Anda di halaman 1dari 24

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Na/K dalam Darah”

Dea Dian Nurhikmah


260110150122
Kelas C 2015
Rabu, 07.00-10.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
I. Tujuan

Menentukan konsentrasi Na dan K dalam darah menggunakan flame atomic


emission spectroscopy.

II. Prinsip Percobaan


1. Eksitasi Elektron
Transisi atau perpindahan electron ke suatu lintasan dengan bilangan kuantum
yang lebih besar dengan menyerap energy sebanding dengan frekuensi foton (Hsu
2009)

III. Reaksi
-
IV. Teori Dasar

Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Elektrolit merupakan hal yang
penting dalam mempengaruhi proses metabolisme tubuh (Matifin & Porth, 2009).
Cairan tubuh dibedakan atas cairan ekstrasel yang meliputi plasma dan cairan
interstisial. Natrium merupakan kation terbanyak yang ada dalam cairan ekstrasel,
jumlahnya bisa mencapai 60 mEq/kg BB dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L)
yang berada dalam cairan intrasel (Maffin and Porth 2009). Lebih dari 90% tekanan
osmotic dalam cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium,
khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3)
sehingga perubahan tekanan osmotic pada cairan ekstrasel menggambarkan
perubahan konsentrasi natrium (Darwis, et al. 2008)

Jumlah natrium dan kalium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan


cairan tubuh. Pemasukan natrium dan kalium yang berasal dari diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau
saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari
mencapai 48-144 mEq (Darwis, et al. 2008).
Eksresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-
30%), tubulus distal (5%) dan ductus kolingentes (4%) (Widmaier, Raff and Strang
2004).

Hiponatremia dan hipernatremia berhubungan dengan berbagai penyakit dan


penyakit dan pengukuran akurat dari [Na +] dalam cairan tubuh adalah bantuan
diagnostik yang penting. Kalium adalah kation utama yang ditemukan intraseluler.
Sel rata-rata memiliki 140 mM K+ di dalam tetapi hanya sekitar 10 mM Na K+
perlahan berdifusi keluar dari sel-sel sehingga pompa membran (Na+/K+ -ATPase)
terus mengangkut K+ ke dalam sel terhadap gradien konsentrasi (Scott, LeGrys and
Klutts 2006). Tubuh manusia membutuhkan sekitar 50-150 mmol / hari (Worth,
1985). Hipokalemia, hyperkalemia dan hyperkaluria yang lagi menunjukkan berbagai
kondisi dan pengukuran klinis [K+] juga penting (Donald, 1968).

Spektrofotometri emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan


sumber eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Akhir-akhir ini
sumber api yang sering digunakan adalah plasma argon. Metode ini bersifat spesifik
dan hanya membutuhkan sampel yang sedikit (Khopkar 1990).

Dalam menentukan kadar natrium dan kalium, biasanya digunakan instrument


spektrofotometer emisi nyala. Karena penggunaan spektrofotometer emisi nyala di
laboratorium berlangsung tidak lama, kemudian penggunaannya dikombinasikan
dengan elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan keamanan prosedurnya
(Klutts and Scott 2006). Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah
sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau cesium, kemudian
dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium, kalium, litium dan sesium
bila mengalami pemanasan akan memancarkan suatu berkas cahaya dengan panjang
gelombang tertentu. Natrium akan berwarna kuning dengan panjang gelombang 589
nm, kalium akan berwarna ungu dengan panjang gelombang 765 nm, litium dengan
panjang gelombang 671 nm dan sesium dengan panjang gelombang 825 nm.
Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan filter dan dibawa ke
detector sinar (Klutts and Scott 2006).

Spektrofotometri emisi adalah spektroskopi atom yang menggunakan sumber


eksitasi plasma, nyala atau laser yang bertenaga tinggi (Skoog, et al. 2004). Sumber
eksitasi sangat berpengaruh sekali terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain
menyediakan energy yang cukup, sumber juga menyebabkan eksitasi elektroik
partikel-partikel elementer dalam gas. Molekul tereksitasi akibat adanya transisi dari
suatu energy tereksitasi (E2) ke suatu tingkat energy yang lebih rendah (E1) dengan
pemancaran (emisi) foton dengan energy hv.

ℎ𝑐
𝐸= = ℎ𝑣
𝜆
Δ𝐸 = 𝐸2 − 𝐸1
Keterangan:
E : Energi (Joule)
h : Konstanta Plank (6,63 x 10-34 J.s)
c : Kecepatan cahaya (3 x 108 cm/s)
𝜆 : Panjang gelombang (cm)
(Harvey 2000).

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat 5.2 Bahan


a. Beaker glass a. Aqua Deionisasi
b. Flame Photometer Corning b. Aqua Destilata
400® c. Asetonitril
c. Gelas ukur d. Serum
d. Labu Ukur e. Standar Natrium
e. Pipet Volume f. Standar Kalium
f. Plastic Container
g. Sentrifugator
h. Vial
i. Wash Bottle
VI. Prosedur dan Hasil
6.1. Pembuatan Larutan
No. Prosedur Hasil

1. Pembuatan Stok Larutan  Didapatkan garam NaCl


Natrium 100 ppm sebanyak 25,43 mg
 Didapatkan NaCl dalam
 Menimbang NaCl reagent
labu ukur
grade sebanyak 0,1271 g  Didapatkan Nacl terlarut
secara akurat dengan dalam labu ukur
menggunakan plastic kecil  Didapatkan larutan NaCl
dalam labu ukur
 Masukkan secara hati-hati
garam NaCl tersebut ke
dalam labu ukur 500 mL
 Semprotkan bagian sisi atas
hingga bawah labu ukur
dengan menggunakan air
deionisasi
 Tambahkan 100 mL air
deionisasi ke dalam labu
ukur tersebut dan aduk
beberapa kali hingga semua
garam NaCl larut sempurna
sebelum diencerkan dengan
menggunakan air deionisasi
hingga tanda batas. [0,1 g
Na/L = 100 mg/L = 100
µg/mL = 100 ppm Na].
2. Pembuatan Stok Larutan  Didapatkan sejumlah 23, 43
Kalium 100 ppm mg garam KCl
 Didapatkan KCl dalam labu
 Menimbang KCl reagent
ukur
grade sebanyak 25,43 mg  Didapatkan larutan KCll
secara akurat dengan dalam labu ukur
menggunakan plastic kecil  Didapatkan larutan KCl 100
ppm dalam labu ukur
 Masukkan secara hati-hati
garam Kalium tersebut ke
dalam labu ukur 100 mL
 Semprotkan bagian sisi atas
hingga bawah labu ukur
dengan menggunakan air
deionisasi
 Tambahkan hingga 100 mL
air deionisasi ke dalam labu
ukur tersebut dan aduk
beberapa kali hingga semua
garam K larut sempurna [0,1
g K/L = 100 mg/L = 100
µg/mL = 100 ppm K].
3. Pembuatan Larutan Standar  Digunakan air deionisasi
Kalibrasi Na sebagai blanko
 Menggunakan air deionisasi  Didapatkan 5 larutan
sebagai blanko standar dengan konsentrasi
 Membuat larutan standar 4, 8, 12 16 dan 20 ppm
kalibrasi sebanyak 5 larutan
dengan memipet larutan
standar Natrium 100 ppm
masing-masing 1 mL, 2 mL,
4 mL, 8 mL dan 16 mL ke
dalam labu ukur 100 mL
 Melarutkan masing-masing
larutan standar kalibrasi
dengan menggunakan air
deionisasi hingga tanda
batas dan aduk hingga
homogen
4. Pembuatan Larutan Standar  Digunakan air deionisasi
Kalibrasi Kalium sebagai blanko
 Menggunakan air deionisasi  Didapatkan larutan standar
sebagai blanko 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, 16
 Membuat larutan standar ppm dan 20 ppm
kalibrasi sebanyak 5 larutan  Didapatkan 5 konsentrasi
dengan memipet larutan larutan standar
standar Kalium 100 ppm
masing-masing 1 mL, 2 mL,
4 mL, 8 mL dan 16 mL ke
dalam labu ukur 100 mL
 Melarutkan masing-masing
larutan standar kalibrasi
dengan menggunakan air
deionisasi hingga tanda
batas dan aduk hingga
homogen
6.2. Preparasi Sampel
No Prosedur Hasil

Memasukkan sampel darah Didapatkan 5 ml sampel darah


1. (whole blood) ke dalam tabung
sentrifugasi
Mengambil 500 mikroliter Didapatkan 2 lapisan pada sampel
2. bagian serum dari hasil yaitu serum dan sel darah
sentrifugasi

Menambahkan 1,5 ml asetonitril Didapatkan campuran serum dengan


3. asetonitril
pada serum

4. Melakukan sentrifugasi Dilakukan sentrifugasi 200 rpm

Mengambil lapisan bening hasil Didapatkan lapisan bening hasil


5. sentrifugasi
sentrifugasi

6.3. Penentuan Kadar Na dalam Darah Menggunakan Flame Fotometer


No. Prosedur Hasil

1. Mencuci semua alat yang akan Didapatkan alat-alat yang telah


digunakan dengan bersih
menggunakan air destilasi
kemudian dicuci kembali
dengan menggunakan air
deionisasi

2. Mengisi masing-masing vial Didapatkan air deionisasi , standar


polyethylene 25 mL dengan air Na dan urin dalam vial
deionisasi (blanko), larutan polyethylene
standar Natrium (1, 2, 3, 4, 8
dan 16 ppm), dan larutan
sampel (serum darah).

3. Kemudian tempatkan vial Didapatkan vial dalam plastic


tersebut ke dalam plastic holder yang telah dibilas sampel
holder. Sebelumnya bilas vial
dengan sedikit larutan sampel,
lalu dikocok dan dibuang ke
wastafel. Lakukan hal ini
sebanyak 3 kali kepada masing-
masing vial

4. Mengalirkan air deionisasi Didapatkan meter reading yang


sampai meter reading stabil, telah stabil dengan menggunakan
yaitu sekitar 30 – 90 detik. blanko dan konsentrasi tertinggi
Gunakan tombol blanko dan set standar
meter reading ke angka 0,00.
Kemudian mengalirkan larutan
standar dengan konsentrasi yang
paling tinggi (16 ppm) sampai
meter reading stabil. Gunakan
tombol fine sensitivity dan set
meter reading ke angka 50.

5. Lakukan pengulang terhadap Diulangi prosedur 1 – 4


prosedur kalibrasi (no. 1-4)
dengan menggunakan air
deionisasi dan 5 larutan standar
hingga didapat keduanya stabil
di 0,00 dan 50.
6. Mengalirkan larutan blanko, 5 Dilakukan pengujian sebanyak 3
larutan standard dan larutan kali hingga meter reading stabil
sampel (serum darah). Lakukan
setiap pengujian sebanyak 3 kali
sampai meter reading
menjukkan stabil. Akan banyak
ditemukan “noise” pada saat
pembacaan, terutama pada
sampel dengan konsentrasi yang
tinggi.

7. Untuk melakukan running Didapatkan hasil running kalibrasi


kalibrasi yang kedua, letakkan kedua
larutan sampel diantara 2
larutan standar.

8. Melakukan seluruh pengujian Didapatkan hasil pengujian sampel


sebanyak 3 kali untuk Kel. 1 : 10
mengurangi kesalahan. Kel. 2 : 10
Kel. 3 : 9
Kel. 4 : 10
Kel. 5 : 10
Kel 6 : 11
Kel. 7 : 11
Kel. 8 : 11

6.3 Penentuan Kadar K dalam Darah Menggunakan Flame Fotometer


No. Prosedur Hasil

1. Mencuci semua alat yang akan Didapatkan alat-alat yang telah


digunakan dengan bersih
menggunakan air destilasi
kemudian dicuci kembali
dengan menggunakan air
deionisasi

2. Mengisi masing-masing vial Didapatkan air deionisasi , standar


polyethylene 25 mL dengan air Na dan urin dalam vial
deionisasi (blanko), larutan polyethylene
standar Kalium (1, 2, 3, 4, 8 dan
16 ppm), dan larutan sampel
(serum darah).

3. Kemudian tempatkan vial Didapatkan vial dalam plastic


tersebut ke dalam plastic holder yang telah dibilas sampel
holder. Sebelumnya bilas vial
dengan sedikit larutan sampel,
lalu dikocok dan dibuang ke
wastafel. Lakukan hal ini
sebanyak 3 kali kepada masing-
masing vial

4. Mengalirkan air deionisasi Didapatkan meter reading yang


sampai meter reading stabil, telah stabil dengan menggunakan
yaitu sekitar 30 – 90 detik. blanko dan konsentrasi tertinggi
Gunakan tombol blanko dan set standar
meter reading ke angka 0,00.
Kemudian mengalirkan larutan
standar dengan konsentrasi yang
paling tinggi (16 ppm) sampai
meter reading stabil. Gunakan
tombol fine sensitivity dan set
meter reading ke angka 50.

5. Lakukan pengulang terhadap Diulangi prosedur 1 – 4


prosedur kalibrasi (no. 1-4)
dengan menggunakan air
deionisasi dan 5 larutan standar
hingga didapat keduanya stabil
di 0,00 dan 50.

6. Mengalirkan larutan blanko, 5 Dilakukan pengujian sebanyak 3


larutan standard dan larutan kali hingga meter reading stabil
sampel (serum darah). Lakukan
setiap pengujian sebanyak 3 kali
sampai meter reading
menjukkan stabil. Akan banyak
ditemukan “noise” pada saat
pembacaan, terutama pada
sampel dengan konsentrasi yang
tinggi.

7. Untuk melakukan running Didapatkan hasil running kalibrasi


kalibrasi yang kedua, letakkan kedua
larutan sampel diantara 2
larutan standar.

8. Melakukan seluruh pengujian Didapatkan hasil pengujian sampel


sebanyak 3 kali untuk Kel. 1 : 13,5
mengurangi kesalahan. Kel. 2 : 13
Kel. 3 : 14
Kel. 4 : 13
Kel. 5 : 15
Kel. 6 : 15
Kel. 7 : 15
Kel. 8 : 13,5

VII. Perhitungan
A. KALIUM
Perhitungan KCl

KCl → K+ + Cl-
𝑀𝑟 𝐾𝐶𝑙
[KCl] = x [K+]
𝑀𝑟 𝐾
74,5
= x 10 mg
39

= 19,1 mg/100 mL

KCl 100 ppm

10 𝑚𝑔 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚
= 100 mg/L = 100 ppm
100 𝑚𝐿

Perhitungan Larutan Stok

 4 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 4 ppm x 20 ml
V1 = 0,8 ml
 8 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 8 ppm x 20 ml
V1 = 1,6 ml
 12 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 12 ppm x 20 ml
V1 = 2,4 ml
 16 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 16 ppm x 20 ml
V1 = 3,2 ml
 20 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 20 ppm x 20 ml
V1 = 4 ml

KURVA BAKU

Konsentrasi Standar Intensitas


4 0,6
8 1,5
12 2,3
16 3,6
20 3,5

Kurva Baku Kalium


4.5
4 y = 0.1975x - 0.07
R² = 0.9371
3.5
3 Intensitas
Intensitas

2.5 Linear (Intensitas)


2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi

Perhitungan Konsentrasi
Konversi dari ppm menjadi mEq/L
(Faktor pengenceran 200/1 dan faktor konversi 0,0256 mEq/L
a. Kelompok 1
13,5 x 0,01 = 0,135
y = 0,1975x - 0,07
0,135 = 0,1975x - 0,07
0,135+0,07
X =
0,1975

X = 1,03797468 ppm
X = 1,03797468 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,3144304 mEq/L

b. Kelompok 2
13 x 0,01 = 0,13
y = 0,1975x - 0,07
0,13 = 0,1975x - 0,07
0,13+0,07
X = 0,1975

X = 1,01265823 ppm
X = 1,01265823 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,1848101 mEq/L

c. Kelompok 3
14 x 0,01 = 0,14
y = 0,1975x - 0,07
0,14 = 0,1975x - 0,07
0,14+0,07
X =
0,1975

X = 1,06329114 ppm
X = 1,06329114 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,4440506 mEq/L
d. Kelompok 4
13 x 0,01 = 0,13
y = 0,1975x - 0,07
0,13 = 0,1975x - 0,07
0,13+0,07
X = 0,1975

X = 1,01265823 ppm
X = 1,01265823 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,1848101 mEq/L

e. Kelompok 5
15 x 0,01 = 0,15
y = 0,1975x - 0,07
0,15 = 0,1975x - 0,07
0,15+0,07
X = 0,1975

X = 1,11392405 ppm
X = 1,11392405 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,7032911 mEq/L

f. Kelompok 6
15 x 0,01 = 0,15
y = 0,1975x - 0,07
0,15 = 0,1975x - 0,07
0,15+0,07
X = 0,1975

X = 1,11392405 ppm
X = 1,11392405 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,7032911 mEq/L

g. Kelompok 7
15 x 0,01 = 0,15
y = 0,1975x - 0,07
0,15 = 0,1975x - 0,07
0,15+0,07
X = 0,1975

X = 1,11392405 ppm
X = 1,11392405 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,7032911 mEq/L
h. Kelompok 8
13,5 x 0,01 = 0,135
y = 0,1975x - 0,07
0,135 = 0,1975x - 0,07
0,135+0,07
X = 0,1975

X = 1,03797468 ppm
X = 1,03797468 ppm x 200 x 0,0256
X = 5,3144304 mEq/L

KURVA BAKU

Konsentrasi Standar Intensitas


1 0,5
2 1
4 1,5
8 2,5
16 4,5

B. NATRIUM
Perhitungan NaCl

NaCl → Na+ + Cl-


𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙
[NaCl] = x [Na+]
𝑀𝑟 𝑁𝑎
58,5
= x 10 mg
23

= 25,43 mg/100 mL

NaCl 100 ppm


10 𝑚𝑔 𝑛𝑎𝑡𝑟𝑖𝑢𝑚
= 100 mg/L = 100 ppm
100 𝑚𝐿

Perhitungan Larutan Stok

 1 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 1 ppm x 20 ml
V1 = 0,2 ml
 2 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 2 ppm x 20 ml
V1 = 0,4 ml
 4 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 4 ppm x 20 ml
V1 = 0,8 ml
 8 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 8 ppm x 20 ml
V1 = 3,2 ml
 16 ppm
V1N1 = V2N2
V1 x 100 ppm = 16 ppm x 20 ml
V1 = 3,2 ml
Kurva Baku Natrium
5
4.5 y = 0.2587x + 0.3958
R² = 0.9961
4
3.5
Intensitas 3
2.5
Intensitas
2
1.5 Linear (Intensitas)
1
0.5
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi

Perhitungan Konsentrasi

Konversi dari ppm menjadi mEq/L


(Faktor pengenceran 200/1 dan faktor konversi 0,043 mEq/L)

a. Kelompok 1
10 x 0,01 = 0,1
y = 0,2587x + 0,3958
0,1 = 0,2587x + 0,3958
0,1−0,3958
X = 0,2587

X = -1,14341ppm
X = -1,14341 ppm x 200 (fp) x 0,043
X = -9,83332mEq/L

b. Kelompok 2
10 x 0,01 = 0,1
y = 0,2587x + 0,3958
0,1 = 0,2587x + 0,3958
0,1−0,3958
X = 0,2587

X = -1,14341ppm
X = -1,14341 ppm x 200 (fp) x 0,043
X = -9,83332mEq/L

c. Kelompok 3
9 x 0,01 = 0,09
y = 0,2587x + 0,3958
0,09 = 0,2587x + 0,3958
0,09−0,3958
X = 0,2587

X = -1,18206ppm
X = -1,18206 ppm x 200 (fp) x 0,043
X = -10,1658 mEq/L

d. Kelompok 4
10 x 0,01 = 0,1
y = 0,2587x + 0,3958
0,1 = 0,2587x + 0,3958
0,1−0,3958
X = 0,2587

X = -1,14341ppm
X = -1,14341 ppm x 200 (fp) x 0,043
X = -9,83332mEq/L

e. Kelompok 5
10 x 0,01 = 0,1
y = 0,2587x + 0,3958
0,1 = 0,2587x + 0,3958
0,1−0,3958
x = 0,2587

x = -1,14341ppm
x = -1,14341 ppm x 200 x 0,043
x = -9,83332 mEq/L

f. Kelompok 6
11 x 0,01 = 0,11
y = 0,2587x + 0,3958
0,11 = 0,2587x + 0,3958
0,11−0,3958
X = 0,2587

X = -1,10475 ppm
X = -1,10475 ppm x 200 x 0,043
X = -9,50089 mEq/L

g. Kelompok 7
11 x 0,01 = 0,11
y = 0,2587x + 0,3958
0,11 = 0,2587x + 0,3958
0,11−0,3958
X = 0,2587

X = -1,10475 ppm
X = -1,10475 ppm x 200 x 0,043
X = -9,50089 mEq/L

h. Kelompok 8
11 x 0,01 = 0,11
y = 0,2587x + 0,3958
0,11 = 0,2587x + 0,3958
0,11−0,3958
X =
0,2587

X = -1,10475 ppm
X = -1,10475 ppm x 200 x 0,043
X = -9,50089 mEq/L
VIII. Simpulan

Penetapan kadar Natrium dan Kalium dalam urin dan darah dapat ditentukan
dengan metode FAES, dimana dari data yang didapat tidak ada sampel darah yang
memenuhi batas normal natrium yaitu 135-145 mEq maupun kalium yaitu sebesar
3,5-5 mEq.

Daftar Pustaka

Corwin, E J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Darwis, D, J Moenajat, BM Nur, AS Madjid, P Siregar, and W Aniwidyaningsih.


2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi,
Diagnosis dan Tatalaksana. 2. Jakarta: FK UI.

Donald, D. 1968. Flame Photometric Analysis of Sodium and Potassium in


Nanogram Samples of Mammalian Nervous Tissue. Journal of
Neurochemistry. 15 (7)547–562.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Toronto: McGraw-Hills Companies


Inc.

Hsu, Chao Ping. 2009. The Electronic Couplings in Electron Transfer and Excitation
Energy Transfer. Acc. Chem. Res : 509-518.

Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI Press.

Klutts, JS, and MG Scott. 2006. Physiology and Disorder of Water, Electrolyte, and
Acid-Base Metabolism In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostic. 4th. Philadelphia: Elsevier Saunders Inc.

Maffin, G, and CM Porth. Disorders of Fluid and Electrolyte Balance In:


Pathophysiology Concepts of Altered Health States. 8. USA: McGraw Hill
Companies, 2009.

Scott, MG, VA LeGrys, and J Klutts. 2006 Electrochemistry and Chemical Sensors
and Electrolytes and Blood Gases In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry
and Molecular Diagnostic. 4. Philadelphia: Elsevier Saunders Inc.

Skoog, Douglas, A, D M West, Holler F J, and S R Crouch. 2004. Fundamental of


Analytical Chemistry. 9. USA: Brooks/Cool.

Widmaier, EP, H Raff, and KT Strang. 2004. The Kidney and Regulation of Water
and Inorganic Ions In: Vander Human Physiology: The Mechanisms of Body
Function. 9. McGraw Hill Publishing.
Worth H.G., A. 1968. comparison of the measurement of sodium and potassium by
flame photometry and ion-selective electrode". Ann. Clin. Biochem ; 22, 343-
50.

Anda mungkin juga menyukai