Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI MANAJEMEN PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN PADA MADRASAH/SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mingguan


Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan

Dosen Pengampu :
Muhammad Ripin Ikhwandi, M.Pd.I
Disusun Oleh kelompok :

Atifatul Uyun (2020138200008)


Izzatul Islamiya (2020138200020)
M. Zahidin Wijaya (2020138200021)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAJAH
INDONESIA MANDIRI SIDOARJO
2023
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, kami dari kelompok 1 mata kuliah Manajemen Pemasaran
Jasa Pendidikan dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai materi “Kebijakan
Pemerintah Mengenai Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Pada Madrasah/Sekolah”.
Maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas perkuliahan mata
kuliah Manajemen Sekolah dan Madrasah yang diselenggarakan di semester Vl ini.
Hanya doa kepada Allah SWT sebagai rasa syukur atas anugerah yang kami terima.
Dan penulis harap karya ini dapat membawa manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan pada
khususnya serta bagi masyarakat pada umumnya.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, tiada karya dan karsa yang sempurna sehingga
saran dan kritik yang membangun, akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Dan
semoga segala amal kita selalu dapat diterima dan diridhoi-Nya.

Sidoarjo,11 March 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Sekolah...................
B. Tujuan, Prinsip dan Fungsi Kebijakan Pendidikan..............................
C. Peraturan Menteri Agama tentang Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter
D. Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Pada Madrasah Atau Sekolah

BAB III PENUTUP..........................................................................................


A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Daftar Pustaka.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas
merupakan bahan atau pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan maupun
mengadakan standarisasi pendidikan. Dan hal ini mencakup ke dalam komponen-
komponen pendidikan baik dalam segi konsep, teknis, maupun aplikasi yang tentunya
berperan penting dalam keberhasilan dan kesuksesan pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Selain itu, sistem pendidikan nasional juga menjadi acuan dalam pembuatan
kebijakan pendidikan maupun manajemen pendidikan baik di tingkat nasional,
daerah, maupun sekolah. Yang semuanya bertujuan untuk menyiapkan maupun
memproses sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi serta kualitas
yang optimal dalam upaya pembangunan nasional serta meningkatkan kinerja yang
mempunyai daya saing tinggi. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan mempunyai
posisi yang sangat urgent serta sangat menentukan arah serta jalur dalam proses
pendidikan itu sendiri. Karena sekali salah langkah dalam pengambilan keputusan
untuk menentukan kebijakan pendidikan yang akan diambil, maka hal ini akan sangat
berpengaruh pada kualitas mutu pendidikan dari tingkat satuan pendidikan sampai
nasional. Agar dampak negatif dapat dikurangi bahkan dihindari, maka diperlukan
suatu efektivitas dan efisiensi dalam proses kebijakan pendidikan dengan memahami
secara mendalam hakikat kebijakan pendidikan itu sendiri.
Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan
Penguatan Pendidikan Karakter meemiliki pertimbangan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang
Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter.

B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan kebijakan pendidikan dan kebijakan sekolah?
2) Apakah tujuan dari kebijakan pendidikan?
3) Bagaimana prinsip-prinsip dalam kebijakan pendidikan?
4) Bagaimana fungsi-fungsi dari kebijakan dalam pendidikan?
5) Bagaimana Peraturan Menteri Agama tentang Penyelenggaraan Penguatan
Pendidikan Karakter?
6) Bagaimana Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Pada Madrasah Atau
Sekolah

C. Tujuan Penulisan
1) Mahasiswa mampu memahami pengertian kebijakan pendidikan dan kebijakan
sekolah.
2) Mahasiswa dapat mengerti tujuan dari kebijakan pendidikan.
3) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip dalam kebijakan pendidikan.
4) Mahasiswa mampu memahami fungsi-fungsi dari kebijakan dalam pendidikan
5) Mahasiswa dapat mengetahui Peraturan Menteri Agama tentang Penyelenggaraan
Penguatan Pendidikan Karakter
7) Mahasiswa dapat Mengimplementasikan Penyelenggaraan Pendidikan Pada
Madrasah Atau Sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Sekolah


Kebijakan Pendidikan terdiri dari dua kata yaitu kebijakan (policy) dan pendidikan
(education). Kebijakan dapat diartikan sebagai: kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan;
atau rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak; pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran; garis haluan.1 Sedangkan Pendidikan dapat diartikan sebagai hak asasi
manusia, kunci pembangunan berkelanjutan, dan perdamaian serta stabilitas dalam suatu
negeri.2
Kebijakan pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.3 Kebijakan pendidikan adalah keseluruhan proses dan hasil
perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi
pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu
masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. 4 Menurut Onisimus, kebijakan pendidikan
apabila dikaitkan dengan kebijakan publik ialah proses, aktivitas, strategi, prosedur, dan
alternatif langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan permasalahan pendidikan
nasional yang ditetapkan secara komprehensif dalam suatu kurun waktu tertentu.5
Jadi, kebijakan pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi perumusan, analisis, implementasi, monitoring/pemantauan serta evaluasi
seputar masalah pendidikan yang diterapkan dalam menjawab tantangan pendidikan dan
diberlakukan dan diperbarui secara periodik.
Adapun pengertian kebijakan sekolah menurut Duke dan Canady (1991: 2) adalah
kerja sama dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan kewenangan
yang sah dari dewan sekolah, pengawas, administrator sekolah atau komite sekolah dan

1
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep, Strategi, dan Implementasi
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 207
2
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan menuju Organisasi
Sekolah Efektif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 58
3
H. A. R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 7
4
H. A. R Tilaar, Kebijakan Pendidikan Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan
Pendidikan sebagai Kebijakan Publik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 140
5
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep, Strategi, dan Implementasi
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 213
tanggung jawab bagi kontrak negosiasi.6 Dalam arti lain, kebijakan sekolah merupakan
kebijakan pendidikan yang telah memasuki tingkat satuan pendidikan setempat yang
dilakukan secara mutualistik serta mandiri dengan melibatkan sumber daya yang dimiliki
sekolah maupun pihak-pihak yang terkait langsung dengan proses implementasi kebijakan
di sekolah.

B. Tujuan dari Kebijakan Pendidikan


Dilihat dari pemahaman tentang pandangan-pandangan dasar tujuan kebijakan
apabila dihubungkan dengan dunia pendidikan7 dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tujuan Kebijakan Dilihat dari Sisi Tingkatan Masyarakat
Tujuan kebijakan disini dapat diamati dan ditelusuri dari hakikat tujuan
pendidikan yang universal. Hal tersebut merupakan analisis pada fakta dan realita yang
tersebar luas di masyarakat dan dikarenakan pendidikan dalam arti umum merupakan
suatu proses yang mentransfer nilai-nilai yang bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa baik dari segi pengetahuan maupun karakter.
2. Tujuan Kebijakan Dilihat dari Sisi Tingkatan Politisi
Tujuan kebijakan ini dapat diamati dan ditelusuri dari sumbangan pendidikan
terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Pendidikan yang
telah menjadi suatu kebijakan publik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif supaya tercipta generasi masyarakat dalam aspek keseimbangan antara hak dan
kewajiban sehingga wawasan, sikap, dan perilakunya semakin demokratis.
3. Tujuan Kebijakan Dilihat dari Sisi Tingkatan Ekonomi
Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangka panjang, yang didasarkan pada beberapa alasan
yaitu:
a) Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekadar
pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, pendidikan dapat berperan sebagai
pasokan energi yang terus menjamin keberlangsungan serta pengembangan ekonomi
karena pendidikan merupakan dasar yang perlu dikuasai untuk memacu
produktivitas serta kinerja perekonomian secara nasional. Selain itu, pendidikan
dapat menjadi benteng pertahanan yang kokoh untuk memajukan kesejahteraan

6
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan menuju Organisasi
Sekolah Efektif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 118
7
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori, dan Model (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), hlm. 56-64
dengan menciptakan berbagai usaha kreatif serta inovatif dalam rangka upaya
pengurangan angka pengangguran yang terjadi terutama di negara tertinggal maupun
berkembang bahkan di negara maju.
b) Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi
daripada investasi fisik di bidang lain. Pendidikan mempunyai kedudukan yang
cukup signifikan terutama ketika seseorang telah mengenyam pendidikan dalam
menggali dan mengaktualisasikan potensi diri dan mempunyai kompetensi yang
cukup mumpuni sesuai dengan bidangnya masing-masing. Namun, di sini perlu
digarisbawahi bahwa investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan
pendidikan. Karena semakin tinggi tingkatan pendidikan, maka semakin kecil
manfaat sosialnya. Hal ini disebabkan semakin tinggi jenjang pendidikan maka akan
semakin mengerucutkan kajian ilmu pengetahuan yang akan dibahas dan dikuasai.
Tentunya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan perlu dilakukan suatu
pembaruan dalam setiap kebijakan pendidikan mulai dari proses perumusan sampai
pengimplementasian. Hal ini bertujuan untuk menggunakan suatu pijakan dalam
melakukan analisis terhadap kebijakan yang telah diputuskan. Analisis kebijakan tersebut
harus didasarkan pada nilai dan tujuan bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak
semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih luas lagi yaitu
perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya
manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta
menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan
yang baik.8

C. Prinsip-Prinsip dalam Kebijakan Pendidikan


Dalam kaitan dengan pembahasan mengenai kebijakan pendidikan adalah sebagai
kebijakan publik, maka berikut dikemukakan beberapa prinsip:
1. Nilai-nilai pendidikan harus mewarnai setiap kebijakan negara dalam berbagai bidang
(ekonomi, sosial, budaya, hukum, perdagangan, dan lain-lain) sehingga aspek-aspek
kemanusiaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, pemerataan pembangunan, keadilan
hukum, dan sebagainya mencerminkan kepribadian suatu bangsa yang bermoral dan
bermartabat. Jadi, nilai-nilai pendidikan harus berperan secara proaktif untuk memasuki
semua ranah bidang yang berkembang dalam masyarakat sejalan dengan era globalisasi

8
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori, dan Model (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), hlm. 63-64
yang semakin cepat serta memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan di
masyarakat.
2. Pendidikan harus terbebas dari intervensi kekuasaan dan konflik kepentingan. Namun,
pada kenyataannya pendidikan tidak dapat dipisahkan sebagai alat untuk merayu
masyarakat secara umum dalam perebutan kekuasaan terutama ketika pada masa
kampanye pemilihan umum baik tingkat pusat maupun daerah. Hal tersebut
mengakibatkan penentuan pembuat kebijakan pendidikan dalam hal ini pemerintah
pusat akan dipengaruhi oleh nuansa politis dan sarat dengan kepentingan tertentu.
3. Nilai-nilai pendidikan harus menjiwai sistem perpolitikan dan prinsip penyelenggaraan
negara dan tata kelola pemerintahan. Pendidikan berperan memberikan masukan berupa
penguasaan kompetensi serta aspek keprofesionalitas dan tidak kalah pentingnya juga
harus mengubah moral dalam dunia perpolitikan maupun pengelolaan pemerintahan
yang selama ini dicap negatif dan tidak mencerminkan sebagai individu yang memiliki
moralitas yang terdidik.
4. Nilai-nilai pendidikan harus menjadi spirit yang menjiwai kepribadian dan budaya
bangsa yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu).
Pendidikan mempunyai peran penting yang bertugas untuk menyatukan dan
memberikan keseimbangan bahwa masing-masing individu meskipun memiliki sifat
dan perilaku yang berbeda-beda yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan mereka tidak
menyurutkan untuk senantiasa saling menghargai dan menghormati demi tercapainya
pemerataan pendidikan secara nyata.
5. Pendidikan harus menjadi garda terdepan dari suatu proses perubahan dan menjadi
lokomotif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena pendidikan
merupakan pusat atau inti dari perkembangan serta pengembangan peradaban berbagai
macam bangsa dengan cara mengubah pola pikir atau mindset yang diaktualisasikan
secara langsung dalam kehidupan serta mempunyai andil yang besar sebagai agen
perubahan untuk memajukan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Namun, tetap
mengedepankan kearifan lokal yang menjadi ciri dan kepribadian bangsa.

D. Fungsi-Fungsi Kebijakan dalam Pendidikan


Kebijakan dalam pendidikan ditetapkan oleh pemerintah yang mengatur
pengelolaan sekolah yang tidak terbatas pada kurikulum, pedagogi, dan penilaiannya,
tetapi juga kondisi guru dan pemeliharaan sarana fisik sekolah. Adapun menurut Nanang
Fattah, fungsi kebijakan dalam pendidikan adalah:
1. Menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada dalam
pendidikan. Hal ini berkaitan erat dengan karakter kepribadian yang sangat beragam
dan berbeda-beda. Selain itu, perlu dimasukannya muatan pelajaran pendidikan
karakter terhadap masing-masing sekolah di mana sekolah harus konsekuen dan
bertanggung jawab untuk bertugas menjalankan maupun memasukan pendidikan
karakter sebagai penyedia layanan pendidikan.
2. Melembagakan mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru.
Evaluasi maupun pengawasan pendidikan diperlukan untuk menjamin ataupun menilai
kualitas pendidikan didasarkan pada subjek maupun objek pendidikan. Untuk itu, perlu
diupayakan pendirian suatu lembaga independen dan mandiri yang bertugas khusus
untuk melakukan kegiatan evaluasi dan pengawasan sehingga sekolah dalam
menjalankan proses pendidikannya dapat terkontrol dengan baik.9
Sedangkan menurut Pongtuluran, (1995: 7) fungsi kebijakan dalam pendidikan
sebagai berikut:
1. Pedoman untuk bertindak. Hal ini mengungkapkan bahwa kebijakan pendidikan
mempunyai posisi yang sentral dalam menentukan suatu acuan dalam implementasi
program pendidikan serta sebagai tuntunan ke mana arah sistem pendidikan akan
tertuju dan berjalan.
2. Pembatas perilaku. Apabila dikaitkan dengan pendidikan kebijakan pendidikan tidak
dapat dilepaskan dari norma serta aturan dalam setiap tindakan yang diaktualisasikan
berkaitan dengan aktivitas pendidikan. Ini diperlukan untuk membatasi sikap yang tidak
sesuai atau sejalan bahkan bertentangan dengan tujuan pendidikan.
3. Bantuan bagi pengambil keputusan. Kebijakan pendidikan di sini adalah sebagai ujung
tombak dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar setelah melalui serangkaian
proses perumusan oleh para pembuat kebijakan pendidikan dan sesuai dengan tuntutan
stakeholders yang berkepentingan di dunia pendidikan.10

E. Peraturan pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan antara lain adalah

1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

9
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 132-133
10
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan menuju Organisasi
Sekolah Efektif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 77-78
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
5. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 195);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);

F. Penyelenggaraan Pendidikan Pada Madrasah Atau Sekolah

Peningkatan mutu pendidikan disekolah perlu didukung kemamampuan manjerial para


kepala sekolah, sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu hubungan
baik antarguru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan
menyenangkan.Manajemen sekolah perlu di bina agar sekolah menjadi lingkungan
pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta
didik.
Kepala sekolah perlu memilki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan
pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus
ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin
kerja, keteladanan, hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang
kondusif. Kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam
meningkatkan proses belajar mengajar, dengan melakukan supervise kelas, membina, dan
memberikan saran-saran positif kepada guru. Disamping itu, kepala sekolah juga harus
melakukan tukar fikiran, sumbangsaran, dan studi banding antarsekolah untuk menyerap kiat-
kiat kepemimpinan darikepala sekolah yang lain.
Guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas, guru adalah teladan dan
panutan langsungpara peserta didik dikelas. Oleh karena itu, guru harus siap dengan segala
kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran. Guru harus
mengorganisasikan kelasnya dengan baik. 
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam
persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis.
Sumber manusia yang berkualitas merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban
yang lebih baik dan sebaliknya, sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban
yang buruk. Melihat realitas pendidikan pendidikan di negeri ini masih banyak masalah dan
jauh dari harapan. Bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain.
Masalah pendidikan di Indonesia ibarat benang kusut. Banyak permasalahan yang terjadi
di dalam pendidikan Indonesia bukan hanya sistem pendidikannya tetapi pelaku yang ada
didalamnya. Lihat saja, banyak pelanggaran yang terjadi seperti banyak pelajar melakukan
tawuran, narkoba, free sex , bahkan ada oknum guru yang seharusnya menjadi panutan justru
melakukan pelanggaran yaitu membiarkan kecurangan yang terjadi saat UN dengan alasan
agar para siswanya lulus 100%. Sungguh, ini merupkan keadaan yang sangat ironis.
Mirisnya lagi yang bisa mengenyam pendidikan kebanyakan orang-orang golongan atas ,
yang memiliki uang lebih dan sementara orang-orang dari golongan bawah hanya bisa diam
dan tak tahu harus berbuat apa. Lihatlah pada realitanya banyak calon-calon generasi penerus
bangsa tidak bersekolah dan alasannya terkait biaya pendidikan terlalu mahal. Akibat kondisi
seperti ini, terjadi pengganguran dimana-mana, kriminalitas menjadi hal yang utama menjadi
pekerjaan mereka, kemiskinan pun menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan. Beginalah
realitas bangsa Indonesia
Menurut laporan BPK tahun 2003 lalu Depdiknas merupakan lembaga pemerintah
terkorup kedua setelah departemen agama. Kemudian laporan ICW menyebutkan bahwa
korupsi didunia pendidikan di lakukan secara bersama-sama dalam segala jenjang sekolah,
diknas, sampai departemen. Pelakunya mulai dari guru, kepala sekolah, kepala diknas dan
seterusnya. Ini menjadi gambaran bahwa moral bangsa Indonesia sangat rendah. Yang lebih
memprihatinkan adalah oknum-oknum korupsi berasal dari  agen-agen pendidikan. Hal ini
meyebabakan Mutu pendidikan di Indonesia menjadi sangat rendah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi perumusan,
analisis, implementasi, monitoring/pemantauan serta evaluasi seputar masalah
pendidikan yang diterapkan dalam menjawab tantangan pendidikan dan diberlakukan
dan diperbarui secara periodik.
2. Tujuan dari kebijakan pendidikan diantaranya yaitu: apabila dikaitkan dengan
tingkatan masyarakat tujuannya berkaitan dengan upaya menselaraskan dengan
pendidikan secara universal; apabila dikaitkan dengan tingkatan politisi tujuannya
pada sasaran objek pendidikan dalam rangka upaya menyeimbangkan porsi hak dan
kewajiban untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis; dan apabila dikaitkan
dengan tingkatan ekonomi tujuannya sebagai investasi jangka panjang yang
berhubungan dengan pengembangan perekonomian serta nilai balik pendidikan.
3. Prinsip-prinsip dalam kebijakan pendidikan diantaranya sebagai berikut: nilai-nilai
pendidikan harus mewarnai setiap kebijakan negara dalam berbagai bidang (ekonomi,
sosial, budaya, hukum, perdagangan, dan lain-lain); pendidikan harus terbebas dari
intervensi kekuasaan dan konflik kepentingan; nilai-nilai pendidikan harus menjiwai
sistem perpolitikan dan prinsip penyelenggaraan negara dan tata kelola pemerintahan;
nilai-nilai pendidikan harus menjadi spirit yang menjiwai kepribadian dan budaya
bangsa yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap
satu); pendidikan harus menjadi garda terdepan dari suatu proses perubahan dan
menjadi lokomotif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Fungsi-fungsi kebijakan dalam pendidikan diantaranya ialah: menyediakan
akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada dalam pendidikan;
melembagakan mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru.
5. Melihat realitas pendidikan pendidikan di negeri ini masih banyak masalah dan jauh
dari harapan. Bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain. Masalah pendidikan di
Indonesia ibarat benang kusut. Banyak permasalahan yang terjadi di dalam
pendidikan Indonesia bukan hanya sistem pendidikannya tetapi pelaku yang ada
didalamnya.
6. Mirisnya lagi yang bisa mengenyam pendidikan kebanyakan orang-orang golongan
atas , yang memiliki uang lebih dan sementara orang-orang dari golongan bawah
hanya bisa diam dan tak tahu harus berbuat apa. Lihatlah pada realitanya banyak
calon-calon generasi penerus bangsa tidak bersekolah dan alasannya terkait biaya
pendidikan terlalu mahal. Akibat kondisi seperti ini, terjadi pengganguran dimana-
mana, kriminalitas menjadi hal yang utama menjadi pekerjaan mereka, kemiskinan
pun menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan. Beginalah realitas bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus. 2013. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep, Strategi,
dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Fattah, Nanang. 2013. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Irianto, Bahtiar, Yoyon. 2012. Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori, dan Model.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi
Kebijakan menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar, H. A. R. 2009. Kebijakan Pendidikan Pengantar untuk Memahami Kebijakan
Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tilaar, H. A. R. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Koper ceria, realitas pendidikan di Indonesia saat ini, www. Kebijakan. 15 April 2015

Anda mungkin juga menyukai