Anda di halaman 1dari 16

TEMPERATUR, TEKANAN EKSTRIM, ILUMINASI

(Temperatur)

Dosen pengampu

Trisna Dewita,M.Kes

Disususun oleh

Kelompok 2

Indra Gunawan 172410034


Prayoga pangestu 172410011
Yiswimiarni 172410019

UNIVERSITAS IBNU SINA BATAM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa- ALLAH
SWT, karena berkat karunia dan hidayah-nya kami dapat menyelasaikan
penyusunan makalah ilmiah ini yang berjudul “Temperatur”.

Salawat dan salam tak lupa kita aturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang gelap menuju
zaman yang terang benderang, dari zaman zahilia menuju zaman yang penuh
dengn ilmu pengetahuan.

Sepenuhnya kami sadar dengan segala kekurangan dari makalah yang


kami buat, sebagai manusia yang luput dalam kesalahan. Dengan itu kami
mengaharapkan kritik, saran serta bimbingan dari pembimbing serta rekan-rekan
semuanya yang bersifat membangun bagi kesempurnaan makalah ilmiah ini.

Batam , 30 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan ..........................................................................................iii

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II Pembahasan ......................................................................................... 3

2.1 Dampak Pada Kesehatan................................................................................3

2.2 Nilai Ambang Batas Temperatur Tempat Kerja.............................................5

2.3 Beban Kerja Dan Kebutuhan Kalori...............................................................7

2.4 Pengendalian Iklim Kerja...............................................................................8

BAB III Penutup ...............................................................................................10

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................10

3.1 Saran .............................................................................................................10

Daftar Putaka ....................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.
Temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang
dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi
dan sinar matahari (AM.Sugeng Budiono, 2003: 37). Produksi panas tubuh
tergantung dari kegiatan fisik tubuh. Panas sebenarnya merupakan energi
kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh
sebagai hasil samping metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dan
lingkungan sekitar. Kondisi temperature kerja yang kurang sesuai, seperti
suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan
masalah kesehatan pekerja. Temperature kerja panas umumnya lebih banyak
menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, terlebih bagi negara
tropis seperti Indonesia di mana suhu dan kelembaban udara sehari-hari
relatif tinggi. Temperature kerja panas apabila dihubungkan dengan panas
metabolisme tubuh maka terjadilah tekanan panas. Apabila tekanan panas ini
dibiarkan maka akan menyebabkan kelelahan (Erwi, 2004). Berdasarkan data
International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka
kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak
2 juta kasus setiap tahun.
Penelitian lain di Amerika menunjukkan terjadi 400 kematian setiap
tahun diakibatkan oleh temperature panas (Moreau dan Daater, 2005). Di
Jepang dari tahun 2001-2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja selama
lebih dari 4 hari karena penyakit akibat temperature panas. Dari 483 tersebut
63 orang meninggal(KamijodanNose, 2006). Di Indonesia angka keselamatan
dan kesehatan kerja perusahaan secara umum ternyata masih
rendah.Berdasarkan data organisasi buruh international di bawah PBB (ILO),
Indonesia menduduki peringkat ke 26 dari 27 negara. Aktivitas fisik yang
mempunyai kontribusi terhadap temperature panas adalah aktivitas yang

1
2

menyebabkan terjadinya peningkatan panas metabolik dalam tubuh


sesuai dengan intensitas pekerjaan. Terjadinya tekanan panas adalah melalui
kombinasi dari beberapa faktor (lingkungan, pekerjaan dan pakaian) dan
cenderung untuk meningkatkan suhu inti tubuh, detak jantung/denyut nadi,
dan keringat(Bernard, 2002). Sedangkan menurut pengertian yang
dikeluarkan oleh OSHA, tekanan panas adalah ketika terdapat suatu
pekerjaan yang berhubungan dengan temperatur udara yang tinggi, radiasi
dari sumber panas, kelembaban udara yang tinggi, pajanan langsung dengan
benda yang mengeluarkan panas, atau aktifitas fisik secara terus menerus
yang mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan tekanan panas.

1.2 Rumusan maslah


a. Dampak pada kesehatan?
b. Nilai Ambang Batas Temperatur tempat kerja?
c. Beban kerja?
d. Kebutuhan kalori?
e. Pengendalian iklim kerja?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa memahami dampak temperature bagi kesehatan dan
pengendalian iklim kerja sesuai NAB temperature di tempat kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Pada Kesehatan


Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
dengan suatu system tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan temperature luar adalah jika
perubahan temperature luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi
panas dan 35 % untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh (Tjitro,
2004).

Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah sekitar 24 0 C


sampai 260 C dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5 0 C.
Batas kecepatan angina secara kasar yaitu 0,2 sampai 0,5 m/dt.
Keseimbangan panas suhu tubuh manusia selalu dipertahankan hamper
konstan/menetap oleh suatu pengaturan suhu pada tubuh manusia. Suhu
menetap ini adalah akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan
didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara
tubuh dan lingkungan sekitar. Dalam hal ini darah sangat berperan dalam
membawa panas dari tubuh dalam ke kulit sehingga panas dihamburkan
kesekitarnya (Pengawasan K3 lingkungan, Departemen tenaga kerja dan
transmigrasi R.I.).

Tabel 1. Pengaruh Temperatur Pada Tubuh Manusia

3
4

Suhu yang tinggi biasanya bertalian dengan berbagai penyakit antara


lain:

1. Heat cramps, adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh


mencapai lebih dari 400C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena
kenaikan suhu lingkungan , atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu
tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Tidak berkeringat. Jika head stroke disebabkan oleh suhu
lingkungan yang sangat panas, maka kulit cenderung terasa panas
dan kering
2. Kemerahan pada kulit
3. Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi
2. Heat exchaustion, adalah kelelahan karena panas, yakni suatu keadaan
yang terjadi akibat terkena panas selama berjam-jam, dimana hilangnya
banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah
rendah dan kadang pingsan. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena
keringat.
2. Kulit menjadi dingin, pucat, dan lembab,
3. Penderita menjadi linglung / bingung hingga terkadang pingsan.
2. Heat stroke,adalah suatu keadaan yang bias berakibat fatal, yang terjadi
akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita
tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu
tubuhnya. Jika tidak segera diobati, bias menyebabkan kerusakan yang
permanent atau kematian. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

1. Sakit kepala, perasaan berputas (vertigo).


2. Denyut jantung meningkat dan bias mencapai 160-180 kali/menit
(normal 60-100 kali/menit).
3. Suhu tubuh meningkat sampai 400-410C, menyebabkan perasaan
seperti terbakar.
5

Cara pencegahan tekanan panas dapat dilakukan dengan berbagai cara


antara lain (Pengawasan K3 lingkungan, Departemen tenaga kerja dan
transmigrasi R.I.) :

1. Memperbaiki aliran udara atau sistem ventilasi yang lebih sempurna.


2. Mereduksi tekanan panas dilingkungan kerja yang ada sumber panasnya,
sehingga diperoleh efisiensi kerja yang baik.
3. Penerapan teknologi pengendalian untuk menurunkan suhu basah dibawah
nilai ambang batas.
4. Penggunaan teknis perlindungan agar tenaga kerja tidak terpapar terhadap
tekanan panas dan pemeliharaan kesegaran jasmani tenaga kerja.
5. Penyediaan air minum yang cukup untuk keseimbangan cairan tubuh.
6. Penyesuaian berat ringan pekerjaan.

Dalam konsep K3, penggunaan APD (alat pelindung diri) merupakan


pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal tersebut
disebabkan karena APD bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likehood)
namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduse
consequences).

2.2 Nilai Ambang Batas Temperatur Tempat Kerja


Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas
pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang tidak
boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana tercantum pada
Tabel 1. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius
Indeks Suhu Basah dan Bola (oC ISBB).
4

1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature) merupakan indikator iklim lingkungan kerja
6

2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1
Suhu Kering
3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola
(*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis
NAB iklim lingkungan kerja ditentukan berdasarkan alokasi waktu
kerja dan istirahat dalam satu siklus kerja (8 jam per hari) sertarata-rata laju
metabolik pekerja. Kategori laju metabolik, yang dihitung berdasarkan rata-
rata laju metabolik pekerja

Kategori Laju Metabolik dan Contoh Aktivitas

Catatan: (**) Dihitung menggunakan estimasi dengan standar berat


badan 70 kg. Untuk menghitung laju metabolik dengan berat badan yang lain,
dilakukan dengan mengalikan hasil estimasi laju metabolik dengan rasio
antara berat badan aktual pekerja dengan 70 kg. (***) Mengacu pada ISO
8996 Tahun 2004.
7

Nilai Koreksi Pakaian Kerja

2.3 Beban Kerja Dan Kebutuhan Kalori


Beban kerja adalah sejumlah proses atau kegiatan yang harus diselesaikan
oleh seorang pekerja dalam jangka waktu tertentu. Apabila seorang pekerja
mampu menyelesaikan dan menyesuaikan diri terhadap sejumlah tugas yang
diberikan, maka hal tersebut tidak menjadi suatu beban kerja. Namun, jika
pekerja tidak berhasil maka tugas dan kegiatan tersebut menjadi suatu beban
kerja.

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi:
1. Untuk beban kerja ringan : 30,0 oC
2. Untuk beban kerja sedang : 26,7 oC
3. Untuk beban kerja berat : 25,0 oC
CATATAN
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori/jam.
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 – 350 kilo
kalori/jam.
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350–500
kilo kalori/jam.
Menentukan beban kerja berdasarkanlaju metabolikLaju metabolik
yang dimaksud pada peraturan ini adalah laju metabolik yang telah dikoreksi
8

dengan berat badan pekerja. Koreksi laju metabolik dihitung


menggunakan formula berikut:

Dimana: Laju metabolik (observasi) merupakan laju metabolik yang


diperoleh berdasarkanobservasi aktivitas kerja.

2.4 Pengendalian Iklim Kerja


Pengendalian iklim kerja dilakukan dengan mengatur waktu kerja
sehubungan dengan tingkat paparan iklim kerja.

Menurut Harrianto (2010), terdapat dua cara pengendalian tekanan panas (iklim
kerja) di tempat kerja, yaitu sebagai berikut:

a. Pengendalian teknik 
Merupakan usaha yang paling efektif untuk mengurangi pajanan lingkungan
panas yang berlebihan, dengan cara :
1. Mengurangi produksi panas metabolik dalam tubuh.
2. Otomatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan
kerja fisik para tenaga kerja.
3. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang
panas, dengan cara memberikan Isolasi/penyekat dan perisai.
4. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk
meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang panas.
5. Mengurangi kelembaban. AC, peralatan penarik kelembaban, dan upaya
lain untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi
kelembapan di lingkungan kerja.
9

b. Pengendalian administratif
1. Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang
penuh. 
2. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek
tetapi sering dan rotasi tenaga kerja yang memadai. 
3. Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk memberikan
efek pendinginan pada para tenaga kerja waktu istirahat. 
4. Penyediaan air minum yang cukup
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperature kerja adalah situasi kerja
yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari
yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu
kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu.NAB terendah untuk ruang kerja adalah 27,5oC dan NAB tertinggi
untuk ruang kerja adalah 32oC, tergantung pada beban kerja dan pengaturan
waktu kerja.Temperature panas lebih dari nilai ambang batas akan
mengakibatkan kelelahan karena tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
panas antara tubuh dan lingkungannya sedangkan temperature panas kurang
dari nilai ambang batas tidak mengakibatkan kelelahan dikarenakan suhu
iklim kerja yang nyaman.

3.2 Saran

Pengendalian iklim kerja sangatlah di perlukan karena agar terciptanya


kenyamanan pada saat bekerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-7966-bab1.pdf

https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2012/06/11/dampak-suhu-bagi-tubuh-
manusia/

http://kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK_No._70_ttg_Standar_Kesehatan_Lin
gkungan_Kerja_Industri_.pdf

https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/03/sni-nab.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-pengukuran-dan-
pengendalian-iklim-kerja.html

11
11

Anda mungkin juga menyukai