Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI DAN INERPERSONAL SKILL KEPEMIMPINAN

Disusun GunaMemenuhi Tugas Kewirausahaan


Dosen pengampu : Dr. Jundra Darwanty SST, Mpd

DisusunOleh :

”Kelompok 4”

Nabilah A’inussolah (P17324418011)

Lu’luAtulAuliya (P17324418010)

Santi Nurmalasari (P17324418016)

Jalum 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“KOMUNIKASI DAN INERPERSONAL SKILL KEPEMIMPINAN” tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan anti korupsi. Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat dimasa yang akan datang

Karawang, 16 januari 2020

                                                                                           Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

Pendahuluan...........................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

Pembahasan............................................................................................................................3

2.1 Pengertian Kepemimpinan...........................................................................................3

2.2 Pengertian Peran Kepemimpinan..................................................................................5

2.3 Gaya Kepemimpinan..................................................................................................12

2.4 Syarat-syarat Kepemimpinan......................................................................................16

2.5 Tipe-Tipe Kepemimpinan...........................................................................................16

2.6 Kasus Kepemimpinan Dalam Tim..............................................................................17

BAB III.....................................................................................................................................22

PENUTUP............................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................22

3.2 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….…..26


BAB I

Pendahuluan

Dalam sejarah peradaban manusia, dinamika organisasi banyak tergantung pada


sekelompok kecil manusia penyelenggara organisasi. Bahkan dapat dikatakan kemajuan umat
manusia datangnya dari sejumlah kecil orang-orang istimewa yang tampil kedepan. orang-
orang ini adalah perintis, pelopor, ahli-ahli pikir, pencipta dan ahli organisasi. Para pemimpin
dalam menjalankan tugasnya tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya, pemilik, dan
tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggungjawab terhadap masalah-masalah
internal organisasi termasuk didalamnya tanggung jawab terhadap pengembangan dan
pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para pemimpin memiliki tanggungjawab
sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas publik.

Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang
efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha banyak pekerja dengan
bermacam – macam ketrampilan. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak
memiliki kemampuan lebih besar untuk menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang lain
dibandingkan dengan dia, jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan
antara pihak– pihak yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha
banyak orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam rangka
mendukung tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok kepada akhir yang
diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain
secara langsung maupun tidak. Para pemimpin merupakan manusia-manusia yang jumlahnya
sedikit, namun perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya
tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin akan
menentukan arah perjalanan suatu organisasi. Walaupun bukan satu-satunya ukuran
keberhasilan dari tingkat kinerja organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa
kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah.
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan Banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan antara


lain Stogdill & Swansburg (1995), yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses yang mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya
mencapai penetapan dan pencapaian tujuan. Harsey, Blanchard, & Jhonson, (1999) dalam
Huber, (2000) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
individu atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi. Menurut George
Terry (1986), Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut menurut Cyriel
O'Donnell, menyatakan kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum. Menurut Gillies (1994), mendefinisikan kepemimpinan
berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk
memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction),
untuk mengarahkan (to direct), berjalan didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama
(to be first), membuka permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend
toward a de). Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau
proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri
dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi

Dari semua definisi pengertian kepemimpinan diatas maka kepemimpinan dipandang


sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi
pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dari dimensi ini saling mempengaruhi
misalnya pencapaian tujuan bukan hanya tergantung dari sifat pribadi tetapi juga tergantung
dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu kedaan. Menurut Hersey dan Blanchard,
pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk
melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya,
dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis,
manusiawi dan konseptual.
Bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu
perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah
disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai
peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada
para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan
dengan secermat mungkin.

Situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana
seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar
dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi
misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang
dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian,
ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan
situasi

merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan
tingkat keberhasilan kepemimpinan.

Pemimpin memerlukan penggunaan keterampilan khusus dalam mempengaruhi orang


lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
sehingga dalam proses lebih lanjut diperlukan kemampuan interaksi antara manusia dalam
rangka mempengaruhi. Menurut Blake dan Moutons (1964), kepemimpinan meliputi leaders,
situasi, followers dan komunikasi, empat hal inilah yang akan digunakan sebagai dasar dalam
penyelesaian masalah kepemimpinan dalam keperawatan. Secara bahasa teori kepemimpinan
berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu pemimpin sebagai subjek, dan
yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengatur, mengarahkan,
mengirganisir, mengendalikan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi orang lain melalui suatu kekuasaanatau oposisi. Pemimpin
mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan
aktivitas kerja dari yang dipimpin.

Kadang-kadang ada kecenderungan menggunakan istilah kepemimpinan dan


manajemen untuk pengertian yang sama. Sebenarnya kedua istilah ini mempunyai pengetian
yang berbeda. Manajemen merupakan pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber
yang ada melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pencapaian tujuan. Sebaliknya konsep kepemimpinan menekankan pada proses perilaku yang
berfungsi di dalam dan di luar sutu organisasi. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan
terutama menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan dan
memotivasi bawahan. Berbeda dengan manajer yang hanya memiliki fungsi controlling saja
untuk mendorong orang lain agar mencapai tujuan, tetapi seorang pemimpin harus dapat
memotivasi dan member inspirasi orang lain secara individu maupun secara kelompok.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang


manajer perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk
pembagian tugas dan tanggung-jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.

   2.2 Pengertian Peran Kepemimpinan

Sebelum membahas tentang macam-macam peran kepemimpinan terlebih dahulu kita


akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk
mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian
rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan penertian manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota
organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen.
Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka
timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapkan peran apa saja
yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya.
Adapun beberapa definisi peranan kepemimpinan menurut para ahli yaitu diantaranya :
1.      Sarbin dan Allen (thoha, 1995), merumuskan “peran sebagai suatu rangkaian perilaku
yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu yang
mudah dikenal”.
2.      Wahjosumidjo (1994),”peran kepemimpinan ditekankan kepada sederetan tugas-tugas
apa yang perlu dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan”.
3.      Stoner dan mintzberg, keduanya memandang kepemimpinan sebagai sub sistem dari
manajemen.
4.      Miftah Thoha (1995), mengemukakan ”pada hakekatnya kepemimpinan mempunyai
pengertian agak luas dibanding dengan manajemen”.
Pengertian peran itu sendiri adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam
posisi tertentu. Jadi peran kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

D.    Macam-macam Peran Kepemimpinan


1.      Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam
setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak
mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi
seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil
bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai
pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu
bentuk kepemimpinan, sehingga:
a.       Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi
yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada
deskriptif
b.      Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajermemperoleh dan
menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan
informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim,
mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya
c.       Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan
untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
a.       Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
1)      Identifikasi masalah
2)      Mendefinisikan masalah
3)      Memformulasikan dan mengembangkan alternative
4)      Implementasi keputusan
5)      Evaluasi keputusan
b.      Gaya pengambilan keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya
adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan
kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
1)      Cara berpikir, terdiri dari:
a)      Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b)      Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2)      Toleransi terhadap ambiguitas
a)      Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan
ambiguitas
b)      Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses
banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
a. Direktif adalah toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien,
mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek.
b.  Analitik adalah toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil
keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c.   Konseptual adalah toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka
panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah.
d.  Behavioral adalah toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari
konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
a.  Cerna masalah
Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang
tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif
dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
b. Identifikasi alternativ
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
c.  Tentukan proritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
d. Ambil langkah
Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada
langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.
2.      Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Tim
Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan
bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Tujuan dari pembentukan tim di sini
adalah membangun pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim, yaitu:
a.       Menanamkan pada kepentingan bersama
b.      Menggunakan seremoni dan ritual-ritual
c.       Menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan identifikasi dengan unit kerja
d.      Mendorong dan memudahkan interaksi sosial yang memuaskan
e.       Mengadakan pertemuan-pertemuan membangun tim
f.       Menggunakan jasa konsultan bila diperlukan.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh
pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa
tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai
tujuan akhir yang sama. Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:
a.       Memperlihatkan gaya pribadi
b.      Proaktif dalam sebagian hubungan
c.       Mengilhami kerja tim
d.      Memberikan dukungan timbal balik
e.       Membuat orang terlibat dan terikat
f.       Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
g.      Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif
h.      Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
i.        Mengakui prestasi anggota tim
j.        Berusaha mempertahankan komitmen
k.      Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.

3.      Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia


Mengapa sering terjadi keluhan dari para pelanggan tentang mutu produk dan pelayanannya
di suatu perusahaan. Hal ini wajar terjadi sejalan dengan semakin tinggi dinamika preferensi
dan kritisnya para pelanggan tentang mutu. Karena itu dibutuhkan peran utama manajemen
(seorang manajer) yakni melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil
yang ditargetkan perusahaan atau yang diinginkan oleh pelanggan. Sementara peran
pemimpin dengan kepemimpinan mutunya adalah mengembangkan dan memperbaiki sistem
agar program pengembangan mutu sumber daya manusia berhasil sesuai harapan. Dalam
prakteknya, seorang manajer di samping melaksanakan fungsi-fungsi manajemen juga harus
mampu menjalankan kepemimpinan mutu sumber daya manusia dengan efektif secara
bersinambung.

4.      The Vision Role


Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau
arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat
menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran. Dengan peran kepemimpinan
inilah supaya visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus
menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.
5.      Peran Pemimpin dalam Pembangkit Semangat
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah
peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan
pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif.
Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah
pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif
hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif
akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai
dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan
tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ”event” khusus.
Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan
melalui kata-kata, baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang
sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana
kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.

6.      Peran Pemimpin dalam Menyampaikan Informasi


Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya walaupun
produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan
eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan
dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran
informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada
komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang
disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun
eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul
dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan
peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik,
sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan
dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada
bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.

E.     Peran Pemimpin dalam Organisasi


Kepemimpinan dalam organisasi mencakup segala aspek. Kepemimpinan tentu saja
sangat penting bagi jalannya organisasi karena jika sebuah organisasi berjalan tanpa adanya
unsur kepemimpinan yang baik dari anggotanya juga dari pimpinan organisasinya, maka
setiap masalah yang muncul dalam berjalannya organisasi tersebut akan sulit untuk
diselesaikan secara cepat dan efisien, yang mengakibatkan tujuan adanya organisasi tersebut
terhambat. Karakteristik pemimpin yang sukses yaitu cerdas, terampil secara konseptual,
kreaktif, diplomatis, taktis, lancar berbicara, memiliki pengetahuan tentang tugas kelompok,
dan memiliki keterampilan sosial. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1.      Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2.      Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
3.      Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4.      Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5.      Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
Ada beberapa peran pemimpin yang harus ada dalam sebuah organisasi yaitu :
1.      Bersikap adil (Arbitrating)
Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para anggotanya adalah
mutlak. Sebab rasa kebersamaan pada hakekatnya merupakan pencerminan dari kesepakatan
antar sesama bawahan, maupun antar pemimpin dengan bawahan, dalam mencapai tujuan
organisasi. Tetapi dalam hal-hal terttentu mngkin akan terjadi ketidaksesuaian atau timbul
persoalan dalam hubungan diantara para bawahan. Apabila diantara mereka tidak bisa
memecahkan persoalan tersebut, pemimpin perlu turun tangan untuk segera menyelesaikan.
Dalam hal memecahkan persoalan hubungan diantara bawahan, pemimpin harus bertidak adil
dan tidak memihak.
2.      Memberikan sugesti (suggesting)
Sugesti bisa disebut saran atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan, sugesti merupakan
kewibawaan atau pengaruh yang seharusnya mampu menggerakkan hati orang lain. Sugesti
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memelihara dan membina rasa pengabdian,
partisipasi dan harga diri, serta rasa kebersamaan diantara para bawahan.
3.      Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives)
Tercapainya tujuan organisasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan harus didukung oleh
berbagai sumber. Oleh sebab itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, serta pendayagunaan sumberdaya manusianya secara optimal,
perlu disiapkan sumber pendukungnya yang memadai. Seperti mekanisme dan tata kerja,
sarana, serta sumber yang lain.
4.      Katalisator (catalysing)
Secara kimia, arti kata “katalis” atau katalisator” ialah saat yang tidak ikut bereaksi, tetapi
mempercepat reaksi (kimia). Dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan
berperan sebagai seorang katalisator apabila pemimpin tersebut berperan selalu
meningkatkan penggunaan segala sumber daya manusia yang ada, berusaha memberikan
rewaksi yang memberikan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin, serta
selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
5.      Menciptakan rasa aman (providing security)
Setiap pemimpin berkewajiban menciptakab rasa aman bagi para bawahannya. Fungsi ini
hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu mampu memelihara hal-hal yang
positif, sikap optimisme dalam menghadapi setiap permasalahan, sehingga dengan demikian
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan merasa aman, bebas dari segala perasaan
gelisah, kekhawatiran, dan merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

6.      Sebagai wakil organisasi (representing)


Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun selalu memandang atasan atau
pimpinannya mempunyai peranana dalam segala bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpinan
yang menganut prinsip “keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-
galanya, oleh karenanya segala perilaku, perbuatan dan kata-katanya akan selalu memberikan
kesan tertentu terhadap organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang pemimpin
akan memberikan gambaran yang positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya. Dengan
demikian setiap pemimpin tidak lain juga diakuai sebagai tokoh yang mewakili dalam segala
hal dari organisasi yang dipimpinnya.
7.      Sumber inspirasi (inspiring)
Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para bawahannya. Oleh
karena itu setiap pemimpin harus selalu dapat membangkitkan semangat para bawahan,
sehingga para bawahan menerima dan memahami tujuan organisasi secara antusias dan
bekerja secara efektif ke arah tercapainya tujuan organisasi.
8.      Bersikap menghargai (praising)
Setiap orang pada dasarnya mengkehendaki adanya pengakuan dan penghargaan dari orang
lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu organisasi memerlukan adanya pengakuan
dalam penghargaan dari atasannya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin harus mau
memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.

2.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan Gaya adalah sebagai cara penampilan karakteristik atau


tersendiri / khusus. Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Gaya
kepemimpinan seseorang akan mempengaruhi proses dan kinerja bagi para karyawannya
sehingga pemilihan gaya kepemimpinan harus sesuai dengan kondisi dan situasi tempat ia
bekerja. Follet (1940) mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli ,
dengan hasil akhirnya tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970) dalam Nursalam
(2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku
pimpinan itu sendiri. Perilaku

seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun – tahun dalam


kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan
berbeda- beda dan biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu (1) kemampuan yang
bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin; (2) kelompok yang dipempin; dan (3)
situasi dimana ia memimpin. Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat
macam berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation, dan
laisez – faire atau free rain.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan


kemampuan setiap staf, dimana manusia yang dipimpin ditempatkan sebagai sebagai faktor
utama dan terpenting dalam kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan
orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai
aspeknya, seperti dirinya juga, yaitu memiliki kemauan, kehendak, buah pikiran, pendapat,
minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain untuk dihargai dan disalurkan secara wajar. Gaya kepemimpinan
demokratis menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari
staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan,
mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas – luasnya dan terbuka.
Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan memberikan
tanggung jawab sesuai dengan kapasistas seseorang didalam organisasi.

Ciri khas dalam gaya kepemimpinan demokratis adalah adanya usaha untuk
memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di
samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota
kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan,
memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang
pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Bagi para anggota partisipasi dilaksanakan dan
dikembangkan di berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong
terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan
demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu
dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan
setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang,
bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.

Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat


mementingkan diskusi dan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan unit
masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan
sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong
mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan

dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan


organisasi secara keseluruhan tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu
dihormati dan disegani secara wajar, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas
diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin
tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah
yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang
pemimpin yang demokratis.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal


manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling
berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Pemimpin menetukan semua
tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Orang-orang yang dipimpin yang
jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak
buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan
kehendak pimpinan. Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan
dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap
tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh
dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai
penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain
harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan
untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama.
Pemimpin menilai kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat
kaku.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri
sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi; menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat; terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; dalam
tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum.

Gaya Kepemimpinan Bebas (Laisserz Faire) Kepemimpinan bebas merupakan kebalikan dari
tipe atau gaya kepemimpinan otoriter yang cenderung didominasi oleh perilaku
kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter).
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau tidak
(kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung sepenuhnya pada
orang-orang yang dipimpin. kepemimpinan dilaksanakan dalam arti sebagai rangkaian
kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa
pun juga dengan menempatkan pemimpin sebagai symbol dan kepemimpinannya dijalankan
dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil
keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-
masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahannya dan keputusan lebih banyak dibuat
oleh para bawahan, pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan dengan memfungsikan
dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi
atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik
sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau
melaksanakan suatu kegiatan. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi kekeliruan atau
kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta
menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan kelompok/organisasinya.
Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter), dengan menuding bahwa yang
salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang menetapkan atau melaksanakan
keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu bukan dirinya yang harus dan perlu diminta
pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.

3. Gaya kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan partisipasif merupakan gabungan bersama antara gaya


kepemimpinan otoriter dan demokratis. Pemimpin menyajikan analisa masalah dan
mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar
mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya membuat
keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut.

2.4 Syarat-syaratKepemimpinan

Ada tigahalpentingdalamkonsepsikepemimpinanantara lain:


1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin
untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka
penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu
mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumberdaya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis
maupun social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James
A. Lee menyatakanpemimpinituharusmempunyaikelebihansebagaipersyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuanberbicara, kemampuanmenilai.
2. Prestasi, gelarkesarjanaan, ilmupengetahuandalambidangtertentu.
3. Tangggungjawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percayadiri, agresif.
4. Partisipasiaktif, memilikistabilitastinmggi, kooperatif, mampubergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomicukuptinggidantenar.

2.5 Tipe-Tipe Kepemimpinan.


Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan
adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik
mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali
atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Berdasarkan tipe kepemimpinan, maka kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu Kepemimpinan formal dan informal. Dalam kepemimpinan formal mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Diangkat secara resmi dan ada legitimasi hukum ataa defacto
2. Dapat dimintakan pertanggung jawababan dan pertanggung gugagatan
3. Memerlukan persyaratan formal.
4. Mendapat imbalan jasa berupa gaji, tunjangan dan lainnya

Kepemimpinan lnformal. Dalam kepemimpinan informal mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :
1. Tidak diangkat secara resmi dan tidak ada legitimasi hukum.
2. Dapat diterima berbagai pihak.
3. Ditunjuk dan diakui serta diangkat masyarakat
4. Tidak mendapat imbalan jasa berupa gaji, tunjangan, dan lain-lain.
5. Tidak memerlukan persyaratan formal.
6. Dimintakan pertanggung jawab secara moral.
7. Diperoleh karena karisma, keturunan, kekayaan, status sosial, berprestasi, dan lain-lain.

2.6 Kasus Kepemimpinan Dalam Tim

a. Tim yang Kompak

Tim yang kompak adalah im yang selalu mengerjakan kegiatan- kegiatannya secara
bersama-sama dan saling membantu, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun di
luar pekerjaan. Tim demikian merasa terdapat persamaan dalam berbagai hal, antara lain
dalam hal pola pikir, ilosoi kehidupan, nilai-nilai values, cara penanganan kasus, dapat
dipercayainya karakter masing-masing anggota, dan 86 Kewirausahaan sebagainya. Tim
demikian idak banyak menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan persoalan. Dengan
kekompakan suatu im, beban yang ada terasa ringan karena seiap persoalan dapat dipecahkan
bersama. Masing-masing anggota dalam im dapat memberikan andilnya untuk menyelesaikan
masalah yang ada. Jika dalam im tersebut terdapat satu atau dua orang yang idak mempunyai
gagasan atau andil untuk menyelesaikan masalah, karena telah ada unsur kepercayaan kepada
anggota yang lain, maka mereka cenderung dapat menerima pandangan anggota lain sehingga
kebijakankeputusan yang diambil oleh anggota yang lain tersebut dapat diterimanya. Unsur
saling mempercayai merupakan suatu hal yang sangat mewarnai dan menjadi ciri khas im
yang kompak. Dalam hal telah terjadi kekompakan seperi ini, ketua im menjadi sangat
terbantu dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada. Jika terdapat kekurangan pada salah satu
di antaranya, anggota yang lain siap untuk melengkapinya tanpa melakukan berbagai
perimbangan, seperi merasa dirugikan. Hal demikian dapat terjadi karena pada im yang
kompak seperi ini para anggota yang ada menyadari bahwa seiap oranganggota pasi
mempunyai masalah kekurangan, yang untuk itu mereka bersedia saling membantu. Mereka
berpikir pada kesempatan lain dirinya akan mengalami hal yang sama, maka anggota lain
juga akan menolongnya. Tim yang kompak cenderung menyadari bahwa tugas-tugas yang
diembannya harus diprioritaskan dalam penanganannya. Dengan demikian ketua im idak
mendapatkan kesulitan dalam mengarahkan im untuk mau dan mampu melaksanakan tugas-
tugas dengan baik sesuai dengan standar yang ada. Ketua im hanya perlu sedikit memberikan
pengarahan, dan memelihara suasana agar kekompakan dapat terjaga dengan baik.

b. Tim yang Kurang Kompak

Kekurangkompakan antar anggota im dapat disebabkan oleh berbagai hal. Telah


dikemukakan di atas bahwa semua pihak dalam suatu im adalah manusia yang masing-
masing mempunyai kepeningan pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan kepeningan pribadi
dan keluarganya, kepeningan sosial, kepeningan poliik, daya tahan isik dalam bekerja,
perbedaan semangat pengabdian, perbedaan cara pandang atas suatu masalah, perbedaan
strategi dalam penanganan masalah, kurangnya komunikasi antar anggota im, dan sebagainya
dapat menjadi penyebab terjadinya kekurangkompakan tersebut. Pada kondisi demikian peran
ketua im dalam upaya untuk mengarahkan imnya menjadi sangat besar. Namun peran yang
besar tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan dengan baik. Para anggota yang telah berbeda
pendapat, berbeda cara penanganan masalah, dan perbedaan- perbedaan lainnya sampai pada
ingkat perbedaan yang prinsip akan menurunkan kepercayaan antar mereka. Dengan telah
menurunnya kepercayaan di antara mereka, apa pun yang dikerjakan oleh temannya akan
menjadi bahan sorotan dan bahan celaan. Jika ini terjadi, perbedaan yang ada akan menjadi
semakin meruncing dan menjadikan im terpecah belah. Satu-satunya ikatan yang ada dalam
im tersebut hanya penugasan secara formal dari instansi tempat mereka bekerja. Pada im
seperi ini ketua im 87 Kepemimpinan Usaha kurang dapat berfungsi sebagai pemimpin yang
disegani oleh para anggotanya. Ketua im kurang mampu menjadi perekat atas berbagai
perbedaan yang ada. Tim yang kurang kompak cenderung bekerja sendiri sendiri,
mengabaikan pengarahan yang diberikan oleh teman atau ketua imnya, dan masing-masing
bekerja hanya sebatas memenuhi segi-segi formal, kurang disertai dengan semangat
pengabdian dan kurang ikhlas dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian mutu kerja im ini
cenderung kurang sesuai dengan norma-norma dan standar yang ada.

c. Tim yang Tidak Kompak

Seperi halnya telah diuraikan pada im yang kurang kompak, im yang idak kompak pada
dasarnya disebabkan oleh adanya berbagai perbedaan di antara mereka. Dibandingkan
dengan im yang kurang kompak, im yang idak kompak ini memiliki ingkat perbedaan yang
lebih besar. Pada im seperi ini perbedaan yang menonjol terdapat pada ingkat intelektualitas,
emosional, moralitas, dan karakter dari masing- masing anggotaketua imnya. Akibat dari im
yang idak kompak dapat berupa kegagalan kerja dari im yang bersangkutan, bahkan bisa
sampai terjadi pertentangan di antara mereka. Ketua im idak dapat lagi mengendalikan para
anggotanya dan para anggota idak mau lagi mempercayai ketua imnya. Tim yang idak
kompak cenderung idak dapat dipertahankan lagi dan masing- masing anggota merasa lebih
baik jika im segera diakhiri. Atasan dari im yang idak kompak harus segera mengetahuinya
dan segera mengambil langkah-langkah perbaikan.

d. Keterampilan Dasar Kepemimpinan

Griin dan Ebert mengemukakan bahwa manajer yang efekif perlu memiliki keterampilan
dasar kepemimpinan, seidaknya dalam 5 lima hal sebagai berikut: 1 Keterampilan teknis
technical skills, 2 Keterampilan hubungan insani human relaions skills, 3 Keterampilan
konseptual conceptual skills, 4 Keterampilan mengambil keputusan decision-making skills,
dan 5 Keterampilan manajemen waktu ime management skills. Cocheu menyarankan agar
ketua im memiliki keterampilan dasar kepemimpinan yang melipui: 1 Mendemonstrasikan
kepemimpinan, 2 Memberikan pengarahan untuk meningkatkan kinerja im, 3
Mempresentasikan gagasan-gagasannya secara persuasif, dan 4 Membina hubungan dengan
berbagai ingkatan manajemen Seorang pemimpin perlu mendorong imnya untuk selalu
berkreasi.
e. Membangun Visi Tim

Pada sesi sebelum ini telah dikemukakan bahwa kreaivitas seiap anggota im diperlukan untuk
dapat meraih kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugas. 88 Kewirausahaan Namun
kreaivitas im yang idak terarah dan idak sesuai dengan nilai-nilai yang bersifat posiif malah
akan menjadi sarana penghancuran massal dan mengeksploitasi orang lain sehingga potensi
yang ada akan menjadi sia-sia, bahkan merusak. Dengan demikian organisasi tempat im
berada idak membawa berkah, sebaliknya malah menjadi ancaman bagi masyarakat. West
mengemukakan bahwa agar kreaivitas im dapat memberikan manfaat secara opimal, im harus
mempunyai visi untuk memberikan fokus dan pengarahan pada energi yang ada. Visi bagi im
harus jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai, dan memberikan harapan di masa
depan. Visi im hendaknya menjadi milik para anggotanya. Jika para anggota im idak berbagi
visi, kreaivitas individual idak dapat disatukan sehingga idak dapat membuahkan hasil-hasil
yang diinginkan. Seballiknya jika terdapat kebersamaan yang kuat dalam memiliki tujuan-
tujuan im, kreaivitas yang ada dapat berfungsi sebagai daya penggerak. Visi im selayaknya
merupakan perpanjangan dari visi organisasi karena organisasi pada dasarnya adalah suatu im
besar yang di dalamnya terdiri dari banyak im. Visi adalah cerminan dari nilai-nilai yang
dianut, minat- minat, harapan-harapan, dan kepercayaankerpercayaan manusia. Karena
manusia terus berkembang dan berubah seiring dengan perjalanan waktu, maka visi juga
berevolusi , berubah mengikui perjalanan waktu tersebut.

f. Membangun Parisipasi Tim

Sebagai seorang pemimpin, ketua im perlu membangun parisipasi im. Parisipasi merupakan
sarana untuk mereduksi resistensi terhadap perubahan, mendorong komitmen, dan
menumbuhkan kultur yang lebih “berorientasi pada manusia”. West mengemukakan bahwa
parisipasi memadukan iga konsep dasar, yaitu: 1 pengaruh atas pembuatan keputusan, 2
berbagi informasi, dan 3 frekuensi interaksi. 1 Pengaruh atas Pembuatan Keputusan Jika para
anggota im mempunyai pengaruh atas pembuatan keputusan, mereka akan lebih senang untuk
menyumbangkan ide-ide kreaifnya. Parisipasi im terjadi keika proses pembuatan keputusan
ditentukan secara kolekif sehingga pandangan, pengalaman, dan kemampuan semua orang
dalam im akan mewarnai masa depan. 2 Berbagi Informasi Cara paling efekif dari berbagi
informasi adalah melakukan komunikasi secara tatap muka. Pesan-pesan tertulis seperi e-mail
dan atau memo cenderung merupakan media yang miskin untuk berbagi informasi. Dengan
demikian im harus mendorong komunikasi tatap muka sehingga penggunaan media tertulis
hanya untuk pesan-pesan yang sederhana. 3 Frekuensi Interaksi Frekuensi interaksi yang
cukup di antara para anggota im sangat berperan dalam 89 Kepemimpinan Usaha
pembentukan parisipasi im. Dengan adanya interaksi yang cukup, im akan terus dapat
bertukar ide, bertukar informasi, dan mampu mencari jalan keluar atas konlik atau
pandangan-pandangan yang saling bertentangan. Frekuensi interaksi yang cukup dapat
memperkaya perbendaharaan pengetahuan kolekif dan mengembangkan kreaivitas. Keika
anggota-anggota im saling menghindari satu sama lain, niscaya im akan menemukan banyak
kesulitan yang memunculkan berbagai konlik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah


kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan
adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan
satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan
bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan
nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan penertian manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota
organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30553327/Makalah_Kepemimpinan_dalam_kewirausahaan

https://www.academia.edu/37903612/MAKALAH_Kepemimpinan_Tim_Team_Leadership_

https://text-id.123dok.com/document/wq2mv996y-kasus-kepemimpinan-dalam-tim.html

https://text-id.123dok.com/document/dzxlpgjdz-kasus-kepemimpinan-dalam-tim-a-tim-yang-
kompak.html

Anda mungkin juga menyukai