 Menambahkan hingga 10 mL digunakan.
larutan dibuat dalam keadaaan
segar
3. Pembuatan asam arsenat (0,05
mol/L)
 Melarutkan 0.25 gr arsenic  Reagen Asam Arsenat
trioksida di dalam 10 mL NaOH 0,05 mol/L siap
0,875 mol/L digunakan.
 Menambahkan 0.625 gr natrium
klorida ke dalam larutan
 Mengencerkan campuran
sampai 25 mL dengan air dingin
 Lalu menyaringnya.
4. Pembuatan Ceric ammonium
sulfat (0,019 mol/L)
 Melarutkan tetraammonium  Reagen Ceric
cerium (IV) sulfat dihidrat Amonium Sulfat
sebanyak 0.19 gr dalam asam 0,019 mol/L siap
sulfat 1,75 mol/L digunakan.
 Menambahkan larutan hingga 25
mL dengan asam sulfat yang
sama
5. Pembuatan Iodium Kalibrasi  Ditimbang 130,88 mg
 Melarutkan 100 mg kalium kalium iodat dalam
iodide di dalam labu volumetric 100 mL (1000 ppm
100 mL (menghasilkan larutan iodin)
stok 7,88 mmol/L (1.000 mg/L
iodin)
 Mengncerkan larutan stok
menjadi 10 ppm.
 Variasi konsentrasi 1
 Menyiapkan larutan kerja dari 1
ppm; 0,5 ppm; 0,25
ppm, 0.5 ppm, 0.25 ppm, dan
ppm; 0,125 ppm,
0.125 ppm, 0.0625 ppm.
0,0625 ppm.
6. Pengambilan sampel urin  Sampel urin diambil 2
 Dilakukan oleh masing-masing jam sebelum
subjek penelitian pratikum.
7. Pengukuran iodine dalam urine
menggunakan Ammonium
Persulfate Digestion Microplate
(APDM)
 Memipet 50 µl kalibrator dan  50 μl sampel urin dan
sampel urin ke dalam well 50 μl kalibrator di
polypropylene plate (PP) dalam well.
 Menambahkan larutan  Masing-masing
ammonium persulfate 0,87 bercampur dengan
mol/L ammonium persulfat
 Memasukkan dalam cassette,  Well dimasukkan
tutup rapat cassette kedalam kaset
 Menyimpan selama 60 menit di  Well dipanaskan
dalam oven pada suhu 110oC  Cassette didinginkan
 Kemudian mendinginkan bagian menghindari adanya
bawah cassette hingga mencapai kondensasi yang
suhu kamar dengan air kran menyebabkan
untuk menghindari kondensasi penguapan cairan
uap dibagian atas well.
 Buka cassette, pindahkan 50 µL  50 μL sampel urin
aliquot ke dalam 96 well dan blanko didalam
microtiter plate well yang baru
 Menambahkan 100 µL larutan  50 μL sampel urin
asam arsenic ke dalam well dan blanko bercampur
 Mencampurkan 50 µL dengan asam arsenat
ammonium ceric dengan cepat dan ammonium ceric,
dilakukan dengan
cepat karena
Ammoniumm ceric
mudah teroksidasi
 Reaksi akan berlangsung selama  Larutan sampel urin
30 menit pada suhu 25oC bereaksi dengan
reagen
 Absorbansi diukur pada panjang  Didapatkan hasil rata
gelombang 405 nm rata absorbansi
(menggunakan microplate sampel urin, dan
reader) diketahui intensitas
warna urin.
(Ohashi et al., 2000).

VII. Perhitungan

7.1 Pembuatan Larutan Ammonium Sulfat 1,31 mol/L

𝑔 1000
1,31 = 228,18 𝑥 10

100 g = 298,9

g = 3 gram

7.2 Pembuatan Larutan Asam Arsenat 0,05 mol/L

𝑔 1000
0,05 = 198 𝑥 25

g = 0,25

g = 250 mg

7.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,875 mol/L

𝑔 1000
0,875 = 40 𝑥 10

g = 0,35
g = 350 mg

7.4 Pembuatan Larutan Ceric Ammonium Sulfat 0,019 mol/L

𝑔 1000
0,019 = 404,3 𝑥 25

g = 0,192

g = 192 mg

7.5 Pengenceran H₂SO₄ untuk pembuatan ceric ammonium sulfat

96 1000
H₂SO₄ 96 % = 𝑚 = 𝑥 𝑥 1,84 = 18,02 𝑚
100 98

18,02 → 1,75 mol/L

m₁. v₁ = m₂. v₂

1,75.25 = 18,02. 𝑣₂

v 2 = 2,427ml → ad aquadest sampai 25 ml

7.6 Pembuatan Iodium Kalibrasi (BM KI = 166, BM I = 126,9) 7.1

𝑚𝑔 1000
𝑚𝑚𝑜𝑙/𝐿 = 𝐵𝑀 𝑥 𝑉 (𝑚𝑙)

𝑚𝑔 1000
7,88 = 166 𝑥 100

mg = 130,808

130,808 𝑚𝑔 𝐼
𝑥
166 126,9

mg I = 99,99 ~ 100 mg

100 𝑚𝑔
= 1000 𝑝𝑝𝑚
100 𝑚𝑙

ppm x V1 = 𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑉2
1000 ppm x V1 = 10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10, 𝑉1 = 0,1 𝑚𝑙 = 100 𝜇𝑙

Pengenceran :

 𝟏𝟎 𝒑𝒑𝒎 → 𝟏 𝒑𝒑𝒎

10 ppm x V1 = 1 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 → 𝑉1 = 1 𝑚𝑙

 𝟏 𝒑𝒑𝒎 → 𝟎, 𝟓 𝒑𝒑𝒎

1 ppm x V1 = 0,5 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 → 𝑉1 = 5 𝑚𝑙

 𝟎, 𝟓 𝒑𝒑𝒎 → 𝟎, 𝟐𝟓 𝒑𝒑𝒎

0,5 ppm x V1 = 0,25 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 → 𝑉1 = 5 𝑚𝑙

 𝟎, 𝟐𝟓 𝒑𝒑𝒎 → 𝟎, 𝟏𝟐𝟓 𝒑𝒑𝒎

0,25 ppm x V1 = 0,125 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 → 𝑉1 = 5 𝑚𝑙

 𝟎, 𝟏𝟐𝟓 𝒑𝒑𝒎 → 𝟎, 𝟎𝟔𝟐𝟓 𝒑𝒑𝒎

0,125 ppm x V1 = 0,0625 𝑝𝑝𝑚 𝑥 10 → 𝑉1 = 5 𝑚𝑙

7.7 Penentuan Kurva Kalibrasi


Kurva Baku

Absorbansi yang masuk ke range:


1. H1/81 = 0,001, Log 0,001 = -3
2. A3/69 = 0,003, Log 0,003 = -2,5228
3. D3/41 = -0,001, Log -0,001 = 3
4. H3/51 = 0,002, Log 0,002 = -2,698
5. H4/52 = 0,003, Log 0,003 = -2,5228
6. E4/70 = 0,003, Log 0,003 = -2,5228
7. F4/57 = 0,001, Log 0,001 = -3

Perhitungan konsentrasi:

Y = -0,2089x – 2,0037

1. H2 = 0,004 → log H2 = -2,39794


-2,39794 = -0.2089x - 2.0037
x = 1,887 mg/L
2. A3 = 0,003 → log A3 = -2,52288
-2,52288 = -0.2089x - 2.0037
x = 2,485 mg/L
3. C3 = 0,009 → log C3 = -2,04576
-2,04576 = -0.2089x - 2.0037
x = 0,201 mg/L
4. H3 = 0,002 → log H3 = -2,69897
-2,69897 = -0.2089x - 2.0037
x = 3,328 mg/L
5. A4 = 0,003 → log A4 = -2,52288
-2,52288 = -0.2089x - 2.0037
x = 2,485 mg/L
6. B4 = 0,009 → log C3 = -2,04576
-2,04576 = -0.2089x - 2.0037
x = 0,201 mg/L
7. D4 = 0,008 •¨ log D4 = -2,09691
-2,09691 = -0.2089x - 2.0037
-2,09691 = -0.2089x - 2.0037
8. E4 = 0,003 → log A4 = -2,52288
-2,52288 = -0.2089x - 2.0037
x = 2,485 mg/L
8. B5 = 0,009 → log C3 = -2,04576
-2,04576 = -0.2089x - 2.0037
x = 0,201 mg/L
9. G5 = 0,007 → log G5 = -2,1549
-2,1549 = -0.2089x - 2.0037
x = 0,728 mg/L
VIII. Simpulan

Dapat menentukan kadar iodin daam urin dengan metode Ammonium


Persulfate Digestion on Microplate (APDM). Berdasaran hasil yang
didapat yakni 4,76 mg/L , 2,484 mg/L , -23,9 mg/L , 3,32 mg/L , 2,484 mg/L ,
4,76 mg/L sehingga menunjukkan resiko tinggi mengidap H
DAFTAR PUSTAKA

Corwin,E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Dyrka, A., et al. 2011. Assay of Iodine in Edible Salt Using Sandell-Kolthoff
Catalytic Mehod. Journal of Laboratory Diagnostic. 47 (2) : 425 – 429.

Haap, M., Roth, H., Huber, T., Dittmann., Wahl, R. 2017. Urinary Iodine :
Comparison of a Simple Method for Its Determination in Microplates with
Measurement by Inductively-Coupled Plasma Mass Spectrometry. Nature Sci
Rep Vol. 7 : 39835
Hedayati, M., Khazan, M., Yaghmaee, M.Z., Behdadfar, L., Daneshpour, M.S.
2011. Rapid Microwave Digestion and Microplate Reading Format Method for
Urinary Iodine Determination. Clin Chme Lab Med. 49 (10) : 1749 – 1751.

IOM. 2001. Iodine in : Dietary Reference Intakes for Vitamin A, Vitamin K,


Arsenic,Boron, Chromium, Copper, Iodine, Iron, Manganese, Molybdenum,
Nickel, Silicon, Vanadium, and Zinc. Food and Nutrition Board. Washington
DC : National Academy Press.
Ohashi, T., Yamaki, M., Pandav, C. S., Karmarkar, M. G., and Irie, M. 2000. Simple
Microplate Method for Determination of Urinary Iodine. Clinical Chemistry
46(4): 529-536.
P3AI. 2011. Reaksi Redoks dan Elektrokimia. Surabaya : ITS.

Sartini. 2012. Hubungan Antara Eksresi Iodium Urin dan Eksresi Tiosianat Urin
dengan Total Goiter. Available at
http://eprints.undip.ac.id/46166/3/A.A._Gede_Suprihatin_Suputra_22010111
120007_Lap.KTI_Bab2.pdf [diakses pada tanggal 7 Maret 2017]

Sokolik, Charles W, Waker, Annie S, Nishioka, Gary M. 2011. Simple and


Sensitive Assay for Measuring Very Small Volumes of Microprinted
Solutions. J.Anal Chem Insight. Vol 6: 61-66.
Stangl, G.L., F.J. Schwarz, H. Muller, and M.Kirchgessner. 2000. Evaluation of the
cobalt requirement of beef cattle based on vitamin B folate, homocysteine and
methylmalonic acid. Br. J. Nutr. 84: 645−653.
Warono D ., Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk Analisa Zat
Aktif Ketoprofen . KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 . ISSN 2252-7311

Anda mungkin juga menyukai