Anda di halaman 1dari 17

NAMA : Benyamin Simon Petrus lili

NIM : B1201003

TUGAS : FARMAKOKINETIK

1. Farmakokinetik obat Paracetamol


Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada pemberian oral.
Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi paracetamol. Pada pemberian
melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 – 60 menit
pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma
adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8 jam.
Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam. Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi.
Sekitar 25% paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan sulfasi menjadi
konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450
menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI). Pada kondisi normal,
NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika
diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak
dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin dalam
waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2
mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan
gangguan ginjal. Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga
dapat diekskresikan dengan hemodialisa.

2. Farmakokinetik obat Metamizole


Farmakokinetik metamizole cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Pada pemberian oral, metamizole dihidrolisis dengan cepat menjadi MAA dalam asam lambung,
dan diabsorpsi dalam bentuk tersebut. Bioavailabilitas MAA 85% pada pemberian oral (tablet),
54% untuk suppositoria, dan 87% pada injeksi intramuskular.
Konsentrasi puncak MAA dalam plasma (Cmax) dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
Cmax (tmax) tidak berbeda secara signifikan baik pada pemberian per oral maupun injeksi
intramuskular. Sedangkan absorpsi melalui suppositoria lebih lambat dan tidak lengkap.
Setelah pemberian oral, tmax akan dicapai antara 1,2-2 jam. Mengonsumsi tablet metamizole
bersamaan dengan makanan sedikit memperlambat tmax MAA, namun perbedaannya tidak
signifikan.
Distribusi
Metabolit utama metamizole adalah MAA, 4-amino-antipyrine (AA), 4-acetyl-aminoantipyrine
(AAA), dan 4-formyl-amino-antipyrine (FAA). Keempatnya dapat menembus sawar darah otak.
Tidak ada metabolit utama metamizole yang terikat secara ekstensif pada protein plasma. Rerata
keterikatan metabolit utama metamizole pada plasma kurang dari 60%. Volume distribusi MAA
adalah 1,15 liter/kgBB.
Metabolisme
Metamizole dimetabolisme dengan waktu paruh 16 menit menjadi MAA. MAA dimetabolisme
lebih lanjut di hepar dengan waktu paruh 2,6-3,5 jam menjadi FAA (bentuk metabolit akhir) dan
AA. Kemudian AA mengalami proses asetilasi menjadi AAA oleh N-acetyl transferase polimorfik.
MAA dan AA mengalami transformasi lebih lanjut menjadi arachidonoyl amide aktif dengan
bantuan fatty acid amide hydrolase (FAAH), sebuah enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi
di hepar dan otak.
Eliminasi
Metamizole diekskresi melalui urine dalam bentuk metabolit, terutama AAA dan FAA. Klirens
ginjal keempat metabolit utama berkisar antara 3-70 mL/menit. Persentase rerata dosis metabolit
dalam urine setelah pemberian per oral adalah 2-4% untuk MAA, 5-9% untuk AA, 21-27% untuk
AAA, dan 11-23% untuk FAA.
Pada lansia, klirens MAA berkurang sebanyak 33%. Pada pasien dengan sirosis hepatis, klirens
keempat metabolit menurun secara umum. Sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis,
terdapat penurunan signifikan ekskresi AAA dan FAA.

3. Farmakokinetik obat Ibuprofen


Obat ibuprofen ditinjau dari aspek absorpsi, metabolisme, distribusi, dan eliminasi obat.
Absorpsi
Ibuprofen cepat diabsorpsi, setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat adalah 80%. Ibuprofen
lysine, atau garam ibuprofen lebih cepat diabsorpsi dibandingkan jenis asam ibuprofen.
Konsentrasi puncak ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen adalah sekitar 45 menit, sedangkan
asam ibuprofen adalah sekitar 90 menit. Konsentrasi puncak ibuprofen dalam serum umumnya
berlangsung sekitar 1‒2 jam.
Bioavailabilitas obat hampir tidak dipengaruhi oleh makanan. Juga tidak terdapat interferensi
absorpsi ibuprofen, apabila diberikan bersamaan dengan antasida, baik yang mengandung
aluminium hidroksida, maupun magnesium hidroksida.

Metabolisme
Ibuprofen secara cepat dimetabolisme di dalam hati, menghasilkan metabolit-metabolit seperti
asam propionik fenil hidroksimetil propil, dan asam propionik fenil karboksipropil.

Distribusi
Ibuprofen didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, terutama terkonsentrasi dalam cairan sinovial.
Keberadaan obat ibuprofen dalam cairan sinovial adalah lebih lama daripada dalam plasma. Obat
ini terikat pada protein sekitar 90‒99%, terutama dengan albumin.

Eliminasi
Waktu paruh obat dalam serum adalah sekitar 1,8 hingga 2 jam. Ekskresi ibuprofen lengkap dalam
24 jam, setelah dosis terakhir. Sekitar 45%‒79% dari dosis obat yang diabsorpsi per oral,
ditemukan dalam urine, dalam bentuk metabolit, sedangkan bentuk ibuprofen bebas atau
terkonjugasi, masing-masing adalah sekitar 1% dan 14%.

4. Farmakokinetik obat Dicloxacillin


Farmakokinetik dicloxacillin dianggap baik melalui pemberian per oral karena absorpsi yang cepat
pada traktus gastrointestinal. Eliminasi obat terjadi melalui traktus urinarius dan vesica fellea.
Absorpsi
Dicloxacillin dapat diabsorpsi secara cepat walaupun tidak sempurna di traktus gastrointestinal.
Absorpsi obat akan tertunda bila diberikan setelah makan. Konsentrasi puncak dicloxacillin dalam
plasma terjadi dalam waktu < 1 jam.
Distribusi
Obat dicloxacillin didistribusikan hampir ke semua jaringan tubuh dengan konsentrasi tertinggi
pada renal dan hepar, serta konsentrasi terendah pada cairan serebrospinal. Dicloxacillin juga dapat
menembus sawar plasenta serta ASI. Dicloxacillin berikatan dengan protein plasma sekitar 97%.
Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat dicloxacillin merupakan metabolisme terbatas yang terjadi
di hepar, yakni pada membran retikulum endoplasma dan sitosol. Dicloxacillin mengalami
metabolisme sampai tingkat tertentu menjadi metabolit 5-hidroksi oleh enzim CYP3A4 yang
memetabolisme hampir 50% obat pada manusia.
Penelitian in vitro menggunakan hepatosit manusia yang telah diawetkan dengan kriopreservasi
menunjukkan bahwa dicloxacillin merupakan penginduksi metabolisme yang dimediasi tidak
hanya oleh enzim CYP3A4 tetapi juga oleh enzim CYP2C pada hepatosit manusia.
Eliminasi
Dicloxacillin memiliki waktu paruh eliminasi sekitar 0,7 jam dengan waktu paruh plasma 0,5
hingga 1 jam. Dicloxacillin diekskresikan dalam jumlah yang besar di urine melalui filtrasi
glomerulus dan sekresi tubulus aktif, serta dalam jumlah kecil melalui empedu.

5. Farmakokinetik obat Amoxicillin cukup baik terutama bila diberikan per oral.
Bioavailabilitas bisa mencapai 95% per oral.
Absorpsi
Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan tidak tergantung
adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%, dan bisa mencapai 95% per oral.
Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam . Waktu puncak dalam plasma darah
bergantung pada bentuk sediaan, dimana waktu puncak akan dicapai dalam 2 hari untuk obat
bentuk kapsul, 3 hari untuk obat bentuk tablet extended release, dan 1 hari untuk obat bentuk
suspensi. Karena amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi dalam serum akan
meningkat pada penderita gangguan ginjal
Absorpsi per oral pada neonatus lebih lambat dibandingkan anak-anak yang lebih besar.
Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus, didapat dalam 3─4,5 jam.
Distribusi
Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk paru-paru, sekresi
bronkial, sekresi sinus maxilaris, empedu, cairan pleura, sputum, dan cairan telinga tengah. Dalam
cairan serebrospinal amoxicillin dapat ditemukan dalam konsentrasi <1%. Dalam ikatan protein
plasma, 17─20%. Pada wanita hamil, amoxicillin dapat melewati sawar plasenta.
Metabolisme
Bio transformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin kurang lebih 1 jam pada
orang dewasa. Waktu paruh pada anak bisa lebih singkat. Pada neonatus, waktu paruh berkisar
34jam jam untuk neonatus cukup bulan. Pada infant dan anak-anak, berkisar antara 1-2 jam. Waktu
paruh akan memanjang pada penderita dengan gagal ginjal.
Eliminasi
Amoxicillin diekskresikan melalui urine. Sekitar 50-80% dosis amoxicillin diksresikan ke urine
tanpa berubah bentuk. Ekskreasi obat ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan infant karena
fungsi ginjal yang belum berkembang sempurna.
Resistensi
Beberapa bakteri telah dilaporkan resistensi terhadap amoxicillin, yaitu Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dan golongan cocci gram positif. Resistensi amoxiciliin terjadi
karena beberapa faktor, diantaranya adalah:
-Penggunaan secara berlebihan di masyarakat yang diperoleh tanpa resep dokter
-Pemberian resep yang tidak perlu, atau tidak rasional
-Penggunaan ekstensif di bidang agrikultural -Tersedianya
beberapa antibiotika baru.

6. Farmakokinetik obat Antasida bergantung


pada kandungan obatnya.
Absorpsi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk kandungan Magnesium hitungannya
adalah secara inversi proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol,
dibandingkan dengan 15─30% pada pemberian dosis tinggi.
Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%. Makanan akan meningkatkan absorpsi
obat 10─30%. Onset kerja obat tergantung pada lamanya pengosongan lambung. Waktu puncak
obat dalam plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan puasa. Apabila obat dikonsumsi satu jam
setelah makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.
Distribusi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat. Untuk kandungan Magnesium dapat
ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar 1─2% didistribusikan kedalam cairan
ekstraseluler. Obat berikatan dengan protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan Kalsium,
obat berikatan dengan protein sebanyak 45%.
Eliminasi

Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah 50─300 mg per hari. Obat
Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine. Sedangkan obat Antasida yang tidak
dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.

Resistensi

Pernah dilaporkan, beberapa kasus pasien dengan ulkus duodenum, yang resisten terhadap
pengobatan Antasida.Ulkus duodenum dapat diobati dengan Omeprazole.

7. Farmakokinetik obat Naproxen


adalah diabsorpsi baik melalui lambung dengan waktu paruh 14 jam. Naproxen dimetabolisme di
hati dan diekskresikan terutama melalui urin.
Absorbsi
Absorpsi naproxen berlangsung baik melalui lambung, dengan bioavailabilitas sekitar 95%. Kadar
puncak plasma dicapai dalam waktu 2−4 jam. Bila diberikan dalam bentuk garam natrium
naproxen, maka kadar puncak plasma dicapai lebih cepat. Kadar steady state tercapai setelah 3
hari.
Absorpsi tablet naproxen sediaan lepas lambat (sustain released) berlangsung lebih lambat
dibandingkan tablet naproxen biasa, kadar plasma juga lebih stabil sehingga dapat diberikan dosis
tunggal, atau satu kali sehari. Absorpsi naproxen tablet lepas lambat juga tidak dipengaruhi oleh
makanan. Berbeda dengan naproxen tablet biasa, di mana makanan akan sedikit memperlambat
waktu absorpsi.
Distribusi
Naproxen memiliki waktu paruh 14 jam, sehingga cukup diberikan dua kali sehari. Ikatan obat ini
dengan protein plasma mencapai 98−99%. Naproxen memiliki volume distribusi 0,16 L/kg.
Metabolisme
Naproxen dimetabolisme di hati menjadi bentuk 6-0 desmethyl naproxen.
Eliminasi
Ekskresi terutama dalam urin, baik dalam bentuk utuh maupun sebagai konjugat glukuronida dan
desmetilat. Hanya sebagian kecil diekskresikan di feses. Rerata ekskresi sebanding dengan rerata
klirens dari plasma. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, metabolit ini dapat terakumulasi.

8. Farmakokinetik obat Celecoxib


diserap cepat dan mencapai konsentrasi serum puncak dalam waktu sekitar 3 jam. Sangat sedikit
obat yang tereliminasi tanpa perubahan struktur (<3%). Metabolisme utama celecoxib melalui
reaksi metil hidroksilasi dengan hasil berupa hydroxycelecoxib. Reaksi metabolisme tersebut
sebagian besar dikatalisasi oleh CYP2C9, meskipun CYP3A4 juga sedikit berperan (<25%).
Absorbsi
Terdapat perbedaan waktu puncak celecoxib pada pasien dewasa dan anak. Makanan yang
dikonsumsi juga mempengaruhi proses absorbsi obat. Waktu puncak celecoxib oral pada pasien
dewasa adalah 1 jam (larutan oral) dan 2,8 jam (kapsul). Sementara waktu puncak untuk pasien
anak adalah 3 jam. Makanan memiliki efek untuk celecoxib. Terjadi penundaan waktu puncak
selama 1 sampai 2 jam akibat makanan. Kadar puncak (Cmax) juga menurun sekitar 50%
dikonsumsi bersama makanan (larutan oral).
Distribusi
Celecoxib didistribusikan melalui ikatan dengan protein pengikat, albumin dan alfa (1)-acid
glikoprotein sebesar 97%. Terdapat perbedaan volume distribusi antara pasien anak dan dewasa.
Pasien dewasa memiliki volume distribusi sebesar 288 L (larutan) dan 429 L (kapsul). Sementara
pasien anak memiliki volume distribusi sebesar 8,3 L / kg.
Metabolisme
Metabolisme celecoxib ekstensif terjadi di hepar melalui CYP2C9 dengan metabolit asam
karboksilat (utama) tidak aktif. Pada metabolismenya, celecoxib dipecah menjadi substrat
CYP2C9 dan inhibitor CYP2D6.
Eliminasi
Celecoxib dieliminasi oleh ginjal (27%) dan melalui tinja (57%). Klirens tubuh total untuk
eliminasi obat pada pasien dewasa adalah 27,7 L/jam sementara pada pasien anak adalah 0,9-1,4
L/Jam/KgBB. Metabolit celecoxib adalah asam karboksilat (73% dosis) dan metabolit glukuronida
yang muncul dalam urin.

9. Farmakokinetik obat Asam mefenamat


secara oral cukup baik. Meskipun jarang, asam mefenamat dapat menyebabkan hepatotoksisitas,
sehingga pertimbangan klinis seksama diperlukan sebelum penggunaannya.
Absorpsi
Asam mefenamat diabsorpsi secara cepat pada traktus gastrointestinal (80%), dengan waktu
puncak konsentrasi plasma dicapai dalam 2-4 jam. Pada dosis 250 mg, kadar puncak obat dalam
darah adalah 2-6 mg/L. Pada dosis 500 mg, kadar yang dicapai adalah 4-24 mg/L.
Distribusi
Volume distribusi asam mefenamat adalah 1,06 L/kg. Obat ini berikatan dengan protein plasma,
dengan >90% berikatan dengan albumin. Asam mefenamat diekskresikan pada ASI.
Metabolisme
Asam mefenamat dimetabolisme di hepar dengan peran isoenzim CYP2C9, menjadi
3hidroksimetil asam mefenamat, yang kemudian dioksidasi menjadi asam 3-karboksimefenamat.
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi asam mefenamat adalah sekitar 2 jam. Asam mefenamat diekskresikan
melalui urin sebanyak 52%, dan feses sebanyak 20%.

10. Farmakokinetik obat Dexamethasone


Farmakokinetik dexamethasone cukup baik, dengan onset kerja obat bergantung pada rute
pemberian. Durasi kerja dexamethasone sekitar 72 jam.
Absorpsi
Absorpsi dexamethasone secara oral mencapai 61–86%. Onset tergantung rute pemberian. Peak
serum time oral tercapai dalam 1–2 jam, intramuskular 30 – 120 menit, dan intravena 5–10 menit.
Distribusi
Dexamethasone didistribusikan dengan berikatan dengan protein sebanyak 70%. Volume
distribusi adalah 2 L/kg. Dexamethasone dapat melewati sawar plasenta.
Metabolisme
Dexamethasone dimetabolisme di hati oleh enzim CYP3A4.
Eliminasi
Waktu paruh dexamethasone sekitar 190 menit. Ekskresi sebagian besar melalui urine (65%),
sebagian kecil melalui feses.
Resistensi
Dexamethasone termasuk golongan glukokortikoid. Resistensi terhadap glukokortikoid terjadi
akibat perubahan sensitivitas reseptor glukokortikoid (glucocorticoid receptor/GR) melalui
mekanisme berikut:
-Sindrom resistensi glukokortikoid generalisata merupakan kelainan herediter. Pada sindrom ini,
efek kortisol berkurang dan terjadi kompensasi berupa hiperaktivitas aksis hipotalamus-
pituitariadrenal (HPA).
-Perubahan sensitivitas GR leukosit yang transien pada penyakit infeksi, sepsis, keganasan, depresi
mayor, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), dan beberapa penyakit autoimun.
-Perbedaan GR yang masih dalam batas normal pada populasi akibat polimorfisme.
-Pasien dengan resistensi GR dapat menunjukkan gejala hipertensi, alkalosis hipokalemia, dan
kelelahan akibat kelebihan produksi mineralokortikoid. Pada perempuan, dapat muncul gejala
hiperandrogen, seperti jerawat, hirsutism, kebotakan dan lain-lain. Namun, pasien tidak
menunjukkan gejala seperti moon face, obesitas sentral, striae, hiperglikemia, dan miopati.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tes supresi dexamethasone dosis rendah.

11. Farmakokinetik obat Ketoprofen


Farmakokinetik ketoprofen berupa aspek absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasinya.
Absorpsi
Bioavailabilitas obat mencapai 90% dengan onset kerja 30 menit dan durasi kerja 6 jam.
Konsentrasi puncak dalam plasma darah dicapai sekitar 0,5-2 jam. Pada sediaan lepas lambat,
konsentrasi puncak dalam plasma darah dapat terjadi sekitar 6─7 jam setelah mengonsumsi obat.
Distribusi
Ikatan protein 99%. Ketoprofen memiliki volume distribusi 0,1 L/kgBB. Ketoprofen melewati
sawar otak, dan dalam kadar sedikit dalam ASI.
Metabolisme
Metabolisme ketoprofen terjadi di hepar dengan metabolit utama berupa glukuronida hasil
konjugasi ketoprofen dan ketoprofen terhidroksilasi.
Eliminasi
Ekskresi ketoprofen terjadi di urine sebesar 50-90% sebagai metabolit konjugat glukuronida.
Hanya sekitar 1% obat yang dieliminasi dalam bentuk tidak berubah. Ekskresi di feses hanya
sekitar 1-8%.
Waktu paruh sediaan yang berefek segera sekitar 2-4 jam dan untuk sediaan lepas lambat 3-7.5
jam.
12. Farmakokinetik obat Captopril
Farmakokinetik captopril adalah onset kerja cepat dan masa kerja yang singkat.
Absorpsi
Captopril diabsorpsi cepat sekitar 60‒75% pada perut kosong. Makanan akan mengurangi
bioavailabilitas obat sekitar 24% hingga 30%.
Dalam satu jam, dosis tunggal 100 mg captopril per oral, akan mencapai konsentrasi puncak dalam
darah sekitar 800 ng/mL. Penurunan tekanan darah akan terjadi, biasanya maksimal sekitar 60‒90
menit setelah menelan dosis individu obat ini.
Lama kerja obat berhubungan dengan dosis yang diberikan. Penurunan tekanan darah dapat
progresif. Untuk mencapai efek terapeutik yang maksimal, maka obat perlu dikonsumsi selama
beberapa minggu. Karenanya, edukasikan kepada pasien untuk mengonsumsi obat dengan tidak
terinterupsi, atau menghentikan terapi, tanpa rekomendasi dokter.
Distribusi
Captopril didistribusikan ke dalam air susu ibu dengan konsentrasi sekitar 1% dari konsentrasi obat
dalam darah maternal. Uji coba pada hewan menunjukkan captopril secara cepat didistribusikan
pada hampir semua jaringan tubuh, kecuali susunan saraf pusat. Captopril terikat pada plasma
protein, terutama albumin, sekitar 25‒30%.
Metabolisme
Metabolisme captopril terjadi di hepar. Metabolit captopril berupa disulfida. Mayoritas metabolit
adalah dimers dari captopril disulfida. Metabolit-metabolit tersebut menjalani proses interkonversi
yang reversibel. Sekitar setengah dari dosis captopril yang diabsorpsi, secara cepat akan
dimetabolisir, terutama menjadi disulfida captopril-sistein, dan dimer sulfida. Diperkirakan bahwa
obat lebih dimetabolisir secara ekstensif pada pasien dengan fungsi ginjal yang rusak, daripada
pasien dengan fungsi renal yang normal.
Waktu paruh biologis terjadi < 2 jam pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal. Waktu paruh
captopril dan metabolitnya berhubungan dengan creatinine clearance. Waktu paruh meningkat
sekitar 20‒40 jam pada pasien dengan creatinine clearance <20 mL/menit. Dapat lebih lama sekitar
6,5 hari pada pasien dengan anuria.
Eliminasi
Captopril dan metabolitnya diekskresikan ke urine. Lebih daripada 95% dosis obat yang
diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine dalam waktu 24 jam, pada pasien dengan fungsi ginjal
yang normal. Sekitar 40‒50% dari obat yang diekskresikan ke urine berupa captopril yang tidak
berubah. Sisanya sebagai dimers dari captopril disulfida dan disulfida captopril sistein.
Sekitar 20% dari dosis obat tunggal ditemukan pada feses dalam waktu 5 hari, yang berupa obat
yang tidak diabsoprsi. Obat captopril dapat dieliminasi melalui hemodialisa pada orang dewasa.
Namun, belum diketahui apakah obat ini dapat dieliminasi melalui proses tersebut pada neonatus,
atau anak .

Resistensi
Dilaporkan telah terjadi resistensi pada dua pasien terhadap obat captopril, setelah diterapi selama
12 minggu dengan dosis yang ditingkatkan.Perkembangan resistensi ini, dihubungkan dengan
restorasi terhadap kadar renin dan aldosteron plasma yang awalnya meningkat. Kendurnya kontrol
terhadap hipertensi, setelah beberapa lama, dapat dihubungkan dengan munculnya kembali
mekanisme yang mengakibatkan stimulasi renin yang eksesif.
Resistensi sekunder terjadi pada terapi pasien dengan captopril dalam jangka waktu panjang. Hal
ini terjadi karena tidak adanya volume ekspansi, atau kontrol terhadap tekanan darah yang secara
gradual menurun, yang tidak berhubungan dengan kenaikan berat badan, atau volume darah.

13. Farmakokinetik obat Natrium diklofenak


Farmakokinetik obat natrium diklofenak diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral. Obat
selanjutnya akan mengikuti siklus enterohepatik, berakhir di urine dan feses.
Absorpsi
Penyerapan natrium diklofenak adalah 100% setelah konsumsi per oral, dan konsentrasi puncak
obat tercapai dalam waktu 2 jam. Makanan tidak memengaruhi proses absorpsi obat. Meski
demikian, makanan dapat memperlambat absorpsi obat, yaitu sekitar 1‒4,5 jam, dan juga terjadi
penurunan kadar puncak obat dalam plasma darah, yaitu sekitar 30%. Obat sediaan lepas lambat
dan salut selaput memerlukan waktu sekitar 2‒5 jam untuk mencapai konsentrasi puncak.
Distribusi
Sekitar lebih dari 99% obat natrium diklofenak ini terikat pada protein serum, terutama albumin.
Volume distribusi obat adalah 1,4 L/kg. Distribusi obat yang masuk ke dalam cairan sinovial
adalah dengan cara berdifusi, dan dapat dideteksi dua jam setelah obat masuk ke dalam tubuh.
Namun, konsentrasi obat tersebut lebih rendah daripada konsentrasinya dalam plasma darah.
Metabolisme
Natrium diklofenak dimetabolisme di hepar menjadi beberapa metabolit, dengan metabolit
utamanya adalah 4-hydroxydiclofenac. Obat dan metabolitnya akan menjalani proses
glukuronidasi dan sulfasi, kemudian disalurkan ke cairan empedu.
Eliminasi
Waktu paruh terminal obat dalam bentuk tidak berubah adalah sekitar 2 jam. Sekitar 65% dari
dosis obat yang masuk ke dalam tubuh diekskresikan ke urine dan sekitar 35% ke feses melalui
sistem bilier.

14. Farmakokinetik obat Diazepam


Farmakokinetik dari diazepam dibahas dari aspek absorpsi, distribusi, metabolisme, eliminasi.
Diazepam dimetabolisme di hati kemudian diekskresikan melalui urine. Konsentrasi puncak lebih
cepat tercapai pada pemberian intravena dibandingkan dengan oral atau intramuskular pada dosis
yang sama.
Absorpsi
Diazepam dapat diberikan melalui oral, rektal, dan parenteral secara injeksi intravena dan
intramuskular. Setelah pemberian secara oral, >90% diazepam akan diserap dengan cepat melalui
gastrointestinal. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 1−1,5 jam pada
pemberian oral, 10−30 menit pada pemberian rektal, kira-kira 1 menit pada pemberian intravena,
dan 0,25−2 jam pada pemberian intramuskular. Penyerapan diazepam akan melambat apabila
diberikan bersamaan dengan makanan berlemak, yaitu menjadi sekitar 45 menit dibandingkan jika
dalam kondisi perut kosong dapat diserap dalam waktu 15 menit. Makanan juga menyebabkan
peningkatan waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak, yaitu menjadi 2,5 jam. Absorbsi
diazepam pada injeksi intramuskular kurang baik dan sulit diperkirakan, sehingga hanya dilakukan
apabila cara pemberian lain tidak bisa dilakukan.
Distribusi

Pada laki-laki usia muda yang sehat, volume distribusi diazepam adalah 0,8−1 L/kg. Sebanyak
98% dari diazepam peroral, atau 95−98% dari per rektal, terikat erat pada protein plasma terutama
albumin dan alpha1-acid glycoprotein. Diazepam dapat menembus sawar darah otak, plasenta, dan
air susu ibu (ASI). Konsentrasi diazepam pada ASI diperkirakan sebesar 1/10 dari konsentrasi
plasma ibu, pada hari 3−9 setelah melahirkan. Diazepam bersifat larut dalam lemak dan
terdistribusi dengan cepat pada lemak dan jaringan lain. Distribusi diazepam kepada berbagai
jaringan diperkirakan memiliki waktu paruh 1 jam, hingga mencapai >3 jam. Volume distribusi
diazepam adalah 1,1 L/kg pada pemberian oral, 1,2 L/kg intravena, dan 1 L/kg per rektal.
Metabolisme
Oksidasi dari diazepam dimediasi oleh sitokrom P450. N-demetilasi dari diazepam dilakukan oleh
CYP3A4 dan CYP2C19, kemudian membentuk metabolit aktif N-desmethyldiazepam. Zat ini lalu
dihidroksilasi oleh CYP3A4 menjadi metabolit aktif temazepam. Temazepam dan
Ndesmethyldiazepam kemudian dimetabolisme lagi menjadi oxazepam, dan dieliminasi melalui
konjugasi pada asam glukoronat melalui glukoronidase.
Eliminasi
Diazepam dan metabolitnya diekskresikan melalui urine sebagai konjugat glukoronidase. Waktu
klirens diazepam mencapai 20−30 mililiter/menit pada dewasa muda. Waktu paruh eliminasi
diazepam dapat mencapai 48 jam pada pemberian oral, 33−45 jam intravena, 60−72 jam
intramuskular, dan 45-46 jam per rektal. Metabolit aktif N-desmethyldiazepam memiliki waktu
paruh eliminasi yang mencapai 100 jam. Waktu paruh diazepam memanjang pada neonatus,
geriatri, dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
15. Farmakokinetik obat Epinefrin
Epinefrin memiliki onset yang cepat dan durasi kerja yang singkat ketika diberikan secara
parenteral atau intraokular. Waktu paruh efektif epinefrin ketika diberikan lewat jalur parenteral
adalah kurang dari 5 menit.
Absorbsi
Epinefrin akan dimetabolisme dengan cepat di saluran gastrointestinal, sehingga obat ini tidak bisa
mencapai konsentrasi yang efektif secara farmakologis bila diberikan secara peroral. Absorbsi
dapat berlangsung baik lewat pemberian intramuskular dan subkutan, terutama bila difasilitasi
dengan pemijatan area injeksi. Obat ini memiliki onset yang cepat, di mana waktu paruh efektifnya
kurang dari 5 menit bila diberikan secara parenteral.
Distribusi
Epinefrin diketahui dapat menembus sawar plasenta, tetapi tidak dapat menembus sawar darah
otak. Obat ini juga diperkirakan dapat diekskresikan ke dalam ASI, tetapi data yang tersedia masih
inkonklusif.
Metabolisme
Efek farmakologis biasanya terhenti karena obat diambil dan dimetabolisme di nerve ending
simpatis. Sebagian besar epinefrin akan dimetabolisme dan hanya sedikit yang akan diekskresikan
dalam bentuk tidak berubah. Epinefrin dimetabolisme menjadi metabolit inaktif, yaitu
vanillylmandelic acid oleh monoamine oxidase (MAO) dan oleh catechol-O-methyl transferase
(COMT) di liver dan jaringan lain.
Eliminasi
Sekitar 40% epinefrin akan diekskresikan lewat urine dan sebagian besar diekskresikan dalam
bentuk metabolit inaktif.
Resistensi
Kasus resistensi epinefrin sangat jarang terjadi. Resistensi epinefrin pernah dilaporkan pada pasien
yang mengalami pseudohipoparatiroid.
16. Farmakokinetik obat Gentamicin
Gentamicin memiliki absorpsi yang kurang baik jika diberikan per oral. Ekskresi utamanya via
urine dalam bentuk yang tidak berubah.
Absorpsi
Absorpsi gentamicin pada saluran cerna rendah. Absorpsi cepat jika diberikan secara
intramuskular, dengan waktu mencapai konsentrasi plasma tertinggi berkisar antara 30-60 menit.
Distribusi
Gentamicin terdistribusi secara luas ke jaringan, limfe, pleura, cairan sendi maupun peritoneum.
Gentamicin dapat menembus sawar plasenta. Akan tetapi penetrasi menembus sawar darah otak
serta jaringan okular rendah. Distribusi gentamicin berikatan dengan protein plasma <30%.
Metabolisme
Gentamicin tidak mengalami perubahan bentuk karena tidak dimetabolisme oleh tubuh.
Eliminasi
Gentamicin terutama dieliminasi di ginjal. Eliminasi gentamicin pada empedu hanya sedikit.
Gentamicin dieliminasi dalam bentuk aktif tanpa perubahan bentuk.
Fungsi ginjal berperan penting dalam proses eliminasi obat ini. Pada penderita dewasa tanpa
penurunan fungsi ginjal, waktu paruh eliminasi berkisar 2-4 jam, sedangkan pada individu dengan
gangguan fungsi ginjal 24-60 jam.

17. Farmakokinetik obat Ketoconazole


Farmakokinetik ketoconazole berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasinya.
Absorpsi
Ketoconazole memiliki kemampuan rendah untuk larut dalam air. Penyerapan ke dalam darah
sangat bervariasi bergantung pada kadar keasaman (semakin asam semakin baik penyerapannya
dalam darah) sehingga penyerapan akan lebih baik bersamaan dengan makan.Rata-rata konsentrasi
ketoconazole dalam darah 3.5 ug/mL dalam waktu 1 hingga 2 jam.Rasio konsentrasi antara CSF
(Cerebro Spinal Fluid) dibanding serum kurang dari 0,1.
Distribusi
Ketoconazole dapat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui ikatan albumin, namun
rendah dalam CSF. Setelah diabsorsi, ketoconazole tablet dikonversi menjadi metabolit inaktif.
Metabolisme
Metabolisme ketoconazole terjadi di liver menjadi bentuk metabolit inaktifnya. Beberapa
penelitian mengemukakan adanya keterlibatan pada sitokrom isoenzim P450 dan beberapa
transporter seperti CYP3A4, CYP2C9, CYP2C19, P-gp, UGT1A1, dan UGT2B7. Ketoconazole
adalah salah satu zat yang menghambat kerja CYP3A4.
Eliminasi
Ketoconazole dieliminasi di hepar dengan melakukan oksidasi, dealkilasi dan hidroksilasi
aromatik pada cincin imidazole dan piperazine dengan menggunakan enzim microsomal dari
hepar.Ketoconazole memiliki waktu paruh (t ½) 7 hingga 10 jam.[1] Secara oral, ketoconazole
akan mencapai dosisi maksimum di serum sekitar 4.2- 6.2 µg/mL pada dewasa dalam keadaan
sehat. Secara topikal, ketoconazole akan mencapai kadar sekitar 0 – 20.7 ng/mL.
Rata-rata, 13% dari dosis yang diminum akan dieksresikan ke urin.Sedangkan eksresi terbesar
adalah melalui cairan empedu yang dialirkan ke intestinal lalu sebanyak 57% dibuang ke feses.
Sisa dari ketoconazole di dalam tubuh tidak mengalami perubahan dan tetap di dalam tubuh.
Resistensi
Terdapat penelitian yang membandingkan efektifitas pemberian ketoconazole pada infeksi
beberapa jamur. Studi mengatakan penggunaan ketoconazole pada infeksi jamur ditemukan sekitar
2.7% dari 3628 kasus. Sekitar 1.5% dari kasus resistensi tersebut adalah infeksi terhadap Candida
sp.

18. Farmakokinetik obat Miconazole


Miconazole dapat digunakan secara sistemik maupun topikal. Miconazole oral tidak diserap
seluruhnya dan tidak banyak dipengaruhi oleh asupan makanan. Miconazole dimetabolisme di hati
dan diekskresikan melalui feses dan urin.
Absorpsi
Miconazole oral tidak diserap seluruhnya melalui traktus gastrointestinal. Konsentrasi puncak
plasma sebesar 1 mcg/mL dicapai dalam 4 jam setelah konsumsi obat dengan dosis 1 gram.
Konsentrasi puncak saliva sebesar 15 mcg/mL dalam waktu 7 jam dan konsentrasi puncak plasma
sebesar 0,4mcg/mL dicapai pada penggunaan miconazole buccal dengan dosis 50 mg. Adhesi
buccal setelah penggunaan dosis tunggal miconazole 50 mg bertahan hingga 15 jam.
Penggunaan miconazole intravena dengan dosis lebih dari 9 mg/kgBB akan menghasilkan
konsentrasi puncak plasma sekitar 1 mcg/mL. Penggunaan miconazole nitrat topikal pada kulit dan
intravagina, diabsorpsi minimal. Penggunaan miconazole nitrat 100 mg suppositoria menghasilkan
sejumlah kecil miconazole pada feses dan urin, yaitu 0,85% dari total dosis.
Distribusi
Miconazole didistribusikan ke seluruh tubuh dengan berikatan pada plasma. Miconazole tidak
dapat menembus sawar darah otak, namun dapat menembus sendi yang terinfeksi dengan baik.
Studi pada hewan menunjukkan miconazole dapat menembus plasenta dan masuk ke dalam darah
dan jaringan janin.
Metabolisme
Miconazole yang terabsorpsi akan dimetabolisme di hati. Miconazole mengalami first pass effect,
sehingga konsentrasi obat yang masuk ke peredaran darah akan berkurang karena metabolisme
yang cepat di hati. Metabolisme miconazole tercapai melalui reaksi O-dealkylation dan oxidative
N-dealkylation.
Eliminasi
Sekitar 50% dari dosis oral diekskresikan tanpa perubahan melalui feses. 10-20% dari dosis oral
dan intravena diekskresikan melalui urin dalam bentuk metabolit selama 6 hari. 40% dari bentuk
aktif miconazole intravena ditemukan di feses, dan 16% ditemukan di urin. 14-22% dari dosis obat
diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk inaktif.
Resistensi
Penelitian in vitro menemukan bahwa strain Candida yang mengalami penurunan sensitivitas
terhadap salah satu obat golongan azole akan dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
obat golongan azole yang lain.
Resistensi dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, seperti perubahan asam amino, perubahan
regulasi enzim target, atau perubahan protein pompa efflux. Resistensi dapat terjadi akibat satu
atau lebih dari mekanisme tersebut. Belum ada studi yang mempelajari breakpoint resistensi
miconazole, dengan mengaitkan aktivitas in vitro dan efikasi klinis.

19. Farmakokinetik obat Prednison


Farmakokinetik prednison mayoritas didistribusikan berikatan dengan protein.
Absorpsi
Absorpsi prednison sangat baik setelah konsumsi per oral. Konsentrasi puncak dalam plasma darah
tercapai sekitar 1─3 jam pada sediaan immediate release, dan sekitar 6 jam pada sediaan delayed
release. Bioavailabilitas obat per oral adalah 92%. Distribusi

Distribusi prednison dalam ikatan dengan protein sebesar 65%─91%.


Metabolisme
Metabolisme terjadi di hati dengan cara hidroksilasi menjadi metabolit aktif, prednisolon.
Eliminasi
Prednison diekskresikan ke dalam urin. Waktu paruh biologis setelah konsumsi per oral adalah
sekitar 3-4 jam. Pada anak-anak waktu tersebut lebih pendek, yaitu sekitar 1-2 jam.
Resistensi
Dilaporkan terjadinya resistensi terhadap pemberian rutin prednison pada pasien yang menderita
Idiopathic Thrombocytopenia Purpura autoimun.

20. Farmakokinetik obat Piroxicam


Farmakokinetik piroxicam mengalami beberapa proses, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasi. Absorpsi

Piroxicam dapat diserap baik dengan pemberian secara oral. Setelah itu, obat ini akan mengalami
sirkulasi enterohepatik. Konsentrasi puncak plasma dapat tercapai dalam 2 hingga 4 jam.
Konsumsi bersamaan dengan makanan akan menunda penyerapan, sehingga kerja obat dalam
mengatasi penyakit osteoarthritis dan rheumatoid arthritis menjadi kurang efektif.
Distribusi
Setelah proses absorpsi, sekitar 99% piroxicam akan berikatan dengan protein plasma dengan
volume distribusi 0,14 L/kg.
Metabolisme
Metabolisme piroxicam terjadi melalui hidroksilasi pada rantai samping cincin piridil, konjugasi
oleh siklodehidrasi, dan dengan lanjutan reaksi yang mencakup hidrolisis ikatan amida,
dekarboksilasi, ring contraction, dan N-demethylation.
Eliminasi
Waktu paruh piroxicam cukup panjang, yakni sekitar 30-86 jam. Piroxicam diekskresikan dua kali
lebih banyak pada urine dibandingkan pada feses, dimana kurang dari 5% obat diekskresikan
dalam urine dalam bentuk tidak diubah.

Anda mungkin juga menyukai