PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hubungan struktur kelarutan dan aktivitas biologis
obat.
BAB II
ISI
2.1 Hubungan Kelarutan Dengan Aktivitas Biologis Obat
Prinsip Ferguson
Pada prinsip Ferguson, banyak senyawa seri homolog aktivitasnya akan meningkat
sesuai dengan kenaikan jumlah atom C.
Fuhner ( 1904), mendapatkan bahwa untuk mencapai aktifitas sama, anggota seri
homolog yang lebih tinggi memerlukan kadar yang lebih rendah sesaui dengan
persamaan deret ukur sebagai berikut:
1/31, 1/32, 1/33, 1/34,....................... 1/3n
Contoh: seri homolog obat penekan sistem saraf pusat, seperti turunan alkohol, keton,
amin, ester, uretan, dan hidrokarbon.
Perubahan sefat fisik tertentu dari suatu seri homolog, seperti tekanan uap,
kelarutan dalam air, tegangan permukaan dan distribusi dalam pelarut tidak tercampur,
kadang-kadang juga sesuai dengan persamaan deret ukur.
Sifat-sifat fisik secara umum melibatkan distribusi pada beberapa macam fasa.
Contoh:
a. Kelarutan, melibatkan distribusi antara suatu padatan atau cairan dan larutan
jenuhnya.
b. Tegangan permukaan, melibatkan distribusi antar larutan dan permukaan.
c. Tekanan uap, melibatkan distribusi antara cairan dan uap.
Menurut Ferguson, kadar molar toksik sangat ditentukan oleh keseimbangan
distribusi pada fasa-fasa yang heterogen, yaitu fasa eksternal, yang kadar senyawanya
dapat diukur, dan biofasa.
Ferguson menyatakan bahwa sebenarnya tidak perlu menentukan kadar obat
dalam biofasa (reseptor) karena pada keadaan keseimbangan kecenderungan obat untuk
meninggalkan biofasa dan fase eksternal adalah sama, walaupun kadar obat dalam tiap
fasa mungkin berbeda. Kecenderungan obat untuk meninggalkan fasa disebut aktivitas
termodinamik.
Untuk menjelaskan kecenderungan obat dalam meninggalkan biofasa dan fasa
eksternal, derajat kejenuhan masing-masing fasa merupakan pendekatan yang cukup
beralasan.
Contoh hubungan aktivitas biologis obat dengan aktifitas termodinamik:
a. Seri homolog n-alkohol primer, kadar antibakteri terhadap Bacillus typhosus
bervariasi antara 0,0034-10,8 mol/liter, sedang aktifitas termodinamiknya berkisar
antara 0,33-0,88.
b. Obat penekan sistem saraf pusat yang berupa gas atau uap, seperti nitrogen
oksida, etil klorida, kloroform, asetilen, dietil formaldehid, dan eter, kadar
isonarkotik bervariasi antara 0,5-100%, sedang aktifitas termodinamiknya berkisar
antara 0,01-0,07.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi keempat. Gaya Baru. Jakarta
Siswando, dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press.
Surabaya
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting Edisi kelima. PT. Elex Media Kompotindo. Jakarta