Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

TOKSIKOLOGIIII

“ANTIBIOTIK KLORAMFENICOL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

NAMA : ALMAHIRAH G 701 17 058


ZAHRA ZAFIRA HIOLA G 701 17218
JIHAN SEPTIANI AMIN G 701 17166
NADIA SAPHIRA KHAIRUNNISA G 701 17043
NURWAHIDAH M.PIDE G 701 16 106
GRATSELA DENALIA BESA G 701 17 135
SATRIMA WIDYA NINGSIH ATUKA G 701 16 135
IKA NURJANNAH BATALIPU G 701 16 285
ALMUGNI YULIA NOVIANTI G 701 16 275
ALDI PUTRA G 701 16135

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya lah makalah lengkap Farmakologi Toksikologi III ini dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat selama berlangsungnya matakuliah
Farmakologi Toksikologi III
Penyusun memahami bahwa dalam makalah ini belumlah sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik agar kedepannya laporan
yang dibuat bisa lebih baik lagi.

Palu, 15 September 2019

Kelompok V
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

I.I Latar Belakang.......................................................................................

I.2 Rumusan Masalah..................................................................................

I.3 Tujuan Penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

II.1 Definisi Obat Kloramfenikol, Rumus struktur dan Contoh obat..........


II.2 Aktivitas antibiotic kloramfenikol dan bakterinya...............................
II.3 Proses sintesis protein ………………………………………………...
II.4 Mekanisme kerja………………………………………………………
II.5 PenggunaanDan efeksamping..............................................................
II.6 Penggunaan terhadap Ibu Hamil
II.5 Mekanisme Resistensi Obat kloramfenikol…………………………...
BAB III PENUTUP..................................................................................................

III.1 Kesimpulan...........................................................................................

III.2 Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LatarBelakang

Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan
kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini,
yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula
senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).

Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme,


yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).

kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotik yang digunakan secara luas


pada infeksi bakteri. kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotika jenis
bakteriostatik dengan menghambat sistesis protein dengan cara menghambat
aktivitas peptidil transferase dari ribosom bakteri, secara spesifik mengikat
residu A2451 dan A2452 dari 23s rRNA subunit ribosom 50s
untuk mencegah terjadinya ikatan peptida.

Kegunaan obat kloramfenikol (chloramphenicol) adalah untuk


pengobatan demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H.influenzae,
terutama infeksi meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psitatacosis, Antrax,
gas grangene, bakteri gram negatif penyebab bakteria meningitis, infeksi
kuman yang resisten terhadap antibiotik lain, Infeksi pada telinga dan mata.
I.2 RumusanMasalah

1. Apa yang dimaksud dengan obat antibiotic kloramfenikol ?


2. Bagaimana aktivitas antibiotic kloramfenicol dan bakterinya ?
3. Bagaimana proses sintesi protein ?
4. Bagaimana mekanisem kerja obat antibiotic kloramfenikol ?
5. Bagaimana penggunaan obat ini pada ibu hamil?
6. Bagaimanakah mekanisme resistensi obat kloramfenikol ?

I.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui lebih dalam mengetahui


bagaiman mekanisme kerja obat antibiotik kloramfenikol. mengetahui sintesis
protein secara normal, penggunaan obat ini terutama pada ibu hamil dan
bagaimana mekanisme resistensinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotik yang digunakan
secara luas pada infeksi bakteri. kloramfenikol (chloramphenicol) adalah
antibiotika jenis bakteriostatik dengan menghambat sistesis protein dengan
cara menghambat aktivitas peptidil transferase dari ribosom bakteri, secara
spesifik mengikat residu A2451 dan A2452 dari 23s rRNA subunit ribosom
50s untuk mencegah terjadinya ikatan peptida.
RumusStruktur

Contoh obat Kloramfenicol dan turunannya tiamfenikol


2.2Aktifitas anti biotik kloramfenikol dan bakterinya

Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas.


Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan
sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan
sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol. Bersifat bakteriostatik
terhadap Enterobachter dan S.aureus bekerja dengan menghambat sintesi
polipeptida kuman.bersifat bakterisida terhadap S, pneumonia, N. meningitis
dan H. influenza. obat golongan ini digunakan untuk infeksi yang berbahaya.
penggunaan secara oral dapat menyebabkan anemia aplastis. sehingga hayanya
dianjurkan pada infeksi tifus (Salmonella typhi) dan meningitis (Khusus akibat
H.Influenza). juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%.

2.3 Proses sintesis protein


Suatu gen menentukan ada tidaknya suatu sifat dengn kata lain kode genetic
merupakan penentu suatu sifat apa yang akan muncul atau tampak pada individu
hubungan antara fenotipe (sifat yang tampak) dan genotype (kode genetic),
diperantarai oleh sintesis senyawa polimer asam amino yaitu protein. Sebagai
penyusun tubuh mahkluk hidup, protein dapat ditemukan antara lain sebgai enzim
hormone, pigmen keratin dan hemoglobin.
Sintesis protein merupakan reaksi yang menghubungkan fungsi DNA dengan
penyusunan molekul tubuh, yaitu protein. Protein yang dibentuk melalui sintesis protein
akan mengalami banyak modifikasi, ada yang menjadi protein struktur, proteksi, dan
enzim (biokatalisator).
Sintesis protein secara singkat dapat didefinisikan sebagai proses
penerjemahan informasi yang ada pada DNA (sumber materi genetik) yang
mengkode asam-asam amino sehingga menjadi rantai peptida (rantai protein).
Akan tetapi, pengertian yang semacam bisa didapati berbeda, tergantung dari
sumber yang digunakan sebagai acuan meskipun isinya sebenarnya sama saja.
Dalam Sintesis Protein terdapat beberapa komponenKomponen yang
berperan dalam sintesis protein adalah inti sel, RE kasar, Ribosom (rRNA),
mRNA, tRNA, RNA polimerase.
Jenis dan rangkaian asam amino yang menyusun protein berbeda antara
protein yang satu dengn protein yang lain. Mekanisme sintesis protein terjadi
melalui dua tahap yakni transkripsi dan translasi.
Transkripsi dari gen melalui 3 tahapan proses, yaitu inisiasi,
elongasi, dan terminasi. Penjelasan yaitu sebagai berikut:
1. Inisiasi
RNA polimerase terikat pada untaian DNA, yang disebut promoter, yang
ditemukan didekat awal dari suatu gen. Setiap gen mempunyai promoternya
tersendiri. Setelah terikat, RNA polimerase memisahkan untaian ganda DNA,
menyediakan template atau cetakan untaian tunggal yang siap untuk
ditranskripsi.
2. Elongasi
Satu untaian DNA, untaian cetakan, bertindak sebagai cetakan untuk
digunakan oleh enzim RNA polimerase. Sambil ‘membaca’ cetakan ini, RNA
polimerase membentuk molekul RNA keluar dari nukleotida, membuat sebuah
rntai yang tumbuh dari 5′ ke 3′. RNA transkripsi membawa informasi yang
sama dari untaian DNA non-template (coding).
3. Terminasi
Urutan yang disebut terminator memberikan sinyal bahwa transkripsi RNA
telah selesai. Setelah ditranskripsi, RNA polimerase melepaskan hasil
transkripsi RNA.

Selama translasi, sel ‘membaca’ informasi pada messenger RNA (mRNA)


dan menggunakannya untuk membuat sebuah protein. Sebenarnya, mRNA ini
tidak selalu mengkoding protein secara keseluruhan, kadang mRNA hanya
mengkoding subunit protein atau polipeptida (rantai asam amino).
Pada sebuah mRNA, instruksi untuk membuat polipeptida adalah RNA
nukleotida (Adenine, Uracil, Cytosine, Guanine) yang dibaca dalam kelompok
tiga nukleotida, kelompok tiga ini disebut kodon.
Ada 61 kodon untuk asam amino, setiap kodon itu ‘dibaca’ untuk
membangun asam amino tertentu dari 20 asam amino yang biasanya ditemukan di
protein. Satu kodon, AUG, mempunyai fungsi untuk membangun asam amino
methionine dan juga bertindak sebagai start codon untuk memberi sinyal mulai
pada pembangunan protein.
Ada 3 kodon yang tidak membuat asam amino, kodon ini dinamakan stop
codon, UAA, UAG, dan UGA, yang memberitahu sel jika pembuatan polipeptida
telah selesai. Koleksi hubungan asam amino-kodon ini disebut kode
genetik, karena hal ini memungkinkan sel untuk mengkoding mRNA menjadi
rantai asam amino.
Bagaimana mRNA ‘dibaca’ untuk membuat polipeptida? Ada dua jenis molekul
yang memiliki peran penting dalam translasi, yaitu tRNA dan ribosom.

Transfer RNA (tRNA)


Transfer RNA atau tRNA adalah molekul ‘jembatan’ yang menghubungkan
kodon mRNA kepada asam amino yang dia koding. Satu ujung dari setiap tRNA
mempunyai sekuens (urutan) 3 nukleotida yang disebut antikodon, yang mana
bisa mengikat ke kodon spesifik mRNA. Bagian ujung tRNA lainnya membawa
asam amino yang dikoding oleh kodon.

Ribosom

Ribosom adalah struktur di mana polipeptida atau protein dibuat. Ribosom ini
terbuat dari protein dan RNA (ribosomal RNA, atau rRNA). Setiap ribosom
mempunyai 2 subunit, yang besar dan yang kecil. Ribosom menyediakan set slot
di mana tRNA bisa menemukan kodon yang sesuai dengan cetakan mRNA dan
mengirimkan asam aminonya.
Slot ini disebut situs A, P, dan E. Tidak hanya itu, ribosom juga bisa bertindak
sebagai enzim, mengkatalisasi reaksi kimia yang menghubungkan asam amino
bersama untuk membuat sebuah rantai.

Tahapan dalam Translasi:


Inisiasi
Pada tahap inisiasi atau permulaan, ribosom merakit di sekitar mRNA untuk
dibaca dan tRNA pertama yang membawa asam amino metionin (yang cocok
dengan start codon, AUG). Setting ini, disebut kompleks inisiasi, diperlukan agar
tahap translasi bisa dimulai.

Elongasi: Memperpanjang Rantai

Elongasi adalah tahap di mana rantai asam amino diperpanjang. Pada elongasi,
mRNA dibaca satu kodon sekali, dan asam amino yang sesuai dengan kodon
ditambahkan ke rantai protein.
Selama elongasi, tRNA bergerak melewati situs A, P, dan E dari ribosom. Proses
ini diulang terus menerus saat kodon baru dibaca dan asam amino baru
ditambahkan ke rantai.

Terminasi

Terminasi adalah tahap di mana rantai polipeptida dilepaskan. Proses ini dimulai
ketika stop codon (UAG, UAA atau UGA) memasuki ribosom, membuat rantai
polipeptida terpisah dari tRNA dan lepas keluar dari ribosom.

Setelah terminasi, polipeptida mungkin masih perlu dilipat menjadi bentuk 3


dimensi, melalui pemrosesan lebih lanjut (seperti pembuangan asam amino) dan
dikirim ke tempat yang tepat di dalam sel, atau bergabung dengan polipeptida lain
sebelum bisa berfungsi sebagai protein dan melakukan tugasnya.

Protein adalah molekul penting bagi organisme, karena molekul ini bertindak
sebagai penyusun tubuh organisme itu sendiri. Protein tidak lain adalah suatu
rantai asam amino (yang disebut polipeptida/subunit protein) yang dibuat dalam
inti sel.

Proses sintesis protein ini melewati tahapan panjang yang melibatkan DNA dan
kode genetik, transkripsi dan translasi kode genetik menjadi protein.
GAMBAR
2.4 Mekanisme kerja kloramfenikol
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman.
Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil
tansferase sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis protein
kuman.
Kloramfenikol terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat
enzim peptidil transferase. Ini merintangi pembentukan ikatan peptida antara
asam amino-tRNA pada sisi aminoasil. Selain itu juga dirintangi rantai
peptida yang sedang memanjang pada sisi peptidil pada ribosom sehingga
translasi terhenti.
Kloramfenikol diabsorpsi cepat dan hampir sempurna dari saluran
cerna, karena obat ini mengalami penetrasi membran sel secara cepat. Setelah
absorpsi, kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan dan
cairan tubuh. Metabolit utama kloramfenikol adalah glukuronida–nya yang
bekerja antibiotik, yang dibuat di hati dan diekskresikan melalui ginjal.

2.5 Penggunaan kloramfenikol


1. Penggunaan oral, injeksi intravena, atau infus: 50 mg/kg bb/hari dibagi
dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan meningitis, dosis
dapat digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
2. Penggunaan topikal, kloramfenikol digunakan sebagai salep 3% dan
tetes/salep mata 0,25-1% sebagai pilihan kedua, jika fusidat dan tetrasiklin
tidak efektif. Hanya digunakan pada konjungtivitis bakterial selama
maksimal 2 minggu. Lebih baik menggunakan salep mata 1 dd malam hari
dari pada tetes mata beberapa kali sehari. (Tjay, dan kirana, 2007)
3. Dosis anak: epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50—100 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi. BAYI di bawah 2 minggu: 25 mg/kg bb/hari
(dibagi dalam 4 dosis); 2 minggu—1 tahun: 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4
dosis).

Efeksampingkloramfenikol
Penggunaan kloramfenikol dapat menyebabkan Kelainan darah yang
reversibel dan ireversibel seperti:

1. Anemia aplastik (dapat berlanjut menjadi leukemia),


2. Neuritis perifer,
3. Neuritis optik,
4. Eritema multiforme,
5. Mual,
6. Muntah,
7. Diare,
8. Stomatitis,
9. Glositis,
10. Hemoglobinuria nokturnal.

2.6 Penggunaankloramfenikolpada ibu hamil


Menurut The US Food and Drug Administration (FDA) bahwa
Penggunaan chloramphenicol pada kehamilan masuk dalam Kategori C.
Penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan karena dapat menimbulkan
reaksi idiosinkrasi.

Kehamilan
Penggunaan chloramphenicol sediaan sistemik pada wanita hamil tidak
disarankan. Sediaan topikal umumnya dianggap aman.

Sebuah studi kasus-kontrol berbasis populasi menyimpulkan bahwa


penggunaan chloramphenicol pada kehamilan memberikan efek teratogenik
yang kecil. Anomali kongenital yang ditemukan di antaranya
poly/syndactyly, kelainan kardiovaskular, hipospadia, testis undesensus,
dan clubfoot.

Oral dan Parenteral

FDA memasukkan penggunaan chloramphenicol oral dan parenteral pada


kehamilan dalam Kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

2.7 Mekanisme kerja resistensi Kloramfenikol Dan Gambarnya


Resistensi Terhadap Makrolida
Eritromisin dan antibiotic golongan makrolida yang lain terikat pada subunit
50S ribosom bakteri dan mengeblok sintesis protein. Pada beberapa kasus,
resistensi terhadap antibiotic makrolida terjadi akibat mutasi pada target
antibiotik. Mekanisme utama resistensi makrolida adalah didasarkan atas
enzim RNA yang menambahkan gugus metil kedalam gugus adenine spesifik
pada subunit 50S rRNA. Antibiotik makrolida termasuk eritromisin tidak
akan terikat pada rRNA yang termetilasi. Pada Escherchia coli dan beberapa
strain bakteri resisten-eritromisin lainnya, terdapat perubahan pada gen
pengkode protein L4 atau L12 eritromisin pada subunit 50S ribosom bakteri,
mengakibatkan penurunan afinitas eritromisin terhadap ribosom. Pada
Staphylococcus aureus, resistensi eritromisin akibat dimetil asiresi dua denin
pada rRNA 23S. Resistensi terhadap eritromisin terjadimelalui 3 mekanisme
yang diperantarai oleh plasmid yaitu: 1.Menurunnya permeabilitas dinding
sel kuman, 2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman, dan 3.
Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu
(Enterobacteriaceae)
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotik yang digunakan secara


luas pada infeksi bakteri. kloramfenikol (chloramphenicol) adalah antibiotika
jenis bakteriostatik dengan menghambat sistesis protein dengan cara
menghambat aktivitas peptidil transferase dari ribosom bakteri.
Kloramfenikol terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim
peptidil transferase. Ini merintangi pembentukan ikatan peptida antara asam
amino-tRNA pada sisi aminoasil. Selain itu juga dirintangi rantai peptida
yang sedang memanjang pada sisi peptidil pada ribosom sehingga translasi
terhenti.

III.2 Saran
Disarankan kepada seorang farmasis agar lebih tanggap dalam
menangani kasus yang berkaitan dengan infeksi baik itu infeksi bakteri,
virus, jamur maupun parasit dan mengetahui obat-obat apa saja yang
digunakan untuk penyakit infeksi.

Daftar Pustaka

Agustina, W. 2004. Pemanfaatan Bacillus


licheniformissebagaiBakteriPenghasilEnzim Protease dengan Medium TepungBiji
Amaranth. PS MIPA Unsoed. Purwokerto
Departemen Farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas indonesia
edisi 5. 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Eelyn.R.H.,Joyce.L.K. 1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.


EGC.Jakarta.
Harvey A.R., Pamela C.C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4. EGC.
Jakarta.

Katzung, Betram G. 1997. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: EGC

Kee,Joyce L., Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi pendekatan proses


keperawatan. EGC. Jakarta.

Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar. Leskonfi. Jakarta.

Tambayong, dr. Jan. 2001. Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta: Widya


Medika.

Anda mungkin juga menyukai