Anda di halaman 1dari 72

BUKU

PANDUAN












Tim Penyusun
Penanggung Jawab:
Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag
Pengarah:
Dr. Muhlisin. M.Ag
Ketua:
Magfhur, M.Ag
Anggota:
Musoffa Basyir, M.Ag
Ade Gunawan, M.M
Abdul Hamid, M.A
Aenurofik, M.A
Mohammad Irsyad, M.Pd.I

1 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada setiap insan
yang bertakwa kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw yang telah
memberikan pancaran petunjuk kepada umat manusia untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.
Alhamdulillah, buku panduan kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Angkatan 45 IAIN Pekalongan Tahun 2018 yang berlokasi di
Kabupaten Batang, telah selesai dibuat. Kami berharap buku
panduan ini dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa, Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL) maupun pihak lain yang
berkepentingan dalam kegiatan KKN ini.
Dalam menyusun buku panduan ini, kami telah berusaha
semaksimal mungkin agar semua unsur yang terkait dengan kegiatan
mahasiswa dalam KKN, disampaikan dalam buku ini dengan bahasa
dan penyampaian yang padat, jelas, dan mudah dipahami. Harapan
kami, dengan adanya buku panduan ini mahasiswa mampu
memahami apa yang harus dilakukan di tengah-tengah masyarakat
tempat mereka “belajar kehidupan” sehingga memberikan dampak
positif, baik bagi peserta KKN maupun masyarakat itu sendiri.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam buku
panduan in. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami tunggu sebagai bahan evaluasi dan perbaikan di masa
selanjutnya. Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
serta membantu penyusunan buku panduan KKN. Semoga amal
baktinya mendapatkan balasan dari Allah SWT, aamiin...

Pekalongan, September 2018


Ketua LP2M

Maghfur

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 2 
 
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................
Tim Penyusun .................................................................................................. 1
Kata Pengantar................................................................................................ 2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
Daftar Lampiran ............................................................................................. 5

BAB I PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Pedoman KKN ........................................ 6
B. Hakikat KKN ..................................................................................... 6
C. Tema KKN ......................................................................................... 6
D. Tujuan Program KKN ................................................................... 13
E. Sasaran dan ManfaatKKN ........................................................... 15
F. Hasil Yang Diharapkan dari Program KKN ......................... 16
G. Dampak Pelaksanaan KKN ......................................................... 17
H. Pendekatan ....................................................................................... 18
I. Bentuk Intervensi .......................................................................... 18
J. Prinsip ................................................................................................ 19

BAB II PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KKN
A. Peserta dan Persyaratan ............................................................. 20
B. Waktu dan Tempat ........................................................................ 20
C. Persiapan Kegiatan ....................................................................... 21
D. Peran dan Tugas ............................................................................. 21
E. Posisi Komunitas............................................................................ 23
F. Pembekalan ...................................................................................... 23
G. Kordes dan Korcam....................................................................... 23

BAB III TAHAPAN KEGIATAN
A. Integrasi Sosial................................................................................ 24
B. Perencanaan Program ................................................................ 25
C. Analisis dan Penyusunan Program......................................... 26
D. Mengorganisasi Masyarakat dan Menentukan
Komunitas Dampingan ............................................................... 27
E. Implementasi dan Monitoring ................................................. 27
F. Evaluasi Program .......................................................................... 29
G. Diseminasi Program ..................................................................... 30

3 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 

BAB IV PELAPORAN DAN PENILAIAN
A. Pelaporan ........................................................................................ 31
B. Presentasi ........................................................................................ 33
C. Penilaian .......................................................................................... 33

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 4 
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Form Asesmen Pendahuluan KKN
Angkatan 45 IAIN Pekalongan .................................. 35
Lampiran 2 : Jadwal Dan Agenda Kegiatan .................................... 42
Lampiran 3 : Tata Cara Pelaksanaan Pendataan .......................... 43
Lampiran 4 : Pedoman Lokakarya Program Pengembangan
Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal ............... 47
Lampiran 5 : Uraian Target Kegiatan ................................................ 49
Lampiran 6 : Halaman Pengesahan ................................................... 52
Lampiran 7 : Format Laporan Kelompok ........................................ 53
Lampiran 8 : Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah Individu ......... 54
Lampiran 9 : Buku Absensi ................................................................... 55
Lampiran 10 : Buku Kegiatan Harian Individu (Field Note) ...... 56
Lampiran 11 : Buku Kegiatan Harian Kelompok ............................ 57
Lampiran 12 : Form Evaluasi .................................................................. 58
Lampiran 13 : Kegiatan Penyusunan Kerangka Analisis .......... 60

5 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan Pedoman
Pedoman Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini dimaksudkan sebagai
aturan dan rambu-rambu bagi mahasiswa IAIN Pekalongan yang
sedang mengikuti KKN di Kabupaten Batang. Pedoman ini mengatur
hal-hal yang bersifat substantif maupun teknis—dengan
kemungkinan pengembangan dan penyesuaian lebih lanjut--, sejalan
dengan permasalahan yang muncul di lapangan.
Tujuan pokok penyusunan buku pedoman ini adalah untuk
menjamin agar mahasiswa peserta KKN mempunyai pegangan secara
umum yang seragam dalam memahami dan melaksanakan KKN.
Keseragaman ini bertujuan untuk menjamin kualitas proses dan hasil
KKN.

B. Hakikat KKN
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kegiatan intrakurikuler
yang pelaksanaannya mempertimbangkan keterpaduan aspek Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan atau pengajaran,
penelitian dan pengabdian masyarakat. Bobot KKN dalam
kurikulum IAIN Pekalongan sebanyak 4 (empat) SKS.
Pelaksanaan KKN tidak hanya dimaksudkan untuk
mempersiapkan calon sarjana, melainkan juga untuk
mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan terjadinya transformasi
sosial serta sebagai media pembelajaran yang sebenarnya tentang
“kehidupan” bagi mahasiswa peserta KKN.

C. Tema KKN
Tema KKN IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun 2018 yang
berlokasi di Kabupaten Pemalang dan Brebes adalah
“Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan
Kewirausahaan Sosial (Social Interpreneurship) Komunitas
Lokal”.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 6 
 
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses penumbuhan
kekuasaan dan kemampuan diri dari kelompok atau pun komunitas
masyarakat yang lemah, terpinggirkan dan tertindas. Melalui proses
pemberdayaan diasumsikan bahwa kelompok masyarakat dari strata
sosial terendah sekali pun, bisa saja terangkat dan muncul menjadi
bagian dari lapisan masyarakat menengah dan atas. Kelompok
masyarakat miskin di pedesaan misalnya, niscaya tidak akan mampu
melakukan proses pemberdayaan sendiri tanpa bantuan atau
fasilitasi pihak lain. Harus ada sekelompok orang atau suatu institusi
yang bertindak sebagai pemicu keberdayaan (enabler) bagi mereka.

Di sisi lain, sebenarnya masyarakat mampu dan harus


bertanggungjawab dalam merumuskan kebutuhan, mengusahakan
kesejahteraan, mengelola sumber daya dan mewujudkan tujuan
hidup mereka sendiri. Hanya saja, bagi masyarakat lapisan bawah
atau masyarakat terpencil, mereka membutuhkan support dan
dorongan dari pihak luar untuk mencapai tujuan mereka. Oleh
karena itu, dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat diarahkan
untuk membangun supportive communities, yaitu sebuah struktur
masyarakat yang kehidupannya didasarkan pada pengembangan dan
pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi sosial,
partisipasi dan upaya saling mendorong antara satu dengan yang
lain.Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat dalam konteks ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menumbuhkan sekaligus
mengembangkan kemampuan masyarakat lapis bawah dalam
mengidentifikasi kebutuhan, mengakses sumber daya dalam
memenuhi kebutuhan serta memberdayakan mereka secara
bersama-sama sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi, sosial
dan lingkungan.

Sebab dalam era globalisasi saat ini—dimana tidak ada lagi sekat
antara desa, kota, bahkan negara akibat perkembangan teknologi
informasi yang sangat pesat—setiap individu maupun kelompok
harus mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang
begitu cepat dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang
ekonomi, pendidikan dan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
Selain itu, adanya perubahan alam (global warning) akibat rusaknya
hutan, emisi pembakaran kendaraan bermotor dan rumah kaca, juga
mengharuskan adanya perubahan pola pikir dan sikap masyarakat
7 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
dalam menghadapi perubahan tersebut sehingga masyarakat tidak
terkena dampak buruk dari era globalisasi yang tidak memandang
status, suku, maupun agama.

Masyarakat harus dituntun dan diberdayakan untuk bisa


memanfaatkan perubahan tersebut menjadi sesuatu yang bernilai
bagi diri dan desa mereka. Sebab jika mengamati kandungan pasal 4
dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014, sangat terlihat
jelas adanya masalah dan hambatan struktural dalam pembangunan
desa yang harus ditangani di satu sisi, serta apa yang hendak
diwujudkan melalui pelaksanaan Undang-Undang Desa di sisi yang
lain. Di sisi lain, pembangunan wilayah—khususnya wilayah
pedesaan—tetap dihadapkan pada kenyataan masih adanya
kemiskinan kehidupan di desa. Karena itu, ketersediaan data dan
pengukuran dalam konteks ini sangat dibutuhkan, terutama dalam
pengembangan intervensi kebijakan yang mampu menjawab
persoalan dasar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Dengan demikian, pembangunan yang dilakukan harus mampu
menjangkau semua dimensi kehidupan desa, yakni dimensi sosial,
ekonomi dan ekologi atau lingkungan.

Dengan terbangunnya ketiga hal ini, diharapkan dapat


mendorong dan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat—khususnya masyarakat pedesaaan—serta dapat
memberi jalan pada pembangunan desa yang berkelanjutan yang
lekat dengan nilai, budaya dan karakteristik desa itu sendiri. Selain
itu, ketiga hal tersebut juga bisa menjadi modal penting untuk
menghasilkan data dan informasi dasar bagi pembangunan suatu
desa.

Untuk membangun dimensi dan ketahanan sosial, maka


diperlukan beberapa informasi yang terkait dengan:
1) kesehatan, seperti tersedianya pelayanan kesehatan di desa
dan akses masyarakat terhadap jaminan kesehatan yang diadakan
oleh pemerintah;
2) pendidikan, seperti adanya akses mendapatkan pendidikan
dasar dan menengah, tersedianya akses untuk mendapatkan
pendidikan non formal, dan tersedianya akses untuk mendapatkan
pengetahuan;
Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 8 
 
3) modal sosial, seperti ada tidaknya solidaritas sosial,
toleransi, terjaminnya rasa aman penduduk, dan terpenuhi tidaknya
kesejahteraan sosial;
4) pemukiman, seperti adanya akses untuk mendapatkan air
bersih dan air layak minum, terpenuhinya akses sanitasi bagi warga,
tersedianya akses listrik dan akses informasi serta komunikasi yang
dapat memudahkan warga untuk berhubungan dengan dunia luar.

Adapun untuk membangun dimensi dan ketahanan ekonomi


desa, maka informasi yang diperlukan antara lain terkait dengan:
1) keragaman produksi masyarakat desa sebagai penanda
bagi banyak tidaknya kegiatan ekonomi penduduk;
2) tersedianya pusat pelayanan perdagangan untuk
menjamin tersedianya kebutuhan dasar warga;
3) tersedianya akses distribusi logistik untuk menjamin
kelancaran pemasaran terhadap produk yang dihasilkan warga;
4) tersedianya akses ke lembaga keuangan dan atau
perekonomian yang berfungsi untuk memudahkan warga
mendapatkan modal bagi pengembangan usahanya;
5) keterbukaan wilayah yang menunjukkan adanya
keterhubungan antara satu desa dengan desa lainnya atau antara
desa dengan pusat kota.

Sedangkan untuk membangun dimensi dan ketahanan


ekologi atau lingkungan, maka informasi yang diperlukan antara
lain terkait dengan:
1) kualitas lingkungan, seperti ada tidaknya pencemaran air,
tanah dan udara;
2) potensi atau rawan bencana alam, seperti ada tidaknya
bencana alam yang terjadi dan tindakan seperti apa yang dilakukan
pada saat terjadinya bencana alam;
3) mitigasi bencana, seperti upaya apa yang sudah dilakukan
pemerintah untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya bencana
alam.

Untuk melakukan pembangunan yang menjangkau semua


dimensi kehidupan desa tersebut, yakni dimensi sosial, ekonomi dan
ekologi atau lingkungan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, melalui Dirjen Pembangunan dan
9 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa telah mengembangkan program
unggulan berdasarkan pada tiga (3) pendekatan yang disebut dengan
pilar Desa Membangun Indonesia, yakni:
1. Jaring komunitas desa. Pilar ini memperkuat manusia dengan
memperbanyak kesempatan dan pilihan dalam upaya penduduk
desa menegakkan hak dan martabatnya serta meningkatkan
kesejahteraan mereka, baik sebagai individu, keluarga maupun
komunitas warga. Masalah yang dihadapi saat ini adalah
perampasan daya yang menunjukkan pada situasi
ketidakberdayaan dan marjinalisasi. Fakta ketidakberdayaan ini
telah berkembang menjadi aspek, sebab, dan sekaligus dampak
kemiskinan yang menghalangi warga desa untuk hidup
bermartabat dan sejahtera. Di sini, pilar jaring komunitas desa
harus melakukan tindakan yang mampu mendorong ekspansi
kapabilitas dengan memperkuat daya pada berbagai aspek
kehidupan warga desa yang menjangkau aspek nilai, moral serta
pengetahuan lokal desa.
2. Lumbung ekonomi desa. Potensi sumber daya di desa bisa
dikonversi menjadi ekonomi yang di dalamnya melibatkan
adanya modal, organisasi ekonomi, ada nilai tambah dan
mensejahterakan secara ekonomi. Lumbung Ekonomi Desa bukan
hanya soal dan untuk produksi semata, tapi diharapkan memiliki
nilai tambah melalui pendayagunaan teknologi tepat guna dan
ramah lingkungan. Pengembangan Lumbung Ekonomi Desa harus
mampu menjawab masalah modal, jaringan dan memiliki
informasi yang kuat. Oleh karena itu, organisasi ekonomi yang
dikembangkan haruslah kompatibel dengan hal tersebut. Dalam
konteks pelaksanaan Undang-Undang Desa misalnya, BUMDes
akan kuat jika dibangun dan dikelola orang-orang Desa yang
teruji secara nilai dan moral, serta memiliki modal sosial yang
kuat, mampu mengembangkan kreasi dan daya untuk
menjangkau modal, jaringan dan informasi.
3. Lingkar budaya desa. Gerakan sosial pembangunan desa tidaklah
bergantung pada inisiasi orang perorang, tidak juga bergantung
pada insentif, tapi lebih pada panggilan kultural. Berdasar Lingkar
Budaya Desa, gerakan pembangunan Desa haruslah dilakukan
berdasarkan kolektivisme yang di dalamnya terdapat
kebersamaan, persaudaraan dan kesadaran mau melakukan
perubahan secara kolektif. Pembangunan Desa hendaknya
Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 10 
 
melampaui panggilan pribadi. Dana Desa dalam konteks
memperkuat pembangunan dan pemberdayaan Desa, misalnya,
harus dikritisi agar tidak menjadi bentuk ketergantungan baru.
Tidak ada Dana Desa tidaklah boleh sekali-kali dimaknai sebagai
tidak ada pembangunan. Adanya Dana Desa haruslah
menghasilkan kemajuan, bukan kemunduran. Maka,
pembangunan Desa dimaknai sebagai kerja budaya dengan norma
dan moral sebagai pondasinya, sebagai code of conduct, dan
dengan begitu perilaku ekonomi dalam kehidupan Desa akan
mampu menegakkan martabat dan mensejahterahkan. Di sini,
Lingkar Budaya Desa bertugas memastikan itu terjadi.

Melalui tiga pilar tersebut diharapkan arah pengembangan


program prioritas untuk menguatkan langkah bagi kemajuan dan
kemandirian desa dapat semakin jelas, yang juga mampu
dikembangkan sebagai daya lenting dalam peningkatan
kesejahteraan kehidupan desa.

Ketiga pilar ini dapatdijalankan dengan mengembangkan pola


kewirausahaan sosial (social interpreneurship) sebagai wujud
sumbangsih dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu maupun
kelompok. Terkait dengan kata “kewirausahaan” di sini, perlu
disadari bahwa makna kewirausahaan sebenarnya sangat luas dan
tidak harus terkait secara langsung dengan dunia bisnis atau
ekonomi. Sebab selama aktivitas masyarakat didasari oleh
karakteristik yang unggul seperti percaya diri yang tinggi, berani
ambil resiko, fleksible, pekerja keras dan cerdas, kreatif,
keinginan untuk berprestasi, maupun keyakinan dalam
mengendalikan segala aktivitas, maka mereka dapat dikatakan
sebagai pihak yang mempunyai jiwa dan semangat kewirausahaan.

Sayangnya, arus utama masyarakat memaknai kewirausahaan


sebagai sesuatu yang terkait secara langsung dengan dunia bisnis.
Dan akhir-akhir ini istilah tersebut menjadi semakin popular setelah
semua pihak menyadari peran strategis kewirausahaan. Peran
strategis tersebut tidak hanya dilihat dari kepentingan individu,
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, tetapi juga sampai pada
kepentingan dunia internasional. Hal ini bisa kita lihat pada saat
11 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Muhammad Yunus dari Bangladesh menjadi salah satu penerima
hadiah Nobel pada tahun 2006 karena perhatian yang begitu besar
pada pemberdayaan masyarakat kecil. Dari sini bisa disadari bahwa
pengangguran, kemiskinan dan ketidakadilan sosial sangat berkaitan
erat dengan keamanan dan kedamaian dunia internasional.

Kewirausahaan memiliki makna yang sangat penting bagi


individu, keluarga maupun masyarakat secara umum. Sebab
berwirausaha pada hakekatnya adalah mengangkat harkat dan
martabat diri dan keluarganya. Seseorang yang mandiri secara
ekonomi akan terangkat harkat dan martabatnya. Sedangkan bagi
kepentingan masyarakat, dengan semakin banyaknya anggota
masyarakat yang memiliki jiwa kewirausahaan sosial diharapkan
dapat memberikan dampak sosial yang positif pula, terutama dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengurangi
dampak negatif dari masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial,
ekonomi maupun lingkungan seperti pengangguran, kemiskinan dan
bencana alam.

Selanjutnya apabila dilihat dari kepentingan bangsa dan


Negara, kewirausahaan ternyata mempunyai peran yang sangat
dominan—terutama kewirausahaan yang berkaitan dengan
ekonomi—, sampai-sampai seorang psikolog menyatakan bahwa
suatu Negara akan sejahtera apabila dari total penduduknya paling
tidak ada 2% yang berwirausaha. Argumentasinya jelas bahwa dari
2% saja yang berwirausaha dampaknya akan kemana-mana,
termasuk mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai informasi saja, sampai
saat ini Indonesia baru mencapai angka sekitar 0,2%. Hal ini
merupakan tantangan bagi kita semuauntuk mencapai angka
minimal 2% wirausahawan. Itulah latar belakang mengapa upaya
pengembangan kewirausahaan itu menjadi penting dan mendesak.

Oleh karena itu, memunculkan dan meningkatkan kapasitas


kelompok masyarakat atau komunitas dari berbagai strata sosial
yang berbeda dalam mengembangkan kewirausahaan sosial menjadi
sangat penting. Dalam istilah modern, mereka disebut sebagai social
entrepreneur, yaitu mereka yang mempunyai jiwa wirausaha dan
memanfaatkannya untuk pemberdayaan masyarakat. Termasuk
Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 12 
 
dalam kelompok ini adalah para penggiat lembaga swadaya
masyarakat (LSM), Organisasi social kemasyarakatan (Ormas),
Lembaga keuangan mikro (LKM), Baitul maal waltamwil (BMT),
Koperasi Jasa Keuangan (KJS), Pondok pesantren atau pusat-pusat
keagamaan, dan lain-lain yang bergerak di bidang pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan jiwa dan praktek kewirausahaan.
Berbeda dengan business entrepreneur yang memang tujuan
utamanya mencari keuntungan finansial, social entrepreneur
mempunyai tujuan sosial yang lebih mulia, yaitu pemberdayaan
masyarakat melalui kewirausahaan. Mereka tidak secara langsung
mencari keuntungan karena tujuannya adalah pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat inilah yang akan menjadi
tumpuan terjadinya proses peningkatan partisipasi yang berkualitas,
peningkatan pengetahuan dan peningkatan keterampilan, atau
secara umum dapat disebut sebagai peningkatan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat desa itu sendiri.

Hal ini menjadi semakin bertambah penting karena saat ini


masyarakat dihadapkan pada berbagai persoalan kehidupan yang
sangat kompleks, seperti kesenjangan ekonomi, kerusakan
lingkungan, konflik budaya, konflik perebutan sumber daya,
menurunnya kualitas kehidupan manusia dan semakin terancamnya
keberlangsungan kehidupan manusia akibat budaya “materialistik”,
“konsumtif”, “hedonistik”, “persaingan”, dan “eksploitasi tanpa batas”
atau “keserakahan” demi akumulasi kapital yang tanpa batas pula.

Di sisi yang lain, dalam konteks nasional, institusi Negara yang


mestinya dapat melindungi dan melayani hak-hak dasar masyarakat
juga posisinya masih belum kuat. Meski sudah ada Undang-Undang
Desa Nomor 6 Tahun 2014, namun masa transisi politik dan
demokrasi ternyata masih sangat kental dengan nuansa formalisme
dan pragmatisme politik sehingga kesejahteraan rakyat belum
menjadi perhatian utama. Meluasnya konflik sosial budaya dan
perebutan sumber daya, merebaknya KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme), memudarnya komitmen moral dan etika politik serta
keteladanan, rendahnya kualitas kepemimpinan nasional dan daerah,
lambatnya perubahan perilaku birokrasi, buruknya pelayanan
publik, besarnya angka pengangguran, lemahnya supremasi hukum,
tingginya tingkat kejahatan terhadap badan dan barang, tidak
13 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
jelasnya arah otonomi daerah, rusaknya dan semakin terbatasnya
daya dukung lingkungan dan lain-lain, masih menjadi penghalang
utama terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
sosial.

Pada saat yang sama, Islam sebagai agama yang mengatur


kehidupan manusia dan menjanjikan kehidupan bahagia di dunia dan
akhirat juga belum mampu diterjemahkan oleh para pemeluknya
dalam memperbaiki dan mengatasi keadaan. Hal ini tiada lain karena
praktik keberagamaan masyarakat (secara individu maupun kolektif)
masih sangat kental dengan nuansa tekstual dan simbolik (ritual),
belum mampu memberikan inspirasi dan pencerahan terhadap
problem kehidupan sosial masyarakat. Artinya, praktik
keberagamaan masyarakat belum mampu menciptakan komitmen
moral yang kuat sebagai landasan penyelesaian atas problem
kehidupan sosial umat. Kuatnya paradigma normatif dalam keilmuan
Islam dan sangat terbatasnya kajian-kajian kritis sosial keagamaan
juga turut andil dalam memperparah kondisi ini karena yang
demikian itu menyumbang rendahnya produksi ilmu pengetahuan
sosial keagamaan yang emansipatoris.

Sebagai perguruan tinggi Islam, IAIN Pekalongan dituntut


dapat menjawab berbagai persoalan kehidupan tersebut. IAIN
Pekalongan harus mampu menerjemahkan secara praktis ajaran
Islam di tengah-tengah masyarakat sebagai ajaran yang memiliki
misi memecahkan problem-problem sosial-kemasyarakatan, ‘ ‫ﻟﻴﺨﺮﺟﻜﻢ‬
‫’ﻣﻦ ﺍﻟﻈﻠﻤﺎﺕ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﻮﺭ‬, dan mengeluarkan masyarakat dari kegelapan
[belenggu ketidakadilan] menuju tata kehidupan yang berkeadilan.
Sebab jika dilihat dari sejarahnya, Islam sebenarnya hadir untuk
menyelamatkan, membela dan menghidupkan keadilan dalam
bentuknya yang paling konkret: memerintahkan manusia untuk
berbuat adil, menentang kedzaliman dan memerangi kemiskinan.

Itulah yang dikatakan sebagai cita-cita Islam, sebuah imajinasi


yang berkembang, sebuah gagasan dan pemikiran untuk
menerjemahkan referensi kewahyuan di dalam pergulatan sejarah
yang nyata. Cita-cita perjuangan untuk menegakkan ‘yang islami’,
sebenarnya adalah upaya rekonstruksi yang terus menerus tentang
bagaimana mengatasi jurang antara yang ideal dan yang aktual.
Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 14 
 
Melalui cara itu, Islam sebagai agama umat manusia mampu
memberikan referensi terus-menerus untuk menghadang berbagai
belenggu yang tidak adil dan mampu menjadi kekuatan bagi kerja-
kerja kemanusiaan yang bersifat emansipatoris.

Melalui kegiatan KKN inilah IAIN Pekalongan berharap nilai-


nilai keislaman yang dihayati oleh semua civitas akademika mampu
menjawab berbagai persoalan di dan dengan masyarakat secara
partisipatoris. Di samping itu, IAIN Pekalongan juga dituntut untuk
melakukan langkah nyata dan berperan aktif dalam mengembangkan
kewirausahaan sosial sebagai salah satu bentuk partisipasi dan
sumbangsih perguruan tinggi dalam pembangunan nasional dan
sebagai perwujudan dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

D. Tujuan Program KKN

1. Tujuan Umum :
a. Melaksanakan dan mengembangkan Tri Dharma Perguruan
Tinggi secara sinergis
b. Mempersiapkan calon sarjana yang mampu melakukan kerja-
kerja perubahan sosial di masyarakat secara partisipatoris;
c. Mengembangkan pola kolaborasi antara mahasiswa, dosen,
masyarakat dan pemerintah dalam melakukan kerja
perubahan sosial;
d. Mewujudkan terjadinya perubahan sosial di masyarakat ke
arah yang lebih berkeadilan dan humanis melalui kerja
pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan;
e. Mengembangkan ilmu-ilmu keislaman transformatif yang
berbasis pada persoalan-persoalan keumatan;
f. Mendorong terjadinya pengembangan dan peningkatan jiwa
kewirausahaan sosial pada masyarakat di Kabupaten Batang.
2. Tujuan khusus:
a. Terbangunnya pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan IAIN Pekalongan dalam upaya percepatan pencapaian
target SDG’s melalui usaha bersama dalam meningkatkan
ketahanan sosial, ketahanan ekonomi dan ketahanan ekologi
masyarakat pedesaan;

15 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
b. Terbangunnya model pengabdian masyarakat yang
berorientasi pada perubahan sosial dalam rangka
peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM) kabupaten
Batang sehingga bisa dijadikan sebagai pusat pembelajaran
bagi semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, institusi
perguruan tinggi, LSMmaupun ormas;
c. Meningkatnya kualitas ketahanan sosial melalui peningkatan
pendidikan yang berkarakter dan terbangunnya solidaritas
sosial, toleransi dan rasa aman di antara masyarakat;
d. Meningkatnya kualitas ketahanan ekonomi melalui
peningkatan produksi dan kualitas produksi, pengolahan
hasil, pengemasan dan pemasaran hasil produksi;
e. Meningkatnya kualitas ketahanan lingkungan melalui
penyadaran akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan,
penyadaran terhadap ancaman bencana dan optimalisasi
pemanfaatan SDA;
f. Pengembangan ekonomi berbasis UMKM melalui penerapan
IPTEK dan peningkatan keterampilan.

E. Sasaran dan Manfaat Program KKN


Sasaran KKN IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun 2018 adalah
institusi IAIN Pekalongan, mahasiswa, dosen, masyarakat dan
pemerintah. Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan KKN ini
adalah sebagai berikut:

1. Bagi IAIN Pekalongan


a. Mendapatkan masukan bagi perbaikan penyelenggaraan Tri
Dharma Perguruan Tinggi di IAIN Pekalongan;
b. Berkembangnya ilmu-ilmu keislaman transformatif di IAIN
Pekalongan;
c. Meningkatnya partisipasi dan peranan IAIN Pekalongan
dalam memecahkan problem keumatan;
d. Meningkatnya pola kemitraan antara IAIN dan pemerintah
dalam melaksanakan pembangunan daerah.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 16 
 
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menciptakan pola relasi sosial
(relationships) baik individual maupun kelompok yang
mendorong proses terjadinya transformasi sosial;
b. Mahasiswa terampil melakukan riset kritis atas situasi sosial
masyarakat, assessment kebutuhan masyarakat, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah praktis, termasuk
penanganan konflik;
c. Mahasiswa mampu men-set‐up dan menciptakan
perencanaan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat,
termasuk di dalamnya pembuatan kebijakan, merancang
struktur organisasi, merancang strategi, negosiasi, lobby,
legislasi, administrasi, serta mengorganisir sumberdaya
untuk keperluan program aksi;
d. Mahasiswa mampu membangun kemampuan dan kapasitas
kelompok masyarakat, assessment dan analisa kebutuhan
pelatihan, merancang pelatihan, merumuskan kurikulum
pelatihan, memfasilitasi proses pelatihan, monitoring dan
evaluasi pelatihan.

3. Bagi Dosen
a. Mampu mendialogkan pengetahuan/doktrin dengan realitas
sosial di masyarakat;
b. Berkembangnya ilmu-ilmu keislaman transformatif sesuai
dengan keahlian bidang ilmu masing-masing;
c. Meningkatnya partisipasi dan peranan dosen dalam
memecahkan problem keumatan;

4. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat memperoleh pendampingan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memahami
kebutuhan dan memecahkan masalah praktis yang dihadapi;
b. Terbangunnya pola relasi sosial (relationships) baik
individual maupun kelompok di masyarakat yang bisa
mendorong proses transformasi sosial;
c. Terciptanya organisasi komunitas yang kuat, termasuk di
dalamnya perencanaan, pembuatan kebijakan, merancang
struktur organisasi, merancang strategi, negosiasi, lobby,

17 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
legislasi, administrasi, serta mengorganisir sumberdaya
untuk keperluan program aksi.

5. Bagi Pemerintah
a. Mempercepat proses pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah;
b. Terbantunya upaya percepatan pengembangan ekonomi;
c. Memperkuat kemitraan dan komunikasi timbal balik dengan
IAIN Pekalongan.

F. Hasil Yang Diharapkan dari Program KKN


Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan KKN ini adalah
terwujudnya masyarakat desa atau kelompok masyarakat dilokasi
KKNyang mampu memberdayakansumber daya lokal dan sumber
daya lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
indikator capaian sebagai berikut:
a. Meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat atau komunitas
lokal melalui pengembangan usaha atau pemanfaatan
sumberdaya alam di wilayahnya secara arif untuk peningkatan
kesejahteraan;
b. Meningkatnya kualitas sosial masyarakatmelalui peningkatan
kemampuan dan ketrampilan mereka dalam memanfaatkan
sumber daya alam dan sosial secara mandiri;
c. Terwujudnya tenaga kerja terampil yang memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam mengelola sumber
daya alam dan sosial, motivasi dan etos kerja yang tinggi serta
dapat bekerja secara berkelompok, serta dapat memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan harkat dan
martabat mereka;
d. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kualitas lingkungan sehingga dapat mengurangi ancaman bencana
alam;
e. Terwujudnya kelembagaan, tata kelola pemerintahan dan tata
kehidupan desa yang lebih demokratis, berperspektif gender,
toleran dan bertanggung jawab guna pengembangan sistem sosial,
ekonomi dan lingkungan di masyarakat.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 18 
 
G. Dampak Pelaksanaan KKN
Dampak yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan KKN ini
adalah:
a. Masyarakat sasaran mampu meningkatkan volume usaha atau
mutu produk yang dihasilkan secara efisien guna peningkatan
produktivitas suatu kelompok masyarakat, khususnya masyarakat
yang berpenghasilan danatau berproduktivitas rendah sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat ]yang
menjadi sasaran pelaksanaan kegiatan KKN;
b. Kelompok sasaran lebih arif memanfaatkan sumber daya alam,
lebih ramah lingkungan dan aman—baik bagi para pengguna
maupun pelaku pasar—guna meningkatkan kualitas hidup
kelompok sasaran dan status kelembagaan desa mereka, serta
efektif menurunkan tingkat ketergantungan kelompok
masyarakat sasaran pada produk luar;
c. Teraplikasinyateknologi terapan di suatu kelompok masyarakat
yang nilai ekonomi, sistem sosial, kualitas hidup atau kualitas
lingkungannya rendah guna mengurangi persentase penduduk
miskin atau menurunkan tingkat kemiskinan kelompok
masyarakat;
d. Masyarakat sasaran mampu dan memiliki kepedulian terhadap
lingkungan (ekologi) dimana mereka hidup sehingga terbangun
rasa untuk selalu menjaga lingkungan dari kerusakan, baik yang
diakibatkan oleh pihak internal maupun eksternal;
e. Terbangunnya tatanan masyarakat dan tata kelola pemerintahan
desa yang lebih demokratis, berperspektif gender, ramah
lingkungan, dan toleran, serta terpenuhi hak-hak dasarnya.

H. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN)
IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun 2018 adalah partisipatoris,
yaitu:
1. Sebuah gerakan dengan semangat pembebasan masyarakat dari
belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambat
manusia mencapai perkembangan harkat dan martabat
kemanusiaannya;

19 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
2. Sebuah proses dimana kelompok sosial kelas bawah mengontrol
ilmu pengetahuan dan membangun kekuatan politik malalui
pendidikan orang dewasa, penelitian kritis dan tindakan sosial-
politik;
3. Proses masyarakat membangun kesadaran diri melalui dialog dan
refleksi kritis;
4. Orientasi komunitas lebih pada proses perubahan relasi sosial
(transformasi sosial).

I. Bentuk Intervensi
Bentuk intervensi pada masyarakat yang digunakan dalam
Kuliah Kerja Nyata (KKN) IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun 2018
adalah pemberdayaan komunitas (Community Empowerment),
yaitu:
1. Proses penumbuhan kekuasaan dan kemampuan diri kelompok
masyarakat yang miskin atau lemah, terpinggirkan, dan tertindas;
2. Proses dari, oleh dan untuk masyarakat, di mana masyarakat
didampingi atau difasilitasi dalam mengambil keputusan dan
berinisiatif agar lebih mandiri dalam mengembangkan kualitas
kehidupannya;
3. Menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai
kekuatan dasar bagi peningkatan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya;
4. Upaya melepaskan berbagai bentuk dominasi budaya, tekanan
politik, eksploitasi ekonomi, yang menghalangi upaya masyarakat
menentukan cara hidup dan meningkatkan kualitas
kehidupannya.

J. Prinsip

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam kerja pemberdayaan


pada program KKN IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun 2018
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Prinsip terbuka, santai dan informal

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 20 
 
6. Prinsip triangulasi
7. Prinsip orientasi praktis (menyangkut kehidupan nyata sehari-
hari)
8. Prinsip belajar dari kesalahan
9. Prinsip berkelanjutan dan selang waktu

21 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KKN
 

A. Peserta dan Persyaratan


Peserta kegiatan KKN adalah seluruh mahasiswa IAIN
Pekalongan yang sudah memenuhi persyaratan. Peserta KKN
Angkatan 45 Tahun 2018 yang ditempatkan di Kabupaten Pemalang
dan Brebes berjumlah 398 mahasiswa.
Mahasiswa yang akan mengikuti KKN angkatan 45 Tahun 2018
harus memenuhi persyaratan akademik dan administrasi serta
persyaratan lain sebagai berikut:
1. Persyaratan Akademik
a. Mahasiswa telah menempuh minimal 120 sks
b. Mahasiswa tidak diperbolehkan mengambil matakuliah pada
semester yang bersangkutan
2. Persyaratan administrasi
a. Terdaftar resmi sebagai mahasiswa IAIN Pekalongan
b. Tidak dalam status mengambil masa selang/cuti kuliah, dan
c. Telah memenuhi kewajiban membayar SPP sampai dengan
semester yang bersangkutan
3. Persyaratan lain
a. Mahasiswa tidak sedang hamil
b. Mahasiswa tidak sedang menyusui anak umur 1-3 bulan, dan
c. Bersedia tinggal dilokasi (meninggalkan pekerjaan untuk
sementara) selama KKN.

B. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan kegiatan KKN IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun
2018 berlangsung selama 45 hari, yaitu mulai tanggal 10 Oktober
2018 sampai 23 November 2018. Tempat pelaksanaan KKN
Angkatan 45 tahun 2018 di Kabupaten Pemalang dan Brebes
meliputi 4 Kecamatan dengan jumlah sebanyak 34 desa, yaitu:
1. Kecamatan Sirampog-Brebes (Desa Dawuhan, Desa Kaligiri, Desa
Sridadi, Desa Batursari, Desa Plompong)

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 22 
 
2. Kecamatan Paguyangan-Brebes (Desa Wanatirta, Desa Winduaji,
Desa Kretek, Desa Ragatunjung, Desa Kedungoleng)
3. Kecamatan Watukumpul-Pemalang (Desa Tundagan, Desa
Tlagasana, Desa Bongas, Desa Cikadu, Desa Bodas, Desa Jojogan,
Desa Majalangu, Desa Tambi, Desa Wisnu, Desa Watukumpul,
Desa Majakerta dan Desa Cawet)
4. Kecamatan Belik-Pemalang (Desa Gombong, Desa Belik, Desa
Gunungtiga, Desa Kuta, Desa Badak, Desa Gunungjaya, Desa
Simpur, Desa Mendelem, Desa Beluk, Desa Bulakan, Desa Sikasur
dan Desa Kalisaleh).

C. Persiapan Kegiatan
Persiapan kegiatan KKN IAIN Pekalongan Angkatan 45 Tahun
2018 sebagai berikut:
1. Koordinasi, meliputi:
a. Koordinasi LP2M dengan BAPPEDA Kabupaten Brebes dan
Pemalang.
b. Koordinasi LP2M dengan DPL.
c. Koordinasi LP2M dengan Kecamatan dan atau Desa.
d. Koordinasi DPL dan Kordes dengan Kades.
2. Perizinan
3. Pembekalan, meliputi:
a. TOT Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
b. Studium generale (DPL dan peserta KKN)
4. Pembentukan kordes
5. Penerjunan/penyerahan, meliputi:
1) Penyerahan peserta KKN dari IAIN Pekalongan kepada
Pemerintah Kabupaten Pemalang dan Brebes
2) Penyerahan peserta KKN dari IAIN Pekalongan (diwakili
DPL) kepada Camat dan Kepala Desa

D. Peran dan Tugas

1. Mahasiswa
a. Peneliti, melakukan riset kritis atas situasi sosial
kemasyarakatan, assessment kebutuhan masyarakat,
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah praktis,
termasuk penanganan konflik.

23 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
b. Pendidik, membangun kesadaran kritis masyarakat,
membangun kemampuan dan kapasitas kelompok
masyarakat, assessment dan analisa kebutuhan pelatihan,
merancang pelatihan, merumuskan kurikulum pelatihan,
memfasilitasi proses pelatihan, monitoring dan evaluasi
pelatihan.
c. Organizer, men-set‐up dan menciptakan keberlangsungan
organisasi sosial kemasyarakatan, termasuk di dalamnya
perencanaan, pembuatan kebijakan, merancang struktur
organisasi, merancang strategi, negosiasi, lobby, legislasi,
administrasi, serta mengorganisir sumberdaya untuk
keperluan program aksi.
d. Pembela komunitas, membela kepentingan komunitas dalam
berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan atau
berkonflik.

2. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)


a. Konsultan, pendampingataumitra dialog bagi mahasiswa
dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai peneliti,
pendidik, organizer dan pembela komunitas
b. Fasilitator dalam pengembangan kapasitas mahasiswa
(individual dan kelompok) agar mereka mampu
melaksanakan KKN dengan baik
c. Motivator bagi mahasiswa dan komunitas menuju
transformasi sosial
d. Delegator, atau wakil penyelenggara (IAIN
Pekalongan/LP2M) dalam beberapa kegiatan yang tidak
memungkinkan dapat dihadiri atau ditangani oleh
penyelenggara (LP2M IAIN Pekalongan) secara langsung,
seperti kegiatan koordinasi dengan desa (terkait tempat
tinggal, biaya hidup, dll), sosialisasi, penerjunan dan
penarikan.
e. Menegakkan disiplin mahasiswa dalam menunaikan tugas
KKN sesuai dengan panduan KKN
f. Memberikan penilaian akhir pelaksanaan KKN
g. Membuat laporan berkala (setiap kunjungan) dan laporan
akhir tentang kegiatan bimbingan KKN dengan mengikuti
format yang sudah disediakan.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 24 
 
3. Pendamping Desa
a. Key personbagi mahasiswa, DPL dan LP2M: memberikan
informasi yang relevan (sesuai dengan kebutuhan) berkaitan
dengan komunitas dampingan di desa; menyediakan akses ke
komunitas dan berbagai pihak yang terkait dengannya;
b. Fasilitator kelompok di komunitas dampingan


E. Posisi Komunitas
Komunitas (setiap anggotanya) bukan “obyek” transformasi
sosial melalui KKN, mereka adalah “subyek” yang terlibat secara
intens, mulai dari menganalisa masalah, menentukan keputusan,
dan termasuk langkah‐langkah yang akan diambil untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai. Semua itu merupakan inisiatif
dari anggota komunitas untuk menentukan agenda yang akan
dilakukan.

F. Pembekalan
Pembekalan merupakan program orientasi peserta KKN
selama masa tertentu dengan tujuan mempersiapkan peserta KKN
agar memiliki bekal yang cukup dalam melaksanakan kegiatan.
Pembekalan KKN diselenggarakan sebelum mahasiswa diterjunkan
ke lokasi KKN. Semua mahasiswa peserta KKN yang telah memenuhi
syarat wajib mengikuti pembekalan KKN.

G. Kordes dan Korcam


1. Kordes: setiap kelompok KKN membentuk koordinator desa
(kordes) dan dilengkapi beberapa personal sesuai dengan
kebutuhan dan bidang garapan yang diperlukan. Mereka dipilih
dengan cara bermusyawarah bersama keseluruhan peserta KKN
di masing-masing desa.
2. Korcam: Masing-masing kordes membentuk koordinator di
tingkat kecamatan (Korcam) dengan cara bermusyawarah. Tujuan
dibentuknya korcam yaitu untuk mengkoordinir persoalan-
persoalan yang muncul di tingkat lokal sebagai wahana

25 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
komunikasi antar desa, DPL dan LP2M IAIN Pekalongan. Terkait
keberadaan Korcam, ini bersifat sukarela.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 26 
 
BAB III
TAHAPAN KEGIATAN

A. Integrasi Sosial
Sebelum benar-benar terlibat secara instens dengan masyarakat,
terlebih dahulu tim KKN harus melakukan koordinasi dan sosialisasi
kepada masyarakat dan pemerintah setempat dengan cara
melakukan silaturahim, dialog, pertemuan rutin dan lain sebagainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang
terkait dengan hakikat, pendekatan, prinsip, tujuan, manfaat dan hal-
hal lain yang dianggap perlu dan berkaitan dengan KKN IAIN
Pekalongan sehingga diharapkan muncul kesepahaman, komitmen
dan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari para penentu
kebijakan dan tokoh masyarakatyang dimungkinkan akan terlibat
secara intens di lokasi KKN.
Kegiatan koordinasi dan sosialisasi ini juga bisa berfungsi untuk
menyerap informasi, baik informasi yang bersifat umum, seperti
informasi tentang kondisi geografis desa dan sosial budaya; maupun
informasi yang terkait isu khusus,sepertiisu ekonomi yang berkaitan
dengan keragaman produk lokal desa, pola pemasaran hasil bumi
atau pengembangan ekonomi berbasis UMKM; atau isu sosial yang
berkaitan dengan pendidikan, kesehatan dan hubungan sosial antar
warga; atau isu lingkungan yang berkaitan dengan bencana dan cara
penanganannya dimana informasi tersebutbisa dijadikan modal awal
untuk penyusunan program.
Dari kegiatan ini pula tim KKN dapat menginisiasi kegiatan
kemasyarakatan, seperti terlibat dalam kegiatan belajar mengajar
dan kegiatan rutin lain yang diadakanoleh masyarakat. Namun harus
diingat bahwa kegiatan kemasyarakatan ini bukanlah tujuan utama
dari program KKN, ia hanyalah sebagai media untuk menumbuhkan
suatu kepercayaan (trust) dan semakin memperkuat hubungan
antara tim KKN dengan masyarakat sehingga program yang akan
direncanakan dapat diterima dan dijalankan dengan baik.
Kemudian tim KKN harus menyusun laporan hasil kegiatan
kooordinasi dan sosialisasi yang dibuat oleh seluruh anggota tim
karena laporan tersebut akan menjadi dokumen awal dalam

27 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
menyusun rencana program/kerja pemberdayaan di desa tempat
komunitas dampingan berada.

B. Perencaan Program
Setelah melakukan integrasi sosial, langkah selanjutnya adalah
merumuskan perencanaan program. Perencanaan adalah suatu
proses atau kegiatan untuk menyusun rencana kegiatan. Dengan
demikian, rencana adalah segala hal yang belum dilakukan dan
diharapkan akan dilakukan. Tahap perencanaan partisipatif diawali
dengan penjajagan kebutuhan komunitas ataudesa secara partisipatif
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan rencana.
Salah satu langkah yang harus dilakukan untuk dapat menyusun
perencanaan yang terstruktur adalah dengan melakukan pendataan
dan pemetaan. Pendataan adalahsuatu proses atau kegiatan untuk
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data dan informasi
mengenai suatu isu tertentu. Sedangkan pemetaan adalah suatu
proses untuk mengenali elemen, dinamika, ketergantungan timbal
balik dan interaksiantar sesuatu yang dipetakan.Dengan demikian,
pemetaan di sini berfungsi untuk mengetahui keterkaitan dan
keterhubungan antara satu data dengan data lainnya sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.
Tahap awal dalam pendataan ini adalah dengan melakukan
pengamatan aset desa yang meliputi: SDA (sumber daya alam), SDM
(sumber daya manusia), ekonomi, infrastruktur, sosial budaya dan
lingkungan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
awal tentang kondisi masyarakat dampingan dari berbagai sisi
secara lebih detail.
Pengamatan semacam ini diperlukan karena data yang diperoleh
bisa dijadikan pijakan bagitim KKN saat akan menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang digunakan dalam pendataan. Oleh karena itu, ketika
melakukan pengamatan, tim KKN harus mencatat dan
mendokumentasikan semua informasiyang diperoleh sebagai sebuah
basis data. Kemudian informasi tersebut dipilah dan dikelompokkan
menjadi beberapa temakecil sehingga tidak terjadi
pencampuradukkan data dan informasi.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 28 
 
Setelah semua informasi hasil pengamatan dikumpulkan, dipilah,
dan dikelompokkan menjadi beberapa tema kecil, langkah
selanjutnya adalah tim KKN menyusun instrumen pertanyaan yang
akan digunakan dalam pendataan. Dalam menyusun instrumen ini,
harus benar-benar diperhatikan ada tidaknya keterkaitan dan
keterpengaruhan antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya
dan tentunya harus berkaitan dengan tema KKN. Hal ini dilakukan
agar pada saat melakukan analisis, tidak ada data yang kurang atau
tidak memadai karena jika hal ini terjadi, maka tim KKN harus terjun
kembali ke lapangan untuk memenuhi kekurangan data.
Setelah instrumen pertanyaan tersusun, langkah selanjutnya
adalah melakukan pendataan.Pada tahap ini, tim KKN akan
berhubungan dan berdialog langsung dengan sumber data yang
sudah direncanakan dalam rancangan rinci pelaksanaan. Interaksi
yang dibangun tim dengan sumber data akan menentukan suasana
komunikasi yang, pada gilirannya, akan menentukan pula tergali atau
tidaknya informasi yang diinginkan.
Penggalian informasi dilakukan dalam berbagai teknik sesuai
dengan rancangan pelaksanaan yang sudah dirumuskan. Mungkin
ada sejarah desa, mapping, transek, diagram ven, diagram alur, trend
and change, wawancara secara perorangan, wawancara secara
kelompok, diskusi kelompok terfokus, dan lain-lain.

C. Analisis dan Penyusunan Program


Bagian terpenting berikutnya dari keseluruhan proses
pelaksanaan KKN adalah menganalisis temuan-temuan dari
lapangan. Menganalisa berarti mencari keterkaitan temuan satu
dengan lainnya. Dengan demikian, dari data di atas, kemudian
dianalisis untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang
muncul terkait dengan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial, dan
ketahanan ekologi/lingkungan masyarakat. Setelah dianalisa,
kemudian dibuat suatu kesimpulan yang menggambarkan keadaan
yang dapat dijadikan alasan untuk menetapkan satu atau beberapa
kegiatan,baik yang berkaitan dengan ekonomi, sosial maupun
ekologi. Atas dasar kesimpulan itulah kemudian disusun program
yang—jika memungkinkan—dapatmemberikan dampak positif bagi
29 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
masyarakat, entah itu dalam bentuk pelatihan, penyuluhan ataupun
bantuan untuk mengembangkan kewirausahaan sosial masyarakat
dampingan.

Satu hal yang harus diingat dalam membuat penyusunan


program adalah bahwa kegiatan penyusunan tersebut harus
dilakukan secara partisipatif (participatory planning)supaya ada rasa
memiliki dan tanggungjawab dari masyarakat terkait berjalan
tidaknya program yang sudah tetapkan.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisa dan menyusun


program adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan semua data yang telah terkumpul, baik data sekunder
maupun primer;
2. Kumpulkan semua hasil analisis yang sudah ditulis sebelumnya
dan buatlah rangkumannya;
3. Adakan pertemuan dengan semua anggota tim dan komunitas
untuk melakukan diskusi analisis;
4. Mulaialah diskusi dengan menyusun pertanyaan penting dari
setiap unit analisis, dan gunakan data yang ada untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut;
5. Sajikan hasil analisis dalam bentuk narasi, tabel, grafik atau sesuai
dengan kebutuhan;
6. Buatlah kesimpulan akhir dari hasil analisis tersebut;
7. Susunlah sejumlah saran atau rekomendasi sebagai program yang
akan dilaksanakan.

D. Mengorganisasi Masyarakat dan Menentukan


Komunitas Dampingan

Dalam pemberdayaan masyarakat, menentukan dan


mengorganisasi komunitas adalah sebuah keniscayaan. Sebab suatu
program yang sudah disusun dan direncanakan akan sulit
dijalankan—bahkan tidak akan berjalan—tanpa adanya dukungan
dari masyarakat yang menjadi sasaran program. Oleh karena itu,
pengorganisasian komunitas adalah sebuah keniscayaan.
Adapun kegiatan pengorganisasian sendiri bentuknya bisa
bermacam-macam, salah satunya adalah dengan melakukan

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 30 
 
lokakarya yang berfungsi untuk menggugah kesadaran masyarakat
terkait peran aktif mereka dalam mengidentifikasi dan mengatasi
masalah yang terkait dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang
ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, sebenarnya kegiatan
lokakarya itu sendiri bisa dilakukan dalam setiap tahapan
program.Kegiatan ini bisa diawali dengan mempresentasikan hasil
penilaian kebutuhan dan masalah serta pemetaan yang terkait
dengan ekonomi, sosial dan lingkunganyang terjadi di tingkat
komunitas atau desa. Lalu menjelaskan tentangpentingnya
pemanfaatan sarana ekonomi yang ada (Koperasi, Perbankan dan
lain-lain) danpengembangan ekonomi berbasis UMKM sehingga
perlunya dibentuk kelompok-kelompok usaha kecil atau sejenisnya
sebagai wadah kegiatan penguatan ekonomi warga;pentingnya
membangun dan memanfaatkan kondisi sosial untuk kemajuan desa;
serta pentingnya menjagadan mendayagunakan potensi sumber daya
alam setempat secara bijaksehingga tidak menimbulkan kerusakan
ekologi yang bisa berdampak luas.
Dengan demikian, tujuan Lokakarya tersebut adalah:
a. Melakukan pendekatan dan silaturahmi kepada pemangku
kepentingan dan pengambil kebijakan desa, aparat/perangkat
desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD/LMMK), Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Tingkat desa, pemuka atau tokoh masyarakat,
dan komunitas lainnya yang ada di desa untuk mengetahui dan
menentukan siapa saja yang dapat diajak bekerjasama dalam
program kewirausahaan sosial sekaligus untuk menentukan
komunitas dampingan yang menjadi sasaran program;
b. Sosialisasi tentang pentingnya memperkuat ketahanan ekonomi
melalui—misalnya—pengelolaan produkasli desa dan
pengembanganekonomi kreatif; meningkatkan ketahanan sosial
melalui peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan serta
memperkuat modal sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat;
dan meningkatkan ketahanan ekologi melalui pemanfaatan dan
pendayagunaan potensi sumber daya alam setempat secara bijak
sehingga tidak menimbulkan bencana;
c. Menyamakan persepsi dan pola pikir aparat pemerintahan desa
dan tokoh masyarakat serta komunitas yang ada di desa dalam
hal mengatasi permasalahan yang muncul dengan memanfaatkan

31 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
potensi yang ada dan secara bergotong royong demi tercapainya
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat.


E. Implementasi dan Monitoring Program
Antara implementasi kegiatan dan monitoring merupakan satu
rangkaian utuh yang tidak terpisahkan. Setiap kegiatan harus ada
pemantauan secara terus menerus untuk melihat apakah kegiatan itu
mengarah pada tujuan yang ditetapkan. Monitoring ini dilakukan
untuk melihat proses kegiatan itu dilakukan dengan berdasarkan
input yang ada ataukah tidak. Kegiatan penting pada tahap ini antara
lain adalahpenguatan kapasitas dan pendampingan secara rutin.
1. Penguatan Kapasitas
Agar program yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan
baik, maka harus dilakukan beberapa usaha untuk menambah
wawasan dan pengetahuan masyarakat. Dalam bidang ekonomi,
penambahan wawasan dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti
pelatihan ekonomi kreatifsebagai usaha pengembangan produk
lokaldari normal value menjadi add value; dalam bidang sosial,
penambahan wawasan dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan
terkait pentingnya pendidikan karakter bagi anak atau pentingnya
membangun dan memelihara solidaritas sosial dan toleransi untuk
mengurangi konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat; dan
dalam bidang ekologi, penambahan wawasan dapat dilakukan
dengan cara memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
lingkungan dari kerusakan yang bisa berakibat terjadinya bencana
alam dan pelatihan tentang bagaimana menanggulangi bencana yang
bisa terjadi kapan saja, terutama di daerah-daerah yang masuk dalam
kategori rawan bencana. Penguatan kapasitas semacam ini menjadi
sesuatu yang mutlak untuk dilakukan mengingat bahwa “pendekatan
partisipatif” membutuhkan masyarakat yang mumpuni dan memiliki
kemauan untuk belajar terus menerus.

2. Pendampingan secara rutin


Di samping pe nguatan kapasitas, suatu program yang sudah
direncanakan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 32 
 
pendampingan. Pendampingan ini perlu dilakukan secara rutin
bersama masyarakat untuk membahas berbagai permasalahan yang
dihadapi,kemajuan yang dicapai, memunculkan alternatif untuk
pemecahan masalah yang belum bisa diatasi dan dukungan yang
dibutuhkan dalam memecahkan masalah dari pihak lain. Oleh karena
itu, pertemuan dengan masyarakat dalam upaya “memfasilitasi” dan
“membantu” mereka dalam upaya mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi adalah sebuah keniscayaan.


F. Evaluasi
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
pencatatan sistematis dan analisis secara berkala bersama dengan
masyarakat terhadap hasil yang diperoleh selama program
berlangsung, sehingga penyesuaian dapat dilakukan jika diperlukan.
Refleksi dan evaluasi yang dilakukan adalah penilaian terhadap
relevansi, penampilan, efisiensi dan dampak dari program
pengembangan kewirausahaan sosial komunitas lokal terhadap
peningkatan ketahanan ekonomi, sosial, dan ekologi yang outcome‐
nya sudah ditetapkan bersama.

G. Diseminasi Program
Setelah semua rangkaian kegiatan dijalankan, langkah
berikutnya adalah menyampaikan laporan kepada seluruh
stakeholder yang ada, mulai dari masyarakat, pemerintah desa, SKPD
dan para pihak terkait lainnya. Laporan hasil dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan diantaranya: diseminasi hasil dan audiensi
untuk merancang Rencana Tindak Lanjut(RTL) yang harus
dilakukan. Diseminasi hasil dilakukan sebagai bentuk pelaporan atas
kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, saat melakukan diseminasi
hasil, ada beberapa poin yang harus dijelaskan antara lain; 1) sejauh
mana efektifitas program yang sudah dilakukan, 2) apa saja langkah-
langkah strategis yang memungkinkan untuk dilakukan sebagai
upaya peningkatan kualitas program.
Audiensi kepada pemerintah desa dan SKPD terkait dilakukan
untuk membicarakan langkah-langkah selanjutnya yang harus
diambil oleh masing-masing stakeholder, agar program yang sudah
33 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
berjalan bisaterus bertahan dan memiliki daya dukung yang
memadai baik, dari aspek pendanaan, kualitas maupun
pengembangan nilai.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 34 
 
BAB IV
PELAPORAN DAN PENILAIAN

A. Pelaporan
Peserta KKN diwajibkan membuat lima [5] laporan pelaksanaan
KKN sebagai berikut:
1. Laporan Individual
Setiap peserta KKN harus membuat laporan kegiatan sesuai
dengan tugas yang diberikan kelompok kepada yang
bersangkutan. Karena itu, harap diingat, pembagian tugas
individual pada setiap tahapan kegiatan harus ditetapkan
terlebih dahulu oleh kelompok di bawah koordinasi DPL dan
pendamping desa. Laporan individual menjadi salah satu
lampiran penting dalam laporan akhir kelompok. Laporan
individual yang dimaksud disini adalah field note dan karya
ilmiah. Field note merupakan catatan harian individu yang berisi
tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan berkaitan
dengan tugas individual. Harap diingat, yang dicatat dalam
laporan ini adalah kegiatan yang berkorelasi dengan kegiatan
program KKN.Laporan individual ini akan dievaluasi setiap kali
DPL atau pendamping desa melakukan kunjungan ke lokasi
KKN.Adapununtuk laporan karya ilmiah yang disusun secara
individual berdasarkan keilmuan program studi, harus mencakup
gambaran tentang keadaan masyarakat/komunitas yang
menjadi obyek, analisis masalah dan potensi
masyarakat/komunitas, harapan‐harapan masyarakat
/komunitas dan dinamika untuk menjawab
harapan/problematika yang ada. Laporan individu yang
berupa karya ilmiah ini diserahkan ke DPL masing-masing untuk
dipresentasikan di depan DPL sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Setelah itu, laporan Karya Ilmiah dan field note
tersebut digabung dan dijilid biasa sebanyak 1 (satu)
eksemplar per mahasiswa, lalu diserahkan ke LP2M beserta
softcopy-nya.
2. Laporan Akhir Kelompok
Pada akhir pelaksanaan KKN, masing-masing kelompok
harus melaporkan program yang telah dilaksanakan secara

35 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
keseluruhan (baik program utama maupun program penunjang)
serta membuat ringkasan laporan akhir kelompok. Laporan
akhir kelompok yang diserahkan ke LP2M adalah sebagai
berikut: laporan akhir kelompok sebanyak 1 (satu)
eksemplar, dijilid biasa; laporan soft dengan format PDF di
emailkan; dan laporan keuangan kelompok, dijilid biasa dan
terpisah dari laporan akhir kelompok. Selain itu, setiap
kelompok harus membuat ringkasan permasalahan desa
untuk dijadikan sebagai masukan bagi pihak yang berwenang
(pemerintah) dan ditetapkan sebagai RTL (rencana tindak lanjut)
bagi program pengembangan kewirausahaan sosial komunitas
lokal.
3. Laporan Keuangan Kelompok
Pada akhir pelaksanaan KKN, masing-masing kelompok
desa harus melaporkan keuangan kelompok yang diterimakan
dari panitia KKN. Laporan keuangan yang bisa diterima oleh
panitia hanya laporan keuangan yang digunakan untuk keperluan
belanja barang habis pakai (tidak boleh untuk honor/bisyaroh)
disertai dengan nota/kwitansi yang sah (tanda tangan dan
stempel).
4. Laporan Berita Kegiatan Mingguan
Setiap kelompok KKN juga harus membuat laporan
mingguan yang berisi macam-macam kegiatan yang sudah
dilakukan oleh peserta KKN dalam bentuk BERITA. Unsur
pemberitaan harus memenuhi kaidah 5W1H (apa, siapa, kapan,
di mana, kenapa, bagaimana). Laporan ini harus dikirim setiap
satu minggu sekali ke email: kkn.iainpekalongan@gmail.com.
5. Laporan Film Dokumenter
Setiap kelompok KKN juga harus membuat laporan dalam
Panduannnbentuk film dokumenter antara 15 sampai 30 menit
yang isinya menarasikan tentang profil desa, sosial budaya,
perekonomian masyarakat, kondisi lingkungan dan pelaksanaan
program yang sudah dilakukan tim KKN.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 36 
 
B. Presentasi
Setiap kelompok KKN diwajibkan mempresentasikan laporan
kegiatan di hadapan panitia dan stakeholders yang berkepentingan.
Presentasi ini dimaksudkan untuk mengetahui proses dan hasil KKN
secara menyeluruh berikut rekomendasi-rekomendasi yang
ditetapkan, serta rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan. Bahan
presentasi disampaikan dalam bentuk power point atau film.

C. Penilaian

1. Pembobotan Penilaian
Penilaian didasarkan pada hasil pengamatan DPL, pendamping
desa dan LP2M terhadap setiap peserta KKN (pra, pelaksanaan dan
pasca KKN). Komponen penilaian meliputi beberapa aspek, yaitu:
a. Penilaian Dosen Pembimbing Lapangan meliputi :
1) Partisipasi 20 %
2) Integritas 10 %
3) Pendekatan sosial 15%
4) Inisiatif dan Kreatif 10%
5) Keterampilan Riset 10 %
6) Relevansi Program KKN 10%
7) Laporan dan Ujian Lisan 25%
b. Penilaian Pendamping Desa meliputi :
1) Perilaku selama di desa 30%
2) Pendekatan Sosial 30%
3) Inisiatif dan Kreatif 20%
4) Relevansi Program KKN 20%
c. Penilaian LP2M meliputi:
1) Pembekalan 50 %
2) Ketepatan Waktu dan kelengkapan dalam Penyerahan
Laporan 50 %

d. Penilaian Akhir Mahasiswa meliputi:


1) Pembekalan 20%
2) Penilaian aspek Pendamping Desa 20%
3) Penilaian aspek DPL 35%
4) Penilaian Karya Ilmiah 25%

37 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
2. Penentuan nilai akhir
Nilai akhir KKN merupakan hasil kumulatif dari semua
komponen diatas. Adapun skala, bobot dan nilainya dijabarkan
sebagai berikut :

SKALA BOBOT HURUF


81 – 100 4 A
71 – 80 3,5 – 3,9 B+
66 – 70 3,0 – 3,4 B
60 – 65 2,5 – 2,9 C+
56 – 59 2,0 – 2,4 C


Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 38 
 
Lampiran 1

FORM ASESMEN PENDAHULUAN
KKN ANGKATAN 45 IAIN PEKALONGAN
TAHUN 2018

I. INFORMASI UMUM
a. Desa :
b. Kecamatan :
c. Kabupaten :
d. Kelompok KKN :

II. KETENTUAN PENGISIAN


a. Pada kolom DESKRIPSI, isikan denga menjabarkan sesuai
kondisi riil atas INDIKATOR dengan menggunakan
pendekatan 5W+H.
b. Pada kolom NILAI, isikan dengan mencantumkan nilai
antara 0 sampai 5 dengan ketentuan semakin tinggi skor
mencerminkan tingkat keberartian.

III. INSTRUMEN PENILAIAN


NO INDIKATOR DESKRIPSI NILAI

Waktu Tempuh ke prasarana


1
kesehatan < 30 menit

Tersedia tenaga kesehatan, bidan,


2
dokter dan nakes lain

Akses ke poskesdes, polindes dan


3
posyandu

4 Tingkat aktivitas posyandu

5 Tingkat kepesertaan BPJS

Akses ke Pendidikan Dasar SD/MI


6
<3 KM

39 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
NO INDIKATOR DESKRIPSI NILAI

7 Akses ke SMP/MTS < 6 km

8 Akses ke SMU/SMK < 6 km

Kegiatan pemberantasan buta


9
aksara

10 kegiatan PAUD

11 Kegiatan PKBM/Paket ABC

Taman Bacaan Masyarakat atau


12
Perpustakaan Desa

13 Kebiasaan gotong royong di desa

Keberadaan ruang publik terbuka


14
bagi warga yang tidak berbayar

Ketersediaan fasilitas/lapangan
15
olahraga

Terdapat kelompok kegiatan


16
olahraga

Warga desa terdiri dari beberapa


17
suku/etnis

Warga desa berkomunikasi sehari-


18 hari menggunakan bahasa yang
berbeda

Agama yang dianut sebagian besar


19
warga di desa

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 40 
 
NO INDIKATOR DESKRIPSI NILAI
Warga desa membangun
20 pemeliharaan poskamling
lingkungan

Partisipasi warga mengadakan


21
siskamling

Tingkat kejadian perkelahian


22
massal di desa

Penyelesaian/perdamaian
23 perkelahian massal yang sering
terjadi

Terdapat akses ke Sekolah Luar


24
Biasa

Terdapat Penyandang
Kesejahteraan Sosial (Anak Jalanan,
25
Pekerja Seks Komersial dan
Pengemis)

26 Terdapat Penduduk yang bunuh diri

Mayoritas penduduk desa memiliki


27
sumber air minum yang layak.

Akses Penduduk desa memiliki air


28
untuk mandi dan mencuci

Mayoritas penduduk desa memiliki


29
Jamban.

Terdapat tempat pembuangan


30
sampah.

41 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
NO INDIKATOR DESKRIPSI NILAI

Jumlah keluarga yang telah memiliki


31
aliran listrik.

Penduduk desa memiliki telepon


32
selular dan sinyal yang kuat.

Terdapat siaran televisi lokal,


33
nasional dan asing

34 Terdapat akses internet

Terdapat lebih dari satu jenis


35
kegiatan ekonomi penduduk

Akses penduduk ke pusat


36 perdagangan (pertokoan, pasar
permanen dan semi permanen)

Terdapat sektor perdagangan di


37 permukiman (warung dan
minimarket)

Terdapat kantor pos dan jasa


38
logistik

Tersedianya lembaga perbankan


39
umum (Pemerintah dan Swasta)

40 Tersedianya BPR

41 Akses penduduk ke kredit

Tersedianya lembaga ekonomi


42
rakyat (koperasi)

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 42 
 
NO INDIKATOR DESKRIPSI NILAI

Terdapat usaha kedai makanan,


43
restoran, hotel dan penginapan

Terdapat moda transportasi umum


(Transportasi Angkutan Umum,
44
trayek reguler dan jam operasi
Angkutan Umum)
Jalan yang dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor roda empat
45
atau lebih (sepanjang tahun kecuali
musim hujan, kecuali saat tertentu)
Kualitas Jalan Desa (Jalan terluas di
46 desa dengan aspal, kerikil, dan
tanah)

Ada atau tidak adanya pencemaran


47
air, tanah dan udara

48 Terdapat sungai yg terkena limbah

49 Pencemaran air, tanah dan udara

Kejadian Bencana Alam (banjir,


50
tanah longsong, kebakaran hutan)

Upaya/Tindakan terhadap potensi


bencana alam (Tanggap bencana,
51 jalur evakuasi, peringatan dini dan
ketersediaan peralatan penanganan
bencana)

Upaya Antisipasi, Mitigasi bencana


52
alam yg ada di desa

43 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
IV. PERNYATAAN KEBENARAN DATA
Demikian data ini kami isi sesuai dengan fakta-fakta yang ada
dan disusun secara bersama oleh Kelompok KKN

Yang menyatakan;
a/n Kelompok KKN
Koordinator Desa,

(____________________________)

V. PENGESAHAN VALIDATOR
Setelah melalui proses pengecekan dan klarifikasi, dengan ini
saya menyatakan bahwa data tersebut valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Yang memvalidasi:
Dosen Pembimbing Lapangan

(____________________________)

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 44 
 
Lampiran 2

JADWAL DAN AGENDA KEGIATAN
KULIAH KERJA NYATA (KKN) ANGKATAN 45
PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
KOMUNITAS LOKAL
IAIN PEKALONGAN TAHUN 2018

NO TANGGAL KEGIATAN KET.

10 – 24 Agustus
1 Pendaftaran Online
2018

27 – 29 Agustus
2 Verifikasi data LP2M
2018

30 Agustus – 6
3 Penyerahan Berkas LP2M
September 2018

4 1 Oktober 2018 Audiensi KKN LP2M

5 5 Oktober 2018 Pembekalan Umum IAIN Pekalongan

Penerjunan Peserta
6 10 Oktober 2018 Desa
KKN

23 November Penutupan/
12 Lokasi KKN
2018 Penarikan Peserta KKN

27 – 30 Presentasi/Ujian Lisan
13 Peserta dan DPL
November 2018 Laporan KKN

3 – 7 Desember Pengumpulan Laporan


14 LP2M
2018 KKN

10 – 14
15 Pengumpulan Nilai KKN LP2M
Desember 2018
* Jadwal dapat berubah sewaktu waktu

45 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Lampiran 3

TATA CARA PELAKSANAAN PENDATAAN

A. Persiapan Pendataan
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam tahap persiapan
adalah seperti dibawah ini:
1. Membentuk kesepakatan dengan pamong setempat, seperti
Kepala desa/Lurah, Kepala dusun/lingkungan, ketua RW/RT
dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh tentang akan
dilakukannnya pendataan di wilayah tersebut, termasuk yang
berkenaan dengan maksud, manfaat serta cara-cara
pelaksanaanya.
2. Menyiapkan instrumen pendataan antara lain dalam bentuk
sket peta,form pendataan, dan alat-alat tulis sederhana. Untuk
itu perlu diperhitungkan secara cermat jumlah kebutuhan,
disesuaikan dengan jumlah sasaran pihak yang akan didata.
3. Menyiapkan tenaga pendata antara lain dengan
memperhitungkan secara cermat kesesuaian antara cukupan
wilayah, kondisi, geografis, jumlah tenaga pendata yang
dibutuhkan, termasuk pendampingnya.
4. Menjelaskan cara pendataan/cara pengisian formulir bagi
para pelaksana pendata dan pendampingnya melalui kegiatan
pelatihan atau orientasi.
5. Membuat sket peta yaitu dengan cara menggambarkan secara
sederhana peta wilayah cakupan program pengembangan
kewirausahaan sosial dalam bentuk sket dengan memberikan
tanda-tanda/simbol dari bangunan penting (seperti jalan,
jembatan, jalan kereta api, rumah ibadah, kantor, rumah
sakit/puskesmas, sekolah pasar, kantor desa, kantor
kecamatan, dan sebagainya); dan keadaan alam (seperti aliran
sungai, danau, bukit, taman dan sebagainya) serta lokasi
rumah-rumah keluarga yang ada di wilayah (misalnya dengan
memberi tanda kotak-kotak pada lokasi dimana rumah itu
berada diatas sket yang telah dipersiapkan).

6. Membuat jadwal pendataan dan pembagian tugas antar


kader pendata dan pendamping sedemikian rupa, sehingga
pendataan dimaksud dapat diselesaikan paling lama dalam
waktu 5 (lima) hari. Dengan memperhitungkan jumlah

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 46 
 
obyekyang ada di wilayah pendataan dan waktu yang tersedia,
maka dapat diperkirakan berapa banyak jumlah obyek yang
harus didata rata-rata dalam satu hari. Dengan demikian dapat
pula dihitung berapa banyak kader pendata yang harus
dipersiapkan dan dilatih.
7. Membuat pemberitahuan kepada tokoh-tokoh masyarakat
dan seluruh pihak yang ada diwilayah cakupan tentang akan
dilaksanakan pendataan keluarga pada waktu dan cara-cara
yang telah ditentukan berikut dengan penjelasan tentang
maksud dan tujuannya. Pemberitahuan ini dilakukan melalui
jalur dan cara-cara baik formal, maupun non formal.

B. Pelaksanaan pendataan
Langkah-langkah yang perlu ditempuh didalam tahap
pelaksanaan ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
1. Melakukan pendataan oleh tim KKN dengan menggunakan
formulir rubrik penilaian dan form asesmen pendahuluan.
Untuk kegiatan pendataan ini,mahasiswa KKN dapat dibantu
dan bekerjasama dengan komunitas dampingan atau juga bisa
memperoleh bantuan dari komunitas lokal seperti karang
taruna, ibu-ibu PKK ataupun para pemuda. Pendataan
menggunakan metode wawancara kepada para pihak yang
mengetahui secara rinci kondisi yang terkait dengan indeks
ketahanan ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada waktu
wawancara, tim KKN juga melakukan observasi terhadap
lingkungan tersebut untuk melakukan croscek terhadap
informasi yang disampaikan oleh pihak yang diwawancarai.
Dengan demikian tidak semua butir pertanyaan yang ada
didalam form pendataan harus ditanyakan secara langsung
oleh si pendata, tetapi cukup dengan mengamati (obsevasi)
keadaan indikator yang ingin diketahui, seperti tentang
keadaan atap, lantai, dinding dan luas lantai rumah yang
bersangkutan. Demikian pula tentang pakaian, sumber air
minum, percahayaan, jamban keluarga dan sebagainya.
2. Bimbingan pelaksanaan pendataan dilakukan oleh
pendamping desa maupun DPL tim KKN, baik secara
bersamaan dengan pelaksanaan pendataan oleh tim
KKN/anggota komunitas, maupun secara terpisah, atau setelah
pendataan selesai dilakukan pada satu atau beberapa pihak
dengan cara uji petik.

47 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
3. Melakukan penyisiran kembali kepada pihak-pihak yang
terlewat ataupun pihak-pihak yang pendataannya belum
tuntas pada waktu kunjungan pertama, agar cakupan
pendataan mendekati kesempurnaan.
4. Konsolidasi antara tim KKN, anggota komunitas dan
pendamping mengenai kelengkapan dan kebenaran atau
kewajaran data, termasuk dalam penjumlahan dan
pencantuman angka-angka dan tanda-tanda/kode-kode yang
digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Pembuatan Peta Berdasarkan Indikator Desa Membangun


Setelah pendataan selesai dilakukan dan hasilnya dianggap
cukup sempurna, maka kegiatan berikutnya adalah membuat peta
berdasarkan Indikator Desa Membangun yang meliputi dimensi
Ekonomi, Sosial dan Ekologi. Adapun langkah-langkah pembuatan
peta tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan draft peta oleh tim KKN dan anggota komunitas
dengan bimbingan pendamping berdasarkan sket awal yang
telah dibuat sebelumnya serta dengan data-data yang telah
terkumpul sebagai hasil pendataan
2. Penyelesaian peta oleh tim KKN dan anggota komunitas
dengan bimbingan pendamping. Peta ini dibuat secara
sederhana dengan menggunakan karton manila atau kertas
kalkir dan menggunakan pensil berwarna atau spidol. Didalam
peta ini digambarkan kondisi setiap setiap Indikator beserta
variabelnya.
3. Penempatan peta dan pembaharuannya. Peta ini
seyogianya ditempatkan diruangan atau ”kantor” komunitas
dampingan atau di tempat-tempat lain yang lebih tepat. Data
yang menyangkut tingkat ketahanan ekonomi diperbaharui
setelah ada hasil pendataan keluarga berikutnya diwilayah
tersebut atau dapat diperbaharui sewaktu-waktu apabila
diketahui terdapat perubahan terkait dengan ketahanan
ekonomi. Hal serupa juga dilakukan untuk indikator yang
berkaitan dengan ketahanan sosial dan ekologi.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 48 
 
Lampiran 4

PEDOMAN LOKAKARYA PROGRAM PENGEMBANGAN
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL KOMUNITAS LOKAL

AGENDA ACARA:
1. Pentingnya peran serta aktif masyarakat dalam identifikasi dan
pemecahan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang
dihadapi(diawali presentasi hasil penilaian kebutuhan dan
masalah serta pemetaan sosial tingkat desa);
2. Pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaan potensi sumber
daya setempat dan sarana yang ada, seperti lembaga koperasi
dan lain sebagainya;
3. Perlunya dibentuk kelompok yang berperan dalam
pengembangan ekonomi rumah tangga sebagai forum
silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan
penguatan komunitas secara terpadu.

TUJUAN:
1. Pendekatan dan silaturahmi dengan pemangku kepentingan dan
pengambil kebijakan desa, kepada aparat/pamong desa, Badan
Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa (LPMD/LMMK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) Tingkat desa, pemuka/tokoh masyarakat, serta anggota
komunitas yang akan dilatih;
2. Sosialisasi tentang pentingnya pengembangan kewirausahaan
sosial serta pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaan
potensi sumber daya setempat dan sarana yang ada secara lebih
arif dan bijak;
3. Penyamaan persepsi dan pola pikir aparat pemerintahan desa
dan tokoh masyarakat desa terhadap permasalahan dan
pemecahan masalah dengan potensi yang ada dan bergotong
royong secara swadaya untuk membentuk dan mengembangkan
lembaga kewirausahaan sosial;
4. Penyusunan rencana program dan kegiatan pemberdayaan
ekonomi warga melalui program kewirausahaan sosial;
5. Terbentuknya tim dan kepengurusannya di tingkat dusun dan
desa yang solid, kompeten, dan berkemampuan yang disetujui
dan didukung oleh seluruh unsur desa;

49 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
6. Disetujui dan dikukuhkannya calon kader dari masing-masing
wilayah (dusun/RT) yang akan dilatih.

PIMPINAN/PENANGGUNGJAWAB: Kepala Desa


PESERTA:
1. Aparat/Pamong Desa (Kepala Desa, Kepala Urusan
Kesejahteraan Rakyat, dan Kepala Dusun).
2. Pengurus Badan Perwakilan Desa (BPD)
3. Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD/LMMK),
4. Pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tingkat
desa PKK
5. Pengurus Karang taruna Tingkat Desa;
6. Pengurus Masjid dan Perkumpulan Pengajian;
7. Pemuka/Tokoh masyarakat,
8. Camat atau yang mewakili kantor kecamatan
9. Kepala Puskesmas, Bidan Desa dan Pegawai kesehatan dan KB
yang bertempat tinggal di desa tersebut.
10. Ketua RT dan anggota komunitas dari setiap RT

METODE : Presentasi, Ceramah, Curah pendapat, Tanya jawab/Diskusi.


WAKTU : Sesuai kesepakatan antara pemimpin desa, fasiltator dan
dosen pembimbing
HASIL :
1. Semua pemangku kepentingan (stakeholders) desa
menyetujui, mendukung, dan berperan aktif dalam
pembentukan dan pelestarian kegiatan program
pengembangan kewirausahaan sosial komunitas lokal;
2. Tersusunnya program dan kegiatan pengembangan
kewirausahaan sosial komunitas lokal;
3. Terbentuknya suatu lembaga, baik yang terkait dengan
ekonomi, sosial dan lingkungan beserta
kepengurusannya;
4. Disetujui dan dikukuhkannya calon kader dari masing-
masing wilayah (dusun/RT) yang akan mengikuti
pelatihan pengembangan kewirausahaan sosial
komunitas lokal.

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 50 
 
Lampiran 5
URAIAN TARGET KEGIATAN
KKN ANGKATAN 45 TAHUN 2018
IAIN PEKALONGAN
No  Kegiatan  Agenda     Tahapan  Sifat  Subjek  Dokumen    
1  Integrasi  Audiensi,  inisiasi   4  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
sosial  kegiatan  Absensi  F‐03 
kemasyarakatan 
Pelaksanaan  Kunjunga tim,  daftar poto  F‐04 
n  tomas  Jurnal kegiatan  F‐05 
Hasil  rapat  tim  rencana  tindak  F‐06 
lanjut 
absensi   F‐03 
menyampaikan  1  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
maksud  dan  absensi   F‐03 
tujuan kkn  Pelaksanaan  Perkump tim,  absensi   F‐03 
ulan  tomas  notulensi  F‐07 
2  Perencana Melakukan  4  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
an  assesment  desa  absensi   F‐03 
(Ketahanan  sosial, 
Pelaksanaan  Aksi  tim  daftar poto  F‐04 
ekonomi, ekologi) 
Jurnal kegiatan  F‐05 
Form assesment  F‐10 
Sket  F‐09 
team  absensi   F‐03 
Pelaksanaan  work  tim  rekap assesment  F‐14 
3  penetapan  menganalisa  5  Persiapan  rapat  tim  daftar peserta  F‐16 
masalah  dan  absensi   F‐03 
tujuan  (LFA),  check list agenda  F‐01 
identifikasi  Pelaksanaan  FGD  tim,  absensi  F‐03 
program  kom.  notulensi  F‐07 
analisis masalah  F‐17 
prioritas program  F‐18 
subjek program  F‐19 
rencana  tindak  F‐06 
lanjut 
4  Implement mengorganisasi  3  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
asi  komunitas  daftar peserta  F‐16 
absensi  F‐03 
Pelaksanaan  FGD  tim,  absensi  F‐03 
kom.  notulensi  F‐07 
struktur organisasi  F‐20 
rencana  tindak  F‐06 
lanjut 
penguatan  6  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
kapasitas 
absensi  F‐03 

Pelaksanaan  Pelatihan  tim,  absensi  F‐03 


kom. 
notulensi  F‐07 

F‐05 
jurnal kegiatan 
pendampingan  12  Persiapan  rapat  tim  instrumen  F‐21 
program    monitoring 
  jadwal  F‐12 
  absensi  F‐03 
  Pelaksanaan  Aksi  tim,  daftar poto  F‐04 
kom. 
jurnal kegiatan  F‐05 

51 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
5  evaluasi  mengevaluasi  3  Persiapan  rapat  tim  progress report  F‐22 
proses  indikator  F‐23 
pelaksanaan  pencapaian 
check list agenda  F‐01 
Pelaksanaan  FGD  tim,  absensi  F‐03 
kom.  notulensi  F‐07 
6  laporan  deseminasi  3  Persiapan  rapat  tim  check list agenda  F‐01 
hasil  program  absensi  F‐03 
Pelaksanaan  FGD  tim,  absensi  F‐03 
masy.  notulensi  F‐07 
audiensi  4  Persiapan  rapat  tim  rekomendasi  F‐24 
absensi  F‐03 
Pelaksanaan  audiensi  tim,  daftar poto  F‐04 
sthd.  jurnal kegiatan  F‐05 
rencana  tindak  F‐06 
lanjut 

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 52 
 
Lampiran 6

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Program


Pengembangan Kewirausahaan Komunitas Lokal Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Pekalongan Tahun 2018 di Desa ....................
Kecamatan ....................... Kabupaten ...................... disahkan pada :

Hari : ...............................................................................
Tanggal : ...............................................................................
Ketua : Nama NIM
Anggota : Nama NIM
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................
......................................... ........................

Dosen Pembimbing Lapangan, Ketua Kelompok,

............................................... .....................................................
NIP.

Mengetahui,
Ketua LP2M Kepala Desa

Maghfur, M.Ag ..........................................


NIP. 197305062000131003

53 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Lampiran 7

FORMAT LAPORAN KELOMPOK
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran

BAB I. GAMBARAN UMUM KKN


A. Hakekat KKN
B. Tujuan KKN
C. Sasaran dan Manfaat KKN
BAB II. PROFIL DESA
A. Gambaran Umum Desa
B. Desa pada Masa Lalu dan Masa Kini
C. Administrasi dan Pemerintahan Desa
D. Potensi SDM (Sumber Daya Manusia)
E. Potensi Ekonomi SDA (Sumber Daya Alam)
BAB III. PROFIL EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN KOMUNITAS
A. Aset komunitas
B. Mata Pencaharian Komunitas
C. Pendapatan Komunitas
D. Pengeluaran Komunitas
E. Keahlian Komunitas
BAB IV. REALISASI KEGIATAN
A. Kegiatan Primer
1. Bentuk kegiatan
2. Hasil Kegiatan
3. Tindak Lanjut
B. Kegiatan Sekunder
1. Bentuk Kegiatan
2. Hasil Kegiatan
3. Tindak Lanjut
C. Partisipasi Masyarakat dan Peran serta Pemda/Dinas/ Instansi
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 54 
 
Lampiran 8

TATA CARA PENULISAN
KARYA ILMIAH INDIVIDU

1. Ukuran kertas Kuarto A4
2. Jumlah halaman antara I5 – 20 halaman
3. Format Penulisan dengan spasi 1,5 cm, margin kiri dan atas 3
cm, margin kanan dan bawah 2,5 cm dan jenis font Times New
Roman 12 point.
4. Teknik penulisan rujukan/sitasi mengikuti aturan Harvard
5. Setiap kata asing yang bukan nama orang, tempat, dan lain-lain
ditulis italic.
6. Artikel mencakup hal-hal berikut ini:
a. Judul
b. Abstrak
c. Gambaran keadaan masyarakat sesuai topik
d. Analisis masalah dan potensi masyarakat sesuai topik
e. Harapan-harapan masyarakat sesuai topik
(berisikan uraian hasil analisis tujuan/harapan)
f. Dinamika untuk menjawab harapan
(berisikan uraian mengenai strategi, rencana kegiatan dan
program yang dilaksanakan dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat)
g. Penutup: Kesimpulan dan Rekomendasi

55 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Lampiran 9
BUKU ABSENSI

KELOMPOK : .......................................
DESA : .......................................
KECAMATAN : .......................................
Kepala Desa : .......................................
Minggu ke..
Minggu ke..
Nama
S S R K J S M S S R K J S M
No /NIM Ket.
Siti ...
1. 201800

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan Ketua Kelompok

....................................... ......................................

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 56 
 
Lampiran 10

BUKU KEGIATAN HARIAN INDIVIDU (FIELD NOTE)

Teknik Menulis Field Note

Kode file:…………….
(isilah dengan kode yang mudah dihafal dan tidak
membingungkan)

Judul : .....................................................
Informan : .....................................................
Lokasi : .....................................................
Waktu (hari/tanggal/jam): ....................................

a. Suasana
Catatan suasana sebaiknya memuat gambaran detil-detil dari
informan dan lingkungannya. Detil-detil informan seperti baju
yang dikenakan, wajah, ekspresi, gaya bicara dan sebagainya.
Detil lingkungan seperti kondisi rumah, lantai, musik yang
terdengar, dan sebagainya.
Untuk catatan suasana FGD, menjadi lebih menarik jika
seorang peneliti mampu menggambarkan sosiogram dari
dinamika FGD.
Penggambaran ini dianjurkan sedetil mungkin. Sehingga
memungkinkan pembaca (orang lain) yang membaca catatan
tersebut seolah berada dekat dengan informan dan merasakan
apa yang dirasakan oleh peneliti.

b. Catatan Hasil
Catatan hasil diajurkan sangat detil dan lengkap. Sedapat
mungkin, pertanyaan seorang peneliti juga ditulis secara
lengkap.

57 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
c. Pertanyaan Lanjutan
Pertanyaan untuk memperjelas dari informasi yang sudah
diperoleh dari informan. Pertanyaan lanjutan bisanya
dirumuskan setelah catatan suasana dan catatan hasil wawancara
selesai dibuat.

d. Pertanyaan Refleksi
Pertanyaan yang ada dipikiran kita, setelah melakukan hasil
wawancara. Pertanyaan refleksi bisa berupa pertanyaan
keraguan kita atau persetujuan kita terhadap informasi atau
fakta-fakta lapangan.

Ditulis oleh: JUMINTEN

Contoh FIELD NOTE

Kode file: Evaluasi/SAHE/PETANI/1

Judul : Wawancara Land Reform


Informan : Joao Trindade
Lokasi : Desa Likisi/Ermerah
Waktu : Selasa, 26 Juli 2018/jam 16.30 – 18.00

Rumah joao terletak di tengah-tengah perkebunan Kopi di


desa Likisi, Ermerah. Untuk menuju rumah Joao, saya harus
menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Apalagi
perjalanan ini kami tempuh dengan sepeda motor yang memakan
waktu kurang lebih 2 jam. Saya kemudian membayangkan diri
sebagai seorang “Ernesto De La Vera Che Guevara” yang
melakukan pengembaraan dari Argentina menuju Chile. Perjalanan
kami mulai dari kota Dilli (tempat kami bermukim) menuju distrik
Ermerah (kota). Jalan menuju Ermerah sangat mengasyikkan, kita
melalui bukit-bukit hijau, kebun kopi, dan perkampungan-
perkampungan. Di hutan yang kami lalui, kami menemukan
sumber daya alam yang sangat kaya. Di sini kami melihat banyak

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 58 
 
sarang lebah yang siap untuk dipanen. Ketika bertemu dengan
petani, kami menanyakan: “siapa yang berhak memetik hasil
hutan berupa madu lebah?” Petani tersebut menjawab: “semua
orang boleh ambil madu lebah hutan, karena hutan ini adalah
karunia Tuhan. Tetapi, ketika mengambil tidak boleh melakukan
perusakan-perusakan”
Setelah kami sampai di distrik Ermerah (Kota), barulah kami
melanjutkan perjalanan menuju desa Likisi. Untuk menuju ke desa
Likisi, tidak ada lagi jalan beraspal, kami harus melalui jalan tanah
yang berdebu. Bahkan untuk mempersingkat waktu, kami dan
penunjuk jalan bersepakat untuk mencari jalan pintas, yakni
melalui sungai. Sungai di Timor Leste tidak sama dengan sungai
yang ada di tanah Jawa. Sungai di Timor Leste, seperti jalan raya,
sungai tersebut tak ada airnya, yang ada hanyalah pasir dan kerikil.
Inilah wajah alam yang muali mengalami kerusakan. Setelah
melewati sungai yang cukup panjang, barulah kemudian kita masuk
perkampungan. Disini kami sempat dikejar anjing, “dasar anjing
sialan !!!”. kami terpaksa melarikan motor dengan kencang di atas
tanah yang tidak rata. Malah kami jadi bahan tertawaan anak-anak
kampung.
Setelah melewati perkampungan-perkampungan, kemudian
kita masuk ke perkebunan Kopi. Menurut teman yang mengantar,
di lokasi inilah, Nara sumber (Joao Trindade) melakukan
pengorganisasian untuk merebut tanah. Setelah melalui perjalanan
yang melelahkan sampailah saya di depan rumah adat Timor Leste.
Rumah adat Timor Leste, terdiri dari dua susunan bangunan dengan
model rumah panggung yang mungil. Dari rumah panggung ini,
kami masih harus memanjat bukit lagi dengan berjalan kaki. Motor
kami tinggal di bawah rumah adat Timor Leste.
Perjalanan mendaki bukit, sekitar 5 menit, barulah kami
sampai ke rumah Joao.
Memasuki rumah Joao, ternyata seperti memasuki rumah
seorang organiser yang benar-benar menyatu dengan rakyat. Dia
tinggal di rumah, yang menurut kita (sebagai orang kota sangat
sederhana). Rumah tersebut, beratap seng dan berdinding bambu
yang dibelah. Di depan rumahnya, ada tempelan kertas koran dan

59 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
poster tungku hemat energi. Ada beberapa anjing dan seekor babi
milik Joan yang berkeliaran saat kami melakukan wawancara. Aku
sebenarnya sangat risih dengan keberadaan babi ini, apalagi
badannya sangat kotor, nampaknya habis masuk comberan.
Di samping rumah induk, Joao juga memiliki dapur yang
terpisah dari rumah Induk. Keberadaan dapur yang terpisah
merupakan kebiasaan yang berlaku di masyarakat Timor Leste.
Dalam sebuah percakapan, Joao menyatakan bahwa dia lahir
pada tahun 1969. di desa Likisi Ermerah. (berarti lebih muda 1
tahun dibanding saya). Dalam sejarah hidupnya, dia pernah
bersekolah sampai kelas 6 Sekolah Dasar, karena harus angkat
senjata masuk ke dalam hutan untuk melawan TNI. Tetapi orang
tidak akan mengira, tokoh ini hanya lulusan Sekolah Dasar. Karena
pikirannya sangat tajam dan pengetahuan yang dimiliki sangat luas.
Mungkin pengalaman telah mengajarkan kepintaran kepadanya.
Dia sempat di tahan oleh pemerintah RI pada tahun 1996 dan
baru dilepaskan pada tahun 1999, setelah Timor Leste Merdeka.
Kehidupan dalam penjara inilah yang kemudian, menjadikan
kehidupannya dan cara pandangnya berubah. Siksaan yang dialami
selama proses dipenjara menjadi pengalaman yang berharga dan
menjadikan ideologi yang diyakininya semakin kuat. Dia sempat
mengalami beberapa penjara, mulai dari penjara kepolisian, sampai
kepada penjara tentara.
Waktu yang panjang di dalam penjara tidak pernah disia-
siakan. Dalam setiap kesempatan, dia sempatkan untuk
memperdalam Injil. Sehingga dia mampu menemukan semangat
teologi pembebasan.
Setelah keluar dari penjara tahun 1999, dia kembali ke desa.
Saat itu, tanah perkebunan di desanya berada di bawah kekuasaan
Liurai (kepala desa). Pada saat Indonesia, tanah tersebut dikuasai
oleh satu orang yang mendapatkan kuasa dari orang portugis yang
dulu menguasai tanah tersebut.
Melihat hal ini, Joao merasa bahwa ini tidak adil. Kemudian
dia mulai mendatangi orang-orang tua dan menanyakan, “Kenapa
kita tidak punya tanah?” banyak orang tua menjawab bahwa kita
dulu punya tanah di sini, tetapi protugis mengusir kita, dan justru

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 60 
 
kita menjadi budak mereka. Kemudian kami mulai mengumpulkan
bukti-bukti tersebut, kami mulai mendata tentang sumber-sumber
mata air yang dulu dijadikan sumber penghidupan masyarakat,
kemudian kami memiliki bukti tentang pohon batas, batu-batu, dan
pohon buah- buahan, kita juga mendata kuburan yang ada, dan
Lulik yang masih terjaga.
Sejarah tergusurnya rakyat dimulai sejak jaman pemerintah
Portugis. Saat itu ada seorang portugis yang meminjam tanah untuk
melakukan pembibitan kopi. Setelah bibit kopi mulai ada,
kemudian meminta rakyat untuk menanam. Setelah tanaman besar,
mulailah penggusuran rakyat dilakukan.
Setelah semua bukti ada di tangan. Kemudian kita mendatangi
Liurai (Kepala Desa). Liurai saat itu menolak untuk membagikan
tanah kepada petani. Alasannya, rakyat tidak memiliki bukti sah
atas tanah. Dan Liurai (Kepala Desa) menuduh kami sebagai
penghasut. Kemudian pada kesempatan lain, kami mendatangkan
kurang lebih seratus kepala keluarga ke kantor desa, barulah Liurai
(Kepala Desa) percaya.
Tanya saya: Tetapi apakah tanah langsung diberikan?
Joao menjawab, ternyata tidak semudah itu. Di kesempatan
lain Liurai (Kepala Desa) menyewa mantan falintil (pejuang
kemerdekaan Timor leste-pen) untuk menakut-nakuti kami. Tetapi,
saya mencoba dekati mereka dan katakan bahwa ini semua untuk
kepentingan rakyat. Selain itu, saya coba hubungi Sub Region
Falintil dan mengatakan hal tersebut. Kemudian mereka mengerti,
tetapi ada juga yang tidak mengerti.

Setelah tanah bisa kita kuasai, kemudian kita bagi kepada


semua peenduduk yang ada. Pembagian ini didasarkan kepada
pemufakatan. Tetapi pembagian ini bukan berarti menjadi milik
pribadi. Di sini tidak ada kepemilikan pribadi. Orang boleh
menggarap tanah, tetapi tidak boleh memiliki. Karena kalau sampai
ada kepemilikan pribadi, dikawatirkan akan terjadi proses jual beli,
ini berbahaya.

61 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Keberhasilan ini kemudian kami tularkan kepada desa lain,
seperti ke desa Ponilala dimana Amaro menjadi Organisernya.
Kami bersama-sama dengan kelompok-kelompok lain untuk
mengajukan ke Pemerintah, tetapi sampai sekarang belum ada
keputusan.

Catatan Reflektif:
Sungguh luar biasa pengalaman Joao Trindade. Sebagai
seorang petani dia mampu menggerakkan petani lain untuk merebut
kembali tanah-tanah yang dulu menjadi milik mereka. Hal yang
cukup mengherankan adalah pengetahuan untuk merebut tanah
tersebut berasal dari proses belajar bersama dengan masyarakat,
tidak ada campur tangan NGO.

Pertanyaan Lanjutan:
Bagaimana pola penyebaran pengalaman tersebut kepada
petani lain di luar desa?
Dan apa motivasinya, sehingga harus menyebarkan kepada
petani lain di luar desa bahkan diluar sistrik?
(ini harus ditanyakan besok pagi, mumpung masih anget loch)

Ditulis oleh: JUMINTEN

Diperiksa oleh Pembimbing, tanggal : .....


Komentar atau saran/materi bimbingan dari pembimbing :

Tanda tangan Pembimbing : ............................

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 62 
 
Lampiran 11

BUKU KEGIATAN HARIAN KELOMPOK

KELOMPOK : .......................................
DESA : .......................................
KECAMATAN : .......................................
DPL : .......................................

Uraian Tentang Kegiatan


Kegiatan, Masalah yang
Hari / Tanggal ditangani, sasaran umum, waktu,
metode pelaksanaan, proses,
serta hasil pelaksanaan

Diperiksa oleh Pembimbing, tanggal : .....


Komentar atau saran/materi bimbingan dari pembimbing :

Tanda tangan Pembimbing : ............................



63 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Lampiran 12
FORM EVALUASI
PELAKSANAAN KKN ANGKATAN 45 2018
IAIN PEKALONGAN

(Diisi oleh Dosen Pembimbing Lapangan KKN)

1. Nama Pembimbing :
2. Kelompok KKN :
3. Lokasi KKN : Desa
: Kecamatan
4. Jumlah peserta KKN :
5. Program KKN yang telah dilaksanakan :
a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
d. ..............................................................................................................................
e. ..............................................................................................................................
f. ..............................................................................................................................

6. Capaian pelaksanaan program KKN (dinilai secara kuantitatif


berdasarkan indikartor keberhasilan setiap program KKN dan
diurutkan berdasarkan program KKN yang telah dilaksanakan
pada point 5 diatas)
a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
d. ..............................................................................................................................
e. ..............................................................................................................................
f. ..............................................................................................................................

7. Kendala / masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program


KKN :
a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
d. ..............................................................................................................................
e. ..............................................................................................................................
f. ..............................................................................................................................
Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 64 
 
g. ..............................................................................................................................

8. Alternatif pemecahan masalah:


a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
d. ..............................................................................................................................
e. ..............................................................................................................................
f. ..............................................................................................................................

9. Rencana tindak lanjut :


a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
d. ..............................................................................................................................
e. ..............................................................................................................................

Pekalongan, ............................... 2018


Dosen Pembimbing Lapangan,


..........................................................
NIP. ...............................

65 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
Lampirran 13

KEGIATAN
N PENYUSUNAN KERANGKA ANA
ALISIS

LANGKKAH-LANGKAH
1. Seb
baiknya secara paartisipatif
2. Seb
baiknya dilakukaan dengan men nggunakan worrkshop untuk
men ngidentifikasi secara lengkap dan n menganalisis teerkait dengan
stak
keholder, permassalahan dan hasiil.
3. Hassil workshop akaan sangat terganttung pada jumlah h dan kualitas
info
ormasi yang bisaa digali, tingkat k
kerumitan permaasalahan yang
bisaa diatasi, dan jum
mlah serta kapasitas dari pesertaa yang terlibat
dalaam penyusunan logframe.

ANALISSIS STAKEHOLDE ER
1. Anaalisis stakehold der digunakan n untuk mem metakan dan
men nganalis setiap stakeholder yanng terkait dengan
n pencapaian
prooject.
2. Stakkeholder adalahh pihak bisa in ndividu atau keelompok atau
orgganisasi/lembagaa yang terkait dengan
n kegiatan
proogram/project yaang akan dilakukan.
Pengem
mbangan Kewirausa nitas Lokal  | 66 
ahaan Sosial Komun
 
3. Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh
langsung terhadap kegiatan
4. Stakeholder sekunder adalah stakeholder yang berpengaruh
tidak langsung terhadap program/project.
5. Stakeholder tersier adalah stakeholder yang tidak terkait dengan
program tetapi akan dipengaruhi dampak dari program/project.
Pengalaman, Peran
Interest
Urutan keahlian Hambatan (terkait
dan
Stakeholder dan dan isu dengan
Keinginan
sumberdaya kegiatan)
Stakeholder            
utama
Stakeholder            
sekunder
Stakeholder            
tersier

ANALISIS PERMASALAHAN
1. Menyusun list permasalahan yang akan menjadi dasar dalam
penyusunan program/project.
2. Menyusun dalam bentuk pohon permasalahan dimulai
dengan menentukan permasalahan kunci atau permasalahan
utama.
3. Menyusun penyebab dari permasalahan tersebut muncul.
Disusun secara bertingkat mulai dari satu tingkat ke tingkat
lainnya.
4. Menyusun akibat dari adanya permasalahan tersebut. Juga
disusun secara bertingkat.
5. Pohon permasalahan memberikan gambaran mulai dari akar
sampai pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan
untuk menyusun logframe.

ANALISIS HASIL
1. Merupakan prosedur yang secara sistematis mengenali,
memilah dan menjelaskan secara rinci mengenai keterlibatan
semua pihak dalam situasi yang tertentu.

67 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 
2. Dalam praktekn nya dilakukan ddengan membuatt pohon hasil
yang dikembanggkan dari pohon n permasalahan yangy diangkat
dan melakukan perincian lebih d detail lagi dengaan menuliskan
pilihan pilihan dari
d hasil yang ak kan dicapai.
3. Cara melakukannya adalah deengan mengacu pada pohon
permasalahan, dan mengubah kalimat negatif dari pohon
permasalahan menjadi
m kalimat p
positif.
4. Setelah diubah h menjadi kaliimat positive maka harus
diiperhatikan adalah
a peryataan objective/haasil tersebut
harus jelas. Kem mudian jika dip perlukan untuk mendetailkan
peryataan objecctive/hasil tersebbut maka dapat dilakukan.
d
5. Analisis hasil ju
uga harus jelas daan sudah mempeertimbangkan
resiko.

MATRIXX LOGICAL FRAM MEWORK


1. Mattrix akan menjeelaskan keterkaiitan hirarki logiis mulai dari
input, aktifitas, outp
put, purpose dan goal dari project. Matrix juga

Pengem
mbangan Kewirausa nitas Lokal  | 68 
ahaan Sosial Komun
 
menerangkan
m settiap hirarki logiss tersebut dengan n indikator, alat
verifikasi
v indikatoor dan asumsi yaang digunakan.
2. Ada
A 2 analisis loggis yang digunak kan; yaitu analissis logis vertikal
dan
d analisis logis horizontal.
3. Analisis
A vertikal dilakukan
d menjeelaskan mengapaa dan bagaimana
project
p akan dilak kukan dalam men ncapai target seccara bertingkat.
4. Analisis
A horizonttal dilakukan un ntuk menjelaskan n prasyarat apa
yang
y dibutuhkan supaya setiap keegiatan dapat dilakukan.

MENGISI MATRIX LO OGFRAME


1. Dimulai
D dengan menyusun hiraarki kerangka lo ogis mulai dari
outputs
o terus saampai ke atas. K Komponen aktifi fitas merupakan
komponen
k tambbahan yang bisa diiiskan denggan melakukan
analisis
a pilihan-pilihan startegi daalam menhasilkaan inputs
2. Mengisikan
M indik
kator; indikator yyang baik harus SMART
S (Specific,
Measurable,
M
3.
3 Attainable, Reelevant, Timely)
4.
4 Mengisikan allat verifikasi indiikator
5.
5 Mengisikan asumsi dan resiko o;

69 | KKN Berbasis Prodi 
K Angkatan ke‐44 
 
6. Ada banyak modifikasi yang dilakukan dalam mengisi
logframe
a. Memasukkan timeline
b. Memasukkan mitra
c. Memasukkan komponen input

ALAT
HIRARKI ASUMSI
INDIKATOR VERIFIKASI
LOGIS dan RESIKO
INDIKATOR
GOAL/ Indikator yang Bukti fisik/ Asumsi yang
TUJUAN menunjukkan kwalitatif digunakan
kondisi yang dengan
tercapainya digunakan melihat
maksud untuk faktor
program/project mengukur external
indikator
PURPOSE Indikator yang    Asumsi yang
/ menunjukkan digunakan
MAKSUD kondisi dengan
tercapainya melihat
maksud faktor
program/project external
OUTPUT/         
KELUARA
N
ACTIVITI Indikator yang    Asumsi yang
ES/ dicapai dari digunakan
INPUT/ kegiatan yang dengan
KEGIATA dilakukan melihat
N (termasuk biaya, faktor
SDM, dll) external

Pengembangan Kewirausahaan Sosial Komunitas Lokal  | 70 
 
PELAKSANAAN
1. Pembuatan rencana kerja; dibuat dengan menurunkan aktifitas yang
sudah diidentifikasikan dalam logframe
2. Penentuan budget dari kegiatan yang akan dilakukan.
3. Penentuan SDM yang akan melaksanakan kegiatan yang akan
dilakukan

Person in Durasi
Kegiatan Mitra Budget
charge Waktu
        

71 | KKN Berbasis Prodi Angkatan ke‐44 
 

Anda mungkin juga menyukai