DisusunOleh :
”Kelompok 4”
Lu’luAtulAuliya (P17324418010)
Jalum 2A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“KOMUNIKASI DAN INERPERSONAL SKILL KEPEMIMPINAN” tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan anti korupsi. Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat dimasa yang akan datang
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
Pendahuluan...........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
Pembahasan............................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................22
Pendahuluan
Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang
efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha banyak pekerja dengan
bermacam – macam ketrampilan. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak
memiliki kemampuan lebih besar untuk menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang lain
dibandingkan dengan dia, jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan
antara pihak– pihak yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha
banyak orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam rangka
mendukung tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok kepada akhir yang
diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli.
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain
secara langsung maupun tidak. Para pemimpin merupakan manusia-manusia yang jumlahnya
sedikit, namun perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya
tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin akan
menentukan arah perjalanan suatu organisasi. Walaupun bukan satu-satunya ukuran
keberhasilan dari tingkat kinerja organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa
kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah.
BAB II
Pembahasan
Situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana
seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar
dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi
misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang
dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian,
ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan
situasi
merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan
tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Ciri khas dalam gaya kepemimpinan demokratis adalah adanya usaha untuk
memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di
samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota
kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan,
memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang
pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Bagi para anggota partisipasi dilaksanakan dan
dikembangkan di berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong
terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan
demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu
dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan
setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang,
bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
Gaya Kepemimpinan Bebas (Laisserz Faire) Kepemimpinan bebas merupakan kebalikan dari
tipe atau gaya kepemimpinan otoriter yang cenderung didominasi oleh perilaku
kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter).
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau tidak
(kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung sepenuhnya pada
orang-orang yang dipimpin. kepemimpinan dilaksanakan dalam arti sebagai rangkaian
kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa
pun juga dengan menempatkan pemimpin sebagai symbol dan kepemimpinannya dijalankan
dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil
keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-
masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahannya dan keputusan lebih banyak dibuat
oleh para bawahan, pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan dengan memfungsikan
dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi
atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik
sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau
melaksanakan suatu kegiatan. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi kekeliruan atau
kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta
menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan kelompok/organisasinya.
Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter), dengan menuding bahwa yang
salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang menetapkan atau melaksanakan
keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu bukan dirinya yang harus dan perlu diminta
pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.
2.4 Syarat-syaratKepemimpinan
2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu
mengatur orang lain dan patuh padanya.
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumberdaya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis
maupun social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James
A. Lee menyatakanpemimpinituharusmempunyaikelebihansebagaipersyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuanberbicara, kemampuanmenilai.
2. Prestasi, gelarkesarjanaan, ilmupengetahuandalambidangtertentu.
3. Tangggungjawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percayadiri, agresif.
4. Partisipasiaktif, memilikistabilitastinmggi, kooperatif, mampubergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomicukuptinggidantenar.
Tim yang kompak adalah im yang selalu mengerjakan kegiatan- kegiatannya secara
bersama-sama dan saling membantu, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun di
luar pekerjaan. Tim demikian merasa terdapat persamaan dalam berbagai hal, antara lain
dalam hal pola pikir, ilosoi kehidupan, nilai-nilai values, cara penanganan kasus, dapat
dipercayainya karakter masing-masing anggota, dan 86 Kewirausahaan sebagainya. Tim
demikian idak banyak menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan persoalan. Dengan
kekompakan suatu im, beban yang ada terasa ringan karena seiap persoalan dapat dipecahkan
bersama. Masing-masing anggota dalam im dapat memberikan andilnya untuk menyelesaikan
masalah yang ada. Jika dalam im tersebut terdapat satu atau dua orang yang idak mempunyai
gagasan atau andil untuk menyelesaikan masalah, karena telah ada unsur kepercayaan kepada
anggota yang lain, maka mereka cenderung dapat menerima pandangan anggota lain sehingga
kebijakankeputusan yang diambil oleh anggota yang lain tersebut dapat diterimanya. Unsur
saling mempercayai merupakan suatu hal yang sangat mewarnai dan menjadi ciri khas im
yang kompak. Dalam hal telah terjadi kekompakan seperi ini, ketua im menjadi sangat
terbantu dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada. Jika terdapat kekurangan pada salah satu
di antaranya, anggota yang lain siap untuk melengkapinya tanpa melakukan berbagai
perimbangan, seperi merasa dirugikan. Hal demikian dapat terjadi karena pada im yang
kompak seperi ini para anggota yang ada menyadari bahwa seiap oranganggota pasi
mempunyai masalah kekurangan, yang untuk itu mereka bersedia saling membantu. Mereka
berpikir pada kesempatan lain dirinya akan mengalami hal yang sama, maka anggota lain
juga akan menolongnya. Tim yang kompak cenderung menyadari bahwa tugas-tugas yang
diembannya harus diprioritaskan dalam penanganannya. Dengan demikian ketua im idak
mendapatkan kesulitan dalam mengarahkan im untuk mau dan mampu melaksanakan tugas-
tugas dengan baik sesuai dengan standar yang ada. Ketua im hanya perlu sedikit memberikan
pengarahan, dan memelihara suasana agar kekompakan dapat terjaga dengan baik.
Seperi halnya telah diuraikan pada im yang kurang kompak, im yang idak kompak pada
dasarnya disebabkan oleh adanya berbagai perbedaan di antara mereka. Dibandingkan
dengan im yang kurang kompak, im yang idak kompak ini memiliki ingkat perbedaan yang
lebih besar. Pada im seperi ini perbedaan yang menonjol terdapat pada ingkat intelektualitas,
emosional, moralitas, dan karakter dari masing- masing anggotaketua imnya. Akibat dari im
yang idak kompak dapat berupa kegagalan kerja dari im yang bersangkutan, bahkan bisa
sampai terjadi pertentangan di antara mereka. Ketua im idak dapat lagi mengendalikan para
anggotanya dan para anggota idak mau lagi mempercayai ketua imnya. Tim yang idak
kompak cenderung idak dapat dipertahankan lagi dan masing- masing anggota merasa lebih
baik jika im segera diakhiri. Atasan dari im yang idak kompak harus segera mengetahuinya
dan segera mengambil langkah-langkah perbaikan.
Griin dan Ebert mengemukakan bahwa manajer yang efekif perlu memiliki keterampilan
dasar kepemimpinan, seidaknya dalam 5 lima hal sebagai berikut: 1 Keterampilan teknis
technical skills, 2 Keterampilan hubungan insani human relaions skills, 3 Keterampilan
konseptual conceptual skills, 4 Keterampilan mengambil keputusan decision-making skills,
dan 5 Keterampilan manajemen waktu ime management skills. Cocheu menyarankan agar
ketua im memiliki keterampilan dasar kepemimpinan yang melipui: 1 Mendemonstrasikan
kepemimpinan, 2 Memberikan pengarahan untuk meningkatkan kinerja im, 3
Mempresentasikan gagasan-gagasannya secara persuasif, dan 4 Membina hubungan dengan
berbagai ingkatan manajemen Seorang pemimpin perlu mendorong imnya untuk selalu
berkreasi.
e. Membangun Visi Tim
Pada sesi sebelum ini telah dikemukakan bahwa kreaivitas seiap anggota im diperlukan untuk
dapat meraih kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugas. 88 Kewirausahaan Namun
kreaivitas im yang idak terarah dan idak sesuai dengan nilai-nilai yang bersifat posiif malah
akan menjadi sarana penghancuran massal dan mengeksploitasi orang lain sehingga potensi
yang ada akan menjadi sia-sia, bahkan merusak. Dengan demikian organisasi tempat im
berada idak membawa berkah, sebaliknya malah menjadi ancaman bagi masyarakat. West
mengemukakan bahwa agar kreaivitas im dapat memberikan manfaat secara opimal, im harus
mempunyai visi untuk memberikan fokus dan pengarahan pada energi yang ada. Visi bagi im
harus jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai, dan memberikan harapan di masa
depan. Visi im hendaknya menjadi milik para anggotanya. Jika para anggota im idak berbagi
visi, kreaivitas individual idak dapat disatukan sehingga idak dapat membuahkan hasil-hasil
yang diinginkan. Seballiknya jika terdapat kebersamaan yang kuat dalam memiliki tujuan-
tujuan im, kreaivitas yang ada dapat berfungsi sebagai daya penggerak. Visi im selayaknya
merupakan perpanjangan dari visi organisasi karena organisasi pada dasarnya adalah suatu im
besar yang di dalamnya terdiri dari banyak im. Visi adalah cerminan dari nilai-nilai yang
dianut, minat- minat, harapan-harapan, dan kepercayaankerpercayaan manusia. Karena
manusia terus berkembang dan berubah seiring dengan perjalanan waktu, maka visi juga
berevolusi , berubah mengikui perjalanan waktu tersebut.
Sebagai seorang pemimpin, ketua im perlu membangun parisipasi im. Parisipasi merupakan
sarana untuk mereduksi resistensi terhadap perubahan, mendorong komitmen, dan
menumbuhkan kultur yang lebih “berorientasi pada manusia”. West mengemukakan bahwa
parisipasi memadukan iga konsep dasar, yaitu: 1 pengaruh atas pembuatan keputusan, 2
berbagi informasi, dan 3 frekuensi interaksi. 1 Pengaruh atas Pembuatan Keputusan Jika para
anggota im mempunyai pengaruh atas pembuatan keputusan, mereka akan lebih senang untuk
menyumbangkan ide-ide kreaifnya. Parisipasi im terjadi keika proses pembuatan keputusan
ditentukan secara kolekif sehingga pandangan, pengalaman, dan kemampuan semua orang
dalam im akan mewarnai masa depan. 2 Berbagi Informasi Cara paling efekif dari berbagi
informasi adalah melakukan komunikasi secara tatap muka. Pesan-pesan tertulis seperi e-mail
dan atau memo cenderung merupakan media yang miskin untuk berbagi informasi. Dengan
demikian im harus mendorong komunikasi tatap muka sehingga penggunaan media tertulis
hanya untuk pesan-pesan yang sederhana. 3 Frekuensi Interaksi Frekuensi interaksi yang
cukup di antara para anggota im sangat berperan dalam 89 Kepemimpinan Usaha
pembentukan parisipasi im. Dengan adanya interaksi yang cukup, im akan terus dapat
bertukar ide, bertukar informasi, dan mampu mencari jalan keluar atas konlik atau
pandangan-pandangan yang saling bertentangan. Frekuensi interaksi yang cukup dapat
memperkaya perbendaharaan pengetahuan kolekif dan mengembangkan kreaivitas. Keika
anggota-anggota im saling menghindari satu sama lain, niscaya im akan menemukan banyak
kesulitan yang memunculkan berbagai konlik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://www.academia.edu/30553327/Makalah_Kepemimpinan_dalam_kewirausahaan
https://www.academia.edu/37903612/MAKALAH_Kepemimpinan_Tim_Team_Leadership_
https://text-id.123dok.com/document/wq2mv996y-kasus-kepemimpinan-dalam-tim.html
https://text-id.123dok.com/document/dzxlpgjdz-kasus-kepemimpinan-dalam-tim-a-tim-yang-
kompak.html