PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
“Analisis Data UDT Bootstrap”
SHIFT B 2016
Ai Masitoh
260110160052
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
Membandingkan perhitungan f2 atau faktor kemiripan dengan aplikasi
PhEq bootstrap dan Microsoft Excel.
II. Prinsip
2.1. Disolusi Terbanding
Uji disolusi terbanding dapat digunakan untuk memastikan kualitas
dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau
pembuatan setelah ijin pemasaran. BPOM memberikan ketentuan untuk
uji disolusi terbanding yaitu dengan melihat nilai f2(faktor kemiripan)
antara produk uji dengan produk pembanding (BPOM, 2004).
VI. Data
VII. Hasil
VIII. Pembahasan
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai disolusi dan cara
pengujiannya menggunakan Software Ms. Excel dan PhEq Bootstrap serta
membandingkan antara keduanya. Pertama yang harusnya muncul dibenak kita
adalah apa itu disolusi?, dan mengapa uji disolusi harus dilakukan ?. Disolusi
umumnya menjadi rate limiting step pada obat-obat golongan tertentu seperti BCS
II. Sehingga uji disolusi perlu dilakukan untuk menilai kualitas obat dipasaran
berdasarkan bioavailabilitasnya yang secara langsung akan mempengaruhi efek
farmakologi obat tersebut.
Sedangkan jika dibahas secara terminologi Uji Disolusi Terbanding merupakan
uji disolusi komparatif yang dilakukan untuk menunjukkan similaritas profil
disolusi antara obat uji dengan obat inovator/komparator. Nah, sedangkan untuk
pengujian ekivalensi, terdapat dua macam cara antara lain uji ekivalensi secara in
vivo dan uji ekivalensi secara in vitro atau dikenal dengan uji disolusi terbanding
(UDT).
Obat yang cukup dilakukan pengujian ekivalensi berupa uji disolusi terbanding
dilakukan pada obat “copy” yang hanya berbeda kekuatan, uji disolusi terbanding
dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan pofil disolusi.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dsan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.3.1818 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi disebutkan
bahwa suatu obat perlu dilakukan uji disolusi in vitro (uji disolusi terbanding) jika:
Oleh karena itu faktor langsung membandingkan perbedaan antara obat persen
terlarut persatuan waktu untuk obat uji dan produk referensi.
2. Faktor Kesamaan ( Similarity factor ) F2
Sebagai mana menetapkan, menekankan pada perbandingan kedekatan dari
dua perbandingan formulasi. Syarat faktor kesamaan dalam kisaran 50 – 100
diterima sesuai dengan US FDA.
Hal ini dapat matematis dihitung dengan menggunakan :
Keterangan :
F1 : Difference factor ( Faktor perbedaan ) toleransi = 0 – 15
F2 : Similarity factor ( Faktor persamaan ) toleransi = 50 - 100
Rt : Dissolution value of the reference batch at time t ( % rata-rata zat terlarut dalam
waktu t untuk sedian pembanding ).
Tt : Dissolutin value of test batch at time t ( % rata-rata zat terlarut dalam waktu t
untuk sedian uji ).
n : jumlah titik sampel
Perhitungan nilai f1 dan f2 dilakukan secara manual menggunakan microsoft excel.
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus f1 dan f2. Nilai yang
didapat dari microsoft excel adalah f1 = 15, 14277 dan f2 = 49,89197. Hasil yang
didapatkan berbeda dengan mengunakan Bootstrap yaitu lebih mendekati syarat
tapi masih tidak memenuhi syarat.
IX. Simpulan
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan. Jakarta: BPOM RI.
Food and Drug Administration. 1997. Guidance for Industry : Dissolution Testing
of Immediate Release Solid Oral Dosage Forms. Available at
https://www.fda.gov/downloads/drugs/guidances/ucm070237.pdf
[Diakses tanggal 17 Maret 2019].
Mendeyk,et al. 2013. PhEq Bootsrap : Open-Source Software for The Simulation
of F2 Distribution in Cases of Large Variability in Dissolution Profiles.
Dissolution Technologies: 14-19.
Wijaya, et al. 2017. Uji Disolusi Terbanding Tablet Ofloxacin Berlogo dan
Generik Bermerek Terhadap Inovator Dalam Media Dapar HCl pH 4,5.
Jurnal Pharmascience Vol4 (1) : 22-23