Anda di halaman 1dari 5

Uji Disolusi Terbanding

Uji Disolusi untuk apa?


Tablet dan kapsul dosis padat adalah bentuk sediaan yang
paling efektif dan efisien yang tersedia di industri farmasi
tentunya dalam hal pemberian obat. Obat, setelah
diminum, larut dalam cairan gastrointestinal dan menjadi
bioavailable karena diserap ke dalam sirkulasi sistemik.

Pengukuran in vivo (dalam tubuh) rutin bahan aktif farmasi


(API) dalam darah dan urin tidak dimungkinkan dalam
praktiknya. Metode pengukuran secara inheren rawan
kesalahan karena komplikasi matriks. Oleh karena itu,
metode in vitro (luar tubuh) untuk mengukur laju disolusi
API dari bentuk oral padat secara resmi diakui oleh badan
pengawas sebagai pertimbangan penting ketika
merumuskan bentuk dosis oral-padat.

Uji Disolusi ditetapkan sebagai alat kontrol kualitas yang


berharga untuk memantau konsistensi batch-ke-batch. Uji
tersebut juga berguna dalam memberikan informasi kualitas
produk farmasi setelah perubahan setelah persetujuan
untuk produk seperti perubahan dalam formulasi,
perubahan pada proses pembuatan atau tempat
pembuatan, dan dalam peningkatan proses.

Selain itu, data disolusi dapat digunakan dalam mendukung


biowaiver untuk kekuatan yang lebih rendah dari bentuk
sediaan seperti di mana bentuk sediaan oral-oral telah
diformulasikan secara proporsional dalam kekuatan yang
berbeda.
Selama studi bioekivalensi yang dapat diterima telah
dilakukan pada salah satu kekuatan — biasanya kekuatan
tertinggi — dan laju pelepasan API berbanding lurus dengan
konsentrasi, maka pelepasan bio lebih disukai.

Pelepasan API yang memadai dari bentuk sediaan sangat


penting untuk penyerapan API. Pelarutan dan kelarutan API
dalam kondisi fisiologis, dan permeabilitasnya melalui
membran saluran pencernaan, merupakan faktor fisiokimia
yang penting.

Karena sifat kritis dari faktor-faktor ini, uji disolusi produk


farmasi in vitro relevan, dalam kasus tertentu, dalam
mengantisipasi karakteristik atau hasil in vivo.

Selama pengembangan produk farmasi, pengujian disolusi


digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi faktor
formulasi yang mempengaruhi dan mungkin memiliki efek
signifikan pada ketersediaan hayati API.

Setelah komposisi dan proses pembuatan ditentukan,


pengujian disolusi digunakan dalam kontrol kualitas
peningkatan skala dan batch produksi. Ini memastikan
konsistensi batch-ke-batch dan bahwa profil disolusi tetap
sama dengan batch uji klinis yang sangat penting.

Lebih lanjut, pengujian disolusi dapat digunakan untuk


mendukung ketersediaan hayati suatu produk farmasi baru,
bioekivalensi produk yang pada dasarnya sama, atau variasi
produk lainnya. Ini mengukur jaminan kualitas dan
bioekivalensi.
1. Digunakan sebagai Quality Control
• Untuk menetapkan spesifikasi untuk kontrol kualitas
pada produk formulasi dan uji batch API yang digunakan
dalam studi bioavailabilitas dan bioekivalensi serta studi
klinis penting.
• Untuk menunjukkan konsistensi dalam pembuatan
produk.
• Untuk membandingkan produk referensi yang digunakan
dalam bioavailabilitas dan studi bioekivalensi dan studi
klinis penting.

2. Digunakan Data Pendukung Bioequivalence


• Untuk menunjukkan kesamaan antara berbagai formulasi
produk dari zat aktif (termasuk variasi dan baru, produk
yang pada dasarnya serupa) dan produk obat referensi.
• Sebagai langkah lain, untuk mengumpulkan informasi
tentang konsistensi batch-ke-batch produk (tes dan
referensi) yang akan digunakan sebagai dasar untuk
pemilihan batch yang sesuai untuk studi in vivo.

Perka BPOM Tentang Uji Bioekivalensi

Mengutip peraturan BPOM mengenai pelaksaan uji


Ekivalensi, Pada point 4 mengenai kriteria untuk Ekivalensi,
pada butir 4.2 di terangkan mengenai Produk obat yang
cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro ( uji disolusi
terbanding) yaitu:
4.2.1. Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo
(tidak termasuk butir 4.1).
4.2.2. Produk obat” copy” yang hanya berbeda kekuatan
uji disolusi terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang
lebih rendah berdasarkan perbandingan profil disolusi.
a. Tabel lepas cepat

Produk obat “copy” dengan kekuatan berbeda, yang dibuat


oleh pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama,
jika:

- semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif


yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten
(sampai 10 mg persatuan dosis), zat inaktifnya sama banyak
untuk semua kekuatan;)
- studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu
kekuatan ( biasanya kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk
alasan keamanan dipilih kekuatan yang lebih rendah);

b. Kapsul berisi butir-butir lepas lambat jika kekuatannya


berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat
aktif, maka perbandingan profil disolusi (f2 > 5) dengan satu
kondisi uji yang direkomendasi sudah cukup.

c. Tablet lepas lambat Jika produk uji dalam bentuk sediaan


yang sama tetapi berbeda hanya dalam jumlah butir yang
mengandung zat aktif dan inaktif yang persis sama atau
untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg persatuan
doses) zat inaktifnya sama banyak, dan mempunyai
mekanisme pelepasan obat yang sama, kekuatan yang lebih
rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan
profil disolusi yang mirip, f2 > 50 dalam 3 pH yang berbeda
(antara pH 1.2 dan 7.5) dengan metode uji yang
direkomendasi
4.2.3. Berdasarkan sistem klasifikasi biofarmaseutik
( Biopharmaceutic Classification System= BCS) dari zat aktif
* serta karakteristik disolusi ** dan profil disolusi *** dari
produk obat.

Berlaku untuk produk obat oral lepas cepat, tetapi tidak


berlaku untuk produk obat lepas cepat yang disebutkan
dalam butir 4.1.1.

a. zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi dan


permeabilitas dalam usus yang tinggi (BCS kelas 1), serta:
– Produk obat memiliki disolusi yang sangat cepat, atau;
– Produk obat memiliki disolusi yang cepat dan profil
disolusinya mirip dengan produk pembanding.

b. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi tetapi


permeabilitas dalam usus yang rendah (BCS kelas 3) serta:
– produk obat memiliki profil disolusi yang cepat pada pH
6.8, dan;
– Produk obat memiliki profil disolusi yang mirip dengan
produk pembanding (juga berlaku jika disolusi < 10 % pada
salah satu pH).

Klik Disini Untuk Terus


Membaca

Anda mungkin juga menyukai